Penempatan yang berakibat terhambatnya produktivitas karyawan merupakan satu
hambatan bagi tenaga kerja yang memiliki produktivitas kerja dan kepuasan kerja tinggi yang berakibat pada para pekerja cenderung untuk berhenti pada bulan-bulan pertama mereka bekerja. Keadaan ini sering terjadi di perusahaan karena penempatan karyawan yang kurang tepat pada bidangnya masing-masing atau tidak mengikuti prinsip the right man the right place yang sudah umum diterapkan di perusahaan yang menginginkan produktivitas kerja dan kinerja karyawan yang tinggi. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan telah lama menjadi minat penelitian terhadap perilaku organisasi, psikologi industri dan praktik sumber daya manusia (Chuang & Sackett, 2005). Fit to job mencerminkan kompatibilitas antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang dengan tuntutan pekerjaan atau kebutuhan atau keinginan seseorang dan apa yang disediakan oleh pekerjaan (Carless, 2005). Pekerjaan pribadi sesuai dengan keinginan pekerja (kebutuhan, tujuan, nilai, kepentingan, dan preferensi) dipenuhi oleh apa yang dibutuhkan oleh pekerjaan (karakteristik pekerjaan dan atribut pekerjaan) dan / atau tuntutan pekerjaan (persyaratan kinerja) dipenuhi oleh kemampuan karyawan (Holtom & Inderrieden, 2006). Seperti yang dikemukakan oleh para peneliti bahwa anggota organisasi lebih berhasil dalam pekerjaan mereka saat pekerjaan sesuai dengan minat, nilai, dan kemampuan mereka (Chuang & Sackett, 2005; Gregory & Albrittton, 2010; Kahya, 2009). Hal ini dipahami bahwa ketika karyawan merasa cukup pada pekerjaan mereka, beban psikologis mereka akan dilepaskan; Oleh karena itu, mereka akan lebih percaya diri saat mereka mampu melakukan prestasi kerja yang lebih tinggi. Penempatan (placement) merupakan kegiatan pengadaan sumber daya manusia, seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan (2012:22) bahwa: Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah calon pegawai dinyatakan lulus seleksi/diterima, maka pegawai tersebut akan ditempatkan pada jabatan atau posisi kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya (Wahyudi, 2006:95). Penempatan adalah proses kegiatan dalam suatu perusahaan untuk menentukan lokasi dan posisi seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan. Menurut Rivai (2013:198) penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi yang lain. Menurut Siagian (2012:168) penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai baru, akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi. Definisi penempatan menurut Sastrohadiwiryo (2005:162) penempatan tenaga kerja adalah proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus seleksi untuk dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan-kemungkina yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang, serta tanggungjawabnya.
Manfaat dan Tujuan Penempatan Karyawan
Pada kenyataannya penempatan karyawan tidak sesederhana yang dibayangkan beberapa kalangan, mengingat kesalahan dalam penempatan akan berakibat tingginya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal tersebut tentunya akan merugikan perusahaan, namun apabila pelaksanaan penempatan karyawan dilakukan secara tepat dan benar akan memberikan manfaat bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dari penempatan karyawan menurut Saydam (2008:219): 1) Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, meliputi: (1) Perusahaan yang mengisi kekosongan lowongan pekerjaan. (2) Perusahaan dapat memperbesar produksi yang dihasilkan dengan adanya sumber daya manusia baru. (3) Perusahaan dapat mengembalikan biaya yang dikeluarkan sebelumnya dalam proses pengadaan sumber daya manusia. (4) Perusahaan mendapatkan sumber daya manusia baru dengan semangat dan ide-ide baru bagi pengembangan perusahaan. 2) Keuntungan yang diperoleh oleh sumber daya manusia yang bersangkutan, meliputi: (1) Dapat menjadi lebih tenang karena sudah ada kepastian untuk mulai kerja. (2) Mendapat kesempatan untuk menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktunya pada perusahaan yang selama ini hanya didengar dari orang ke orang saja. (3) Dapat meningkatkan kemampuan dengan menggali potensi diri sendiri. (4) Mendapat kenalan-kenalan baru dan suasana baru dalam unit kerja baru. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa penempatan karyawan yang baik akan dapat memberikan berbagai keuntungan, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan pada dasarnya mempunyai tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan perilaku, begitu juga dengan penempatan karyawan, manajer sumber daya manusia, menempatkan seorang karyawan atau calon karyawan dengan tujuan antara lain agar karyawan bersangkutan lebih berdaya guna dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, serta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai dasar kelancaran tugas dan menempatkan orang yang tepat dan jabatan kerja yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Maksud diadakan penempatan karyawan adalah untuk menempatkan karyawan sebagai unsur pelaksanaan pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kemampuan 2. Kecakapan 3. Keahlian Selain dari tujuan penempatan kerja, ada juga prinsip-prinsip dari penempatan kerja. Prinsip penempatan kerja dalam manajemen sumber daya manusia adalah pegangan hidup yang diyakini dalam menempatan kerja karyawan supaya tujuannnya bisa tercapai.
