Anda di halaman 1dari 20

FUNGSI DAN WEWENANG YANG TERLIBAT, SERTA BENTUK

ORGANISASI DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI

oleh:
Desti Dwi Fathona (1603171078)
Deola Ayu Meuthia (1603171036)
Afdol Zikra (1603174252)
Andika wahyu permana (1603174263)
Fakhrisa Nur Paramarta (1603172138)
Inayah Alfatiha Karim (1603174222)
Meirinda Yuniar (1603174127)
Febri Toni S (1603174060 )

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Batasan Masalah.....................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................2

1.4 Tujuan Penulisan ....................................................................................2

1.5 Manfaat Penulisan ..................................................................................2

1.5.1 Manfaat Teoretis ...........................................................................2

1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................2

1.6 Metode Penyusunan ...............................................................................2

1.6.1 Metode Pengumpulan Data ...........................................................2

1.6.2 Metode Penulisan ..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

2.1 Pengertian Manajemen Konstruksi .......................................................4

2.2 Jenis-Jenis Organisasi Dalam Manajemen Konstruksi .........................7

2.3 Fungsi dan Wewenang Pihak Yang Terlibat Dalam Manajemen


Konstruksi ............................................................................................10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................15

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................15

3.2 Saran .....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah aktivitas yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan kepemimpinan, serta pengawasan terhadap pengelolaan sumber
daya yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang dilakukan atau yang
berlangsung dalam waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk (deliverable) yang kriterianya telah
digariskan dengan jelas.
Semakin maju peradaban manusia, semakin cangih dan kompleks proyek
yang dikerjakan dengan melibatkan pengguna sumberdaya dalam bentuk tenaga
manusia, material dan dana yang jumlahnya bertambah besar. Diiringi pula
dengan semakin ketat kompetisi penyelenggaraan proyek untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga dibutuhkan cara pengelolaan, metoda serta teknik
yang paling baik sehingga pengunaan sumber daya benar-benar efektif dan efisien
sehingga dibutuhkan manajemen proyek.
Manajemen Konstruksi membawahi mutu fisik dari konstruksi, biaya dan
waktu. Dimana manajemen tenaga kerja/sumber daya manusia dan manjemen
material lebih ditekankan dan digunakan. Karena pada Manajemen Konstruksi,
20% dari manajemen perencanaan berperan dan sisanya, yaitu manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek
mendapatkan bagian yang lebih besar.
Makalah ini dapat menjadi salah satu sumber wawasan bagi mahasiswa,
khususnya pada jurusan desain interior mengenai organisasi Manajemen
Konstruksi dan wewenang yang terlibat.

1.2 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari makalah ini adalah fungsi dan wewenang yang
terlibat dalam manajemen konstruksi, serta organisasi yang digunakan dalam
pelaksanaan manajemen konstruksi.

1
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen konstruksi?
2. Apa jenis-jenis organisasi yang digunakan dalam pelaksanaan manajemen
konstruksi?
3. Bagaimana fungsi dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam
manajemen konstruksi?

1.4 Tujuan
1. Mengetahui lebih banyak pengertian organisasi manajemen konstruksi
atau hal-hal yang berkaitan dengan organisasi manajemen konstruksi,
2. Memaparkan jenis-jenis organisasi yang biasa digunakan dalam
pelaksanaan manajemen konstruksi,
3. Mengetahui fungsi dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam
manajemen konstruksi.

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
mengenai manajemen konstruksi, khususnya pada organisasi dan tugas-
tugas wewenang manajemen konstruksi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari makalah ini diharapkan dapat menjadi
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

1.6 Metode Penyusunan


1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada makalah ini
adalah studi pustaka. Studi pustaka adalah mempelajari berbagai buku
referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna
untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan

2
diteliti, seperti literatur, buku referasi, karangan ilmiah, serta sumber-
sumber lain yang terpercaya.
1.6.2 Metode Penulisan
Penulis makalah ini menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian, tetapi tidak
digunakan untuk membuat simpulan yang lebih luas.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi Manajemen Konstruksi


