TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan terapi:
1. Mengembalikan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan
2. Menghilangkan gejala
3. Defisit neurologi pada anak
4. Menurunkan kadar TSH
5. Menormalkan T4 dalam darah
Levotiroksin
Indikasi : hipotiroidisme
Dosis : Dewasa, dosis awal: 50-100 mcg/hari (50 mcg untuk
pasien berumur <50 tahun).
Untuk pasien dengan penyakit jantung, dosis awal: 25
mcg/hari atau 50 mcg pada hari lain secra bergantian.
Anak-anak >1 bulan, dosis awal: 5 mcg/kg BB/hari.
Pemberian obat : sebelum sarapan (perut kosong), 30-60 menit sebelu
sarapan
Efek samping : biasanya terjadi karena kelebihan dosis, nyeri angina,
aritmia, palpitasi, kram otot skelet, takikardi, diare,
muntah, tremor, gelisah, bergairah, insomnia, sakit kepala,
muka merah, berkeringat, demam, intoleransi terhadap
panas, berat badan turun drstis, otot lemah.
Kontraindikasi : tirotoksisitas
Interaksi : sukralfat dan cimetidin (dapat menurunkan absorpsi
levotiroksin), rifampisisn (rifampisisn dapat mempercepat
metabolisme levotiroksin), natrium polistiren sulfonat
(menurunkan absorpsi levotiroksin), garam kalsium
(menurunkan absorpsi levotiroksin), besi (Fe) (
menurunkan absorpsi levotiroksin (diberikan minimal
selang 2 jam))
Penyimpanan : simpan pada suhu kamar, hindari dari panas
Nama sediaan : Euthyrox (tablet) 50 mcg/100 mcg, obat keras
dipasaran Thyrax (tablet) 0,1 mg, obat keras
Levothyroxine Actavis (tablet) 50 mcg/100 mcg, obat
keras
Thyroxine (tablet) 100 mcg, obat keras
Makanan yang : jus grapefruit, formula kedelai pada bayi, tepung kedelai,
dihindari kenari, makanan berserat tinggi
(Drugs.com, 2019; Pionas, 2015).
b) Zat pengikat, yaitu digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat
merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: mucilago 10-20% b/v, larutan
metilselulosa 5% b/v.
Konsentrasi
Nama Pelarut
(%dari formula)
Selulosa mikrokristalin 10-50 Air
Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air
CMC Na 2-7 Alkohol
HPC 2-5 Alkohol, air
HPMC 1-3 Air
MC 2-5 Air
HEC 10-25 Air (pasta)
EC 2-20 Air
PVP 5-10 Air
Gelatin 5-10 Air
Gom Alam
d) Pelicin
1. Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi
dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final
mixing, sebelum proses pengempaan.
Lubrikan yang biasa digunakan pada sediaan tablet
Jenis Lubrikan Konsentrasi (%)
Water insoluble lubricants
Stearat (magnesium stearat, 0,25-1
kalsium stearat, sodium stearat)
Talkum 1-2
Sterotex 0,25-1
Waxes 1-5
Stearowet 1-5
Glyceryl behapate (Compritol 1-5
888)
Parafin cair Sampai 5
Water soluble lubricants
Asam borat 1
Sodium benzoate, sodium oleate, 5
sodium acetate
Sodium lauryl sulfat (SLS) 1-5
Magnesium lauryl sulfate (MLS) 1-5
2. Persen kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Dari kerapan bulk dapat diperoleh persen
kompresibilitas:
𝑉0 −𝑉1
%kompresibilitas = x 100%
𝑉1
Keterangan:
V0 = volume awal granul
V1 = volume granul setelah diketukkan
Secara teori makin mneingkat kemampuan untuk dikempanya suau serbuk
atau granul, makin kurang daya mengalirnya. Alat yang digunakan yaitu
Jouling tester (Tapped density tester).
Syarat kompresibilitas
Index Carr’s Type of Flow
(% Kompresibilitas) (Kecepatan Aliran)
5-12 Baik sekali
12-16 Baik
18-21 Cukup
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat-sangat buruk
Prosedur pengujian:
a) Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
b) Pasang gelas ukur pada alat.
c) Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
d) Catat volume akhir.
e) Selanjutnya dihitung persen kompresibilitasnya.
3. Uji kadar lembab
Uji kadar lembab dikhususkan untuk granulasi basah. Penentuan
kandungan air di dalam bahan padat dapat menggunakan metode cara
timbang-pengeringan. Persyaratan kadar iar adalahng kurang dari 2 – 4%.
𝑊0 −𝑊1
% kadar lembab = x 100%
𝑊1
Keterangan:
W0 = bobot granul awal
W1 = bobot setelah pengeringan
Alat yang digunakan adalah oven, dengan cara:
a) Timbang 5 gram granul ynag sudah kering.
b) Siapkan oven suhu 1050C.
c) Masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan pada suhu
105oC selama 2 jam, kemudian timbang granul sampai bobot tetap
(konstan).
d) Hitung selisih bobot. Selisih bobot itu adalah persentasenya.
Dapat juga menggunakan alat Moisture Analyzer, dengan cara:
a) Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan
tombol power.
b) Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c) Atu parameter dengan cara:
Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian
tekan enter.
Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panag
kemudian tekan enter.
Atur waktu pengujian menjadi ”0” (Mode automatis).
Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan
menekan panah kemudian tekan enter.
Pilih start parameter menjadi E, kemudian tekan enter
Pilih 0.0 kemudian tekan enter.
Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik.
d) Ukur sampel dengan cara:
Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
Masukkan sampel yang akan di uji (± 5 gram), ratakan
di atas wadah aluminium.
Tutup alat kemudian tekan enter.
Pada akhirnya pengujian catat kadar lembab sampel.
Evaluasi Sediaan Tablet
1. Organoleptis
Kontrol terhadap penampilan umum tablet melibatkan beberapa parameter,
seperti: ukuran, bentuk, warna, bau, bentuk permukaan, dan cacat fisik.
2. Uji keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B.
Standar penyimpangan bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan
10% 20%
150 mg
151 mg sampai dengan
7,5% 15%
300 mg
>300 mg 5% 10%
Keterangan:
W0 = bobot rata-rata
W1 = bobot tablet
f) Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyimpangan
lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolm B.
3. Uji keseragaman ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Prosedur:
a) Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b) Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c) Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d) Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1⅓ tebal tablet.
4. Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak
atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3 . Alat
yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester. Selain itu, alat
untuk menguji kekerasan tablet adalah alat uji Monsanto, Strong-Cobb,
Pfizer, Erweka, dan Schleuniger.
Prosedur kerja uji kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut:
a) Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
b) Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan
pada tablet.
c) Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka
sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram.
5. Uji kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip
kerja alat ini dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan
pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik
yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam
inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke dalam
alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu
kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Prinsip pengukurannya
adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet
selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji
kerapuhan adalah friablator test. Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen
kerenyahan di bawah ini.
𝑊0 −𝑊𝑓
% kerapuhan = x 100%
𝑊𝑓
Keterangan :
Wo = Bobot massa awal
Wf = Bobot setelah putaran
Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet,
yaitu sebagai berikut:
a) Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
b) Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) =
Wo.
c) Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm.
d) Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas
kecil.
e) Ditimbang bobot tablet = Wf.
f) Hitung persen kerapuhan.
6. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI
adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang
diuji harus hancur sempurna.
Prosedur kerja uji waktu hancur adalah sebagai berikut:
a) Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
b) Masukkan ke dalam beaker 1 liter
c) Pasang beaker pada alat
d) Pasang keranjang
e) Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
f) Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media
g) Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur
h) Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
i) Angkat keranjang
7. Uji disolusi
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan yang
digunakan secara oral. Untuk kapsul gelatin keras atau lunak dan tablet
salut gelatin, yang tidak memenuhi syarat uji disolusi ulangi uji sebagai
berikut:
Tahap Jumlah yang Kriteria Penerimaan
diuji
S1 6 Rata-rata jumlah zat terlarut tidak
kurang dari Q+5%
S2 6 Rata-rata jumlah terlarut (S1+S2) aalah
sama dengan atau lebih besar atau sama
dengan Q ; tidak satupun kurang dari Q-
15
S3 12 Rata-rata jumlah zat terlarut (S1+S2+S3)
adalah sama atau lebih besar dari Q ;
tidak lebih dari 2 kurang dari Q-15 ;
tidak satupun kurang dari Q-25
PENGELOLAAN SEDIAAN
Di Rumah Sakit
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
metode sentralisasi atau desentralisasi.
(Permenkes RI Nomor 72, 2016).
Di Apotek
Di Puskesmas
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai kenbutuhan (floor stock) (Permenkes RI Nomor 74, 2016).
Obat Keras: dapat diberikan kepada pasien HANYA JIKA ADA resep dokter.
8. Monitoring Efek
Samping Obat
(MESO);
9. Evaluasi
Penggunaan Obat
(EPO);