Prinsip-prinsip Penempatan Karyawan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penempatan karyawan menurut Musenif yang dikutip oleh Suwatno (2011 : 13) sebagai berikut : 1) Prinsip kemanusiaan Prinsip yang menganggap manusia sebagai unsur pekerja yang mempunyai persamaan harga diri, kemauan, keinginan, cita-cita dan kemampuan harus dihargai posisinya sebagai manusia yang layak tidak dianggap mesin. 2) Prinsip demokrasi Prinsip ini menunjukan adanya salang menghormati, saling menghargai, dan saling mengisi dalam melaksanakan kegiatan. 3) Prinsip the right man on the right place Prinsip ini penting dilaksanakan dalam arti bahwa penempatan setiap orang dalam setiap organisasi yang berarti bahwa penempatan setiap orang dalam organisasi perlu didasarkan pada kemampuan, keahlian, pengalan, serta pendidikan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. 4) Prinsip equal pay for equal work Pemberian balas jasa terhadap karyawan baru didasarkan atas hasil prestasi kerja yang didapat oleh karyawan yang bersangkutan. 5) Prinsip kesatuan arah Prinsip ini diterapkan dalam perusahaan terhadap setiap karyawan yang bekerja agar dapat melaksanakan tugas-tugas, dibutuhkan kesatuan arah, kesatuan pelaksaan tugas, sejalan dengan program dan rencana yang digariskan. 6) Prinsip kesatuan tujuan Prinsip ini erat hubungannya dengan kesatuan arah, artinya arah yang dilaksanakan karyawan harus difokuskan pada tujuan yang dicapai. 7) Prinsip kesatuan komando Karyawan yang bekerja selalu dipengaruhi adanya komando yang diberikan sehingga setiap karyawan hanya mempunyai satu orang atasan. 8) Prinsip efisiensi dan produktivitas kerja Prinsip ini merupakan kunci ke arah tujuan perusahaan karena efisiensi dan produktifitas kerja harus dicapai dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Faktor-faktor Penting dalam Penempatan Karyawan
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penempatan karyawan menurut Saydam (2008:155) adalah: 1. Faktor Prestasi Akademis Prestasi akademis yang telah dicapai oleh pegawai yang bersangkutan selama mengikuti jenjang pendidikan harus mendapatkan pertimbangan. Dengan mempertimbangkan faktor prestasi akademis, maka dapat ditetapkan dimana pegawai yang bersangkutan akan ditempatkan sesuai dengan prestasi akademisnya. 2. Faktor Pengalaman Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan pegawai tersebut. Hal tersebut berdasarkan pada kenyataan yang menunjukan bahwa makin lama bekerja maka makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan. Banyaknya pengalaman bekerja memberikan kecenderungan bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang relatif tinggi. 3. Faktor Kesehatan Fisik dan Mental Dalam menempatkan pegawai faktor fisik dan mental perlu dipertimbangkan karena tanpa pertimbangan yang matang maka hal-hal yang bakal merugikan perusahaan tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Penempatan pegawai pada tugas dan pekerjaan tertentu harus disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental pegawai yang bersangkutan. 4. Faktor Status Perkawinan Mengenai status perkawinan pegawai adalah merupakan hal yang sangat penting, selain untuk kepentingan ketenagakerjaan juga sebagai bahan pertimbangan dalam penempatan pegawai. 5. Faktor Usia Dalam rangka menempatkan pegawai, faktor usia pada diri pegawai yang lulus dalam seleksi perlu mendapatkan pertimbangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari rendahnya prestasi kerja pegawai yang bersangkutan. Sedangkan menurut Wahyudi (2006:32) menyatakan bahwa dalam melakukan penempatan pegawai perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1, Pendidikan, yaitu pendidikan minimum yang dipersyaratkan yaitu menyangkut: a. Pendidikan yang seharusnya, artinya pendidikan yang harus dijalankan dengan syarat tertentu. b. Pendidikan alternatif, yaitu pendidikan lain yang apabila terpaksa dengan tambahan latihan tertentu dapat mengisi syarat pendidikan yang seharusnya, seperti pendidikan soft skill dan pendidikan profesi. 