Anda di halaman 1dari 24

KEWIRAUSAHAAN

KEMAMPUAN MANAJERIAL WIRAUSAHA

DISUSUN OLEH:

LINDA PURNAMA SARI 1613021019/VIIB


NI LUH ROPIK SARININGSIH 1613021040/VIIB

KELAS 6B

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
KEMAMPUAN MANAJERIAL WIRAUSAHA

Dalam menjalankan usahanya, seorang manajer dituntut untuk memiliki


kemampuan keterampilan dalam mengelola sumber-sumber yang ada dalam
perusahaanya, terutama kemampuan mengkombinasikan sumber daya manusia
dan alam diwujudkan dengan menjalankan fungsi–fungsi manajemen.
Kemampuan manajerial adalah kesanggupan mengambil tindakan– tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kemampuan manajerial adalah
kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian.

I. Perencanaan Usaha
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani
menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Untuk
dapat melakukan semua itu diperlukan sebuah perencanaan yang tepat dan
terperinci, sebab perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan
bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup
pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan
dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha.
Seorang wirausaha, menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W.
mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : Wirausaha adalah orang yang
menciptakan bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali
peluang dan mengombinasikan sumber-sumber yang diperlukan untuk
memanfaatkan peluang tersebut.
Jadi, pengertian perencanaan usaha menurut kelompok adalah sebagai
proses penentuan visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan,
program dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis
tertentu.
1. Pentingnya Perencanaan Usaha
Rencana usaha harus dibuat tertulis sehingga dapat dijadikan sebagai
rujukan dan pedoman untuk menjaga agar kegiatan bisnis terarah dan fokus pada

2
pencapaian tujuan. Manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan usaha adalah,
bisa digunakan sebagai pedoman atau alat untuk mengetahui apakah kegiatan
bisnis yang akan dijalankan itu memungkinkan dan memiliki kelayakan untuk
dijalankan dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkannya serta dapat
dijadikan sebagai alat pengawasan.
Ada beberapa alasan penting mengapa orang harus menyusun perencanaan
usaha:
1. Untuk menunjukkan bahwa bisnis ini layak dan menguntungkan
2. Untuk mendapatkan pembiayaan bank
3. Untuk mendapatkan dana investasi
4. Untuk mengatur dengan siapa harus bekerjasama
5. Untuk mendapatkan kontrak besar
6. Untuk menarik tenaga kerja inti
7. Untuk memotivasi dan fokus
Perencanaan usaha bisa dibuat dalam bentuk jangka pendek ataupun
jangka panjang sehingga dapat ditentukan langkah awal dan pentahapan program
kegiatan yang akan dilakukan dan target yang hendak dicapai serta resiko,
hambatan dan tantangan yang akan dihadapi pada setiap tahapannya dan ini
merupakan rencana perjalanan yang akan diikuti oleh wirausaha. Kedalaman dan
rincian dari sebuah perencanaan usaha sangat tergantung kepada luasnya bisnis
yang akan dilakukan, dan kompleksitas dari proses pengelolaan bisnis tersebut.
Perencanaan usaha juga harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan
adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut, sehingga
perencanaan usaha harus berbasis pada permintaan pasar.
2. Proses Perencanaan Usaha
Ada empat langkah dalam proses perencanaan usaha, yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi peluang usaha
Pada umumnya, suatu produk berpotensi untuk laku dijual dan
menguntungkan apabila penawaran untuk produk tersebut masih lebih kecil
dari permintaannya. Peluang usaha muncul ketika permintaan pasar lebih
besar dari penawarannya. Jadi peluang usaha dicirikan oleh masih adanya
permintaan pasar untuk produk tersebut.

