Anda di halaman 1dari 126

FILSAFAT ILMU

I MADE GUNAMANTHA

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT DAN


IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN
BAB I

HAKIKAT FILSAFAT DAN


PENDIDIKAN
MENGAPA MENGKAJI FILSAFAT
PENDIDIKAN

 MEMBANTU PARA PENDIDIK MENJADI PAHAM AKAN


PERSOALAN-PERSOALAN MENDASAR PENDIDIKAN
 MEMUNGKINKAN PENDIDIK UNTUK BISA MENGEVALUASI
SECARA LEBIH BAIK ALTERNATIF-ALTERNATIF SOLUSI
PERSOALAN TADI
 MEMBEKALI PENDIDIK BERPIKIR KLARIFIKATIF TENTANG
TUJUAN-TUJUAN HIDUP DAN PENDIDIKAN
 MEMBERI BIMBINGAN DALAM PENGEMBANGAN SUDUT
PANDANG YANG KONSISTEN SECARA INTERNAL DAN SUATU
PROGRAM YANG BERHUBUNGAN SECARA REALISTIK DENGAN
KONTEKS DUNIA GLOBAL YANG LEBIH LUAS
FILSAFAT

 SECARA HARFIAH
 SECARA TEKNIS
FILSAFAT DALAM ARTI TEKNIS

FILSAFAT DALAM ARTI TEKNIS MELIPUTI TIGA


ASPEK:
 SEBUAH AKTIVITAS (KEGIATAN),
 SERANGKAIAN SIKAP, DAN
 KETERPADUAN ISI.
FILSAFAT SEBAGAI SEBUAH
AKTIVITAS
 MENYINTESIS – MENYATUKAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN, MENDASARI
GAGASAN-GAGASAN DAN MENAFSIRKAN PENGALAMAN-
PENGALAMANNYA. MENYATUKAN DAN MEMADUKAN PENGETAHUAN-
PENGETAHUAN UMAT MANUSIA YANG TERSPESIALISASI KEDALAM
SEBUAH PANDANGAN DUNIA YANG TERUNIVIKASI
 BERSPEKULASI (MERENUNG) – MENGIJINKAN LOMPATAN RASIONAL
DARI HAL YANG DIKETAHUI MENUJU HAL YANG TIDAK DIKETAHUI,
DAN MEMBOLEHKAN PERGERAKAN (MONDAR-MANDIR) DENGAN
SEBUAH TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI RELATIF KE DALAM SESUATU
YANG TAK TERUMUSKAN.
 PRESKRIPSI (MENENTUKAN) – MENGUAK DAN MENYOROTI PRINSIP-
PRINSIP UNTUK MEMUTUSKAN TINDAKAN-TINDAKAN DAN KUALITAS
APA YANG PALING BERFAEDAH
 MENGANALISIS – MENGKAJI DENGAN CERMAT PENGGUNAAN LOGIKA
DALAM SUATU ARGUMEN
FILSAFAT SEBAGAI SEBUAH SIKAP
 MEMBANGUN KESADARAN DIRI (SELFT AWARENESS) – MAMPU
SEJUJUR MUNGKIN TERHADAP DIRI SENDIRI TERKAIT DENGAN
BIAS-BIAS PERSONAL, ASUMSI-ASUMSI, DAN PRASANGKA-
PRASANGKA
 BERPIKIR MENYELURUH (KOMPREHENSIF) – PENGHIMPUNAN
DATA YANG RELEVAN SEBANYAK MUNGKIN TENTANG SUATU
SUBJEK DARI SPEKTRUM SUMBER-SUMBER YANG LUAS
DARIPADA HANYA SEKEDAR PUAS DIRI DENGAN CONTOH DAN
WAWASAN SEMPIT.
 BERPIKIR PENETRATIF – KEINGINAN KUAT YANG
MENGARAHKAN SUNTUK MELANGKAH SEJAUH MUNGKIN KE
JANTUNG PERMASALAHAN DENGAN SEGALA KEMAMPUAN,
WAKTU DAN TENAGA YANG DIMILIKI
 FLEKSIBEL – KEPEKAAN YANG MEMUNGKINKAN UNTUK
MAMPU MERASAKAN MERASAKAN BERBAGAI
PERMASALHANA LAMA DALAM CARA DAN PERSPEKTIF BARU.
FILSAFAT SEBAGAI KANDUNGAN ISI

 KANDUNGAN ISI FILSAFAT LEBIH JELAS TERLIHAT DALAM


TINJAUAN PERTANYAAN-PERTANYAAN DARIPADA DALAM
TINJAUAN JAWABAN-JAWABAN
 BERFILSAFAT BERARTI BERTANYA DENGAN PERTANYAAN-
PERTANYAAN YANG BENAR (MORRIS) – PERTANYAAN-
PERTANYAAN YANG BERMAKNA DAN RELEVAN YAKNI JENIS
PERTANYAAN2 ORANG-ORANG YANG MENGINGINKAN
JAWABAN DAN YANG AKAN MEMBUAT PERBEDAAN DALAM
CARA MKEREKA HIDUP DAN BEKERJA.
TIGA KERANGKA DASAR
KANDUNGAN ISI KEFILSAFATAN

 METAFISIKA – KAJIAN TENTANG PERTANYAAN-


PERTANYAAN YANG BERKENAAN DENGAN HAKIKAT
REALITAS
 EPISTEMOLOGI – KAJIAN TENTANG HAKIKAT
PENGETAHUAN DAN KEBENARAN DAN
PENGETAHUAN, SERTA KAJIAN TENTANG
BAGAIMANA PENGETAHUAN DAN KEBENARAN ITU
DIPEROLEH
 AKSIOLOGI – KAJIAN TENTANG PERSOALAN NILAI
APAKAH PENDIDIKAN ITU?

 SAYA TIDAK AKAN MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN


SSEBELUM SAYA MENYELESAIKAN PENDIDIKAN.
 APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENDIDIKAN PADA
PERNYATAAN DI ATAS?
 APA ITU PENDIDIKAN, BELAJAR, DAN SEKOLAH?
 APAKAH TERDAPAT PERBEDAAN KONSEPTUAL
DIANTARA KETIGA KATA ITU?
LANJUTAN.....
 SEKOLAH – INSTITUSI DIMANA PARA GURU DAN MURID BERINTERAKSI
PADA TATA CARA YANG DITETAPKAN
 BELAJAR – SEBUAH PROSES YANG MENGHASILKAN KEMAMPUAN
MENAMPILKAN TINGKAH LAKU MANUSIAWI YANG BARU ATAU BERUBAH
DARI SEBELUMNYA (ATAU YANG MENINGKATKAN KEMUNGKINAN
DIPEROLEHNYA TINGKAH LAKU BARU DENGAN ADANYA RANGSANGAN
YANG RELEVAN). BELAJAR TIDAK TERBATAS OLEH KONTEKS
KELEMBAGAAN.
 PENDIDIKAN – UPAYA YANG DILAKUKAN PELAJAR ATAU ORANG LAINNYA
UNTUK MENGONTROL (ATAU MEMANDU, MENGARAHKAN,
MEMPENGARUHI, DAN MENGELOLA) SITUASI BELAJAR AGAR DAPAT
MERAIH HASIL BELAJAR YANG DIINGINKAN.
 PENDIDIKAN ADALAH USAHA SADAR DAN TERENCANA UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA BELAJAR DAN PROSES PEMBELAJARAN AGAR
PESERTA DIDIK SECARA AKTIF MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA
UNTUK MEMILIKI KEKUATAN SPIRITUAL KEAGAMAAN, PENGENDALIAN
DIRI, KEPRIBADIAN, KECERDASAN, AKHLAK MULIA, SERTA KETERAMPILAN
YANG DIPERLUKAN DIRINYA, MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA. (UU
20 2003)
PERAN SEKOLAH DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT

 SALAH SATU AGEN MASYARAKAT UNTUK KEGIATAN BELAJAR,


PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN
 KELUARGA, MEDIA, KELOMPOK SEBAYA, DAN TEMPAT
IBADAH JUGA BERPERAN PENTING
 GURU DALAM ARTI SEUTUHNYA BISA BUKAN BERUPA
PEKERJA DALAM SISTEM SEKOLAH; IA MUNGKIN SEORANG
PENYIAR, ORANG TUA, TOKOH AGAMA ATAU TEMAN SEBAYA
 LINGKUNGAN KEPENDIDIKAN SANGAT KOMPLEKS
BAB II
ISU-ISU FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN
FILSAFAT PENDIDIKAN

 FILSAFAT PENDIDIKAN TIDAK BERBEDA DENGAN FILSAFAT


UMUM
 FILSAFAT UMUM YANG DITERAPKAN PADA PENDIDIKAN
SEBAGAI SEBUAH WILAYAH SPESIFIK DARI USAHA SERIUS
MANUSIA
 TIGA LANDASAN PENELAAHAN FILSAFAT : ONTOLOGI
(METAFISIKA), EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
METAFISIKA

 SALAH SATU CABANG FILSAFAT YANG MEMPELAJARI


PENJELASAN ASAL ATAU HAKIKAT OBJEK (FISIK) DI DUNIA.
 MEMPERBINCANGKAN TENTANG HAKIKAT REALITAS
 PERTANYAAN MENDASAR YANG DIAJUKAN ADALAH –
APAKAH SESUATU YANG BENAR-BENAR ADA ITU?
 CONTOH: APAKAH LANTAI ITU? : SUDUT PANDANG ARSITEK
AKAN BERBEDA DENGAN SUDUT PANDANG AHLI FISIKA ATAU
KIMIA
 HAL INI MENUNJUKKAN BAHWA PERSOALAN REALITAS
BUKANLAH SESEDERHANA APA YANG TERLIHAT SEKILAS.
ASPEK-ASPEK METAFISIKA