Definisi manajemen konstruksi itu menurut Soehendradjati, (1987) adalah
kelompok yang menjalankan fungsi manajemen dalam proses konstruksi
(tahap pelaksanaan), suatu fungsi yang akan terjadi dalam setiap proyek
konstruksi. Tujuan pokok dari manajemen konstruksi ialah mengelola atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil sesuai dengan persyaratan (specification). Untuk dapat mencapai tujuan
ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan
dan waktu pelaksanaan.Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan
pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu (time
control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control). 5 Ketiga kegiatan
pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat
berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan (Djojowirono, 1991).
Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikkan
aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen
konstruksi juga bisa diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan
oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah
proyek pembangunan.
Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan
bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi,
diantaranya:

A. Perencanaan proyek manajemen


B. Perencanaan manajemen harga
C. Perencanaan manajemen waktu
D. Perencanaan manajemen kualitas

4
E. Perencanaan administrasi kontrak
F. Perencanaan manajemen keselamatan
G. Perencanaan praktik profesional

A. Peran Manajemen Konstruksi


Sebagai pelaksana pembangunan manajemen konstruksi memiliki
banyak peran, peran tersebut terbagi menjadi 4 berdasarkan tahap
pelaksanaannya, yakni:
A. Agency Construction Management (ACM)
Pada tahap ini, manajemen kontruksi memiliki peraqn sebagai
koordinator penghubung antara perancangan dan pelaksanaan antar
kontraktor. Manajemen kontruksi mulai dari fase perencanaa dimana
pemiliki membuat kontrak dengan para kontraktor sesuai paket
pekerjaan yang diperlukan.
B. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Peran lain yang mungkin diberikan pada manajemen kontraktor adalah
sebagai kontraktor. Hal tersebut dilakukan guna menghindari konflik
tujuan antara pihak manajemen dan pihak kontraktor. Pada bentuk lain,
pihak manajemen bergerak berdasarkan permintaan pihak ESCM atau
kontraktor.
C. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini peran manajemen konstruksi profesional dikembangkan
kembali oleh pemilik, sehingga pihak manajemen juga
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.
D. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih ke arah kontraktor umum daripada
sebagai wakil pemilik. Konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan
konstruksi namun bertanggungjawab pada pemilik mengenai waktu,
biaya dan mutu. Sehingga pada peran ini, manajemen bertindak
sebagai pemberi kerja pada para kontraktor (sub kontraktor).

5
B. Fungsi dan Tujuan Manajemen Konstruksi
Adapun fungsi dari manajemen kontruksi diantaranya:
1. Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan manajemen konstruksi yaitu menentukan apa yang


harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Hal ini menyangkut
pengambilan keputusan pada beberapa pilihan yang berkaitan dengan
proses pembuatan konstruksi.
2. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi mengorganisasi ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk
menetapkan jenis kegiatan yang diperlukan. Tujuannya agar tugas atau
kegiatan yang sudah direncanakan tadi lebih mudah ditangani oleh
para bawahannya kerena sudah terorganisir dengan sangat baik.
3. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini mencakup usaha pengembangan dan penempatan orang
yang tepat dalam jenis pekerjaan yang telah di rencanakan di awal.
4. Mengarahkan (Directing)
Fungsi manajemen kontruksi yang lain yaitu directing atau biasa
disebut dengan supervisi. Fungsi ini menyangkut pembinaan motivasi
dan pemberian bimbingan pada bawahan untuk pelaksanaan tugas
sesusi dengan perencanaan.
5. Mengontrol (Controlling)
Fungsi Controlling ini berguna menjamin perencanaan dapat
diwujudkan secara pasti. Proses kontrol ini pada dasarnya selalu
memuai unsur seperti: perencanaan yang diterapkan, analisa atas
deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan
menentukan langkah yang perlu dikoreksi.
C. Tugas Manajemen Kontruksi
Secara garis besar, berikut ini adalah tugas darii menajemen kontruksi,
diantaranya:

6
1. Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan
metode konstruksi yang benar atau tidak
2. Meminta laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari
kontraktor secara tertulis
3. Manajemen konstruksi berhak menegur dan menghentikan jalannya
pekerjaan jika tidak sesuai dengan kesepakatan
4. Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan
mengundang konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor.
5. Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam
menyampaikan segala sesuatu di proyek
6. Menyampaikan progres pekerjaan kepada owner langsung
7. Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan
spesifikasi kontrak atau tidak.
8. Mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan
oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu.
9. Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh
kontraktor
10. Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai
pelaksanaan pekerjaan.
11. Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor
agar memenuhi syarat K3LMP (kesehatan dan keselamatan kerja,
lingkungan, mutu, dan pengamanan)
12. Memberikan Site Instruction secara tertulis jika ada pekerjaan yang
harus dikerjakan namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat
jadwal.