3
2. Menentukan jenis usaha yang akan dijalankan
Berdasarkan langkah indentifikasi akan diperoleh berbagai alternatif
jenis usaha yang mungkin dipilih. Dari sejumlah alternatif yang ada, usaha
selanjutnya dilakukan penilaian awal untuk menentukan jenis usaha yang
paling memungkinkan dan dipandang paling menguntungkan. Tentunya
dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin menjadi
pendukung maupun penghambat usaha. Pertimbangan-pertimbangan yang
perlu diperhatikan antara lain:
a) Jumlah modal dan sumber modal yang diperlukan.
b) Ketersediaan bahan baku baik secara kualitas, kuantitas maupun
kontinuitasnya.
c) Ketersediaan tenaga kerja yang diperlukan.
d) Prospek pemasaran produk yang dihasilkan.
e) Cara-cara pendistribusian.
f) Daya beli masyarakat terhadap produk yang dihasilkan.
g) Selera konsumen.
3. Melakukan studi kelayakan usaha
Studi kelayakan usaha (SKU) atau feasibillity studi adalah cara yang
ditempuh untuk menentukan layak tidaknya suatu gagasan usaha
dilaksanakan. Maksud layak di sini dilihat dari berbagai aspek sebagai
berikut:
a) Aspek pasar dan pemasaran
b) Aspek produksi
c) Aspek finansial
d) Aspek organisasi dan manajemen
4. Membuat proposal usaha
Langkah terakhir dalam proses perencanaan usaha adalah membuat
proposal usaha. Proposal usaha adalah dokumen tertulis dari perencanaan
usaha.

4
II. Pengelolaan Usaha
Pengelolaan Usaha adalah mengurus, mengatur kegiatan usaha yang
dijalankan orang orang atau badan-badan secara beratur dengan bantuan segala
aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.. Pengelolaan usaha dapat juga
didefinisikan sebagai kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan/Individu dalam
bisnisnya dalam pendirian usaha, penyusunan anggaran keuangan, serta
menjalankan perusahaan yang berkaitan aspek produksi, pemasaran, sumberdaya
manusia, serta pengelolaan keuangan. Pengelolaan usaha dapat juga didefinisikan
cara untuk menangani pelaksanaan suatu usaha (perusahaan/ individu) yang
terprogram dengan baik meliputi :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
d. Pengendalian

1. Strategi Pengelolaan Usaha


Membuat strategi pengelolaan usaha merupakan upaya pengaturan secara
menyeluruh untuk menjalankan sebuah usaha bisnis yang profesional dan
menghasilkan tujuan bisnis yang diinginkan, baik dari aspek profit mauput tujuan
lain sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak pengelola bisnis. Sebuah proses
pengaturan diperlukan agar sebuah usaha tidak sembarangan, mampu melakukan
perencanaan, target-target yang diinginkan serta dapat mengantisipasi berbagai
kemungkinan sebuah resiko usaha bisnis. Untuk bentuk usaha bisnis dengan skala
kecil pun diperlukan sebuah upaya penggelolaan usaha yang baik, hanya berbeda
pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang lebih sederhana dan bisa
dikerjakan rangkap oleh satu atau dua orang pengelola bisnis tesebut. Beberapa
hal yang menjadi patokan utama dalam mengelola usaha diantaranya yaitu:
a. Pengelolaan Produksi
Pengelolaan produksi merupakan pengaturan dan perencanaan terkait
ketersediaan bahan baku maupun bahan jaddi yang siap dipasarkan pada
sebuah perusahaan bisnis. Pengelolaan dibidang produksi menyangkut

5
bagaimana proses produksi itu bisa berlangsung dengan baik sehingga
mampu menghasilkan produk atau layanan yang diminati oleh konsumen.
b. Pengelolaan Pemasaran
Pengelolaan dibidang pemasaran menyangkut segala bentuk perencanaan,
target serta tujuan dan hasil dari sebuah proses marketing atau pemasaran.
Penjualan yang meningkat dan upaya untuk memperkenalkan produk kepada
konsumen merupakan target uama dari sebuah pengelolaan pemasaran.
c. Pengelolaan distribusi
Pengelolaan di bidang distribusi memegang peran dala mendukung
pengelolaan pemasaran. Meskipun pemasaran telah berjalan dengan baik,
namun apabila pengelolaan distribusi mengalami hambatan, maka marketing
juga akan terganggu. Proses penyaluran barang produksi atau layanan jasa
kepada konsumen sangat ditentukan oleh bagaimana pola pengelolaan
distribusi tersebut dirancang oleh sebuah perusahaan.
d. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan di dalam sebuah usaha bisnis menyangkut transparansi
dan pengelolaan sirkulasi keuangan sebuah perusahaan. Bagaimana keuangan
perusahaan mampu dibagikan sesuai dengan anggaran yang dimiliki.
Tanpa adanya sebuah pengelolaan bisnis yang baik dibidang keuangan, maka
biasanya perusahaan tidak mendapatkan data keuangan yang jelas. Hal ini
biasa dialami oleh para pengelola bisnis kecil yang masih amatiran, dimana
pengelolaan keuangan jarang diperhatikan sehingga untung atau ruginya saja
sebuah usaha bisnis sulit ditentukan.
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Usaha
Mengelola usaha memiliki ruang lingkup bidang bisnis, yang hanya
sebagai kegiatan penjualan atau perdaganan distribusi, atau periklanan. Namun,
seiring dengan perkembangan jaman pengelolaan usaha juga harus memiliki
ruang lingkup kemasyarakatan, yang harus memperhatikan kebutuhan dan
keinginan manusia. Kebutuhan dan keinginan manusia dapat dipenuhi oleh
adanya produk atau sumber-sumber (resources) atau alat pemuas (satifier). Produk
tersebut dapat berupa benda, jasa, kegiatan (activity), orang (person), tempat,