1. KOSMOLOGIS – KAJIAN DAN TEORI-TEORI TENTANG


AWAL MULA, HAKIKAT, DAN PERKEMBANGAN
ALAM SEMESTA (UNIVERSE) SEBAGAI SUATU
SISTEM YANG TERATUR.
PERTANYAAN KOSMOLOGIS – BAGAIMANA ALAM
SEMESTA INI BERAWAL MULA DAN BERKEMBANG?
APAKAH ADA SUATU TUJUAN YANG MENJADI
MUARA PERJALANAN ALAM SEMESTA?
2. TEOLOGIS – BAGIAN DARI TEORI KEAGAMAAN YANG
HARUS MEPERGUNAKAN KONSEP-KONSEP TENTANG
DAN SEPUTAR TUHAN.
APAKAH TUHAN ADA? APA SIFAT-SIFAT TUHAN ITU? JIKA
MEMANG TUHAN BERSIFAT BAIK SEKALIGUS KUASA,
BAGAIMANA KEJAHATAN BISA MUNCUL? APAKAH ADA
KEKUATAN KEJAHATAN? JIKA MEMANG ADA, APA
HUBUNGAN MEREKA DENGAN TUHAN?
PERTANYAAN-PERTANYAAN TERSEBUT MENGUNDANG
BERAGAM JAWABAN – ALIRAN (ATHEISME,
PANTHEISME, DEISTHEISME, MONOTHEISME,
POLITHEISME)
3. ANTROPOLOGIS – KAJIAN TENTANG MANUSIA. MANUSIA SEBAGAI
SUBJEK SEKALIGUS OBJEK
APA HUBUNGAN ANTARA AKAL BUDI DENGAN BADAN? APAKAH
ADA INTERAKSI ANTARA AKAL BUDI DENGAN BADAN? APAKAH
AKAL BUDI LEBIH FUNDAMENTAL DIBANDINGKAN BADAN; APAKAH
BADAN TERGANTUNG PADA AKAL BUDI ATAU SEBALIKNYA?
APAKAH STATUS MORAL MANUSIA? APAKAH IA TERLAHIR BAIK,
BURUK, ATAU NETRAL SECARA MORAL? SAMPAI DIMANA
MANUSIA ITU BEBAS? APAKAH IA BERKEHENDAK BEBAS ATAUKAH
BERPIKIR DAN BERTINDAK DITENTUKAN OLEH LINGKUNGAN DAN
TURUNAN (WARISAN)? APAKAH MANUSIA MEMILIKI JIWA? JIKA
MEMILIKI APAKAH JIWA ITU?
 ONTOLOGI – KAJIAN TENTANG HAKIKAT ADA, ATAU APA ARTI
SESUATU ITU ADA.
 APAKAH ADA ITU? APAKAH REALITAS DASAR ADA PADA MATERI
ATAU ENERGI FISIK (DUNIA YANG KITA DAPAT MENGINDRANYA),
ATAU IA ADA PADA SPIRIT ATAU ENERGI SPIRITUAL? APAKAH IA
TERSUSUN DARI SATU UNSUR (MATERI ATAU SPIRIT), ATAU DUA
UNSUR (MATERI DAN SPIRIT), ATAU BANYAK UNSUR?
 APAKAH REALITAS ITU TERATUR DENGAN SENDIRINYA ATAUKAH
TERATUR KARENA MANUSIA? APAKAH IA TETAP DAN BAKU,
ATAUKAH BERUBAH CIRI POKOKNYA? APAKAH REALITAS INI
BERSAHABAT, TIDAK BERSAHABAT, ATAU NETRAL DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN MANUSIA?
METAFISIKA (ONTOLOGI)
PENDIDIKAN
 PENDIDIKAN TIDAK DAPAT MENGHINDARI DUNIA METAFISIKA,
BAHKAN LEBIH DARI AKTIVITAS MANUSIA YANG LAINNYA.
 METAFISIKA PUSAT BAGI KONSEP APAPUN DARI PENDIDIKAN –
OLEH KARENA ITU SANGATLAH PENTING BAHWA PROGRAM
PENDIDIKAN SEKOLAH DIDASARKAN ATAS FAKTA DAN REALITAS
DARIPADA KHAYALAN, ILUSI ATAU ANGAN-ANGAN KOSONG.
 ASPEK-ASPEK METAFISIS MEMUNCULKAN BERBAGAI PENDEKATAN
PENDIDIKAN
 ASPEK-ASPEK METAFISIS MEMPENGARUHI ISU-ISU PENDIDIKAN
SEMISAL, ISI TERPENTING DARI KURIKULUM, SISTEM PENDIDIKAN
APA YANG HARUS DIUPAYAKAN BAGI INDIVIDU DAN MASYARAKAT,
PERAN GURU, DAN HUBUNGAN GURU DENGAN MURID.
EPISTEMOLOGI

 CABANG FILSAFAT YANG MENGKAJI HAKIKAT, SUMBER, DAN


VALIDITAS (KEABSAHAN) PENGETAHUAN
 DAPATKAH REALITAS ITU DIKETAHUI? APA ITU KEBENARAN?
BAGAIMANA KITA MENGETAHUI?
 SKEPTISISME – TIDAKLAH MUNGKIN MENCAPAI
PENGETAHUAN DAN BAHWA USAHA PENCARIAN KEBENARAN
ITU SIA-SIA – KETIADAAN SESUATU DAN JIKALAU SESUATU
ITU ADA, MAKA KITA TIDAK AKAN BISA MENGETAHUINYA.
 SKEPTISISME DALAM ARTI LUAS : SIKAP MEMPERTANYAKAN
ASUMSI ATAU KESIMPULAN APAPUN HINGGA DAPAT
DITUNDUKKAN DENGAN PENGUJIAN KETAT.
APAKAH REALITAS ITU DAPAT
DIKETAHUI?

 BILA REALITAS DAPAT DIKETAHUI MAKA HARUS MEMILIKI


KONSEPSI TENTANG BAGAIMANA CARA MEMUTUSKAN
KEABSAHAN/KEBENARAN PENGETAHUAN TERHADAP
REALITAS TERSEBUT.
 APAKAH KEBENARAN ITU BERSIFAT RELATIF ATAU ABSOLUT?
APAKAH SEMUA KEBENARAN TUNDUK PADA PERUBAHAN?
APAKAH MUNGKIN SESUATU YANG BENAR HARI INI MENJADI
SALAH ESOK HARI? BILA JAWABAN DARI DUA PERTANYAAN
TERAKHIR “YA” KEBENARAN ADALAH RELATIF
APAKAH PENGETAHUAN ITU SUBJEKTIF ATAU
RELATIF? ADA TIGA PENDAPAT UTAMA TENTANG
OBJEKTIVITAS PENGETAHUAN

 PERTAMA, PENGETAHUAN ITU SESUATU YANG DATANG DARI


LUAR DAN MASUK KE DALAM AKAL PIKIRAN DAN SISTEM
SARAF
 KEDUA, SUBJEK YANG MENGETAHUI MENYUMBANGKAN
SESUATU DALAM PERGUMULANNYA DENGAN KENYATAAN
SEHINGGA IA BERTANGGUNG JAWAB SEBAGIAN ATAS
STRUKTUR PENGETAHUANNYA.
 KETIGA, MANUSIA SEMATA-MATA SEBAGAI SUBJEK YANG
MENJADI PERANCANG KEBENARAN DARIPADA SEKEDAR
SEBAGAI PENERIMA PASIF ATAU PARTISIPAN.
APAKAH TERDAPAT KEBENARAN YANG INDEPENDEN DARI
PENGALAMAN MANUSIA? PERTANYAAN INI MEMUNCULKAN
ISTILAH PENGETAHUAN APRIORI DAN APOSTERIORI

 PENGETAHUAN ARPIORI – KEBENARAN INDEPENDEN DARI


SUBJEK YANG MENGETAHUI DAN IA ADALAH BENAR
TERLEPAS DARI APAKAH MENGETAHUINYA DAN
MENGAKUINYA ATAU TIDAK. KEBENARAN YANG
MENDAHULUI PENGALAMAN MANUSIA TENTANGNYA DAN IA
INDEPENDEN DARI KESADARAN MANUSIA.
 PENGETAHUAN APOSTERIORI- KEBENARAN PENGETAHUAN
YANG BERGANTUNG PADA PENGALAMAN MANUSIA DAN
TERGANTUNG PADA KESADARAN MANUSIA.
SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN

PANCA INDRA
WAHYU
OTORITAS
AKAL PIKIR
ITUISI
TEORI KEBENARAN

 TEORI KORESPODENSI

 TEORI KOHERENSI

 TEORI PRAGMATISME
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN

 SISTEM PENDIDIKAN BERSINGGUNGAN DENGAN PENGETAHUAN –


EPISTEMOLOGI FAKTOR PENENTU UTAMA PAHAM-PAHAM DAN
PRAKTIK-PRAKTIK PENDIDIKAN
 EPISTEMOLOGI MEMPENGARUHI PENDIDIKAN PENTINGNYA RAGAM
SUMBER PENGETAHUAN DAN AKAN TEREFLEKSIKAN DALAM
KURIKULUM
 SEKOLAH YANG DIDASARKAN PADA PREMIS-PREMIS NATURALISTIK
DAN MENJADIKAN SAINS SEBAGAI SUMBER UTAMA PENGETAHUAN
AKAN MEMPUNYAI KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULER
BERBEDA DENGAN YANG MENDASARKAN KURIKULUM PADA
WAHYU SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN.
 EPISTEMOLOGI JUGA MEMPENGARUHI STRATEGI PEMBELAJARAN
DILEMA EPISTEMOLOGIS-METAFISIS
 TIDAK MUNGKIN MEMBUAT PERNYATAAN TENTANG REALITAS TANPA
TERLEBIH DULU MEMPUNYAI SEBUAH TEORI UNTUK SAMPAI PADA
KEBENARAN, SEBUAH TEORI TENTANG KEBENARAN TIDAK BISA
DIKEMBANGKAN TANPA TERLEBIH DAHULU MEMPUNYAI SUATU KONSEP
TENTANG REALITAS.
 EPISTEMOLOGI MERUPAKAN OPERATOR YANG MENGKOORDINASIKAN
SISTEM BERFIKIR DAN MEMBERIKAN OREINTASI DAN PETA DALAM
MEMAHAMI DAN MELIHAT SEMUA REALITAS "YANG MUNGKIN" SEJALAN
DENGAN PRINSIP-PRINSIP METAFISIK YANG DIANUTNYA.
 USAHA UNTUK MENELITI DAN MENGUNGKAPKAN KENYATAAN SELALU
SEIRING DENGNA USAHA UNTUK MENENTUKAN APA YANBG DAPAT
DIKETAHUI DALAM BIDANG TERTENTU.
 EPISTEMOLOGI MENETAPKAN FENOMENA PENGETAHUAN SEBAGAI OBYEK
KAJIANNYA BAIK DARI PENGANDAIAN DAN DASAR-DASARNYA MAUPUN
DARI SISI CARA DAN VALIDITASNYA SEHINGGA YANGA DIKETAHUI DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN.
 CARA PANDANG INI MENUNJUKKAN BAHWA KITA TERPERANGKAP DALAM
JARING SIRKULARITAS
LANJUTAN.....

