Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPEMIMPINAN ORGANISASI PEMNBELAJAR


“Mental Models”
Dosen Pembimbing : Marlina Elfa lubis, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. M
u
h
ammad Akmal Pratama (0801182262)

2. Lubna Zubaidi (0801182211)

3. Umi Torika. S (0801183320)

4. Rahmi Lestari (0801181116)

5. Wawan Kurniawan (0801182197)

6. Zulfikar Abdul Aziz (0801171102)

7. Nurul Khairani (0801181144)

8. Nurkhoirunnisa (0801183367)

9. Hasanah Widya Ningtyas (0801183367)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat beriring salam kita serahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad
SAW, semoga syafa’atnya di kita dapatkan di akhirat kelak. Aamiin.

Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah “Model Mental Kepemimpinan”

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Marlina Elfa lubis, SKM, M.Kes. Kami
harap semoga makalah ini dapat diterima, serta berguna dan bermanfaat dalam
meningkatkan wawasan serta pengetahuan bagaimana memahami model mental
kepemimpinan.

Selain itu kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sekiranya kami dapat menerima kritikdan saran agar kami lebih baik kedepannya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih, lebih kurangnya mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 12 November 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................3

ii
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. Definisi Mental Model............................................................................4
B. Pembentukan Mental Model ..................................................................5

C. Mental Model dan Pemimpin .................................................................9


D. Mental Model dan Organisasi………………………………………….10

BAB III PENUTUPAN..........................................................................................12


A. Kesimpulan.............................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai perubahan pada dekade terakhir ini digambarkan oleh
banyak ahli manajemen sebagai suatu turbulent (angin kencang yang
berubah arah), organisasi yang sangat cepat mengalami perubahan,
ditambah dengan iklim kompetisi antar organisasi yang semakin kuat
menuntut organisasi apapun untuk selalu mampu mengalami perubahan
dan persaingan. Organisasi harus mampu berkompetisi dengan sesama,
juga harus mampu berkompetisi dengan lembaga lain. Untuk mampu
berkompetisi tersebut organisasi harus mampu melihat berbagai kebutuhan
dan harapan stakeholder1.
Dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi, personil didalamnya
akan saling berbagi tugas, mengatur pembagian kewenangan dan
tanggungjawab, membuat prosedur kerja, aturan dan sebagainya untuk
memudahkan mereka bekerja. Seorang pemimpin akan mengarahkan,
mengkoordinasikan dan menentukan keputusan untuk keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, oleh karenanya
kualitas seorang pemimpin dengan kepemimpinannya sangat berpengaruh
dan penting dalam suatu organisasi1.
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang
memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin
dicapai bersama (Shared Goal) (Hemhiel and Coons, 1957).Pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya,
sedangkan kepemimpinan adalah proses kegiatan memimpin.
Salah satu bentuk kepemimpinan menggunakan pendekatan
perubahan adalah “Kepemimpinan Stratejik dengan Pendekatan Organisasi

1
Pembelajaran.” Organisasi pembelajaran (Learning Organization)
bersumber pada konsep yang dikemukakan oleh Peter Senge (1990), yaitu
organisasi yang orang-orangnya secara terus-menerus meningkatkan
kapasitasnya untuk menciptakan hasil-hasil yang sungguh-sungguh
mereka inginkan, terus menerus mengembangkan dan memelihara pola-
pola pikir baru dan sistemik, membebaskan aspirasi-aspirasi kolektif
berkembang, dan mereka terus belajar bersama-sama secara sinerjik .
Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah bahwa dalam situasi perubahan
yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan produktif yang dapat
bertahan. Agar hal ini terjadi, ia berpendapat bahwa organisasi perlu menemukan
bagaimana memanfaatkan komitmen orang dan kapasitas untuk belajar pada
semua tingkat’ (Senge, 1990)3.
Teori lima disiplin yang diidentifikasikan Peter Senge merupakan
kunci untuk mencapai organisasi jenis ini. Dimensi Learning Organization
Peter Senge (1999) mengemukakan bahwa di dalam learning organization
yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi
untuk belajar, berkembang, dan berinovasi yakni:
1. Personal Mastery
Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki
wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi
pada hal-hal yang strategis2.
2. Mental Model
Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,
dan prasangka atas rangsangan yang muncul2.
3. Shared Vision
Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara
murni tanpa paksaan2.
4. Team Learning
Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif, dan
berkesinambungan2.