2.2 Jenis-Jenis Organisasi Dalam Manajemen Konstruksi


A. Organisasi Tradisional.
Organisasi tradisional biasa digunakan pada proyek konstruksi dengan
kondisi biasa / umum. Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak, yaitu :

7
1. Pemilik Proyek yang bertindak sebagai owner sekaligus sebagai
Manajemen Proyek Konstruksi.
2. Konsultan Perencana yang bertindak sebagai perancang konstruksi.
3. Kontraktor yang bertindak ssebagai pelaksana konstruksi.
Skema hubungan ketiga pihak tersebut adalah sebagai berikut :

B. Organisasi Swakelola (Owner - Builder)


Bentuk organisasi swakelola hampir sama dengan organisasi
tradisional, hanya saja unit organisasi Pemberi Tugas (Pemilik Proyek),
Konsultan dan Kontraktor merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan organisasi Pemilik Proyek meskipun proyek telah selesai. Hal
tersebut sekaligus menjelaskan bahwa ide pembentukan organisasi
semacam ini didasarkan pada organisasi terpadu (integration of
organization).
Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiaatan
proyek pada organisasi semacam ini bisa dilakukan overlapping sebab
pemilik proyek berfungsi sekaligus sebagai konsultan dan kontraktor.
Skema hubungan organisasi ini adalah sebagai berikut :

8
C. Organisasi Manajemen Konstruksi (Profesional Construction
Management)
Organisasi Manajemen Konstruksi berkaitan dengan manajemen
proyek yang terdiri dari manajemen konstruksi dan pihak - pihak lainnya
seperti Kontraktor, Konsultan Perencana dan lain - lainnya, yang
mempunyai tugas mengelola proyek secara terpadu dari perencanaan
proyek, desain dan pelaksanaan konstruksi. Hubungan kontrak antara
pihak yang terlibat dalam tim manajemen proyek bertujuan meminimalkan
hubungan timbal balik di dalam tim manajemen proyek.
Pelakasanaan tahapan dalam organisasi semacam ini memungkinkan
adanya overlapping karena pelaksanaan proyek seperti desain dan
pelaksanaan konstruksinya sudah terpadu di bawah koordinasi manajemen
konstruksi. Dalam organisasi jenis ini biasanya manajemen konstruksi
bertindak sebagai wakil owner / pemilik proyek di lapangan.
Skema hubungan organisasi ini adalah sebagai berikut :

D. Organisasi Turnkey
Pada proyek - proyek tertentu, pemilik proyek memiliki keterbatasan
kemampuan teknis dan biaya untuk merealisasikan suatu proyek. Untuk
mengatasi masalah tersebut pemilik proyek menyerahkaan tanggungjawab
desain dan pelaksanaan konstruksi (termasuk pembiayaan) pada suatu
organisasi (investor / kontraktor), pengaturan seperti hal tersbut
dinamakan organisasi proyek turnkey. Ide dasar pembentukan organisasi
turnkey didasarkan pada organisasi terpadu (integration of organization)

9
yang menyerahkan semua kegiatan (desain maupun pelaksanaan
konstruksi) pada satu pihak.
Pada model organisasi ini kontraktor sekaligus sebagai konsultan
perencana sesuai dengan kontrak antara kontraktor dengan pemilik proyek.
Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiaatan proyek
pada organisasi semacam ini bisa dilakukan overlapping sebab
tanggungjawab desain dan pelaksanaan konstruksi berada pada satu pihak
saja.
Skema hubungan organisasi ini adalah sebagai berikut :

2.3 Fungsi dan wewenang pihak yang terlibat dalam manajemen konstruksi
A. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut.
Hak pemilik proyek:
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.