2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja agar dapat melakukan kerja dengan wajar, pengalaman kerja sebelum ditempatkan dan yang harus diperoleh pada waktu ia bekerja dalam pekerjaan tersebut. 3. Keterampilan, yaitu kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya diperoleh dalam praktek. 4. Pengalaman, yaitu pengalaman seorang tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan tertentu, pengalaman ini dinyatakan dalam: a. Pekerjaan yang harus dilakukan. b. Lamanya melakukan pekerjaan itu. c. Senioritas jabatan. Sastrohadiwiryo (2005:128) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penempatan kerja adalah: 1. Pendidikan Preestasi akademis yang di miliki tenaga kerja selama mengikuti pendidikan sebelumnya harus dipertimbangkan, khusunya dalam penempatan kerja tersebut untuk menyelesaikan tugas pekerjaan, serta mengemban wewenang dan tanggung jawab. Prestasi akademis yang perlu dipertimbangkan tidak terbatas pada jenjang terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang pendidikan yang pernah dialaminya.Tenaga kerja yang memiliki prestasi akademis tinggi harus ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, sebaliknya tenaga kerja yang memiliki latar belakang akademis rata- rata atau dibawah standar harus ditempatkan pada tugas dan pekerjaan ringan dengan beban wewenang dan tanggung jawab yang relatif rendah. Latar belakang pendidikan pun harus menjadi pertimbangan dalam menempatkan karyawan. Misalnya, sarjana ekonomi harus ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dalam bidang ekonomi. Latar belakang akademis ini dimaksudkan untuk menempatkan karyawan yang tepat pada posisi yang tepat pula (The Right Man on The Right Place). 2. Usia Faktor usia tenaga kerja yang lulus seleksi perlu dipertimbangkan dalam penempatan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja berdasarkan usia perlu dilakukan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan yang bersangkutan. 3. Keterampilan Kerja Kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang harus di peroleh dalam praktek, keterampilan kerja ini dapat di kelompokan menjadi 3 kategori yaitu: a. Keterampilan mental, seperti menganalisis data, membuat keputusan dan lain-lain. b. Keterampilan fisik, seperti membetulkan listrik, mekanik, dan lain-lain. c. Keterampilan social, seperti mempengaruhi orang lain, menawarkan barang atau jasa 4. Pengalaman Kerja Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan pertimbangan dalam penempatan kerja karyawan. Kenyataan menunjukkan makin lama karyawan bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki karyawan yang bersangkutan, sebaliknya semakin singkat masa kerja, semakin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja benyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja. Pengalaman bekerja yang dimiliki seseorang kadang-kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang menjulang tinggi. Karyawan yang berpengalaman dapat langsung menyelesaikan tugas dan pekerjaanya. Karyawan hanya memerlukan pelatihan dan petunjuk yang relatif singkat. Sebaliknya karyawan yang hanya mengandalkan latar belakang pendidikan dan gelar yang disandangnya, belum tentu mampu mengerjakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan cepat.