2
5. System Thinking
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Kesuksesan suatu organisasi
sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan
pekerjaan secara sinergis2.
Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh,
dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi
pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk
beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa
depan2.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi mental model ?
2. Bagaimana proses pembentukan mental model ?
3. Bagaimana hubungan antara mental model dan pemimpin ?
4. Bagaimana hubungan antara mental model dan organisasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi mental model
2. Untuk mengetahui proses pembentukan mental model
3. Untuk mengetahui hubungan antara mental model dan pemimpin
4. Untuk mengetahui hubungan antara mental model dan organisasi

3
Bab II
Pembahasan

A. Definisi Mental Model


Peter Senge mendefinisikan model mental sebagai semua asumsi,
generalisasi, bahkan gambaran yang tersimpan kuat dalam pikiran dan
perasaan sehingga mempengaruhi segala tindakan, perilaku dan
pandangan tentang kehidupan dan dunia pada umumnya5.
The discipline of mental models starts with turning the mirror
inward; learning to unearth our internal pictures of the world, to bring
them to the surface and hold them rigorously to scrutiny. It also includes
the ability to carry on “learningful” conversations that balance inquiry
and advocacy, where people expose their own thinking efectively and
make that thinking open to the influence of others. (Senge 1990:9)6.
Mental Model adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau
bahkan gambar dan gambar yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan’. Hal tersebut
tergambar pada perilaku kita dan cerminkan dari tindakan kita3. Didalam
mempelajari model mental (mental models) dimulai dengan melihat
cerminan diri sendiri, mengembangkan kemampuan yang diri sendiri dan
kemampuan untuk ‘learningful’, mengungkapkan pemikiran secara efektif
dan membuat pemikiran terbuka untuk mempengaruhi orang lain3,6.
Mental models merupakan satu dari lima disiplin yang
dikemukakan Peter Senge (1990). Mental models merupakan refleksi diri,
menelusuri dan mendukung, dimana orang-orang mengekspos pemikiran
sendiri secara efektif dan menjadikan pemikiran yang terbuka terhadap
pengaruh orang lain6.
Tjakraatmadja dan Lantu (2006:189) menyatakan bahwa model
mental menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk
melakukan perenungan, mengklarifikasi dan memperbaiki gambaran-

4
gambaran internal (pemahaman) tentang dunia, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang sarat dengan moral etika.
Senge (1996:8) menyatakan These are ‘deeply ingrained
assumptions, generalizations, or even pictures and images that influence
how we understand the world and how we take action’ bahwa model
mental adalah asumsi yang sangat melekat umum, atau bahkan suatu
gambaran dari bayangan / citra yang berpengaruh bagaimana kita
memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan6.Sehingga
model mental dapat dikatakan sebagai konsep diri, yang dengan konsep
tersebut akan menghasilkan pengambilan keputusan yang baik6

B. Pembentukan Mental Model


Mental Model berasal dari pengamatan dengan pengetahuan,
informasi-informasi membentuk skemata-skemata sehingga terbentuklah
mindset atau yang disebut model mental 7. Salah satu teori dasar
pembentukan mental model adalah yang disampaikan oleh Cris Argyris
yaitu The Ladder of Inference atau tangga Argyris, yang kemudian
dikembangkan oleh Peter Senge. “The Ladder Of Inference” adalah suatu
proses seperti tangga dalam mengambil kesimpulan. Teori ini berasal dari
Chris Argyris kemudian dikembangkan oleh Peter Senge dalam Learning
Organization. Menurut teori ini ada tingkatan dalam mengambil
kesimpulan yaitu:
1. Reality and fact (kenyataan dan fakta)
2. Selected reality (kenyataan yang terseleksi)
3. Interpreted reality (kenyataan yang diinterprestasikan)
4. Assumtion (asumsi)
5. Conclutions (kesimpulan-kesimpulan)
6. Beliefs (keyakinan)
7. Action (bertindak)

5
Gambar 1. Tingkatan Pengambilan Keputusan
Dengan menerapkan the ladder inference akan membantu kita
terhindar dari membuat kesimpulan yang salah dan mengabaikan fakta-
fakta4.

Kepustakaan lain menyebutkan Model mental (Mental Model)


adalah suatu prinsip yang mendasar dari organisasi pembelajar. Model
mental adalah suatu aktivitas perenungan yang dilakukan dengan terus
menerus mengklarifikasikan dan memperbaiki gambaran-gambaran
internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk
tindakan dan keputusan kita. Model mental terkait dengan bagaimana
seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia
melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model mental
merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap
individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap
masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan
sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan
mengambil keputusan terbaiknya. Model mental ini kemudian
menghasilan cara berfikir atau mindset.

