Trait and Factor
Trait and Factor
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan,
dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku).Ciri itu
dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan
dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur
masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama
dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Dan juga Istilah konseling trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka
problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada
dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational.
Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-
kesulitan klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau
pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor
secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga
konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai
“clinical counseling”.
Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan
ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat
“directive”.Akan tetapi kemudian terdapat perubahan-perubahan pendapat diantara mereka.
Pertanyaan-pertanyaan kemudian,seperti dari Williamson, Darley, nampak tidak lagi bersifat “directive”
atau “counselor-centered”. (baca Rochman Natawidjaja,1978,halaman 73-74 atau pada
Dugan,1958,halaman 3 dan Miller,1961,halaman 180). Penyuluh professional dimanapun mereka pernah
mendapat pendidikan, cenderung menempatkan kliennya di pusat proses penyuluhan. Dalam pada itu
tidaklah adil kiranya apabila aliran clinical counseling dianggap sebagai pendekatan yang “directive”,
meskipun memang benar penyuluh-penyuluh dari aliran ini, sampai begitu jauh, mempertahankan
adanya unsur-unsur pengendalian dalam penyelenggaraan wawancara dan oleh karena itu aliran ini
“lebih directive” sifatnya dari pada aliran clien-centered counseling ( Rochman Natawidjaja, halaman 74).
Teori atau pendekatan “Trait and Factor” ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley, serta
pendukung-pendukung lainnya seperti : Walter Bingham, Donald G, Paterson, Thurstone, Eysenk dan
Cattel.
B. Hakekat Manusia
Prinsip-prinsip dasar konseling “Trait and Factor” pada dasarnya berkenaan dengan “hakekat manusia”
yaitu sebagai berikut :
1. Manusia itu pada dasarnya memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk.
4. Baik-buruknya manusia banyak tergantung pada hubungan antara manusia dengan alamnya.
Perkembangan manusia dan kepribadiannya ditentukan oleh faktor-faktor dan yang dimilikinya yang
bersumber dari pembawaan dan lingkungan.Pada tiap orang terdapat sifat-sifat umum (general traits)
yang terdapat pada semua orang, dan sifat-sifat khusus (unique traits) yang berbeda satu dengan
lainnya.Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk
memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
D. Pribadi Sehat.
Apabila klein dapat mengembangkan berbagai aspek kehidupannya seperti pemahaman dan
pengelolaan diri dengan mengenali kelebihan dan kelemahan dirinya serta mampu memperbaiki
kelemahannya sehingga integritas kepribadian tercapai.
Apabila klien tidak mampu mampu memahami dan mengelola diri tentang berbagai kelebihan dan
kekurangannya.
F. Konseling.
1. Tujuan Konseling.
b. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir.
c. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta
membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
d. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode
ilmiah.
2. Konselor.
Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seorang konselor Trait and Factor adalah sebagai
berikut :
a. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh melalui
penyelenggaraan testing psikologis, angket dan alat ukur lainnya.
b. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan kemampuan serta
karakteristiknya.
d. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau gangguannya dengan
diagnosis eksternal.
e. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “memberi informasi” dan
“mengarahkan secara efektif”.
Hubungan konselor dengan klien merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam
hubungan tatap muka.Hubungan yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat
menempatkan diri secara emosional dan psikologis dalam kehidupan klien.
Dalam hubungan ini tidak semata-mata “problem –centered” artinya bantuan tidak langsung atau tidak
segera ditujukan pada pemecahan masalahnya,tetapi justru mengembangkan kemampuan individu
untuk dapat memecahkan sendiri masalahnya.
G. Mekanisme Perubahan.
a. Analisis, langkah ini merupakan langkah pengumpulan data atau informasi tentang diri klien
termasuk sistemnya serta lingkungannya.
b. Sintesis, yaitu konselor memilih data yang telah tersedia, mana yang berguna dan mana yang tidak
sesuai dengan masalah yang sedang dipecahkan .
d. Prognosis, konselor meramalkan tentang hasil yang dapat dicapai oleh klien dari kegiatan-
kegiatannya selama konseling, serta merumuskan bentuk bantuan yang sesuai.
3) Memberikan saran atau ide kepada klien,atau merencanakan kegiatan yang dilakukan bersama klien.
5) Jika perlu,menunjukan kepada konselor atau ahli lain untuk memperoleh diagnosa atau konseling
dalam masalah lainf. Follow Up
1) Apakah klien telah melaksanakan rencana-rencana yang telah dirumuskan atau belum,
3) Perubahan –perubahan apa yang perlu dibuat jika ternyata belum atau tidak berhasil,
2. Teknik Konseling.
Teknik utama (major technique) yang digunakan dalam konseling “Trait and Factor”, adalah :
a. Attending.
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam proses konseling meliputi : kontak mata,
kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh.
1) Menunjukkan pada konseli bahwa proses konseling konselor memperhatikan sepenuhnya kepada
konseli.
3) Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal dalam melaksanakan sesi
konseling.
4) Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam bentuk verbal
maupun non verbal.
b. Opening.
c. Acceptence
1). Mengkomunikasikan sikap dasar konselor terutama ketika membentuk suasana akrab.
2). Disadarinya oleh konseling bahwa konselor benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya.
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan konseling yang dianggap
penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli secara utuh, apa adanya tanpa
merubah makna.
Tujuan :
e. Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan / sikap yang
terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan :
f. Clarification.
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru
dan segar.
Tujuannya :
g. Structuring
2). Dipeerolehnya kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat dalam metode dan tujuan
konseling.
h. Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada
akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya :
1. Pengunaan hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat,
intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan
dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan
diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3. Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan,
pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak
mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasehat harus dipahami klien.
Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan
secara implementasinya.
4. Menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah
klien.