10
1. Mendefinisikan proyek (kebutuhan)
2. Menetapkan tujuan proyek
3. Membentuk dan memilih anggota tim proyek
4. Mengomunikasikan persyaratan mengenai cara proyek
dilaksanakan
5. Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk proyek
Di Indonesia, terdapat dua jenis pemilik yang didasarkan dari sektornya
yaitu sector pemerintah dan sektor swasta. Perbedaan utama antara sektor
pemerintah dengan swasta adalah dari tujuan pelaksanaan proyek tersebut.
Dalam proyek konstruksi, sektor swasta akan lebih cenderung
mengutamakan faktor-faktor ekonomi seperti keuntungan, tingkat
pengembalian investasi, dan risiko.
Kesuksesan proyek dilihat dari seberapa besar keuntungan yang
diperoleh. Sementara itu, sektor pemerintah lebih memperhatikan
kebutuhan publik. Kesuksesan proyek dilihat dari tingkat kesejahteraan
masyarakat pada wilayah setempat akibat dibangunnya sebuah
infrastruktur pada wilayah tersebut.
Dalam pelaksanaan proyek, pemerintah akan selalu diperhatikan oleh
publik sehingga segala aspirasi dan masukan dari publik harus dapat
diakomodasi dengan baik.
B. Konsultan
Konsultan adalah individu atau badan usaha yang memiliki keahlian
dalam spesifikasi pekerjaan tertentu serta memiliki kompetensi untuk
memberi masukan teknis pada suatu proyek.
Secara umum dalam pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas fisik,
konsultan dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap dan mendetail. Konsultan perencana dapat
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan spesialisasi
pekerjaannya.

11
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana :
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
2) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal–hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,
dan syarat–syarat.
4) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
5) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan Pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor. “Pengawas
Konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha
yang dinyatakan ahli di bidang pengawasan jasa konstruksi yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan.”
Undang – Undang Tentang Jasa Konstruksi, BAB I, Pasal 1, ayat 11.
Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh untuk mengawasi
pelaksanaan kerja kontraktor serta mengusulkan, menyetujui, dan
menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
1) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
4) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar.

12
5) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
6) Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul
di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan
dengan kualitas, kuantitas, serta waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
7) Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
8) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku.
9) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan,
bulanan).
10) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau
berkurangnya pekerjaan.
C. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
biaya yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat.
Kontraktor dipilih setelah melalui proses tender yang diadakan oleh
pihak pemilik proyek untuk menjalankan proyek. Kontraktor bertanggung
jawab langsung kepada pemilik proyek, dan selama melaksanakan
tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.
Hak dan kewajiban kontraktor antara lain:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan syarat-
syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.

13
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
D. Sub Kontraktor
Sub Kontraktor adalah pihak pelaksana konstruksi yang mempunyai
spesialisasi khusus yang dipilih oleh pihak yang membuka penawaran
kerja terlebih dahulu. Pihak Sub Kontraktor dapat langsung bertanggung
jawab kepada pihak pemilik proyek apabila dipilih langsung oleh pemilik
proyek tapi tetap berkoordinasi dengan pihak
Kontraktor Utama dan ada juga Sub Kontraktor yang bertanggung
jawab langsung kepada Kontraktor utama karena sebelumnya telah dipilih
oleh Kontraktor Utama
Hak dan kewajiban Sub Kontraktor:
1. Melaksanakan pekerjaan dari Pemilik Proyek / Kontraktor Utama yang
telah disanggupi untuk dapat dikerjakan sesuai dengan gambar
rencana, peraturan-peraturan, dan syarat–syarat yang ditetapkan.
2. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan hasil pekerjaan kepada
pemberi tugas.
3. Bertanggung jawab langsung kepada Pemilik Proyek atau Kontraktor
Utama.
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dari kontraktor
utama atau pemilik proyek berdasarkan perjanjian yang telah
disepakati.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Proyek adalah gabungan dari berbagai sumber daya, yang dihimpun dalam
suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu sasaran tertentu.
2. Peserta Proyek terdiri dari ;
a) Klien
Adalah orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan
atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
yang membayar biaya pekerjaan tersebut.Dapat merupakan
perorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah atau departemen
b) Perancana
Adalah para arsitek dan ahli yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan kebutuhan klien menjadi kenyataan. Pihak yang terkait :
- juru gambar yang menghasilkan gambar kerja dari sketsa arsitek
- ahli struktur
- ahli mekanikal dan elektrikal -surveyor kuantitas yang menyiapkan
taksiran biaya dan dokumen tender.
c) Pelaksana
Adalah orang / badan yang melaksanakan kerja konstruksi fisik yaitu
kontraktor swasta atau pemerintah.
d) Pemakai
Pihak yang menggunakan, mengoperasikan dan memelihara fasilitas
yang akan disediakan.
e) Biaya, mutu dan waktu merupakan komponen penting untuk
menjadwal dan mengendalikan pelaksanaan proyek agar berjalan
sesuai dengan schedule.