Prosedur Penempatan Karyawan
Prosedur penempatan karyawan berkaitan erat dengan sistem dan proses yang digunakan. Berkaitan dengan sistem penempatan Sastrohadiwiryo (2005 : 130) mengemukakan harus terdapat maksud dan tujuan dalam merencanakan sistem penempatan karyawan. Untuk mengetahui prosedur penempatan karyawan harus memenuhi persyaratan : 1) Harus ada wewenang untuk menempatkan personalia yang datang dari daftar personalia yang dikembangkan melalui analisis tenaga kerja. 2) Harus mempunyai standar yang digunakan untuk membandingkan calon pekerjaan. 3) Harus mempunyai pelamar pekerjaan yang akan diseleksi untuk ditempatkan. Apabila terjadi salah penempatan (missplacement) maka perlu diadakan suatu program penyesuaian kembali (redjustment) karyawan yang berrsangkutan nsesuai dengan keahlian yang dimiliki, yaitu dengan melakukan : 1) Menempatkan kembali (replacement) pada posisi yang lebih sesuai. 2) Menugaskan kembali (reasignment) dengan tugas-tugas yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
Manajemen Bakat (Talent Management)
Penempatan kerja bagi karyawan harus benar-benar disesuaikan dengan bakat dan kemampuan karyawan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik sesuai harapan dan tujuan perusahaan. Diperlukan manajemen bakat dalam suatu perusahaan agar dapat mengetahui dan mengenal dengan baik bakat (potensi) yang dimiliki karyawan atau yang dikenal dengan peta bakat (talent mapping). Kinerja perusahaan bukan hanya ditentukan oleh modal finansial, mesin, teknologi dan modal tetap, melainkan sebenarnya dipengaruhi oleh kapital atau modal intangible, yaitu sumber daya manusia. Kesuksesan organisasi ditentukan oleh sumber daya manusia yang bertalenta tinggi. Sebenarnya peruashaan sudah mengetahui kebutuhan talent ini berdasarkan visi, misi, strategi dan value dari perusahaan. Tetapi yang sering dilupakan oleh perusahaan adalah memperkirakan kebutuhan talent berdasarkan tantangan industri di masa mendatang. Karena apabila tantangan industri tidak dipertimbangakan, maka bisa dipastikan perusahaan akan kekurangan talent pada saat dibutuhkan di masa mendatang dan berakibat pada perusahaan yang tidak memiliki keunggulan dalam persaingan (Permana et al, 2011). Talent Management adalah salah satu alat manajemen utama untuk mengelola aset manusia di abad ke-21, karena sumber daya utama bagi perusahaan untuk bersaing bukan hanya tanah, modal dan aset fisik lainnya dan modal manusia diperlukan bagi organisasi untuk beradaptasi dengan persaingan global dan memaksimalkan keuntungan yang berkaitan dengan teknologi sekarang makmur (Cappelli, 2008) yang dikutip oleh Tash et al (2016). Manajemen bakat (talenta) didasarkan pada fakta bahwa karyawan sekarang adalah aset setiap organisasi yang paling mahal dan berharga, mengingat bahwa organisasi kontemporer diharapkan dapat berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit sumber daya. Manajemen talenta adalah proses yang sistematis dan komitmen organisasi untuk menarik, melibatkan, mengembangkan, mempertahankan pemain top dalam sebuah organisasi. Ini terdiri dari semua proses kerja, aktivitas, strategi, praktik dan sistem yang diarahkan untuk mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja yang superior. Manajemen talenta adalah tentang memiliki orang yang tepat dicocokkan dengan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat, dan melakukan hal yang benar dan di tempat yang tepat (Devine dan Powell, 2008). Manajemen bakat hanya mengacu pada proses yang terorganisir untuk menarik, memilih, mempekerjakan, melibatkan, melatih dan mengembangkan, mempertahankan dan memanfaatkan talenta terbaik untuk keuntungan terbaik sebuah organisasi. Ini bertujuan untuk memastikan penempatan kerja yang tepat pada saat yang tepat, pada posisi yang tepat bagi kandidat yang tepat untuk memberikan yang terbaik dan tetap berkomitmen terhadap organisasi. Padahal, manajemen bakat bersifat organisasi tertentu, namun fokusnya adalah pada pengembangan dan optimalisasi potensi atau talenta individu dalam organisasi lebih cepat daripada sebelumnya untuk meningkatkan daya saing. Bakat adalah salah satu sumber penting bagi organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif (Zhang, et al, 2012) dan manajemen talenta akan gagal tanpa komitmen manajemen puncak untuk mempertahankan tenaga kerjanya (Lockwood, 2006) dikutip oleh Nezwi et al, (2015).