6
organisasi, gagasan (idea). Oleh sebab itu dalam mengelola usaha perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Usaha yang akan di jalankan, dibidang barang atau jasa.
b. Pasar, adalah orang-orang yang mempunyai keinginan, uang,dan kepuasaan
saat berbelanja dan setelah belanja. Apa yang dipasarkan, Pembeli (pasar
sasaran), dapat berupa pembeli yang ada atau pembeli potensial yang
diharapkan akan membeli diwaktu yang akan datang.
Kepuasan pelanggan merupakan hal yang paling utama dalam
memenangkan persaingan usaha. Prinsip kepuasan pelanggan adalah :
1) kepuasan pelanggan adalah hal yang paling penting
2) pahami harapan pelanggan
3) strategi segmentasi
4) mempelajari faktor yang memuaskan pelanggan
5) dengarkan keluhan pelanggan dengan baik
6) beri jaminan kepada konsumen mengenai produk
7) arti penting karyawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan :
1) kualitas produk
2) harga
3) kualitas pelayanan
4) faktor emosional
5) kemudahan atau fasilitas yang didapat
c. Produk, semua barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi dan
kemudian dipasarkan.
d. Saluran distribusi, saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan
barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Saluran distribusi suatu barang
adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang
tersebut dari produsen sampai ke konsumen.
Alasan-alasan perusahaan menggunakan saluran distribusi adalah :
1) jarak yang terlalu jauh antara produsen dan konsumen
2) penghematan biaya dan waktu
3) untuk pemenuhan kebutuhan konsumen

7
4) produsen dapa t berkonsentrasi dalam berproduksi.
e. Penentuan harga, ada dua pendekatan yaitu pendekatan biaya dan pendekatan
pasar
f. Promosi dan periklan, saat ini sudah semakin mudah untuk mempromosikan
yaitu melalui Media sosial.
3. Tujuan Pengelolaan Usaha
Dalam dunia usaha pengelola usaha mempunyai tujuan agar perusahaan
yang didirikannya dapat hidup, berkembang dan mampu bersaing dengan
perusahaan lain.
Adapun tujuan pengelolaan usaha adalah sebagai berikut :
1) Mencari keuntungan atau laba
2) Membantu sosial masyarakat
3) Meningkatkan pelayanan
4) Meningkatkan Kepuasan
Oleh sebab itu untuk meningkatkan penjualan diperlukan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling berkaitan, kelima elemen
tersebut adalah :
1) Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani.
Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian
memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh
perusahaan.
2) Perencanaan produk, meliputi produk spesiifik yang diual pembentukan lini
produk dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini.
3) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai
kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
4) Sistem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang dilalui
produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan
menggunakannya.
5) Komunikasi pemasaran (promosi) yang meliputi periklanan, personal selling,
promosi penjualan, direct marketing dan public relation.
Dalam strategi pemasaran ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
strategi dalam pemasaran yaitu :

8
1) Daur hidup produk
Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap
perkenalan tahap pertumbuhan tahap kedewasaan dan tahap kemunduran.
2) Posisi persaingan perusahaan di pasar
Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam
persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil
sebagian kecil dari pasar.
3) Situasi ekonomi
Strategi pemasaran harus disesuikan dengan situasi ekonomi dan pandangan
kedepan, apakah ekonomi berada dalam situasi makmur atau inflasi.

III. Pengembangan Usaha


Pengembangan sebuah usaha erat hubungannya dengan kemampuan
pengusaha dan pengelolanya dalam usahanya setiap hari. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengembangan bermakna proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Sedangkan pengembangan usaha sendiri didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang
sekarang maupun yang akan datang memberikan informasi, pengarahan,
pengaturan, dan pedoman dalam pengembangan usaha.
1. Tahapan Pengembangan Usaha
Dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha, pada umumnya para
wirausahawan melalui tahap-tahap berikut:
a. Memiliki Ide Usaha
Awal usaha seorang wirausaha berasal dari suatu ide usaha. Ide usaha yang
dimiliki seorang wirausaha dapat berasal dari berbagai sumber. Ide ini
dapat muncul ketika melihat keberhasilan usaha dari seorang oebisnis
melalui sebuah pengamata, atau juga dapat berasal dari sense of business
yang kuat dari seorang wirausaha.
b. Penyaringan Ide/Konsep Usaha
Pada tahap selanjutnya, wirausahawan akan menuangkan ide usaha ke
dalam bagian bisnis yang lebih spesifik. Penyaringan ide-ide usaha akan

9
dilakukan melalui suatu aktivitas penilaian kelayakan ide usaha secara
formal maupun yang dilakukan secara informal.
c. Pengembangan Reancana Usaha (Busisess Plan)
Komponen utama dari perencanaan usaha yang akan dikembangkan oleh
seorang wirausaha adalah perhitungan proyeksi rugi-laba dari bisnis yang
dijalankan. Proyeksi rugi-laba merupakan muara dari berbagai komponen
perencaaan bisnis yang bersifat operasional. Dalam menyusun rencana
usaha (business plan), para wirausahawan memiliki perbedaan dalam
membuat rincian rencana usaha.
d. Implementasi Recana Usaha dan Pengendalian Usaha
Rencana usaha yang telah dibuat baik secara rinci ataupun global, tertulis
maupun tidak tertulis selanjutnya akan diimplementasikan dalam
pelaksanaan usaha. Rencana usaha akan menjadi panduan badi seorang
wirausaha dalam pelaksanaan usahanya. Dalam kegiatan implementasi
rencana usaha, seorang wirausaha akan mengerahkan berbagai sumber
daya yang dibutuhkan seperti modal, material, dan tenaga kerja untuk
menjalankan kegiatan usaha.

Mengidentifikasi tahapan sangat penting dalam pengembangan usaha dan


kapan hal tersebut terjadi. Kadang kita perlu membahas tahapan-tahapan yang
sudah dilakukan, sehingga pengkaji memahami seberapa cepat usaha telah
berkembang sampai pada titik persiapan rencana usaha. Untuk keperluan
perencanaan, menyiapkan jadwal yang jauh lebih rinci sebagai kalender waktu
dan tindakan atau kalender implementasi adalah lebih baik. Jadwal ini biasanya
tidak dimasukkan ke dalam rencana usaha yang disajikan. Rincian ini akan
membantu wirausahawan menetapkan rencana kemajuan usaha yang realistis.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Kemajuan akan terjadi lebih lambat dari yang diantisipasi, khususnya


ketika diperlukan kerjasama denga individu atay organisasi eksternal.
Meski usaha mungkin dianggap paling penting bagi wirausahawan, tapi
bagi penanam modal usaha, pemberi pinjaman, pemasok atau pengacara

10
mungkin tidak begitu penting. Oleh karena itu mungkin aka terjadi
keterlambatan.
b. Batas nyaman yang mencukupi harus selalu dimasukkan dalam
perencanaan. Lakukan pendekatan kepada sumber dana dengan baik
sebelumnya, dan biarkan terjadinya keterlambatan dalam penyerahan dan
pemasangan perlengkapan.
c. Dalam menyiapkan jadwal tahapan yang penting, tawarkan tawaran jadwal
yang ambisius tetapi dapat dipenuhi atau dilampaui. Dengan cara ini,
wirausahawan dapat membangun reputasi untuk mecapai sasaran, yang
akan meningkatkan kredibilitas di masa mendatang.
2. Teknik Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha merupakan sejumlah tugas atau proses ]yang bertujuan
untuk menumbuhkan usaha yang dilakukan. Pengembangan usaha dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Perluasan Skala Usaha
Beberapa cara umum yang dilakukan untuk memperluas skala
usaha antara lain: (1) menambah kapasitas mesin serta tambahan jumlah
modal untuk investasi. Ketika memperluas produksi, seorang wirausaha
harus memperhitungkan mengenai prospek pemasarannya. (2) menambah
jenis barang atau jasa yang dihasilkan. Pengembangan jenis ini baik
dilakukan untuk meurunkan biaya jangka panjang sekaligus menaikkan
skala ekonomi. (3) menambah lokasi usaha di tempat lain.
Selain ketiga hal diatas, perluasan skala usaha juga harus
memperhatikan beberapaaspek, yaitu: (1) produktivitas modal dan tenaga
kerja. (2) biaya tetap dan biaya variabel. (3) biaya rata-rata. (4) skala
produksi yang paling menguntungkan. Ketika skala usaha telah
berkembang di titik tertinggi, maka pengembangan usaha harus
dihentikan. Sebagai gantinya usaha dapat dikembangkan dengan
menambah cakupan usaha.
b. Perluasan Cakupan Usaha