6
Gambar 3 : Mental Model
Sumber :
Didalam proses terbentuknya mental model terdapat hal tersebut dibawah
ini, yaitu:
a. Konstruksi : menciptakan sesuatu mencari pola dan makna yang paling
semu.
b. Penghapusan : memilih dan menyaring pengalaman, menutupi
beberapa bagian.
c. Distorsi : pengalaman yang berliku mengubah pengalaman,
mengurangi dan melengkapi bagian memberikan arti yang berbeda
dengan kenyataan (reading different meaning into it) .
d. Generalisasi : gambaran umum atas semua kejadian yang sama
menciptakan sesuatu dari pengalaman dan mempresentasikan
kelompok.
Selain proses tersebut diatas, didalam pembentukan suatu model
mental terdapat Teori Chris Argyris (Teori Dewasa dan Tidak Dewasa)
yang merupakan pengembangan dari Teori X dan Y. Teori X dan Teori Y
oleh Mc.Gregor berdasarkan atas penelitiannya pada organisasi tradisional
dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan,
hubungan piramida antara atasan dan bawahan, dan pengendalian kerja
ekstrenal, adalah pada hakikatnya berdasarkan atas asumsi-asumsi

7
mengenai sifat manusia dan motivasinya. Teori X menyatakan bahwa
sebagian besar manusia lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa
tanggungjawab, serta menginginkan keamanan atas segalanya. Mengikuti
falsafah ini maka kepercayaaanya ialah orang-orang hendaknya dimotivasi
dengan uang, gaji, honorarium dan diperlakukan dengan sanksi hukuman.
Untuk menutupi kelemahan dari asumsi teori X itu, maka Mc.Gregor
memberikan alternative teori lain yang dinamakan teori Y. asumsi teori Y
merupakan kebalikan dari teori X.
Teori Argyris menambahkan bahwa ada perbedaan antara sikap dan
perilaku pada diri seseorang. Menurut Argyris, ada tujuh perubahan yang
terjadi di dalam kepribadian seseorang jika ia berkembang ke kedewasaan.
a. Seseorang itu akan bergerak dari suatu keadaan pasif sebagai anak-anak,
ke suatu keadaan yang bertambah aktivitasnya sebagai orang dewasa.
b. Seseorang akan berkembang dari suatu keadaan yang tergantung kepada
orang lain ke suatu keadaan yang relatif merdeka sebagai orang dewasa.
c. Seseorang bertindak hanya dalam cara sedikit sebagai anak-anak, tetapi
sebagai orang dewasa ia akan mampu bertindak dalam berbagai car.
d. Seseorang itu mempunyai minat yang tidak menentu, kebetulan dan tidak
begitu mendalam dan kuat minatnya sebagai orang dewasa.
e. Persfektif waktu bagi anak-anak adalah singkat, hanya melibatkan waktu
kini, tetapi sebagai orang dewasa maka perspektif waktunya bertambah
menjangkau masa lalu dan masa yang akan datang.
f. Seorang sebagai anak-anak, ia berada di bawah pengendalian setiap orang
(Subordinary to every one) .
g. Sebagai anak-anak, seseorang kurang kesadaran akan dirinya, tetapi
sebagai orang yang sudah matang ia tidak hanya sadar, tetapi mampu
untuk mengendalikan dirinya.

C. Mental model dan pemimpin


Kegagalan dalam mewujudkan ide dan gagsan cemerlang dalam
suatu organisasi kerap tidak dapat terwujud . Hal tersebut seringkali
disebabkan mental model (pola pandang dan persepsi) para anggota

