Anda di halaman 1dari 2

PERENCANAAN TENAGA KERJA

Perencanaan tenaga kerja (labor planning) menentukan kebijakan susunan kepegawaian


yang berhubungan dengan (1) stabilitas ketenagakerjaan, (2) jadwal kerja, dan (3) aturan kerja.

Kebijakan Stabilitas Ketenagakerjaan


Stabilitas ketenagakerjaan berurusan dengan sejumlah karyawan yang dipertahankan oleh
organisasi pada suatu waktu yang ditentukan. Terdapat 2 kebijakan dasar dalam menghadapi
stabilitas:
1. Mengikuti permintaan dengan persis sama: Mengikuti permintaan dengan persis sama
mempertahankan biaya tetap langsung yang mengikat pada produksi, tetapi memunculkan
biaya lainnya. Biaya-biaya lainnya meliputi (a) biaya perekrutan dan layoff, (b) asuransi
pengangguran, dan (c) upah yang premium untuk menarik personel agar menerima
pekerjaan yang tidak stabil.
2. Mengadakan pekerjaan yang konstan: Mengadakan pekerjaan pada level konstan
mempertahankan tenaga kerja yang terlatih dan menjaga perekrutan, layoff, dan biaya
pengangguran pada level minimum.
Kebijakan-kebijakan ini hanya ada dua dari beberapa yang dapat menjadi efisien dan
memberikan kualitas kehidupan pekerjaan yang memadai. Perusahaan harus menetapkan
kebijakan mengenai stabilitas ketenagakerjaan.

Jadwal Kerja
Variasi yang paling populer adalah jadwal kerja yang dinamakan dengan flextime (waktu
fleksibel). Flextime memungkinkan bagi para karyawan, di dalam batasan tertentu, dapat
menetapkan jadwal mereka sendiri. Kebijakan flextime akan memungkinkan karyawan
(dengan notifikasi yang tepat) untuk berada di tempat kerja pukul 8 pagi kurang lebih 2 jam.
Kebijakan ini memungkinkan lebih otonomi dan independensi pada sisi tenaga kerja. Beberapa
perusahaan telah menemukan bahwa flextime memberikan keuntungan biaya yang rendah yang
dapat mendorong tingkat kepuasan kerja. Permasalahan dari sudut pandang OM bahwa kerja
produksi tersebut memerlukan kepegawaian secara menyeluruh sebagai kegiatan operasional
yang efisien.
Sama halnya, beberapa industri menemukan bahwa strategi proses mereka sangat
membatasi opsi penjadwalan sumber daya manusia mereka. Misalnya, perusahaan
manufakturing kertas, pemurnian minyak bumi, dan perusahaan listrik memerlukan susunan
kepegawaian sekeliling waktu, kecuali untuk pemeliharaan dan perbaikan pemadaman.
Opsi lainnya adalah hari kerja yang fleksibel. Rencana ini sering kali dilakukan untuk
beberapa waktu saja, tetapi dalam hari yang lebih lama, misalnya 4 hari 10 jam atau dalam
kasus rencana perakitan, pergantian 12 jam. Bekerja dalam pergantian 12 jam biasanya berarti
bahwa bekerja 3 hari dalam 1 minggu dan 4 berikutnya. Pergantian seperti ini kadangkala
dinamakan sebagai hari kerja yang ditekan. Penjadwalan-penjadwalan ini layak bagi fungsi
operasional yang banyak – sepanjang para pemasok dan konsumen dapat diakomodasikan.
Opsi lainnya adalah hari yang paling singkat daripada hari yang paling lama. Rencana
ini seringkali memindahkan para karyawan pada status paruh waktu. Opsi semacam ini
terutama menarik dalam industri jasa, di mana susunan kepegawaiannya untuk beban saat
puncak musim diperlukan. Bank dan restoran sering kali merekrut pekerja paruh waktu.

Penggolongan Pekerjaan dan Aturan Kerja


Banyak organisasi memiliki klasifikasi pekerjaan dan aturan kerja yang ketat yang menentukan
siapa yang mengerjakan apa, kapan mereka akan melakukannya, dan dengan kondisi apa
mereka akan melaksanakannya, sering kali sebagai hasil dari tekanan serikat. Klasifikasi
pekerjaan dan aturan kerja ini membatasi fleksibilitas karyawan ditempat kerja, yang mana
pada gilirannya akan mengurangi fleksibilitas fungsi operasional. Bahkan bagian dari tugas
manajer operasional adalah untuk mengelola hal yang tdak diharapkan. Oleh karena itu,
perusahaan semakin fleksibel ketika susunan kepegawaian dan menentukan penjadwalan kerja,
maka semakin efisien dan responsif mereka.

Anda mungkin juga menyukai