 MANUSIA HARUS MENYADARI TAK ADA SATUPUN


DAPAT DIKETAHUI SECARA PASTI SEBAGAI HAL
PUNCAK DAN FINAL YANG TERBUKA DAN DITERIMA
OLEH SELURUH MANUSIA
 SETIAP ORANG HIDUP DENGAN SUATU
KEYAKINAN/IMAN TERHADAP KEPERCAYAAN DASAR
YANG MEREKA PILIH
 PENERIMAAN PENDAPAT TERTENTU DALAM
METAFISIKA DAN EPISTEMOLOGI ADALAH SEBUAH
PILIHAN IMAN
AKSIOLOGI
 AKSIOLOGI ADALAH CABANG FILSAFAT YANG BERUPAYA MENJAWAB PERSOALAN:
APA NILAI ITU?
 PERTANYAAN TENTANG NILAI BERKAITAN ERAT DENGAN GAGASAN APA YANG
DIANGGAP OLEH SESEORANG ATAU MASYARAKAT SEBAGAI BAIK ATAU DISUKAI.
 PERSOALANNYA ADALAH SERINGKALI APA YANG DIKATAKAN BERNILAI
BERTENTANGAN DENGAN YANG DIPERBUAT
 MANAKAH YANG BENAR-BENAR BERNILAI, YANG DIKATAKAN ATAU YANG
DILAKUKAN?
 CHARLES MORRIS: NILAI YANG DIUCAPKAN NAMUN TIDAK DIAKTUALISASIKAN
ADALAH SEBAGAI NILAI-NILAI YANG DIPAHAMI, SEDANGKAN NILAI-NILAI YANG
DIAKTUALISASIKAN DISEBUT NILAI OPERATIF.
 PENDIDIK MENENTUKAN APA YANG HARUS DISUKAI OLEH PESERTA DIDIK BUKAN
SEKEDAR MERUMUSKAN DAN MENGKLARIFIKASI PREFERENSI (KECENDERUNGAN
DIRI) YANG MEREKA LAKUKAN ATAU UCAPKAN.
 RUANG KELAS MERUPAKAN TEATER AKSIOLOGIS DI MANA GURU TIDAK BISA
MENYEMBUNYIKAN MORAL DIRINYA.
 KELOMPOK SUBJEK DIDIK MENGASIMILASI DAN MENGIMITASI STRUKTUR NILAI
GRUNYA HINGGA TINGKAT YANG SIGNIFIKAN.
AKSIOLOGI MEMPUNYAI DUA CABANG
UTAMA : ETIKA DAN ESTETIKA

 ETIKA: KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI DAN PRILAKU MORAL.


 ETIKA BERUSAHA MENJAWAB PERTANYAAN: APA YANG HARUS
DILAKUKAN? APA ITU KEHIDUPAN YANG BAIK BAGI SEMUA ORANG?
APA PRILAKU YANG BAIK ITU?
 TEORI ETIKA BERORIENTASI PADA PENGAJUAN NILAI-NILAI YANG
BENAR SEBAGAI FONDASI BAGI TINDAKAN-TINDAKAN YANG BENAR.
 KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI AKAN BERARTI
BILA DIBARENGI DENGAN KONSEPSI-KONSEPSI MORAL DAN ETIK.
..... DAPAT MENGARAH PADA KEKACAUAN DAN BENCANA.
 PENGAJARAN KONSEP-KONSEP ETIK TIDAK MUNGKIN DIHINDARI
 KONSEP-KONSEP ETIK DAPAT MASUK KE RUANG KELAS DALAM
BERBAGAI BENTUK
LANJUTAN
 ESTETIKA: BERKAITAN DENGAN ASPEK-ASPEK TEORITIS SENI DALAM
MAKNANYA YANG PALING LUAS (BUKAN KARYA-KARYA SENI NYATA ATAU
KRITISISME TEKNIS ATAS KARYA-KARYA ITU).
 ESTETIKA ADALAH DUNIA TEORI YANG BERKAITAN DENGAN IMAJINASI
DAN KREATIVITAS – CENDERUNG MENJADI SANGAT PERSONAL DAN
SUBJEKTIF.
 ESTETIKA ADALAH BAGIAN DARI PENGALAMAN KESEHARIAN DAN TIDAK
BISA DIHINDARI
 PENGALAMAN ESTETIK BISA MENIMBULKAN KEPEKAAN, MEMAHAMI
MAKNA-MAKNA BARU, KEHALUSAN FEELING, DAN KEPEKAAN YANG LUAS
 UMAT MANUSIA ADALAH MAHLUK ESTETIK – PENGAJARAN ESTETIKA DI
SEKOLAH, RUMAH ATAU TEMPAT LAINNYA TIDAK BISA DIKESAMPINGKAN.
 PENGAJARAN ESTETIK HARUS DALAM DIMENSI LUAS (MENCAKUP
DIMENSI LINGKUNGAN).
 ESTETIKA ADALAH DUNIA YANG TAKTERPISAHKAN DARI KEHIDUPAN
LAINNYA
ISU-ISU FILOSOFIS, TUJUAN DAN PRAKTIK
PENDIDIKAN
BAB III
FILSAFAT TRADISIONAL DAN PENDIDIKAN
Pengantar

 Pertanyaan-pertanyaan dalam tiga landasan filsafat


menimbulkan berbagai jawaban
 Beragam jawaban tersebut memunculkan beragam aliran
filsafat (Idealisme, Realisme, Neoskolastisisme, pragmatisme,
dan eksistensialisme).
 Beragam kepercayaan tersebut membawa beragam teori dan
praktik pendidikan
 Beragam pandangan filsafat membawa beragam pandangan
terhadap komponen-komponen pendidikan (hakikat peserta
didik, peran pendidik, penekanan muatan kurikuler yang
terbaik, metode-metode pengajaran yang paling efektif, dan
fungsi sosial sekolah.
Fungsi dan Keterbatasan
Pengklasifikasian Sebutan/Aliran Filsafat

 Pertama, sistem klasifikasi aliran filsafat dengan


keterbatasan keakurasian (longgar) – aliran
satu overlap dengan aliran lainnya
 Kedua, terlalu banyak penyedbutan aliran
justru mengaburkan signifikansi perbedaanya.
 Ketiga, pengklasifikasi/penyebutan aliran hanya
untuk penyederhanaan agar memudahkan
dalam memahaminya
Kegunaan Pengklasifikasian Aliran-
Aliran Filsafat

 Pertama, pemikiran manusia memerlukan


sistem-sistem klasifikasi – pengelompokan
berdasarkan karakteristiknya
 Kedua, pengklasifikasian membantu dalam
membangun, memperluas, dan memperkaya
sistem pengetahuan.
Idealisme

 Plato mengajukan banyak konsep yang membentuk


posisi filosofis ini.
 Idealisme menunjukkan bahwa hal-hal tak terlihat
seperti gagasan, pemikiran, dan pikiran lebih
mendapat perhatian daripada yang dapat dirasakan:
objek material atau kekuatan.
 Hal-hal tak kasat mata ini sempurna dan abadi, tidak
berubah dari masyarakat ke masyarakat atau dari
generasi ke generasi.
Idealisme

 Akal pikir adalah sesuatu yang nyata sedangkan materi adalah


akibat yang ditimbulkan oleh akal pikir/jiwa (mind)
 Akal pikir melahirkan gagasan-gagasan yang mengarahkan
pada mempertanyakan (mengkritisi) pengetahuan dan nilai-
nilai tradisional.
 Kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadil (eternal)
– kebenaran tidak ditemukan dalam dunia materi yang berubah
dan tidak sempurna
 Aliran filsafat yang memberikan pengaruh besar pada
pendidikan
Landasan Filosofis Idealisme
 Realitas akal pikir (mind) – (Metafisika/ontologis idealisme)
- Dunia keindrawian bukan dunia realitas ia hanyalah hayang-
bayang dan pengandaian tentang dunia nyata
- Dunia nyata yang lebih asli adalah dunia ide-gagasan yang
melampaui dunia indrawi
- Sebagian besar manusia hidup dengan indra mereka dan tidak
sanggup bersentuhan dengan realitas puncak
- Dikotomik (dunia penampakan yang ditangkap lewat indra
dan dunia relitas yang ditangkap melalui kecerdeasan akal
pikir).
- Metafisika: Realitas bagi idealis terletak pada ranah gagasan.
Hal itu tidak dicerap dengan telinga, mata, atau jari, tapi
digenggam dalam pikiran
Lanjutan.............

 Kebenaran sebagai ide gagasan (Epistemologi Idealisme)


- Teori mengetahui (epistemologi) adalah petualangan secara
mental dalam mencerap ide-gagasan dan konsep-konsep
- Kata kunci dalam epistemologi idealistik adalah konsistensi dan
koherensi. (sesuatu itu benar bila selaras dengan keharmonisan
hakikat alam semesta (universe))
- Epistomologi idealisme bersifat metafisik artinya berupaya
untuk merasionalisasi dan menjustifikasi apa yang secara
metafisis benar
- Pengetahuan diraih dan dikembangkan melalui intuisi, wahyu,
dan rasio.
Lanjutan............
 Nilai-Nilai Dari Dunia Ide (Aksiologi Idealisme)
- Kriteria etik dan estetik berada di luar diri manusia
- Kehidupan etik merupakan suatu kehidupan yang dijalani dalam
keharmonisan dengan alam semesta
- Prilaku etis ada pada peniru diri absolut (Tuhan) – manusia bermoral
adalah ketika ia selaras dengan hukum moral universal
(pengejawantahan zat absolut)
- Estetika adalah seni yang berupaya mengekspresikan yang absolut – seni
bukanlah untuk melukiskan secara lateral gambaran dunia terhadap daya
indrawi kita, melainkan untuk melukiskan dunia sebagaimana yang
absolut memandangnya.
- Seni adalah sebuah usaha untuk menangkap realitas dalam bentuknya
yang sempurna
- Seni adalah idealisasi dari cerapan-cerapan indrawi
- Berperilaku etis - menyesuaikan diri dengan Tuhan yang tak terlihat,
hidup selaras dengan Diri Mutlak dan Hukum Moral Universal. Indah -
saat kita menggambarkan dunia sebagai Diri Mutlak.
PANDANGAN IDEALISME PADA PENDIDIKAN

 Pelajar adalah diri mikroskomik yang berada dalam proses menjadi (becoming)
lebih mirip dengan diri absolut.
 Pelajar penganut idealisme – ditandai oleh keinginan untuk sempurna
 Pelajar harus mengembangkan kecerdasan mereka atas semua hal lainnya
karena realitas berpusat pada gagasan dan pikiran.
 Kependidikan harus diarahkan pada dataran akal pikir – pengetahuan yang
benar hanya dapat dicapai melalui akal pikir
 Penganut idealisme memfokuskan pada perkembangan mental pelajar
 Pada sekolah penganut idealisme guru adalah contoh hidup dari apa yang kelak
bisa dicapai pelajar – guru berada pada posisi yang lebih dekat dengan yang
absolut
 Guru adalah panutan bagi para pelajar (murid) untuk diikuti baik dalam
kehidupan intelektual maupun sosial
 Karena kebenaran adalah ide-gagasan, kurikulum harus ditekankan pada kajian
humanities dan sejarah dan kesusastraan dalam kurikuler – untuk membantu
pelajar dalam usaha pencariannya menjadi sosok manusia dan anggota
masyarakat yang ideal. Matematika juga dapat menjadi penekanan karena
didasarkan pada prinsip-prinsip apriori universal dan pendekatan
pengabstrasian.
Lanjutan.........

 Pernyataan tertulis ataupun terucap adalah landasan


pengajaran dalam idelaisme
 Perpustakaan adalah pusat aktivitas pendidikan di sekolah
 Ruangan kelas adalah perpanjangan tangan dari perpustakaan
 Pengetahuan ditransfer dari guru ke murid
 Guru penganut idealisme menghindari praktikum karena itu
hanyalah bayang-bayang indrawi bukan realitas puncak
 Sekolah adalah tempat dimana akal pikir kejiwaan dapat
berpikir dan mengetahui tanpa kontaminasi pengalaman hidup
sehari-hari
 Fungsi sosial sekolah adalah melestraikan warisan budaya,
sekolah bukan agen perubahan tetapi agen status kuo.
Lanjutan……..