8
organisasi terhadap suatu kejadian sekelilingnya tidak sama atau berbeda
satu sama lain dan hal ini akan mempengaruhi tindakan terhadap
pandangan realitas tersebut. Tindakannya akan produktif bila mental
modelnya sesuai (mendekati) realitas. Bila mental modelnya tidak sesuai
dengan realitas keputusan akan berlawanan dengan realitas.
Dalam kaitan hal tersebut sangat penting bagi setiap pimpinan
untuk memliki kemampuan untuk mengatasi model-model mental yang
tidak sesuai dengan tujuan organisasi, dengan tujuan meningkatkan
efektivitas keputusan dan menghindari konflik dan mempercepat
penyelesaian masalah.Mental model yang tidak sesuai dengan realitas
obyektif akan menimbulkan keputusan / tindakan keliru terhadap realitas
sehingga timbul konflik dan masalah tidak terselesaikan.
Pemimpin dalam menyesuaikan dan menumbuhkembangkan
kesamaan mental model anggota organisasi yang sesuai dengan realitas
kolektif harus mempunyai kemampuan hal hal dibawah ini,yaitu:
1. Ladder of Inference, yaitu urutan berpikir dalam menganggapi suatu
kejadian. Dalam hal ini jangan terlalu cepat menyimpulkan (leap of
abstraction), yaitu terlalu cepat pindah dari pengamatan langsung
(concrete data) kepada kesimpulan tanpa pengujian. Harus mampu
berpikir dengan tenang dan dengan tata urut yang jelas sehingga dapat
diperoleh suatu kesepakatan dan keputusan untuk bertindak dengan lebih
obyektif.
2. Left Hand Column¸ yaitu kemampuan mengungkapkan hal-hal yang
sifatnya tertutup. Dalam hal ini jangan mengatakan sesuatu yang berbeda
dengan apa yang ada dalam pikiran. Masih ada pemimpin yang hanya
bermanis bibir (lip service) untuk mengatakan pemberdayaan, belajar dari
kesalahan dan seterusnya tetapi tindak nyata tidak sesuai dengan perkataan
tersebut. Komitmen yang dibangun disini adalah kejujuran, keterbukaan,
kepercayaan, dan integritas. Warren Bennis (2002) mengemukakan bahwa
integritas adalah landasan kepercayaan, bukan sekedar bahan
kepemimpinan, namun lebih merupakan hasil kepemimpinan. Integritas

9
adalah sebuah kualitas yang tidak dapat diperoleh, namun harus dimiliki.
Tanpa integritas pemimpin tidak akan berfungsi. Dengan demikian
keberadaan kepemimpinan yang berintegritas adalah yang tanggap,
bermoral, beretika, serta profesional dalam mengelola permasalahan dan
tuntutan publik. Komitmen terhadap kejujuran dan integritas ini
selanjutnya menjadi norma serta dilakukan secara fokus, serius, ikhlas
yang diawali diri sendiri. Anwar Suprijadi mempertegas hal ini bahwa
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kepercayaan (trust).
Kepercayaan harus dibangun melalui integritas dan kompetensi.
Kepercayaan akan ada jika pemimpin itu mempunyai jati diri sebagai
individu yang patut dipercaya karena kejujurannya, komitmennya dan
kompetensinya. Dengan kepercayaan, pemimpin akan mendapat dukungan
terutama dari pihak-pihak yang berkaitan dengan perubahan. Dalam
birokrasi, kepercayaan dan dukungan yang diperlukan adalah dari atas
maupun dari bawahan, juga perlu diperhatikan dukungan publik.

D. Mental Model Dan Organisasi


Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat.
Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-
kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang
dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan,
dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
Adapun dimensi model mental meliputi :
1. Prinsip dan nilai-nilai : seluruh anggota organisasi mengetahui dan
memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dimiliki bersama.
2. Mengkaji ulang kebiasaan : mengkaji ulang nilai-nilai bersama yang ada
untuk diselaraskan dengan kondisi lingkungan.
3. Memperkuat kebersamaan : anggota organisasi selalu berusaha untuk
memelihara dan memperkuat kebersamaan.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja
dengan model mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar
keterampilan baru dan mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka

10
untuk menjadi perubahan institusional yang mendorong perubahan tersebut.
Mental model yang sudah berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat
berasal dari sistem pemikiran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ;

11
Model mental secara tidak sadar mempengaruhi dan membentuk
bagaiman kita dalam bertindak dan memandang suatu kejadian yang ada
disekeliling kita. Dua orang yang berbeda mental model akan
menggambarkan suatu kejadian yang sama secara berbeda. Cara mental
model membentuk persepsi sangat penting dalam manajemen. Mental
model yang sudah melekat akan menghambat terjadinya perubahan
perubahan dalam individu dan organisasi.

B. Saran
Setiap pemimpin pada setiap organisasi, haruslah mengetahui,
mempelajari, memahami, dan memiliki Mental Models yang positif
sebagai bagian dari ilmu disiplin dalam organisasi belajar yang akan
sangat membantu berhasilnya pencapaian organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Senge M. Peter. 1990. The Fifth Discipline The Art and Practice Of
The Learning Organization. Broadway, New York.
Wijono, Sutarto. 2018. Kepemimpinan dalam Perspektif Organisasi.
Prenadamedia Group: Jakarta.
Wikepedia, Mental Models, diakses Rabu, 12 Oktober 2019, pukul
20.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai