Anda di halaman 1dari 14

19/11/2019

Kuinon
Kurkuminoid
Fitokimia Uhamka

KUINON

1
19/11/2019

PENDAHULUAN

Kuinon adalah metabolit sekunder yg memiliki


cincin aromatis dengan sistem satu atau dua gugus
keton)

Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat


dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Benzokuinon
2. Naftokuinon
3. Antrakuinon
4. Kuinon isoprenoid

2
19/11/2019

1. Benzokuinon
terdiri dari 2 gugus kabonil pada sistem
cincin aromatis heksasiklik (monocyclic),
biasanya pada posisi orto atau para
merupakan pigmen fungi dan jarang
dijumpai pada tumbuhan tinggi.

OCH3

O
2-metoksi benzokuinon

OH
2. Naftokuinon
mengandung dua gugus karobonil pada salah
satu sistem cincin aromatis (bicyclic), biasanya
pada posisi orto atau para O
Lawson
pigmen tumbuhan merah-kuning.
Mudah larut dalam pelarut organik seperti
benzena.
Beberapa senyawa bersifat racun dan
antimikroba.
Contoh : Lawson (kandungan utama henna),
lapakol (untuk mewarnai kapas), alkanin,
filokuinon (vitamin K1).

3
19/11/2019

3. Antrakuinon

mengandung inti anthracene dengan dua


gugus karbonil (tricyclic), biasanya pada
cincin B pada posisi para

Larut dalam pelarut organik

Berfungsi sebagai zat warna, mulai


berwarna kuning sampai cokelat.

4. Kuinon isoprenoid
terdapat sedikit dalam jaringan tumbuhan
contoh: ubikuinon (terlibat dalam respirasi sel)
dan plastoquinon (terlibat dalam fotosintesis).

4
19/11/2019

TEKNIK EKSTRAKSI
umumnya, kuinon lebih mudah larut dalam lemak
dan akan terekstraksi bersama-sama dengan
senyawa pigmen lain (sperti: karetenoid dan
klorofil).
Benzokuinon, naftokuinon dan antrakuinon biasanya
terhidroksilasi  bersifat seperti “senyawa fenol”
bentuk glikosida dpt diekstraksi dgn air, etanol,
metanol)
bentuk bebasnya diekstraksi dgn pelarut nonpolar:
eter atau benzena

IDENTIFIKASI KUINON
1. Reaksi warna
Untuk memastikan apakah senyawa pigmen
merupakan kuinon atau bukan, digunakan reaksi
reduksi bolak balik  kuinon menjadi senyawa
tidak berwarna menggunakan natrium borohidrida,
kemudian warna dikembalikan lagi dengan
mengocok larutan tersebut di udara.
Reaksi Borntrager (terbentuk warna kuning berubah
menjadi merah jika ditambah basa) → positif
antrakuinon bebas
Reaksi Schonteten (larutan boraks) → terbentuk
fluoresensi yg diamati pada UV 366
penyinaran dengan UV  Hidroksikuinon
menunjukkan warna memudar

10

5
19/11/2019

a. Identifikasi antrakuinon bebas


0,5 gram serbuk direndam dalam 50 ml air
panas (baru saja mendidih) selama 5 menit 
saring selagi masih panas  Filtrat didinginkan.
Filtrat ini disari dengan eter sebanyak 3 kali,
(masing-masing 10 ml eter)  sari eter
dikumpulkan  dicuci dengan 5 ml air (bila
perlu sari eter dapat dipekatkan sekedarnya) 
sari eter direaksikan dengan larutan amonia,
NaOH atau KOH.
Timbulnya warna merah muda pada lapisan
amonia, NaOH atau KOH menunjukkan
adanya antrakuinon bebas.

11

b. Identifikasi adanya antrakuinon yang terikat


sebagai glikosida
0,5 gram serbuk direndam dengan campuran FeCl3
dan HCl (2:1) sampai semua serbuk terendam 
dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit
(sampai semua glikosida terhidrolisis sempurna) 
saring selagi masih panas  didinginkan.
Filtrat ini disari dengan eter sebanyak 3 kali (masing-
masing menggunakan 10 ml eter)  sari eter
dikumpulkan  cuci dengan 5 ml air (bila perlu sari
eter dapat dipekatkan sekedarnya)  direaksikan
dengan larutan encer amonia, NaOH atau KOH.
Timbulnya warna merah muda pada lapisan amonia,
NaOH atau KOH menunjukkan adanya antrakuinon
bebas yang berasal dari hasil hidrolisis glikosida
antrakuinon.

12

6
19/11/2019

2. metode KLT:
Benzokuinon sederhana dan naftokuinon → fase gerak:
non polar seperti benzena murni, kloroform murni, eter
minyak bumi, atau campuran sederhana pelarut tsb.
Antrakuinon → deteksi dgn pereaksi semprot KOH 10%
dlm metanol (warna kuning jadi coklat, lama2 jadi
merah)
Penyemprotan dengan biru leukometilena pada KLT
bercak biru pada latar belakang putih (positif kuinon)
Uap aminoa  tidak bereaksi (berbeda dgn flavonoid)

13

Plat tanpa disemprot pereaksi kimia

UV 365 nm UV 254nm

Fase gerak  etil asetat:metanol:air (100:13,5:10)


Senyawa pembanding T1 = aloin, T2 = 7-hidroksialoin
Sampel (5µl dalam metanol) 1 = Aloe capensis (type I), 2 = Aloe capensis (type
II)

14

7
19/11/2019

Plat disemprot KOH 10% dalam metanol

UV 365 nm Visible

Fase gerak  etil asetat:metanol:air (100:13,5:10)


Senyawa pembanding T3 = aloe-emodin
Sampel (5µl dalam metanol) 1 = Aloe capensis (type I), 2 = Aloe capensis (type
II), 3 = Aloe barbadensis, 4 = Aloe perryi, 5 = Aloe dari Kennian, 6 = Aloe dari
Uganda

15

3. metode KCKT
Benzokuinon dan Naftokuinon dapat dipisahkan
dengan micropak Si-10 dengan fase gerak isopropanol
1% dalam eter minyak bumi, sementara Antrakuinon
dapat dipisahkan dengan kolom micropak CH-5
dengan fase gerak metanol-air (1:1) yang diasamkan
sampai pH 3.
4. Identifikasi kuinon juga dapat dilakukan dengan
mengukur spektrum (baik UV-Vis, IR, atau MS).
Pada spektrum IR, kuinon menunjukkan pita karbonil
khas yang kuat.
Pada spektrum massanya (MS), kuinon dapat dikenali
karena sifatnya yang mudah melepaskan satu atau dua
molekul karbon monoksida (CO) dari puncak ion
induk.

16

8
19/11/2019

PENETAPAN KADAR
Antrakuinon (aglikon) dapat ditetapkan kadarnya dari
ekstrak non polar
Cara: simplisia diekstraksi dgn benzena, uapkan → residu
dilarutkan dgn KOH → warna yg terbentuk diukur
serapannya pada pjg gelombang 515 nm

17

KURKUMINOID

18

9
19/11/2019

Kurkumin adalah senyawa aktif berupa polifenol yang


ditemukan pada kunir (Curcuma longa/Tumeric) dan
Curcuma sp yang lain.
Berwarna kuning kecoklatan hingga kuning  pewarna
makanan

19

Senyawa kurkumin

C21H20O6 (BM =368)

polar

C20H18O5 (BM =338)

semi polar

20

10
19/11/2019

SIFAT FISIKA KIMIA


Kurkuminoid tidak larut dalam air dan dietileter
beraroma khas
tidak bersifat toksik.
Perubahan pH lingkungan menyebabkan berubah warna.
Suasana asam → berwarna kuning atau kuning jingga
(struktur tidak terdisosiasi). Suasana basa → berwarna merah
(struktur mengalami disosiasi dan degradasi).
Sensitif terhadap cahaya. Bila terkena cahaya, terjadi
dekomposisi dan degradasi struktur. Kadar kurkuminoid
rimpang temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari
langsung lebih kecil dibanding yang dikeringkan tanpa sinar
matahari.
Suhu → Kurkumin akan terdegradasi pada suhu ≥70oC

21

Pengujian
degradasi
kurkumoniod
dengan metode terdegradasi
HPLC

tidak terdegradasi

Sistem HPLC: kolom Nukleosil-NH2 dengan fase


gerak etanol 96%, pada pH alkalis, masa inkubasi 5
menit dan 28 jam.

22

11
19/11/2019

ISOLASI KURKUMINOID

1. Isolasi cara kering (Sidik, 1985)


sistem terbaik (perolehan % rendemen kurkuminoid
paling banyak):
- teknik soxhlet dengan pelarut aseton
- teknik refluks dengan pelarut etanol
ekstrak yang diperoleh diuapkan  dicuci dengan eter
minyak tanah/benzena  diuapkan
bahan dasar yang terbaik: rimpang temulawak yang
dikeringkan tanpa diambil minyak atsirinya terlebih
dahulu dibanding rimpang yang minyak atsirinya telah
diisolasi.

23

2. Isolasi cara basah


Serbuk rimpang direfluks dengan
menggunakan zat aktif permukaan yang
dibuat dengan cara penyabunan oleum ricini
dengan NaOH  saring  filtrat
ditambahkan asam sitrat (hingga pH=6) 
dinginkan  terjadi pengendapan sekitar 24
jam  endapan disaring  dikeringkan
Rendemen yang dihasilkan berkisar 18-
19,9%

24

12
19/11/2019

ANALISIS KUALITATIF
KURKUMINOID
1. Reaksi warna:
- asam borat → komplek warna merah
- NaOH → warna merah
2. Spektrofotometri Vis :
1. Dalam buffer aseton-bikarbonat (pH 11) : 520 nm
2. Dalam metanol : 420 nm-426 nm
3. Dalam CCl4 : 408 nm
4. Dalam DMSO : 430 nm
3. Spektroskopi inframerah: perbedaan kurkumin dengan
desmetoksikurkumin terletak pada daerah 1400-1600 cm-1

25

26

13
19/11/2019

4. Spektroskopi massa:
perbedaan kurkumin
dan
desmetoksikurkumin
terletak pada fragmen
m/e 350 dan 368 (milik
kurkumin), dan fragmen
m/e 320 dan 338 (milik
desmetoksikurkumin.

27

TERIMA KASIH

28

14

Anda mungkin juga menyukai