 Siswa harus mengembangkan kecerdasan mereka atas semua


hal lainnya karena realitas berpusat pada gagasan dan pikiran.
 Peran Guru: Guru berperan sebagai panutan bagi siswa. Mereka
berdiri lebih dekat dengan Diri Absolut daripada para siswa,
mengetahui realitas dengan lebih jelas, mematuhi cita-cita etis.
 Penekanan Kurikulum: Humaniora lebih diutamakan daripada
sains. Sejarah dan studi literature berada di pusat kurikulum
idealis karena siswa secara langsung lebih memahami manusia
dan masyarakat ideal. Matematika murni juga penting, karena
tidak berdasarkan pengalaman indra, tapi berdasarkan prinsip
apriori.
Lanjutan……….

• Fungsi Utama Pendidikan: Pengalaman pendidikan harus membawa


siswa ke dalam dunia gagasan, sehingga mereka dapat berpikir dan
mengetahui tentang kenyataan absolut dengan lebih baik. Dalam
pemikiran, siswa harus diisolasi dari pengalaman kehidupan di luar
akademik.

• Peranan Orang Tua: Guru harus lebih dekat dengan Diri Absolut
daripada orang tua; Orang tua, oleh karena itu, harus melepaskan anak-
anaknya ke perawatan dan wewenang guru. Mereka harus mendorong
anak-anaknya untuk tunduk pada gurunya.

• Siapa yang harus mengendalikan pendidikan: Mereka yang lebih dekat


untuk memahami Realitas Tertinggi – Be Coming- harus mengarahkan
proses pendidikan. Siswa dan administrator harus tunduk kepada para
filsuf/guru yang lebih dekat dengan Diri Absolut.
REALISME
 Muncul sebagai reaksi terhadap keabstrakan dan kedunialainan dari
idealisme
 Titik tolaknya ada pada objek-objek indrawi
 Baik wujud dan materi, menurut salah satu pendukung pertama
realisme, Aristoteles, merupakan unsur dasar dari setiap objek
 Unsur pokok dari objek adalah bentuk dan isi/materi – bentuk dapat
muncul tanpa materi tetapi materi tidak bisa muncul tanpa bentuk
 Tidak mengandalkan intuisi, wahyu, dan rasionalisme, realis percaya
bahwa pemahaman yang lebih baik tentang gagasan universal dapat
diperoleh melalui studi dan kategorisasi hal-hal tertentu
 Kajian pada objek-objek material ini adalah struktur dasar bagi ilmu
pengetahuan modern.
LANDASAN FILOSOFIS REALISME

 Realitas segala sesuatu (Ontologi Idealisme)


- Realitas puncak bukanlah ada dalam lingkup akal pikir (mind)
- Realitas adalah segala sesuatu yang berjalan sesuai hukum alam
- Hukum alam tidak hanya mengatur alam fisik tetapi juga dalam
lingkup moral, psikologis, sosial, politik, dan ekonomi
- Realitas ditentukan oleh aturan yang mengatur fenomena fisik.
Lanjutan......

 Kebenaran melalui observasi (epistemologi realisme)


- Kebenaran bagi penganut realisme dinilai sebagai fakta
yang dapat diamati – cerapan idra adalah sarana untuk
memperoleh pengethauan
- Menggunakan pendekatan induktif dalam mengungkap
kebenaran
- Condong pada teori korespodensi – kebenaran adlah hal
yang sesuai dengan situasi aktual
- Hukum alam adalah akal absolut dalam idealisme
- Kebenaran dapat ditentukan dengan mempelajari
fenomena fisik yang sesuai dengan Hukum Alam -
kebenaran adalah fakta yang dapat diamati.
Lanjutan........
 Nilai-nilai dari alam (aksiologi realisme)
- Nilai etik dan estetik diderivasikan dari pengamatan
termhadap alam
- Alam memiliki hukum moral (etik) – manusia harus melihat
alam untuk merumuskan konsep moral
- Alam juga memiliki kriteria keindahan – bentuk seni yang
indah haruslah merefleksikan logika dan tatanan alam
(penghadiran kembali atau penghadiran rasionalitas alam
yang baru)
- Hal-hal yang indah adalah yang saat itu secara akurat
merefleksikan bagaimana keadaan di alam.
Pandangan Realisme pada
Pendidikan
 Pelajar adalah organisme hidup yang dapat melalui pengalaman
indrawiah menangkap tatanan alam hingga pada pergumulan
langsung dengan realitas
 Pelajar adalah orang yang dapat melihat, merasa, dan mengecap.
Dunia ini adalah sesuatu dan pelajar adlah orang yang dapat
mengetahui dunia ini melalui indranya
 Pelajar adalah orang yang tunduk pada hukum alam sehingga tidak
bebas dalam pilihan-pilihannya - pelajar merespon rangsangan
lingkungan.
 Pelajar sebagai bagian dari mesin jagat besar sehingga dapat
diprogram layaknya komputer
 Pelajar dapat dibina, dilatih, dan dibentuk hingga ia belajar dan mahir
untuk membuat respon-respon yang sesuai (psikologi behavioristik)
Lanjutan.........
 Guru dilihat sebagai pengamat yang lebih kompleks yang mengetahui banyak
hal tentang hukum-hukum kosmos
 Peran guru adalah memberikan informasi yang akurat menyangkut realitas
kepada pelajar dengan cara yang paling efisien dan cepat.
 Fungsi pengajaran adalah untuk mendemonstrasikan regularitas (keterarutan
baku) dan hukum-hukum alam dan menyampaikan kepada pelajar fakta-fakta
kelaman yang telah dibuktikan lewat penelitian
 Kurikulum menekankan pada pengajaran dunia fisik – sains mendapatkan bobt
khusu demikian pula matematika. Mendorong penekanan kajian-kaijan
kuantitatif dan statistik pada sains sosial.
 Kurikulum dilihat sebagai pengetahuan yang dapat diukur
 Penekanan Kurikulum: Sains dan Matematika menemukan tempat utama dalam
kurikulum realis. Melalui metode ilmiah dan studi kuantitatif, siswa lebih mampu
memahami kenyataan
 Metode pengajaran harus berbasis pada pengalaman-pengalaman
 Objek-objek fisik dihadirkan di ruang kelas sehingga pelajar dapat merasa,
mencium, dan mendengan objek materi yang diajarkan disamping juga
melihatnya.
 Pembelajaran dilakukan dengan demosnstrasi (pemeragaan materi) di ruang
kelas, karya wisata dan penggunaan alat bantu video visual
Lanjutan.......
 Pengajaran adalah untuk penguasaan fakta-fakta dalam rangka
mengembangkan sebuah pemahaman tentang hukum alam.
 Bertumpu sepenuhnya pada logika induktif karena bergerak
dari fakta-fakta khusus p[engalaman indrawiah menuju ke
hukum-hukum yang lebih umum
 Menggunakan pendekatan mesin pengajaran – manusia adalah
sebuah mesin dan dapat diprogram – yang paling baik manakal
ia paling objektif (dehumanisasi)
 Tujuan sekolah adalah untuk mengalihkan pengetahuan yang
ditetapkan oleh mereka yang mempunyai konsep jelas tentang
sains empiris, hukum alam, dan fungsinya dalam alam semesta.
 Fungsi sekolah menekankan pada pelestarian budaya dengan
penekanan pada pengalihan fakta-fakta yang sudah terbukti
NEO-SKOLATISISME

 Skolastisisme - upaya merasionalisasikan teologi untuk menopang iman dengan rasio


 Pengetahuan diperoleh melalui penggunaan rasio manusia bersandar pada relaitas yang berada
di luar jangkauan manusia (iman) – Thomas Aquinas
 Esensi skolastisisme adalah rasionalisme - skolastik merujuk pada metode tertentu, yakni
metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kritis dan rasional,
diperdebatkan, lalu diambil pemecahannya.
 Ciri dari metode skolastik adalah kerasionalan dari apa yang dihasilkan
 Neo-skolatisisme adalah bentuk baru dari skolatisisme dengan penekanan pada dan seruan
terhadap rasio manusia
 Neo-Skolastisisme adalah gerakan dalam filsafat dan teologi yang berusaha untuk
menghidupkan kembali, mengembangkan, dan mempertahankan pemikiran Scholastic pada
umumnya dan Thomisme khususnya sebagai alternatif terhadap berbagai aliran pemikiran
modern.
 Neoskolatisisme mempunyai dua cabang : sekuler (kebendaan) dan agama
 Neo-scholastics berangkat dengan mensintesis pemikiran Aristotelian dan Kristen
 Thomas Aquinas mengajukan teori "God of the gap": "Seseorang harus memperoleh
pengetahuan sebanyak mungkin melalui penggunaan akal manusia dan kemudian bergantung
pada alam (realm) yang berada di luar jangkauan pemahaman manusia. "
Landasan Filosofis Neo-Skolastisisme

 Realitas rasio dan Tuhan (Ontologi Neo-skolastisisme)


- Mempunyai dua akar pemikiran: pertama, Aristoteles yang
telah meletakkan landasan dasar realisme. Kedua, Aquines yang
telah mensintesiskan filsafat Aristotelian dengan agama.
- Metafisika/ontologi neo-skolastisisme ada dalam dua sisi: dunia
natural (kealaman) yang terbuka bagi rasio dan dunia
supernatural yang tersingkap melalui intuisi, wahyu, dan iman
- Neo-skolastisisme melihat watak dasar alam semesta sebagai
bersifat tetap dan tidak berubah
- Akal budi dan Tuhan yang sangat masuk akal merupakan
kenyataan. Apa yang alami harus dipahami melalui proses
ilmiah, Apa yang tidak wajar harus dipahami melalui intuisi,
wahyu, dan iman. Dalam artian, neo-Skolastik memiliki unsur
idealisme dan realisme
Lanjutan.......

 Kebenaran melalui rasionalisme dan inspirasi – Epistemologi


Neo-skolastisisme
- Dua cara memperoleh kebenaran : kebenaran pertama –
kebenaran intuitif atau selft –evident (tak terbantah)–
ditemukan dalam pernyataan-pernyataan analitis. Kebenaran
kedua – ditemukan dalam pernyataan sintetik
- Bagi penganut sekuler – kebenaran dapat diketahui melalui
rasio dan intuisi dan bagi penganut keagamaan – wahyu
sebagai sumber kebenaran
- Penganut Neo-skolastisisme mempercayai adanya hirarki
kebenaran. Tingkatan yang lebih tinggi adalah lingkup wilayah
self evident dan keimanan. Tingkatan yang lebih rendah adalah
bertumpu pada rasio.
Lanjutan......
 Nilai-nilai yang berkaitan dengan rasionalitas (Aksiologi Neo-
skolastisisme)
- Kehidupan moral adalah kehidupan yang berada dalam keharmonian
dengan rasio
- Manusia yang baik adalah manusia yang keinginan dan kemauannya
tunduk kepada inteleknya, jika ia tahu sesuatu itu benar maka ia akan
melakukannya karena hal itu diterima rasio (kesediaan) melakukan
sesuatu yang baik.
- Estetika sebagai intusi kreatif – sesuatu yang agak mistik yang
mendesakkan gerakan tiba-tiba dari intelek melampaui dirinya sendiri
seakan-akan seni berupaya menghindarkan diri dari rasio
sebagaimana dalam seni dan sastra modern.
- Seni adalah self evident bagi sang seniman – seniman mengintuisikan
makna daripada mendekatinya secara logis walapun ia mungkin
mengapresiasi sebuah karya seni lewat kepuasan yang diterima
intelek.
Pandangan Neo-Skolastisisme pada Pendidikan

 Pandangan neo-skolastisisme pada pendidikan didasarkan pada


kedua alirannya (sekuler dan religius)
- Sekuler : pelajar adalah makhluk rasional yang memiliki potensi
alamiah untuk menggapai kebenaran dan pengetahuan
- Religius: Pelajar adalah makhluk spiritual yang dapat
berhubungan dengan Tuhan
- Sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan rasional dan spiritual pelajar
- Akal pikir memiliki beragam potensi. Potensi rasio, potensi
memori, dan potensi kemauan
Lanjutan.........
 Guru adalah seorang yang berdisiplin mental dengan kemampuan
mengembangkan rasio, ingatan, dan daya kemauan pada diri anak
didiknya.
 Inisiatif pendidikan berada pada guru. Guru bekerjasama dengan
tenaga kependidikan lainnya menentukan pengetahuan apa yang
harus dipelajari oleh pelajar – akan menjadi lebih baik bila selaras
dengan minat dan keinginan anak didik.
 Neo-skolastik religius: guru seorang pemimpin spiritual dan juga
seorang berdisiplin mental.
 Guru adalah orang yang mengarahkan anak didik tidak hanya melalui
ranah rasio tetapi juga keimanan
 Guru menentukan apa yang harus dipelajari siswa, dengan maksud
agar mereka mengembangkan kemampuannya. Guru tidak perlu
terlalu peduli dengan apa yang ingin dipelajari siswanya. Mereka
adalah pendisiplin mental dan pemimpin spiritual juga.
 .
Lanjutan......

 Kurikulum (Neo-skolastik sekuler) – harus memberikan prioritas terhadap


pemupukan aspek-aspek rasional manusia – akal pikir harus mefokuskan
pada penajaman intelektual.
 Kurikulum (Neo-skolastik religius) – harus memasukkan juga kajian
sistematik dogma dan ajaran agama sebagai materi kajian pokok
 Matematika dan Bahasa sangat penting dalam kurikulum neo-skolastik.
Melalui mata pelajaran yang tidak terkontaminasi ini, siswa datang untuk
memahami dunia dan mengembangkan kapasitas mental yang
memungkinkannya untuk lebih memahami dunia.
 Kajian kurikuler mempunyai dua fungsi: 1) menjelaskan dunia kepada pelajar,
dan 2)melatih intelek agar bisa memahami dunia ini.
 Metode pengajaran menekankan pada pelatihan daya-daya kecerdasan
intelektual yang didasarkan pada konsep kedisiplinan mental spiritual
 Metode pembelajaran: menghafal (kunci untuk belajar bahasa) dan
pelatihan logika (kunci untuk menguasai matematika
Perspektif

 Ciri-ciri umum aliran filsafat tradisional


- masing-masing menjadikan metafisika sebagai perhatian utamanya,
menganggap bahwa alam ini mengandung kebenaran dari suatu hal yang
bersifat apriori dan objektif yang menanti penyingkapan oleh manusia
- Masing-masing mempercayai bahwa kebenaran dan nilai itu lebih bersifat
abadi dan tak berubah daripada bersifat relatif dan sementara.
- Masing-masing melihat guru sebagai sosok otoritatif yang mengetahui apa
yang perlu dipelajari murid
- Masing-masing menyusun kurikulum atas dasar materi kajian yang solid
yakni materi kajian yang menitikberatkan pada muatan intelektual
- Masing-masing melihat pendidikan dan sekolah dalam corak konservatif
karena fungsi keduanya adalah untuk mentransfer (mengalihkan) warisan
masa lampau ke sekarang.
Who are You?

 Have you ever seen Idealism, Realism, and Scolaticism


used at a school?

 Does your teaching style reflect any of the beliefs of


Idealism, Realism, and Scolaticism?
BAB IV
FILSAFAT – FILSAFAT MODERN DAN PENDIDIKAN
Pengantar
 Aliran filsafat tradisional: idealisme, realisme, dan neo-skolastisisme
 Aliran filsafat modern: pragmatisme dan eksistesialisme
 Aliran filsafat tradisional menjadikan metafisikan sebagai perhatian
utamanya
 Aliran filsafat modern: terdapat pergeseran pada ketiga landasan filsafat
 Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan dampaknya –
memunculkan penolakan pada realitas absolut yang bersifat statis atau
realitas yang nyata dapat diketahui
 Kebenaran dan juga pengetahuan manusia tentang kebenara adalah relatif
dan tidak ada kepastian yang bersifat universal
 Pergeseran sudut pandang filsafat modern - penjauhan pada persoalan
realitas puncak dan pemfokusan terhadap kebenaran-kebenaran relatif
pada kebenaran dan nilai dari perspektif kelompok sosial (pragmatisme) dan
dari sudut pandah individualisme (eksistesialisme)
 Pragmatisme melihat epistemologi sebagai persoalan utama, sedangkan
esesialisme pada aksiologi.
 Pergeseran ini membawa perubahan mendasar dalam gagasan gagasan
pendidikan (hakikat pelajar, peran guru, tekanan muatan kurikulum, metode
pengajaran, serta fungsi pendidikan dan sekolah)
Pragmatisme
 Filsafat-filsafat tradisional bersifat statis dan cenderung
menerangkan segala sesuatu sebagaimana adanya
 Pragmatisme memalingkan muka dari segala sesuatu, prinsip-prinsip,
kategori-kategori, dan keniscayaan-keniscayaan awal untuk kemudian
beralih pada segala sesuatu, hasil-hasil, konsekuensi-konsekuensi,
serta fakta-fakta baru
 Pragmatisme mengkritisi filsafata tradisional yang telah membuat
kesalahan mencari hal-hal puncak (ultimates), absolut, dan esensi-
esensi abadi.
 Pragmatisme menekankan sains empiris, dunia yang berubah dan
problema-problemanya dan alam adalah seluruh realitas inklusif –
kepercayaan pada sains tidak membolehkan mereka terus berlanjut.
 Pragmatisme juga mempengaruhi pendidikan baik secara langsung
maupun tidak melaui rekonstruksionisme, futurisme, dan humanisme
pendidikan
Landasan Filosofis Pragmatisme

 Sebuah realitas eksperimental (ontologi pragmatisme)


- Realitas tidak pernah terpisahkan dari manusia yang mengetahui –
akal pikir kejiwaan (mind) dan materi (matter) bukan dua hal yang
terpisan dan substansi yang independen
- Manusia hidup dalam dunia pengalaman dan tidak mempunyai cara
untuk mengetahui yang berada di luar pengalaman manusia
- Tidak ada hal absolut, tidak ada prinsip-prinsip apriori, ataupun
hukum-hukum alam yang tidak berubah.
- Realitas bukanlah sesuatu yang abstrak tetapi sebuah pengalaman
traksaksional yang terus menerus berubah
- Realitas bertumpu pada relativitas universal (kesemestaan)
- Realitas tidak terbakukan melainkan berada dalam suatu keadaan
yang berubah terus menerus sejalan dengan pengalaman manusia
yang kian meluas
Lanjutan.........

 Kebenaran sebagai apa yang Berguna dan Berfungsi


(Epistemologi Pragmatisme)
- Pragmatisme pada dasarnya adalah sebuah usaha epistemologi
– pengetahuan berakar pada pengalaman
- Usaha pencarian pengetahuan adalah sebuah transaksi –
manusia belajar dari pengalaman transaksionalnya (proses
berfikir reflektif)
- Menurut John Dewey – ada lima tahapan berfikir reflektif .
Lima tahapan Berfikir Reflektif
 Pertama, manusia menjumpai persoalan – memunculkan keraguan
ketika akal pikir manusia mulai memfokuskan pada persoalan itu
 Kedua, manusia melakukan diagnosis persoalan untuk mengetahui
hakikat persoalan yang sebenarnya
 Ketiga, manusia memberikan akal pikirnya kebebasan untuk
menginventarisir solusi-solusi yang mungkin
 Keempat, manusia merenung dalam akal pikirnya untuk memperkecil
pilihan solusi dengan mempertimbangkan konsekuensi-
konsekuensinya.
 Kelima, pengujian solusi terpilih (hipotesis) yang paling bisa diterima
akal dan tindakan (aplikasi) untuk melihat konseskuensi-konsekuensi
yang diperkirakan nyata terjadi.
 Jika hipotesis atau jawaban yang diajukan berguna ketika diterapkan
ke dalam dunia pengalaman maka ia adalah benar – kebenaran adalah
apa yang berguna.
 Jika sesuatu yang diterapkan berdasarkan hipotesis salah maka
setidaknya harus kembali ke tahap empat
Lanjutan.......

 Pengetahuan dari persepktif pragmatis harus dibedakan dari


kepercayaan
 Kebenaran yang mungkin dianggap perlu dipercayai (to believe)
adalah bersifat pribadi, namun apa yang dianggap perlu diketahui (to
know) harus dapat didemonstrasikan kepada pengamat yang
qualified dan tak berpihak.
 Kepercayaan (keimanan) adalah hal pribadi sedangkan pengetahuan
adalah hal bersifat publik.
 Sebuah pernyataan dapat dianggap sebagai kebenaran adalah
pernyataan yang bisa diungkapkan dalam bahasa “jika .......maka” dan
bisa diuji dengan pengalaman empiris yang bersifat publik.
 Kebenaran adalah relatif, apa yang benar hari ini bisa tidak benar di
waktu mendatang ataqu dalam konteksw situasi yang berbeda
Lanjutan.......
 Nilai-nilai dari masyarakat (Aksiologi Pragmatisme)
- Aksiologi pragmatisme secara langsung berkaitan dengan
epistemologinya
- Nilai-nilai bersifat relatif dan tidak ada prinsip-prinsip bersifat
absolut
- Nilai-nilai berubah sebagaimana perbuahan dalam budaya –
tidak ada aturan aksiologis yang dapat dianggap sebagai hal
yang mengikat.
- Nilai-nilai etis baik adalah hasil pengujian sosial/publik – apa
yang berguna dan berfungsi
- Pendekan etika terus mengalami perkembangan
Lanjutan......

 Bebarapa alasan perkembangan terhadap pendekatan etika


- Sistem nilai etik didasarkan pada aturan-aturan moral
keagamaan
- Pendidikan moral bertalian dengan tradisi
- Cara yang diterima dalam pengajaran moral dalam konteks
keagamaan dipengaruhi oleh Darwinisme dan Kritisisme
- Moralitas baru perlu ditemukan untuk kontinuitas peradaban –
sebuah landasan yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah
umum
Lanjutan.....
 Pragmatisme menganjurkan bahwa seseorang seharusnya
belajar bagaimana membuat putusan-putusan moral yang
rumit tidak dengan bersandar pada prinsip-prinsip yang
ditentukan secara kaku, melainkan lebih dengan
menentukan rangkaian tindakan “cerdas” yang
kemungkinan melahirkan hasil-hasil yang terbaik dalam
kaca mata manusia
 Nilai-nailai moral harus dibersihkan dari unsur-unsur
keagamaan yang tidak ilmiah yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan pada pengujian pandangan
publik.
Lanjutan....

 Kriteria estetik juga ditemuakan dalam pengalaman


manusia
 Estetika adalah sebuah cita rasa sosial
 Jika dalam kehadiran sebuah karya tertentu, manusia
melihat makna-makna baru dalam hidup dan
mempunyai dimensi-dimensi perasaan baru yang
memungkinkan mereka mampu berhubungan
emosional secara lebih baik dengan para sejawat maka
mereka sedang mengalami (menyaksikan) karya seni
yang indah.
Pandangan Pragmatisme terhadap Pendidikan

 Pelajar merupakan subjek yang memiliki pengalaman – sehingga


menjadikannya mampu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
situasi-situasi problematis
 Perlajar bertindak terhadap lingkungannya dan dirangsang bertindak oleh
lingkungannya
 Pengalaman sekolah adalah bagian dari hidup bukan sekedar persiapan
untuk hidup
 Guru bukanlah seseorang yang mengetahui apa yang dibutuhkan subjek
didik – guru adalah pendamping yang lebih berpengalaman (pemandu atau
pengarah) subjek didik dalam pengalaman pendidikan
 Materi pelajaran harus dipilih dengan melihat pada kebutuhan-kebutuhan
subjek didik
 Kurikulum tidak boleh dibagi ke dalam bidang materi pengajaran dan tidak
alamiah
 Kurikulum harus dibangun atas dasar unit-unit yang alamiah (wajar) yang
tidak menimbulkan persoalan dan atas dasar pengalaman yang menekankan
para subjek didik.
Lanjutan.......
 Metode pengajaran harus berorientasi pada pemberian kebebasan
yang besar untuk memiliki kepada subjek didik dalam mencari-cari
situasi-situasi pengalaman belajar yang akan menjadi hal yang paling
berguna bagi mereka
 Ruang kelas sebagai tempat di mana segala pengalaman belajar
dapat diselenggarakan – sebuah laboratorium ilmiah di mana ide-
gagasan siap diuji coba apakah terbukti sanggup diverifikasi
 Karyawisata memberikan keuntungan-keuntungan belajar melebihi
aktivitas-aktivitas belajar seperti membaca dan pengalaman-
pengalaman audio visual.
 Pragmatisme tidak menolak buku-buku, perpustakaan, musemu, dan
sumber-sumber pengetahuan yang terorganisir lainnya – setelah
membangun pengalaman pelajar harus juga mampu belajar lewat
pendekatan-pendekatan logis (tidak langsung terhadap materi
pengajaran yang teroganisir)
 Kebijakan sekolah adalah kebijakan liberalisme tidak khawatir akan
perubahan sosial
Lanjutan........

 Tujuan sekolah mengharuskan subjek didik belajar bagaimana cara


belajar sehingga mereka dapat beradaptasi terus menerus terhadap
dunia yang berubah baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
datang.
 Kurikulum lebih menekankan pada proses daripada materi
 Sekolah adalah sebuah kehidupan dan lingkungan belajar yang
demokratis dimana setiap orang berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan dalam mengantisipasi segera untuk
berpartisipasi yang lebih luas dalam proses pembuatan keputusan di
masyarakat.
Eksistensialisme

 Walter Kaufman - Bukan sebuah filsafat tapi bentuk


pembrontakan terhadap filsafat tradisional
 Lebih dekat terkait dengan susastra dan seni daripada dengan
filsafat formal
 Eksistensialisme sangat memperhatikan emosi-emosi manusia
daripada intelektualnya – eksistensialisme berkaitan dengan
watak.
 Menurut Kaufman ada empat inti dasar eksistensialisme: 1)
penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat apapun, 2)
penyangkalan akan memadainya sistem-sistem kefilsafatan dan
rangkaian kepercayaan, dan 3) ketidakpuasan yang membekas
terhadap filsafat tradisional sebagai hal yang superfisial,
akademis, dan jauh dari kehidupan
Lanjutan.......
 Individualisme adalah pilar utama eksistensialisme
 Eksistensialisme muncul sebagai dampak dari dehumanisasi
industrialisme modern – sebagai pembrontakan terhadap
masyarakat yang telah terampas individualitasnya
 Eksitensialisme berpendapat bahwa filsafat bukanlah sebuah
aktivitas spekulatif yang secara perlahan-lahan dapat
memisahkan diri dari acuan realitas-realitas fundamental
kematian, kehidupan, dan kebebasan.
 Eksistensialisme menolak filsafat yang bertumpu sepenuhnya
pada rasio.
 Filsafat harus diwartakan dengan kepuasan karena ia berada
dalam kondisi perasaan yang meluap di mana realitas-realitas
puncak berhasil diungkapkan.
Lanjutan......

 Eksistensialisme tidak membingkai pemikirannya dalam


peristilahan metafisis, epistemologis, dan aksiologis.
 Namun, tiga landasan filosofis tersebut digunakan dalam
mengkaji pemikiran eksistensialis
Landasan filosofis Eksistensialis
 Realitas sebagai eksistensi (metafisis/ontologi eksistensi)
- Eksistensi mendahului esensi – manusia lebih dulu ada baru
kemudian dirumuskan keapa-annya atau esensinya.
- Kehidupan sehari-hari adalah proses perumusan esensi manusia
– setelah mengalami hidup manusia membuat pilihan-pilihan
dan mengembangkan kesenangan dan ketidaksenangannya –
melalui tindakan ini manusia merumuskan dirinya sebagai
individu
- Manusia adalah apa yang ia pilih untuk ada – hidup adlah pilihan
- Realitas eksistensialisme berfokus pada diri (the self) - manusia
individual – mengada adalah titik bidik utama filsafat
eksitensialisme.
- Manusia bukanlah sesuatu apapun selain apa yang ia “cipta”
tentang dirinya.
Who are You?

 Have you ever seen Pragmatism and Existensialism


used at a school?

 Does your teaching style reflect any of the beliefs of


Pragmatism and Existensialism?
BAB V
TEORI TEORI PENDIDIKAN KONTEMPORER

FILSAFAT TEORI TEORI PENDIDIKAN


IDEALISME
ESENSIALISME
REALISME

POSITIVISME BEHAVIORISME

PARENIALISME
NEOSKOLATISISME REKONSTRUKSIO
FUTURISME
NISME
PRAGMATISME PROGRESIVISME
HUMANISME DESCHOOLING
EKSISTENSIALISME
PROGRESIVISME

 Muncul sebagai reaksi terhadap system pendidikan


tradisional
- Guru yang otoriter
- Terlalu bertumpu pada textbook atau metode pengajaran
yang berorientasi buku
- Belajar pasif dengan penghafalan informasi dan data
factual
- Pendekatan empat dinding bagi pendidikan yang berusaha
mengisolasi pendidikan dari realitas social
- Penggunaan hukumman menakutkan atau fisik sebagai
suatu bentuk pendisiplinan
PRINSIP-PRINSIP PROGRESIVISME

 Menempatakan subjek didik pada titik sumbu sekolah


 Anak selalu siap aktif (mahkluk dinamis yang secara alamiah
berkeinginan untuk belajar) dan persoalan pendidikan adalah
persoalan memadukan keaktifannya dan memberikan arahan
 Peran guru membantu subjek didik belajar bagaimana belajar
mandiri sehingga ia akan menjadi sosok orang dewasa yang
mandiri dalam lingkungan yang berubah
 Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk
hidup
 Pembelajaran berbasis proyek
 Sekolah harus mengembangkan kepemimpinan subjek didik
diskusi yang bebas tentang berbagai ide dan gagasan dan
pelibatan subjek didik dan kejujuran baik dalam belajar maupun
dalam perencanaan pendidikan
 Progressivisme percaya bahwa pendidikan harus berfokus
pada anak dan bukan materi pelajaran.
 Kepentingan siswa yang terpenting, seperti integrasi
pemikiran, perasaan, dan tindakan.
 Peserta didik harus aktif dan belajar memecahkan masalah
dengan bereksperimen dan merenungkan pengalaman
mereka.
 Sekolah harus membantu siswa mengembangkan nilai
pribadi dan sosial sehingga mereka bisa menjadi warga
negara yang bijaksana dan produktif.
 Karena masyarakat selalu berubah, gagasan baru penting
untuk membuat masa depan lebih baik daripada masa lalu
HUMANISME

 Mengadopsi prinsip-prinsip progresif dipadukan


dengan eksistensialisme secara simultan
 Penekanannya lebih pada keunikan anak
secaraperorangan bukan memahami anak dalam kaca
mata unit social (progresif)
 Penekanan ini agar subjek didik menjadi diri yang
terhumanisasikan atau teraktaulisasikan –
menemukan, menjadi, dan mengembangkan kedirian
sejatinya serta keutuhan potensinya
PRINSIP-PRINSIP HUMANISME

 Mewujudkan lingkungan belajar dimana subjek didik


terbebas dari kompetisi, kedisiplinan yang keras, dan
takut gagal
 Ruang kelas terbuka: terdesentralisasikan, tidak ada
jadwal yang kaku, tidak ada materi yang baku, guru
menghabiskan waktunya dengan kelompok kecil
 Sekolah yang bebas – terbuka bagi beragam
kelompok sosial dan mampu membangun hubungan
interpersonal yang hangat
 Sekolah tanpa kegagalan – gagal mencintai dan gagal
meraih harga diri
 Pendidik humanis mempertimbangkan pembelajaran dari
perspektif potensi manusia untuk tumbuh menjadi yang
terbaik.
 Pergeserannya adalah untuk mempelajari dimensi
pembelajaran afektif dan kognitif.
 Keyakinan meliputi: manusia dapat mengendalikan takdir
mereka sendiri; Orang-orang secara inheren baik dan akan
berusaha untuk dunia yang lebih baik; Orang bebas
bertindak tapi harus bertanggung jawab; Perilaku adalah
konsekuensi dari pilihan manusia; dan orang-orang
memiliki potensi tak terbatas untuk tumbuh dan
berkembang.
 Ada kecenderungan alami orang untuk belajar, yang akan
berkembang jika dipupuk, lingkungan yang memberi
semangat
PERENIALISME
 Menolak kalangan progresif – memelopori kembali pada
hal-hal absolut
 Menekankan arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya
besar pemikir masa lalu
 Pendidikan memfokuskan pada aspek mental dan rasional
manusia
 Pendidikan formal lewat persekolahan kurang diperhatikan
untuk mengembangkan manusia bebas atau liberal
 Peran pendidikan dasar dilihat sebagai peran membekali
subjek didik sehingga ia nantinya dapat mengkaji dan
memahami tradisi liberal
PRINSIP-PRINSIP PERENIALISME
 Pendidikan menekankan pada sisi rasional
 Manusia adalah mahkluk rasional – semua orang harus
mendapatkan pendidikan yang sama
 Sistem pendidikan harus berkaitan dengan pengetahuan
bukan pendapat. Pengetahuan adalah kebenaran,
kebenaran dimanapun sama, karena itu pendidikan
dimanapun harus sama
 Kurikulum menekankan pada bahasa, sejarah, matematika,
ilmu alam, filsafat, dan seni
 Karya-karya besar masa lampau adalah sebuah gudang
pengetahuan dan kebijaksanaan yang telah teruji waktu
dan relevan dengan masa kita
 Akuisisi pengetahuan tentang ide-ide besar budaya
tradisional, termasuk memahami realitas, kebenaran,
nilai, dan keindahan, adalah tujuan pendidikan.
 Dengan demikian, kurikulum harus tetap konstan
sepanjang waktu dan konteks.
 Budidaya intelek merupakan prioritas tertinggi
pendidikan.
 Guru harus secara langsung menginstruksikan karya
besar sastra dan seni dan kurikulum inti lainnya
ESENSIALISME

 DILANDASI OLEH FILSAFAT OLEH IDEALISME DAN


REALISME
 LEBIH MEMPERHATIKAN PENGALIHAN FUNGSI
SEKOLAH DALAM MENGALIHKAN FAKTA-FAKTA DAN
KEBENARAN YANG TELAH TERUJI
PRINSIP-PRINSIP ESENSIALIS

 Tugas pertama sekolah adalah mengajarkan


pengetahuan dasariah – sekolah dasar menekankan
pada 3 R
 Belajar adalah usaha keras dan menuntut disiplin
 Guru adalah orang yang mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh peserta didiknya untuk diketahui
 Esensialis percaya bahwa ada pengetahuan inti dan
ketrampilan dasar yang perlu ditransmisikan ke siswa
secara sistematis dan disiplin.
 Fokus praktis, bukan kebijakan sosial, dan penekanan pada
standar intelektual dan moral harus ditularkan oleh
sekolah.
 Ini adalah gerakan back-to-basics yang menekankan fakta.
 Instruksi seragam, langsung, dan berpusat pada subjek.
 Siswa harus diajari disiplin, kerja keras, dan respek
terhadap otoritas
REKONSTRUKSIONISME
 Kelanjutan dari progresifisme
 Pembentukan tatanan sosial baru
 Suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern
 Sekolah sebagai agen reformasi kemasyarakatan
 aliran ini bepikir bagaimana kita mampu menciptakan Sumber
Daya Manusia yang sanggup berasaing di era modernisasi yang
tidak hanya cerdas dalam bidang pengetahuan tetapi memiliki
keterampilan dan sikap yang baik.
 Peserta didik sebagai sasaran utama dalam pendidikan.
 Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam mengemukakan
pendapatnya dan pemikirannya dalam pemecahan suatu
masalah.
 Peran guru sebagai fasilitator bukan yang banyak memberiakan
pemecahan solusi suatu masalah.
PRINSIP-PRINSIP
REKONSTRUKSIONISME

 PENDIDIKAN FORMAL SEBAGAI AGEN UTAMA


DALAM REKONSTRUKSI TATANAN SOSIAL
 METODE-METODE PENGAJARAN HARUS
DIDASARKAN PADA PRINSIP-PRINSIP DEMOKRATIS
 PENDIDIKAN HARUS MEMUNCULKAN KESADARAN
PESERTA DIDIK AKAN PERSOALAN-PERSOALAN
SOSIAL DAN MENDORONG MEREKA UNTUK SECARA
AKTIF MEMBERIKAN SOLUSI
 Kaum rekonstruksi sosial menganjurkan agar sekolah-
sekolah harus mengarah pada merekonstruksi
masyarakat guna menciptakan dunia yang lebih baik.
 Sekolah memiliki tanggung jawab lebih dari sekedar
untuk mentransmisikan pengetahuan, mereka
memiliki misi untuk mentransformasi masyarakat
juga.
 Reconstructionists menggunakan keterampilan
berpikir kritis, inquiry, tanya jawab, dan pengambilan
tindakan sebagai strategi pengajaran.
 Siswa belajar menangani kontroversi dan mengenali
banyak perspektif
BEHAVIORISME

 Akar Dari Behaviorisme Adalah Realisme, Positivisme, Dan


Materialisme
 Tingkah Laku Manusia Adalah Sesuatu Dari Refleks-refleks
Yang Terkondisikan
 Psikologi Harus Berhenti Mengkaji Apa Yang Dipikirkan Dan
Dirasakan Manusia Dan Mulai Mengkaji Apa Yang
Dilakukan Manusia
 Jika Lingkungan Anak Dapat Dikontrol, Maka Ia Akan Bisa
Merancang Anak Tadi Menjadi Sosok Apapun Yang
Dinginkan
PRINSIP-PRINSIP BEHAVIORISME

 Manusia adalah bagian dari alam – seperti alam yang punya


hukum-hukum alam, manusia juga mempunyai hukum-
hukum tingkah laku
 Belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara
stimulus dan respon
 Pendidikan adalah sebuah proses rekayasa tingkah laku –
tugas pendidikan adalah menciptakan lingkungan belajar
yang mengarah pada tingkah laku yang diinginkan
 Peran guru adalah menciptakan sebuah lingkungan belajar
yang efektif
 Behavioris percaya bahwa perilaku adalah hasil kekuatan
eksternal yang menyebabkan manusia berperilaku dengan
cara yang dapat diprediksi, bukan dari kehendak bebas.
 Perilaku yang dapat diamati adalah fokusnya bukan proses
berpikir internal
 Belajar dimanifestasikan oleh perubahan perilaku.
 Hal ini dikenal sebagai stimulus-response theory of
learning.
 Guru memperkuat apa yang akan dilakukan siswa berulang
dan mengabaikan perilaku yang tidak diinginkan.
 Peran guru adalah untuk mengembangkan tujuan perilaku
dan membangun reinforcers untuk mencapai tujuan
KOGNITIVISME/KONSTRUKTIVISME
 Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap
peristiwa belajar siswa – kognitivisme
 Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan - aktif
memahami dan membangun pengetahuan sendiri berdasar
pengalamannya - konstruktivisme
 Pelajar secara aktif membangun pemahamannya tentang realitas
melalui tindakan dan refleksi pengalaman di dunia.
 Bila objek, peristiwa, atau pengalaman baru tidak sesuai dengan
struktur pengetahuan pelajar saat ini, sebuah konflik dipicu
sehingga memerlukan pencarian aktif untuk mengembalikan
keseimbangan.
 Guru memfasilitasi kondisi lingkungan dan memediasi
pengalaman-pengalaman untuk mendukung pembelajaran siswa
INFORMATION PROCESSING
 Teori ini merupakan gambaran atau model dari
kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses
suatu informasi
 Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
INFORMATION PROCESSING
 Teori Pengolahan Informasi - berfokus pada cara-cara spesifik di
mana orang memikirkan ("memproses") informasi yang mereka
terima
 Masukan dari lingkungan menyediakan bahan baku untuk
pengolahan kognitif
 Register sensorik - komponen memori yang menyimpan
informasi yang masuk tanpa dinalasis - dalam waktu yang sangat
singkat (2-3 detik atau kurang)
 Memori manusia mencakup dua mekanisme penyimpanan selain
register sensorik
 Memori kerja - komponen memori yang memungkinkan
orang untuk secara aktif memikirkan dan memproses
sejumlah kecil informasi
 Memori jangka panjang - komponen memori yang memegang
pengetahuan dan keterampilan untuk jangka waktu yang
relatif lama
INFORMATION PROCESSING
 Bagi para ahli teori pemrosesan informasi, fokusnya
adalah bagaimana pikiran individu bekerja.
 Pikiran dianggap analog dengan komputer.
 Terori ini menggunakan simbol untuk mengkodekan,
memproses, mengingat, dan mengambil informasi.
 Teori ini menjelaskan bagaimana sebuah badan
informasi tertentu dipelajari dan menyarankan
strategi untuk memperbaiki pemrosesan dan ingatan
FILSAFAT PERSONAL
1. Apa akar dari realitas sejati?
 ide abadi
 subjektivitas pikiran manusia
 dunia material
 pengalaman
 masyarakat saat ini
 perilaku terpelajar
2. Bagaimana pandangan Anda tentang dunia
materialistik?
 Dunia materialistik ada di luar akal manusia.
 Dunia materialistik terlalu tidak stabil.
 Dunia materialistik hanya ada melalui
keberadaan pikiran manusia
3. Dengan cara bagaimana siswa belajar paling baik?
 dengan membuat koneksi melalui arketipe (insting)
dalam seni dan sastra dari masa lalu
 melalui proses logis di dunia fisik dan studi tentang
alam
 dengan mengajukan pertanyaan dan pada gilirannya
menjawabnya melalui eksperimen pribadi
 dengan berada di lingkungan yang mendorong
perilaku belajar
 melalui kerja sama dengan orang lain dan
pengembangan pikiran individu
 melalui pengalaman pribadi
4. Apa peran masyarakat dalam pendidikan?
 menciptakan budaya yang sama
 mendorong keterlibatan siswa di masyarakat
 menciptakan cara berpikir baru dan mendorong
keragaman
 menegakkan hukum etiket universal
 mengembangkan seni dan sastra yang
menggambarkan arketipe (insting) secara akurat
5. Apa yang harus diajarkan di sekolah?
 penggunaan arketipe dan motif budaya untuk
mengembangkan gagasan baru
 hubungan yang mendalam dengan dunia fisik melalui
studi
 keterlibatan masyarakat dan pemecahan masalah
sosial
 sebuah budaya universal
 gagasan kebebasan dan penciptaan individu yang
otentik
 kerja sama, adaptasi, dan keterampilan pemecahan
masalah
6. Apa tujuan pendidikan / sekolah?
 untuk menciptakan masyarakat yang lebih maju dan
lebih maju
 untuk mendidik seluruh anak
 untuk menciptakan warga yang baik dan layak
 untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
 untuk menciptakan keterlibatan sosial pada siswa
 untuk mengembangkan pemikiran yang cerdik pada
siswa
7. Apa hal yang paling penting yang ingin ditunjukkan
siswa Anda?
 sebuah pemahaman tentang dunia fisik di sekitar
mereka
 kemampuan berpikir secara mendalam, fleksibel,
analitis, dan imajinatif
 pemahaman mendalam tentang diri
 penguasaan pengetahuan akademis dasar
 keinginan untuk menciptakan perubahan sosial dan
membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik
 kemampuan untuk menciptakan lingkungan belajar
8. Manakah dari berikut ini yang paling penting?
 kebebasan berpikir
 kemampuan beradaptasi dan pemecahan
masalah
 pertanyaan konstan dunia
 imajinasi
 tanggung jawab sosial
 pikiran yang menarik dan aktif
9. Dalam refleksi diri, mana ciri-ciri yang paling mirip
dengan Anda?
 logis
 Subyektif
 koperatif
 memikat
 terstruktur
 terlibat secara sosial
10. Metode pengajaran apa yang akan Anda manfaatkan
di kelas?
 dorong refleksi pribadi
 memungkinkan siswa untuk memilih topik mereka
sendiri dalam proyek
 pasang meja dalam lingkaran selama diskusi
kelompok
 Ikuti kunjungan lapangan dan meminta siswa menulis
pengamatan tentang apa yang mereka lihat
 membaca dan menulis dongeng
 mendiskusikan teori
Educational Philosophies Self-
Assessment

This questionnaire will help you recognize and name your


own educational philosophy. Respond to the given
statements on a scale from 1, "Strongly Disagree," to 5,
"Strongly Agree." Record the number of your answer along
with the question number for scoring.

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Kurikulum harus universal; sebuah badan informasi tentang peradaban kuno harus diajarkan melalui
1 diskusi dan ceramah 1 2 3 4 5

Siswa adalah pembuat makna dan membangun pemahaman mereka dari pengalaman aktif, bukan melalui
2 transmisi dari guru 1 2 3 4 5

Pendidikan harus menekankan pertumbuhan pribadi melalui pemecahan masalah yang nyata bagi siswa
3 1 2 3 4 5

Kurikulum tidak boleh ditentukan sebelumnya; Sebaliknya, itu harus berasal dari minat dan kebutuhan siswa
4 1 2 3 4 5

Adalah penting dan bagus bahwa sekolah menanamkan nilai-nilai tradisional pada siswa
5 1 2 3 4 5

Merepresentasikan informasi sebagai simbol dalam pikiran merupakan bagian penting dalam pembelajaran
6 1 2 3 4 5

Sekolah ada untuk menyediakan persiapan praktis bagi pekerjaan dan kehidupan, bukan untuk
7 menumbuhkan perkembangan personal. 1 2 3 4 5

Mengajarkan karya-karya besar sastra kurang penting daripada melibatkan siswa dalam kegiatan untuk
8 mengkritik dan membentuk masyarakat 1 2 3 4 5

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Guru bukanlah menanamkan pengetahuan, melainkan fasilitator kondisi dan pengalaman sehingga siswa
9 dapat membangun pemahaman mereka sendiri 1 2 3 4 5

Tujuan pendidikan harus tetap konstan terlepas dari perbedaan di era/zaman atau masyarakat dan
10 seharusnya tidak berbeda dari satu guru ke guru lainnya 1 2 3 4 5

Sekolah harus mendorong keterlibatan siswa dalam perubahan sosial untuk membantu dalam mereformasi
11 masyarakat 1 2 3 4 5

Penekanan di sekolah harus kerja keras, menghormati otoritas, dan disiplin, bukan mendorong pilihan bebas
12 1 2 3 4 5

Jika lingkungan yang memberi semangat dan menumbuhkan tersedia, pembelajaran akan berkembang secara
13 alami karena setiap orang memiliki kecenderungan yang melekat untuk belajar 1 2 3 4 5

Siswa, seperti komputer, adalah pengolah informasi yang harus memahami peristiwa dan objek di lingkungan
14 mereka 1 2 3 4 5

Sekolah harus memandu masyarakat menuju perubahan sosial yang signifikan bukan hanya meneruskan nilai-
15 nilai tradisional 1 2 3 4 5

Guru harus berkonsentrasi untuk menyampaikan inti pengetahuan yang sama daripada bereksperimen
16 dengan memodifikasi kurikulum 1 2 3 4 5

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Kurikulum harus berfokus pada keterampilan dasar, bukan kepentingan individual siswa
17 1 2 3 4 5

Siswa harus belajar untuk membuat pilihan yang baik dan bertanggung jawab atas perilaku mereka
18 1 2 3 4 5

Konflik-konflik terhadap pemahaman saat ini memicu kebutuhan untuk belajar dan menjadi bermakna
19 1 2 3 4 5

Penghargaan yang dikendalikan oleh lingkungan eksternal mengarahkan pada dan berakibat dalam semua
20 pembelajaran 1 2 3 4 5

Mentransmisikan nilai-nilai tradisional kurang penting daripada membantu siswa mengembangkan nilai-nilai
21 pribadi 1 2 3 4 5

Inti pemahaman belajar berkaitan dengan bagaimana informasi dikodekan, diproses, diingat, dan didapatkan
22 kembali 1 2 3 4 5

Mengadvokasi keabadian klasik adalah bagian penting dari pengajaran.


23 1 2 3 4 5

Persepsi yang berpusat pada pengalaman harus ditekankan, serta kebebasan dan tanggung jawab untuk
24 mencapai potensi seseorang 1 2 3 4 5

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Pendidikan harus membantu mendorong masyarakat agar lebih baik dari dirinya sendiri, bukan
25 membatasinya pada keterampilan-ketrampilan dasar 1 2 3 4 5

Guru harus mendorong ruang kelas yang demokratis, berbasis proyek yang menekankan materi pelajaran
26 interdisipliner 1 2 3 4 5

Seorang individu yang berpengetahuan memfasilitasi atau penyangga pembelajaran bagi pemula berdasarkan
27 pada pemahaman tingkat perkembangan peserta didik dan konten yang akan dipelajari 1 2 3 4 5

Peran guru membantu menciptakan suasana pengasuhan bagi siswa dan untuk mendorong pertumbuhan
28 keseluruhan orang 1 2 3 4 5

Pengajaran melibatkan dukungan penyimpanan dan mendapatkan kembali memori.


29 1 2 3 4 5

Pengajaran yang berhasil menciptakan lingkungan yang mengendalikan perilaku siswa dan menilai
30 pembelajaran dari hasil yang telah ditentukan 1 2 3 4 5

Pusat pendidikan terbesar terutama seputar keterpaparan siswa terhadap prestasi hebat dalam mata
31 pelajaran seni dan sastra 1 2 3 4 5

Belajar membutuhkan modifikasi struktur pengetahuan internal untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
32 informasi baru 1 2 3 4 5

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Peran guru adalah menciptakan suasana yang memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan untuk
33 mencapai tujuan dan memadamkan perilaku yang tidak diinginkan 1 2 3 4 5

Tujuan utama pendidik adalah membangun lingkungan di mana siswa dapat belajar secara mandiri melalui refleksi
34 yang bertujuan tentang pengalaman-pengalaman mereka 1 2 3 4 5

Prinsip penguatan (apapun yang akan meningkatkan kemungkinan sebuah peristiwa akan diulang) dan kedekatan
35 (seberapa dekat dua peristiwa harus secara kronologis ada ikatan yang harus diciptakan) sangat penting untuk 1 2 3 4 5
menjelaskan pembelajaran
Keterlibatan siswa dalam memilih bagaimana dan apa yang harus mereka pelajari penting bagi pendidikan.
36 1 2 3 4 5

Siswa perlu mengembangkan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan bersyarat.


37 1 2 3 4 5

Perilaku seseorang terbentuk oleh lingkungan seseorang; elemen dalam lingkungan itu (bukan individu pembelajar)
38 menentukan apa yang dipelajari 1 2 3 4 5

Sifat khas manusia yang paling khas adalah kemampuan untuk menalar, oleh karena itu fokus pendidikan harus pada
39 pengembangan intelek. 1 2 3 4 5

Pembelajaran harus memandu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam reformasi sosial
40 1 2 3 4 5

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Catat nomor yang Anda pilih untuk setiap pernyataan dalam penilaian diri di ruang
yang diberikan. Jumlahkan skor semua nomor pada setiap bagian untuk
mendapatkan skor Anda untuk bagian itu. Skor tertinggi menunjukkan filosofi
pendidikan dan orientasi psikologis Anda.
Perennialism
Akuisisi pengetahuan tentang ide-ide besar tradisional, termasuk memahami realitas, kebenaran, nilai, dan keindahan,
adalah tujuan pendidikan. Dengan demikian, kurikulum harus tetap konstan sepanjang waktu dan konteks. Budidaya
intelek merupakan prioritas pendidikan tertinggi. Guru harus secara langsung menginstruksikan karya besar sastra dan
seni dan kurikulum inti lainnya.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____
1 10 23 31 39

Essentialism

Esensialis percaya bahwa ada inti pengetahuan dasar dan keterampilan yang perlu ditransmisikan ke siswa secara
sistematis dan disiplin. Fokus praktis, bukan kebijakan sosial, dan penekanan pada standar intelektual dan moral harus
ditularkan oleh sekolah. Ini adalah gerakan back-to-basics yang menekankan fakta. Instruksi itu seragam, langsung, dan
berpusat pada subjek. Siswa harus diajar disiplin, kerja keras, dan respek terhadap otoritas.
__ + __ + __ + __ + __
Total = _____
5 7 12 16 17

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Progressivism
Progressivists believe that education should focus on the child rather than the subject matter. The students' interests are
important, as is integration of thinking, feeling, and doing. Learners should be active and learn to solve problems by
experimenting and reflecting on their experience. Schools should help students develop personal and social values so
that they can become thoughtful, productive citizens. Because society is always changing, new ideas are important to
make the future better than the past.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____

4 24 26 34 36

Reconstructionism/Critical Theory

Social reconstructionists advocate that schools should take the lead to reconstruct society in order to create a better
world. Schools have more than a responsibility to transmit knowledge, they have the mission to transform society as
well. Reconstructionists use critical thinking skills, inquiry, question-asking, and the taking of action as teaching
strategies. Students learn to handle controversy and to recognize multiple perspectives.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____
8 11 15 25 40

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Information Processing
For information processing theorists, the focus is on how the mind of the individual works. The mind is considered to be
analogous a computer. It uses symbols to encode, process, remember, and retrieve information. It explains how a given
body of information is learned and suggests strategies to improve processing and memory.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____

6 14 22 29 37

Behaviorism

Behaviorists believe that behavior is the result of external forces that cause humans to behave in predictable ways,
rather than from free will. Observable behavior rather than internal thought processes is the focus; learning is
manifested by a change in behavior. This is known as the stimulus-response theory of learning. The teacher reinforces
what what the student to do again and again and ignores undesirable behaviors. The teacher's role is to develop
behavioral goals and establish reinforcers to accomplish goals.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____
20 30 33 35 38

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA


Cognitivism/Constructivism
The learner actively constructs his or her own understandings of reality through acting upon and reflecting on
experiences in the world. When a new object, event, or experience does not fit the learner's present knowing structures,
a conflict is provoked that requires an active quest to restore a balance. Teachers facilitate environmental conditions and
mediate experiences to support student learning.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____

2 9 19 27 32

Humanism

Humanist educators consider learning from the perspective of the human potential for growth, becoming the best one
can be. The shift is to the study of affective as well as cognitive dimensions of learning. Beliefs include: human beings can
control their own destiny; people are inherently good and will strive for a better world; people are free to act but must
be responsible; behavior is the consequence of human choice; and people possess unlimited potential for growth and
development. There is a natural tendency for people to learn, which will flourish if nourishing, encouraging
environments are provided.

__ + __ + __ + __ + __
Total = _____
3 13 18 21 28

PHILOSOPHY OF SCIENCE GUNAMANTHA

Anda mungkin juga menyukai