Anda di halaman 1dari 5

Marginal Efficiency of Capital (MEC)

Tingkat pengeluaran investasi yang di harapkan oleh para investor di tentukan oleh dua
hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan Marginal Efficiency of Capital. Perilaku
makro para investor ini biasanya di ringkas dalam satu bentuk fungsi marginal
efficiency of capital atau fungsi investasi.
Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi investasi, pertama fungsi tersebut
mempunyai slope yang negatif, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar
pula tingkat pengeluaran investasi yang di inginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi
tersebut sulit untuk di peroleh sebab posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam
jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat di
pahami karena posisinya sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang
ada dan bahwa MEC adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor. Ketiga, yang
perlu ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah
tersedianya dana investasi.
Marginal Efficiency of Capital adalah tingkat pengembalian dari suatu proyek investasi.
Angka MEC ini adalah angka yang menyamakan harga investasi dengan nilai sekarang
(present value) dari semua penerimaan yang diharapkan dari pengoperasian suatu
proyek investasi ditambah dengan nilai sekarang dari nilai sisa (residu) untuk investasi
tersebut.

𝑹 𝑱
C = (𝟏+𝒓)𝒏 + (𝟏+𝒓)𝒏

Dimana :

C = pengeluaran untuk memperoleh investasi hingga siap pakai

R = penerimaan yang diperkirakan dari Investasi

 n= periode waktu dari masing-masing penerimaan

J = nilai residu

r = MEC atau internal rate of return


Untuk menjelaskan konsep MEC ini akan digunakan contoh sebagai berikut.
Seorang pengusaha hendak menambah satu mesin baru yang berumur satu tahun.
Keuntungan yang diperoleh (setelah dikurangi biaya bahan mentah dan tenaga serta
biaya lain kecuali biaya bunga dan biaya/harga mesin) sebesar Rp 125 juta. Dari
keuntungan kotor ini, sebesar Rp 100 juta untuk membayar biaya mesin, sehingga
sisanya Rp 25 juta merupakan pendapatan dari investasi modal sebesar Rp 100 juta
selama satu tahun (dianggap tidak ada nilai residu) atau sebesar 25%. Hasil ini dapat
diperoleh dengan cara menyamakan biaya mesin (C) dengan kentungan kotor (R) di
diskonto dengan tingkat keuntungan (r).

Dengan diketahuinya C, R dan J, maka dapat dihitung besarnya “marginal efficiency of


capital” (r). Keputusan seorang pengusaha untuk melakukan investasi tergantung pada
besarnya MEC ini dibandingkan dengan tingkat bunga di pasar. Apabila :

 MEC lebih besar daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha ini akan melakukan
investasi.
 MEC sama dengan tingkat bunga pasar, maka proyek dijalankan atau tidak tergantung
pada pemberi keputusan
 MEC lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha tersebut tidak akan
melakukan investasi.

Gambar 1 menjelaskan bagaimana keputusan investasi dilakukan.

Contoh :

Suatu perusahaan ingin melakukan investasi berupa Mesin, Alat Angkut, Gudang dan
Komputer dengan MEC masing-masing, Mesin sebesar 10%, Alat Angkut sebesar 8%,
Gudang sebesar 6%, dan Komputer sebesar 4%

Gambar 1.
Keputusan Untuk Melakukan Investasi
Investasi yang paling menguntungkan adalah mesin dengan MEC sebesar 10%, disusul
dengan alat angkut (8%) dan gudang (6%). Investasi apa yang akan direalisir
tergantung pada tingginya tingkat bunga pasar. Apabila tingkat bunga pasar sebesar
9%, maka hanya mesin yang akan dibeli. Pada tingkat bunga yang lebih rendah,
misalnya 5%, maka pengusaha akan melakukan investasi pada alat angkut, gudang serta
mesin, karena ketiga investasi ini menghasilkan pendapatan (MEC) yang lebih tinggi
daripada tingkat bunga. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara tingkat
bunga dengan pengeluaran investasi. Makin rendah tingkat bunga, makin besar
pengeluaran investasi (untuk MEC tertentu). Garis a b c d e f g h i merupakan kurva
permintaan akan investasi untuk seorang pengusaha. Apabila kita jumlahkan (secara
horizontal), kurva permintaan investasi ini untuk semua pengusaha maka akan
diperoleh kurva permintaan investasi yang berupa garis lurus turun miring dari kiri atas
ke kanan bawah, sebagai berikut.

Gambar 2.
Kurva Permintaan Investasi
(Secara Keseluruhan)
Kurva MEC mengandung asumsi bahwa industri barang modal mampu menawarkan
peralatan dalam jumlah tidak terbatas dengan biaya konstan.

Salah satu kelemahan penurunan kurva MEC adalah harga barang modal (tingkat
bunga) diasumsikan tetap. Jika permintaan akan barang modal secara nasional
meningkat, tingkat bunga akan naik. Akibatnya, kenaikan permintaan investasi tidak
sebesar yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan
hal tersebut adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI). Kurva ini
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat investasi dalam suatu
perekonomian serta memperhitungkan perubahan harga barang modal. Dengan kata
lain hubungan antar tingkat bunga dan investasi adalah negatif. Hal ini didasarkan
temuan Keynes yang menyebut hubungan tingkat bunga dan investasi dengan tiga
istilah, yaitu Interest Investment Effect (IIE), Keynesian Effect, dan Marginal
Efficiency of Capital (MEC) atau Marginal Efficiency of Investment (MEI)
Perbandingan kurva MEC dan MEI dapat dilihat pada Kurva dibawah ini :
MEC akan sama dengan MEI pada tingkat bunga tertentu, ketika pembelian barang
modal hanya untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi.
Dalam Kurva diatas, kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30% per
tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, permintaan akan investasi total
dengan asumsi setiap perusahaan berpikir bahwa perusahaan yang lain tidak akan
menambah barang modal, adalah 10%. Akan tetapi, karena semua perusahaan ingin
meningkatkan stok barang modal, harga barang modal naik. Kenaikan harga barang
modal menyebabkan ada rencana investasi yang harus dibatalkan karena tidak layak
lagi.

Anda mungkin juga menyukai