15
f) Masing-masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan
baik agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu,
efisien serta dengan kualitas yang memuaskan.
g) Anggaran biaya merupakan bagian terpenting dalam suatu
proyekuntuk melakukan penaksiran dan perkiraan harga dari suatu
barang, bangunan atau benda.

3.2 SARAN

1. Dalam menyiapkan suatu proyek harus dilakukan perencanaan manajemen


sematang-matangnyasupaya todak terjadi kesalahan yang mengakibatkan
kegagalan pada proyek tersebut.
2. Kerjasama antar strukturorganisasi jugaakanberpengaruh dengan
pelaksanaan proyek. Jadi komunikasi antar personal harus terjalin dengan
baik.
3. Membuat perencanaan dengan matang
Sebelum mulai menangani proyek, sangat penting bagi manajer proyek
untuk membuat rencana yang menyeluruh dan terperinci terlebih dahulu.
Perencanaan yang harus dibuat mencakup mengatur anggaran, mengatur
jadwal, menentukan dependensi tugas, menetapkan tenggat waktu,
mengalokasikan sumber daya, dan menentukan tolak ukur (milestone)
untuk mengukur keberhasilan.
4. Pengerjaan proyek yang sesuai kapasitas dan kemampuan.
Sebelum proses manajemen proyek dimulai, manajer proyek harus
menentukan apakah akan mengambil proyek atau tidak. Manajer proyek
dapat menentukan kelayakan mengambil proyek dengan membandingkan
permintaan klien terhadap sumber daya yang tersedia. Manajer proyek
harus mempertimbangkan biaya, bahan, tenaga kerja, dan keahlian yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek yang diberikan.
5. penerapan pelatihan karyawan.

16
Pelatihan sangat penting untuk efisiensi, terutama untuk pengawas
konstruksi yang membutuhkan prinsip dan teknik manajemen yang baik
untuk memastikan agar proyek berjalan dengan lancar.
6. Peningkatan komunikasi dalam proyek manajemen
Pastikan bahwa yang bertanggung jawab selalu tersedia bagi tim,
sehingga yang terlibat tahu mereka dapat datang kepada siapa ketika ada
berbagai masalah yang sulit ditangani sendiri. Mereka juga perlu
mendengar harapan-harapan yang ingin di capai minggu atau bulan depan.
7. Pengingkatan beradaptasi dengan lingkungan dan teknologi
Kunci keberhasilan proyek adalah kemampuan untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan sesegera mungkin, atau Anda bisa
menyebabkan klien kecewa, kehilangan laba, dan bahkan mungkin
menunda untuk memulai proyek di masa yang akan datang.
8. Adanya monitor proyek secara teratur
Memonitor pengerjaan proyek, pekerja, jadwal, dan tugas secara
teratur sangat penting dalam manajemen proyek konstruksi. Akan tetapi,
ini akan sangat memakan waktu bila dilakukan secara manual.
9. Adanya evaluasi
Evaluasi sangat penting dilakukan setelah proyek diselesaikan.
Tujuannya adalah untuk menentukan relevansi dan tingkat pencapaian
keberhasilan tujuan proyek, efektivitas pembangunan, efisiensi, dampak,
dan juga keberlanjutan proyek. Evaluasi juga dapat memberikan pelajaran
para pemangku kepentingan proyek dalam mengambil keputusan di masa
depan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Iman Soeharto, 1997, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai


Operasional, Erlangga, Jakarta.
2. Barrie, Paulson, Sudinarto, 1993, Profesional Contruction Management /
Manajemen konstruksi profesional
3. Husaini Usman, 2002,Manajemen Konstruksi
4. Istimawan Dipohusodo , 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid 1
dan jilid 2, Kanisius Jakarta
5. Rochany Natawidjana,Siti Nurasiyah, Bahan Kuliah Manajemen Proyek,
UPI, 2009.
6. Universitas Tarumanegara, 1998, Ilmu Manajemen Kontruksi untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai