Anda di halaman 1dari 29

HIPOTIROID

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Hipotiroid adalah suatu penurunan sekresi hormon tiroid, dapat memiliki
penyebab primer (gangguan kelenjar tiroid) atau penyebab sekunder (kekurangan
sekresi hormon TSH) (Kee dan Evelyn, 1996).
Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia
yang terletak di bagian leher bagian depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan
dan lobus kiri). Panjang lobus masing-masing 5 cm dan menyatu di garis tengah,
berbentuk seperti kupu-kupu.

(Kemenkes RI, 2015).

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan


triiodotironin (T3). Pembentukan hormon tiroid dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik yang melibatkan hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH).
Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai aktivitas
fisiologik pada hampir semua sistem organ tubuh manusia. Bila produksi hormon
tiroid meningkat maka produksi TSH menurun, dan sebaliknya jika produksi
hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka produksi TSH meningkat
(Kemenkes RI, 2015).
PATOFISIOLOGI
1. Hipotiroid primer: apabila gangguan terjadi karena hipogenesis atua
kelenjar tiroid.
Ditandai dengan menurunnya produksi hormon tiroid yaitu sekresi T4 dan T3,
karena T4 dan T3 rendah maka hambatan pada sisitem umpan balik menurun
sehingga TSH serum meningkat. Hipotiroid primer merupakan bentuk yang paling
sering, dibagi menjadi dua yaitu manifes dan subklinis. Pada manifes kadar TSH
tinggi dan T4 rendah, sedangkan pada subklinis, kadar serum TSH tinggi dan
kadar T4 bebas normal.
Penyebab: tiroiditis Hashimoto, terapi iodium radioaktif untuk penyakit
graves, tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid, asupan
iodida yang berlebihan, tiroiditis sub akut, defisiensi iodium, kelainan bawaan
sintesis hormon tiroid, obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron) (Huang
SA, 2007).
2. Hipotiroid sekunder: apabila gangguan faal tiroid terjadi karena ada
kegagalan hipofisis
3. Hipotiroid tersier: apabila kegagalan terletaj di hipotalamus
(Sudoyo et al., 2009).
TANDA DAN GEJALA
Organ Tanda dan gejala
Otak Lemah, lelah, mengantuk, depresi,
kemampuan berbicara menurun, intelektual
menurun, gangguan ingatan, proses psikis
pelan
Mata Sakit kepala, gangguan penglihatan, edema
periorbital
Telinga, hidung, dan Suara serak
tenggorokan
Kelenjar tiroid Pembesaran tirois/goiter noduler atau difusa
Jantung dan pembuluh darah Tekanan nadi berkurang (brakikardi),
hipertensi diastolik, kardiak output berkurang
Saluran cerna Konstipasi, berat badan naik/gemuk
Ginjal Fungsi ginjal menurun, retensi cairan
Sistem reproduksi Infertilitas, gangguan menstruasi
Otot dan saraf Kaku sendi, kesemutan, nyeri sendi, gerakan
otot lemah, edema non pitting, ataxia, kramp
otot
Kulit Tidak tahan dingin, produksi keringat
berkurang
(Kemenkes RI, 2015).

TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan terapi:
1. Mengembalikan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan
2. Menghilangkan gejala
3. Defisit neurologi pada anak
4. Menurunkan kadar TSH
5. Menormalkan T4 dalam darah
Levotiroksin
Indikasi : hipotiroidisme
Dosis : Dewasa, dosis awal: 50-100 mcg/hari (50 mcg untuk
pasien berumur <50 tahun).
Untuk pasien dengan penyakit jantung, dosis awal: 25
mcg/hari atau 50 mcg pada hari lain secra bergantian.
Anak-anak >1 bulan, dosis awal: 5 mcg/kg BB/hari.
Pemberian obat : sebelum sarapan (perut kosong), 30-60 menit sebelu
sarapan
Efek samping : biasanya terjadi karena kelebihan dosis, nyeri angina,
aritmia, palpitasi, kram otot skelet, takikardi, diare,
muntah, tremor, gelisah, bergairah, insomnia, sakit kepala,
muka merah, berkeringat, demam, intoleransi terhadap
panas, berat badan turun drstis, otot lemah.
Kontraindikasi : tirotoksisitas
Interaksi : sukralfat dan cimetidin (dapat menurunkan absorpsi
levotiroksin), rifampisisn (rifampisisn dapat mempercepat
metabolisme levotiroksin), natrium polistiren sulfonat
(menurunkan absorpsi levotiroksin), garam kalsium
(menurunkan absorpsi levotiroksin), besi (Fe) (
menurunkan absorpsi levotiroksin (diberikan minimal
selang 2 jam))
Penyimpanan : simpan pada suhu kamar, hindari dari panas
Nama sediaan : Euthyrox (tablet) 50 mcg/100 mcg, obat keras
dipasaran Thyrax (tablet)  0,1 mg, obat keras
Levothyroxine Actavis (tablet)  50 mcg/100 mcg, obat
keras
Thyroxine (tablet)  100 mcg, obat keras
Makanan yang : jus grapefruit, formula kedelai pada bayi, tepung kedelai,
dihindari kenari, makanan berserat tinggi
(Drugs.com, 2019; Pionas, 2015).

TERAPI NON FARMAKOLOGI


Pengaturan makanan pasien hipotiroid
Ada beberapa jenis makanan yang dapat direkomendasikan untuk penderita
hipotiroid, terutama apabila mengalmi gangguan makan, yaitu makanan berupa:
1. Makanan kaya probiotik (makanan/minuman kayak probiotik dapat
menambah jumlah mikroorganisme baik di dalam pencernaan. Contoh:
yoghurt, susu).
2. Air putih (air putih dapat mengatasi dan membantu proses pencernaan
serta mengurangi kemungkinan terjadinya sembelit)
3. Makanan tinggi serat (makanan yang mengandung banyak serat tinggi
dapat memeperbaiki gangguan kesehatan pencerna yang dialami sebagian
besar pasien hipotiroid)
4. Buah-buahan dan sayuran (untuk memenuhi kebutuhan vitamin,
mineral, dan antioksidan yang dapat melawan radikal bebas dan
menurunkan inflamasi)
5. Diet sehat seperti konsumsi biji-bijian dan mengonsumsi makanan laut
seperti konsumsi ikan ataupun minyak ikan
6. Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik makan dalam
porsi kecil tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan dalam
porsi besar tetapi frekuensinya hanya 3 kali. Apabila makan dalam porsi
kecil dengan frekuensi sering, akan membantu menyeimbangkan
metabolisme yang lambat yang terjadi pada tubuh penderita hipotiroid
7. Olahraga ringan seperti jogging, senam
8. Mengganti garam yang digunakan dengan garam iodium
JENIS SEDIAAN
Tablet merupakan bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Diamater tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
1 1/3 kali tebal tablet.
Keuntungan terhadap pemberian obat dalam bentuk sediaan tablet, antara lain:
 Praktis dan efisien. Artinya waktu peresepan dan pelayanan di apotek
dapat lebih cepat, lebih mudah dibawa, dan disimpan.
 Mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
 Dosis mudah diatur karena merupakan sistem satuan dosis (unit dose
system)
 Efek yang ingin dihasilkan dapat diatur, yaitu dapat lepas lambat, extended
release, enteric tablet, orros, dan sebagainya.
 Bentuk sediaan tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi skala
besar.
 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak yaitu dengan penambahan
salut selaput/salut gula.
 Bentuk sediaan tablet memiliki sifat stabilitas gabungan kimia, mekanik,
dan mikrobiologi yang cenderung lebih baik dibanding bentuk sediaan
lain.
Kekurangan tablet:
 Dapat menimbulkan kesulitan dalam terapi individual. Akibat terlalu besar
biasanya sulit ditelan dan juga dapat berakibat rasa sakit di tenggorokan.
 Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan lain, seperti yang
berbentuk larutan, injeksi.
 Tidak dapat digunakan terhadap pasien yang dalam kondisi tidak sadar
atau pingsan.
 Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai.
Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:
a) Pengisi/Diluent/Fillers, untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga
mmeiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas
dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya
kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Jumlah bahan pengisi yang
dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah
zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan).
Macam-macam bahan pengisi tablet
Tidak larut Larut
Kalsium fosfat Laktosa
Kalsium fosfat, dibasic dan tribasic Sukrosa
Kalsium karbonat Dektrosa
Amilum Mannitol
Modifikasi amilum Sorbitol
Mikrokristalin selulosa

b) Zat pengikat, yaitu digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat
merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: mucilago 10-20% b/v, larutan
metilselulosa 5% b/v.
Konsentrasi
Nama Pelarut
(%dari formula)
Selulosa mikrokristalin 10-50 Air
Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air
CMC Na 2-7 Alkohol
HPC 2-5 Alkohol, air
HPMC 1-3 Air
MC 2-5 Air
HEC 10-25 Air (pasta)
EC 2-20 Air
PVP 5-10 Air
Gelatin 5-10 Air
Gom Alam

Bahan pengikat yang umum digunakan untuk kempa langsung


Bahan Pengikat Kelas
Avicel (PH 101) Mikrokristalinselulosa
SMCC (50) Silicified mikrokristalinselulosa
UNI-PURE (DW) Amilum pregelatin partial
UNI-PURE (LD) Amilum densitas rendah
DC Lactose DC laktosa anhidrat
DI TAB DC-Calsium fosfat dihidrat dibasa

c) Zat penghancur/disintegran, yaitu digunakan agar tablet dapat hancur


dalam saluran pencernaan. Zat-zat yang digunakan seperti: amilum
manihot kering, gelatin, natrium alginat.
Jenis dan konsentrasi bahan penghancur
Disintegran Konsentrasi (%)
Amilum 5-20
Amilum 1500 5-15
Avicel (mikrokristalin selulosa) 5-10
Solka floc 5-15
Asam alginat 5-10
Explotab (sodium starch glycolate) 2-8
Gom guar 2-8
Policlar AT (Crosslinked PVP) 0,5-5
Amberlite IPR 88 0,5-5
Metilselulosa, CMC, HPMC 5-10

d) Pelicin
1. Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi
dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final
mixing, sebelum proses pengempaan.
Lubrikan yang biasa digunakan pada sediaan tablet
Jenis Lubrikan Konsentrasi (%)
Water insoluble lubricants
Stearat (magnesium stearat, 0,25-1
kalsium stearat, sodium stearat)
Talkum 1-2
Sterotex 0,25-1
Waxes 1-5
Stearowet 1-5
Glyceryl behapate (Compritol 1-5
888)
Parafin cair Sampai 5
Water soluble lubricants
Asam borat 1
Sodium benzoate, sodium oleate, 5
sodium acetate
Sodium lauryl sulfat (SLS) 1-5
Magnesium lauryl sulfate (MLS) 1-5

2. Glidan ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/meningkatkan


fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat
mengisi die dlam jumlah yang seragam.
Tipe dan jumlah glidan yang biasa digunakan
Glidan Konsentrasi (%)
Logam stearat <1
Asam stearat 1-5
Talk 1-5
Amilum 1-10
Natrium benzoat 2-5
Natrium klorida 5-20
Natrium dan magnesium lauril 1-3
sulfat
PEG 4000 dan 6000 2-5

3. Antiadheren adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya


(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch punch bawah.
Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang
memiliki sifat antiadheren yang sangat baik.
Daftar antiadheren yang biasa digunakan
Jenis antiadheren Konsentrasi (% b/b)
Talk 1-5
Magnesium stearat <1
Amilum jagung 3-10
Colloidal silica 0,1-0,5
DL-Leucine 3-10
Natrium lauril sulfat <1
e) Pewarna dan pigmen, bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik,
dan tidak dapat meningkatkan BA atau stabilitas produk, tetapi pewarna
ditambahkan ke dalam sediaan tablet untuk menutupi warna obat yang
kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih
menarik.
Jenis pewarna (sintetik)
Pewarna Nama umum
Red 3 Erythrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tartrazine
Yellow 6 Sunset yellow
Blue 1 Briliant blue
Blue 2 Indigotine
Green 3 Fast green

f) Pemanis dan flavors, penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya


hanya untuk tablet kunyah, hisap, bukal, sublingual, effervescent, dan
tablet lain yang dimaksudkan untuk hancur atau larut dimulut.
Beberapa pemanis yang umum digunakan
Pemanis alami Pemanis sintesis/buatan
Mannitol Sakarin
Laktosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
Dektrosa
Sakarin 500 kali lebih manis dibandingkan sukrosa, kekurangannya
berasa pahit pada akhir, dan bersifat karsinogenik, sama seperti siklamat
yang juga karsinogenik. Aspartame 180 kali lebih manis dibanding
sukrosa, tetapi kurang stabil pada kondisi lembab sehingga tidak dapat
digunakan dengan komponen yang hidroskopis.
Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada
tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih
dapat diterima oleh konsumen.
Penggolongan Tablet
1. Berdasarkan prinsip pembuatan
a. Tablet cetak, dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang
umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai
perbandingan.
b. Tablet kempa, dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja.
2. Berdasarkan cara pemakaian
Penggolongan sediaan tablet berdasarkan cara pemakaian
Tablet oral  Tablet kempa
 Tablet multikempa
 Tablet salut kempa
 Tablet kerja cepat
 Tablet lepas-lambat
 Tablet salut enterik
 Tablet salut gula/coklat
 Tablet salut film
 Tablet kunyah
 Tablet effervescent
 Tablet pembagi
 Tablet bukal/sublingual
 Tablet kulum/isap
Tablet non-oral  Tablet dispensing
 Tablet triturat
 Tablet hipodermik
 Tablet implantasi
 Tablet vaginal
 Tablet rektal

Pembuatan dan Pengembangan Sediaan


Perbedaan ketiga metode pembuatan tablet
No Granulasi Basah Granulasi Kering Cetak Langsung
1. Mencampur zat aktif Mencampur semua Mencampur semua
dan eksipien serbuk (fase dalam serbuk (Semua
(komponen dalam) dan fase luar) atau komponen) dalam
dalam alat campur hanya fase dalam saja alat campur menjadi
dalam alat campur massa kempa
2. Membuat/menyiapkan Membuat gumpalan Massa kempa
cairan pengikat serbuk dalam mesin dicetak menjadi
kompaktor tablet jadi dalam
mesin tablet
3. Membuat massa Mengecilkan
granulasi serbuk dengan gumpalan (mengayak)
cairan pengikat dalam dengan mesin
alat campur granulator
4. Menggranulasi basah Mencampur granul
massa granul dengan dengan komponen
ayakan nomor mesh 6- luar (lubrikan,
12 dalam mesin desintegran, dan
granulator gildan) dalam mesin
pencampur khusus
menjadi massa kempa
5. Granulasi bsa Massa kempa
dikeringkan pada suhu dikempa mejadi tablet
±50 – 60oC dalam jadi dalam mesin
lemari pengering tablet
1. Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
Granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel bahan aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar (agregat) dengan menambahkan
caian pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab
yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila bahan aktif
tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk bahan aktif yang sulit
dicetak langsung karena sifat aliran dam kompresibilitasnya tidak baik.
Prinsip: membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu kemudian massa yang basa tersebut
digranulasi. Granulat sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
 Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin homogen
 Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang kecil dan
mengandung bagian berbentuk serbuk tidak lebih dari 10%
 Memiliki daya hancur yang baik
 Menunjukkan ke kompakan makanis yang memuaskan
 Tidak terlmpau kering
 Hancur baik di dalam air
Keuntungan metode granulasi basah:
a) Meningkatkan kompresibilitas
b) Untuk zat aktif yang dosis besar dan mempunyai aliran atau
kompresibiltas yang buruk
c) Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
d) Mengontrol pelepasan
e) Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
f) Distribusi keseragaman kandungan
g) Meningkatkan kecepat disolusi
h) Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan
pengikat dan pelarut yang sesuai
Kekurangan penggunaan metode granulasi basah :
a) Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
b) Waktu, ruangan, dan peralatan (mesin) yang digunakan butuh biaya
cukup tinggi
c) Zat aktif yang sensifif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini
d) Kehilangan bahan selama berbagai tahapam proses
Alur/tahapan pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah:
1) Bahan aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahylu dalam
mesin penggiling. Sementra itu, untuk skala lab dapat dilakukan dengan
pengayakan.
2) Campurkan bahan aktif, pengisi, pengikat kering, dan penghancur dalam.
3) Tambahkan pelarut (air dan alkohol) untuk mengaktifkan pengikat kering.
Jika pengikat sudah dibuat sebagai cairan yang kental, maka langsung
tambahkan dalam campuran.
4) Massa yang lembap dibentuk menjadi granul dengan diayak melalui
pengayak dengan nomor mesh 6-12.
5) Granul kemudian dikeringkan pada suhu 50-60oC atau dalam pengering
lapis mengalir.
6) Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh 18-
20, lalu tambahan penghancur luar, glidan, dan lubrikan.
7) Lalu lakukan pengujian granul.
8) Massa granul siap dicetak.
2. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
Granulasi kering (slugging) adalah memproses partikel bahan aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat.
Setelah menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Pembuatan tablet dengan metoda granulasi kering ini dilakukan dengan
menggunakan mesin khusus pembuat bongkahan (slugging), yaitu mesin
berat pembuat tablet besar dengan lubang, kempa, dan pons besar yang
biasanya berdiameter 2,5 cm atau lebih.
Prinsip: membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat
dan pelarut.
Pada proses pengempaan slug memiliki berbagai keterbatasan:
a) Proses bets tunggal
b) Pemeliharaan peralatan lebih banyak dibutuhkan
c) Skala ekonomi yang buruk dan hasil rendah
d) Hasil perjam rendah
e) Pengendalian proses yang buruk
f) Polusi udara dan bunyi yang berlebihan
g) Kebutuhan wadh dan ruang penyimpanan meningkat
h) Membutuhkan energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg
bongkahan (slug) lebih banyak.
Alur/tahapan pembuatan tablet dengan granulasi kering:
a. Bahan aktif dan eksipien dihaluskan terlebih dahulu
b. Bahan aktif dan semua eksipien (pengisi, pengikat kering, sebagian
penghancur, lubrikan, dan glidan) sampai lebih kurang 50% dari jumlah
yang ada dalam formula.
c. Campuran serbuk kemudian dikempa dengan mesin besar khusus dan kuat
yang disebut slugging machine yang menghasilkan slug atau dengan mesin
chilsonator yang menghasilkan pita/lempeng yang rapuh.
d. Bongkahan atau piti/lempeng kemudian diayak melalui pengayak dengan
mesh 18-20
e. Serbuk hasil ayakan dilakukan slugging lagi dan di ayak dengan ayakan
yang sama
f. Granul yang dihasilkan dicampurkan dengan fase luar yaitu sisa lubrikan,
penghancur, dan glidan lalu siap dicetak menjadi tablet
Penggunaan metode granulasi kering ini dilakukan dalam kondisi-kondisi; 1.
Kandungan bahan aktif dalam tablet tinggi, 2. Bahan aktif susah mengalir, 3.
Bahan aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering:
a) Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,
mesin pengaduk berat, dan pengeringan yang memakan waktu
b) Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
c) Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan penggunaan metod egranulasi kering:
a) Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
b) Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
c) Proses pembuatannya banyak menghasilkan debu sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
3. Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
Metode cetak langsung hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Secara umum, sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa
langsung adalah sebagai berikut:
 Alirannya baik
 Kompresibilitasnya baik
 Bentuknya kristal
 Mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode kempa langsung:
 Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
 Proses lebih singkat
 Dapat digunakan untuk bahan aktif yang tidak tahan panas dan
tidak tahan lembab
 Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati
proses granul, tetapi langsung menjadi partikel.
Kekurangan penggunaan metode kempa langsung:
 Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara bahan aktif
dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul
yang selanjutnya dapat mneyebabakan kurang seragamnya
kandungan bahan aktif dalam tablet.
 Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasana digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutukan
makin banyak dan mahal.
 Dalam bberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat
seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning.
 Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi
selama pencampuran dam pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
 Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan
harus bersifat mudah mengalir, kompresibilitas yang baik,
kohesifisitas, dan adhesifitas yang baik.
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi granul/massa cetak
1. Uji waktu alir
Alat yang digunakan untuk melakukan metoda uji waktu alir adalah
dengan metode corong, dengan cara sebagai berikut:
a) Timbang 100 gram granul yang sudah ditambahkan komponen luar
(granulasi basah) atau massa cetak (cetak langsung).
b) Masukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian
bawahnya (yaitu kran) tertutup.
c) Siapkan stopwatch. Alat dijalankan dengan membuka kran, kemudian
catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk mellaui corong
tersebut dengan menggunakan stopwatch tersebut.
d) Waktu alir granul yang baik dalahn jika waktu yang diperlukan kurang
lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan
demikian kecepatan alir yang baik adalah tidak lebih besar dari 10
gram/detik.
e) Dapat pula menggunakan granul 25 gram. Jika menggunakan 25 gram
granul, maka waktu alir granul adalah 2,5 detik.
Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10 gram maasa tidak lebih dari 1
detik.
Syarat waktu alir
Nilai Gambaran alir
>10 Mengalir bebas
4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif

2. Persen kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Dari kerapan bulk dapat diperoleh persen
kompresibilitas:
𝑉0 −𝑉1
%kompresibilitas = x 100%
𝑉1

Keterangan:
V0 = volume awal granul
V1 = volume granul setelah diketukkan
Secara teori makin mneingkat kemampuan untuk dikempanya suau serbuk
atau granul, makin kurang daya mengalirnya. Alat yang digunakan yaitu
Jouling tester (Tapped density tester).
Syarat kompresibilitas
Index Carr’s Type of Flow
(% Kompresibilitas) (Kecepatan Aliran)
5-12 Baik sekali
12-16 Baik
18-21 Cukup
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat-sangat buruk
Prosedur pengujian:
a) Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
b) Pasang gelas ukur pada alat.
c) Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
d) Catat volume akhir.
e) Selanjutnya dihitung persen kompresibilitasnya.
3. Uji kadar lembab
Uji kadar lembab dikhususkan untuk granulasi basah. Penentuan
kandungan air di dalam bahan padat dapat menggunakan metode cara
timbang-pengeringan. Persyaratan kadar iar adalahng kurang dari 2 – 4%.
𝑊0 −𝑊1
% kadar lembab = x 100%
𝑊1

Keterangan:
W0 = bobot granul awal
W1 = bobot setelah pengeringan
Alat yang digunakan adalah oven, dengan cara:
a) Timbang 5 gram granul ynag sudah kering.
b) Siapkan oven suhu 1050C.
c) Masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan pada suhu
105oC selama 2 jam, kemudian timbang granul sampai bobot tetap
(konstan).
d) Hitung selisih bobot. Selisih bobot itu adalah persentasenya.
Dapat juga menggunakan alat Moisture Analyzer, dengan cara:
a) Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan
tombol power.
b) Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c) Atu parameter dengan cara:
 Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian
tekan enter.
 Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panag
kemudian tekan enter.
 Atur waktu pengujian menjadi ”0” (Mode automatis).
 Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan
menekan panah kemudian tekan enter.
 Pilih start parameter menjadi E, kemudian tekan enter
 Pilih 0.0 kemudian tekan enter.
 Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik.
d) Ukur sampel dengan cara:
 Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
 Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
 Masukkan sampel yang akan di uji (± 5 gram), ratakan
di atas wadah aluminium.
 Tutup alat kemudian tekan enter.
 Pada akhirnya pengujian catat kadar lembab sampel.
Evaluasi Sediaan Tablet
1. Organoleptis
Kontrol terhadap penampilan umum tablet melibatkan beberapa parameter,
seperti: ukuran, bentuk, warna, bau, bentuk permukaan, dan cacat fisik.
2. Uji keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B.
Standar penyimpangan bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan
10% 20%
150 mg
151 mg sampai dengan
7,5% 15%
300 mg
>300 mg 5% 10%

Alat: timbangan analitik, dengan prosedur:


a) Pilih 20 tablet.
b) Timbang 20 tablet tersebut.
c) Timbang satu persatu.
d) Hitung bobot rata-ratanya.
e) Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
𝑊0 −𝑊1
% penyimpangan = selisih x 100%
𝑊1

Keterangan:
W0 = bobot rata-rata
W1 = bobot tablet
f) Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyimpangan
lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolm B.
3. Uji keseragaman ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Prosedur:
a) Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b) Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c) Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d) Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1⅓ tebal tablet.
4. Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak
atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3 . Alat
yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester. Selain itu, alat
untuk menguji kekerasan tablet adalah alat uji Monsanto, Strong-Cobb,
Pfizer, Erweka, dan Schleuniger.
Prosedur kerja uji kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut:
a) Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
b) Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan
pada tablet.
c) Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka
sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram.
5. Uji kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip
kerja alat ini dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan
pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik
yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam
inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke dalam
alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu
kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Prinsip pengukurannya
adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet
selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji
kerapuhan adalah friablator test. Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen
kerenyahan di bawah ini.
𝑊0 −𝑊𝑓
% kerapuhan = x 100%
𝑊𝑓
Keterangan :
Wo = Bobot massa awal
Wf = Bobot setelah putaran
Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet,
yaitu sebagai berikut:
a) Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
b) Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) =
Wo.
c) Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm.
d) Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas
kecil.
e) Ditimbang bobot tablet = Wf.
f) Hitung persen kerapuhan.
6. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI
adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang
diuji harus hancur sempurna.
Prosedur kerja uji waktu hancur adalah sebagai berikut:
a) Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
b) Masukkan ke dalam beaker 1 liter
c) Pasang beaker pada alat
d) Pasang keranjang
e) Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
f) Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media
g) Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur
h) Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
i) Angkat keranjang
7. Uji disolusi
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan yang
digunakan secara oral. Untuk kapsul gelatin keras atau lunak dan tablet
salut gelatin, yang tidak memenuhi syarat uji disolusi ulangi uji sebagai
berikut:
Tahap Jumlah yang Kriteria Penerimaan
diuji
S1 6 Rata-rata jumlah zat terlarut tidak
kurang dari Q+5%
S2 6 Rata-rata jumlah terlarut (S1+S2) aalah
sama dengan atau lebih besar atau sama
dengan Q ; tidak satupun kurang dari Q-
15
S3 12 Rata-rata jumlah zat terlarut (S1+S2+S3)
adalah sama atau lebih besar dari Q ;
tidak lebih dari 2 kurang dari Q-15 ;
tidak satupun kurang dari Q-25

PENGELOLAAN SEDIAAN
Di Rumah Sakit
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
 efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
 metode sentralisasi atau desentralisasi.
(Permenkes RI Nomor 72, 2016).
Di Apotek

1. Perencanaan: perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan


kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan: Harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Penerimaan: kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
a) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama
Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkankontaminasi
d) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
e) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)
5. Pemusnahan dan penarikan
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
c) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
6. Pengendalian: dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama
Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan: Pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan Sediaan Farmasi meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
(Permenkes RI Nomor 73, 2016).

Di Puskesmas
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai kenbutuhan (floor stock) (Permenkes RI Nomor 74, 2016).

PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN

Obat Keras: dapat diberikan kepada pasien HANYA JIKA ADA resep dokter.

PELAYANAN SEDIAAN FARMASI


Di Rumah Sakit Di Apotek Di Puskesmas

1. Pengkajian dan 1. Pengkajian dan 1. Pengkajian dan


pelayanan Resep; pelayanan Resep; pelayanan Resep

2. Penelusuran riwayat 2. Dispensing; 2. Pelayanan Informasi


penggunaan Obat; Obat (PIO)

3. Rekonsiliasi Obat; 3. Pelayanan Informasi 3. Konseling


Obat (PIO);

4. Pelayanan Informasi 4. Konseling; 4. Visite Pasien (khusus


Obat (PIO); Puskesmas rawat inap)

5. Konseling; 5. Pelayanan Kefarmasian 5. Monitoring Efek


di rumah (home Samping Obat
pharmacy care); (MESO)

6. Visite; 6. Pemantauan Terapi 6. Pemantauan Terapi


Obat (PTO); dan Obat (PTO)

7. Pemantauan Terapi 7. Monitoring Efek 7. Evaluasi Penggunaan


Obat (PTO); Samping Obat Obat
(MESO).

8. Monitoring Efek
Samping Obat
(MESO);

9. Evaluasi
Penggunaan Obat
(EPO);

10. Dispensing sediaan


steril; dan

11. Pemantauan Kadar


Obat dalam Darah
(PKOD);

Anda mungkin juga menyukai