11
Perluasan cakupan usaha atau diversivikasi usaha dilakukan dengan
mengembangkan jenis usaha bari di wilayah usaha yang baru, serta
dengan jenis produk yang baru dan bervariasi.
c. Perluasan dengan kerja sama, penggabungan dan ekspansi baru
Ada beberapa jenis perusahaan dengan cara ini, yaitu:
1. Joint venture; joint venture adalah bentuk kerjasama beberapa
perusahaan dari negara yang berbeda mejadi satu perusahaan untuk
mewujudkan konsentrasi kekuatan-kekuatan yang lebih padat.
2. Marger; marger adalah proses penggabungan dua perseroan menjadi
satu perusahaan. Salah satu perusahaan tersebut akan tetap berdiri
dengan nama yang sama, sementara perusahaan yang lain akan
hilang,dan kekayaan menjadi milik perusahaan yang baru. Marger
terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) marger horizontal, yaitu marger yang
dilakukan oleh usaha sejenis. (2) marger vertikal, yaitu marger yang
terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan. (3)
konglomerat, yaitu marger antara berbagai perusahaan dengan
produk-produk yang berbeda dan tidak aling berkaitan.
3. Holding compay/Akuisisi; holding company adalah penggabungan
beberapa perusahaan dengan salah satu perusahaan yang bertujuan
untuk memiliki saham dari perusahaan yang lain dan bisa mengatur
perusahaan tersebut.
4. Sindikat; sindikat adalah kerjasama antara beberapa orang yang
bermodal untuk mendirikan perusahaan besar.
5. Kartel; kartel merupakan kesepakatan tertulis antara beberapa
perusahaan yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai
hal dengan tujuan menekan persaingan dan meraih keuntungan.
3. Jenis-Jeis Strategi Pengembangan Usaha
1. Strategi integrasi vertikal (vertical integration strategy)
Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang
lebih terhadap distributor, pemasok dan/atau para pesaingnya, misalnya
melalui merger, akusisi atau membuat perusahaan sendiri.
2. Strategi intensif (intensive strategy)

12
Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.
3. Strategi diversifikasi (diversification strategy)
Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi
ini makin kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat
kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang
berbeda-beda.
4. Strategi bertahan (defensive strategy)
Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan
penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada
ujungnya adalah kebangkrutan.
IV. Pengawasan Sumber Daya Manusia

Pengawasan secara etimology-lughawi berasal dari kata riqabah yang


berarti penjagaan, pemeliharaa dan pemantulan. Sedangkan pengawasan dalam
terminologi-maknawi syari’ah yaitu pemantauan, pemeriksaan dan inversigasi,
yang dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan dan menghindari kerusakan.
Dalam bahasa indonesia yang diaksud dengan pengawasan adalah penilikan dan
penjagaan kebijakan jalannya perusahaan.

Pengendalian (pengawasan) dapat dilihat sebagai kata kerja dan kata benda.
Sebagai kata kerja, pengendalian bermakna memaksakan. Pengendalian
memastikan bahwa ada hal-hal yang dikerjakan atau tidak dikerjakan.
pengendalian sebagai kata benda, berarti sarana fisik yang dimiliki untuk
mewujudkan pemaksaan tersebut. Keduanya digunakan oleh manajer untuk
memastikan bahwa tujuan operasional operasional mereka tercapai.

Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin


agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan
dalam perecanaan. Apabila pelaksanaan kerja berjalan tidak sesuai degan standard
perencanaan, walaupun secara tidak sengaja tetap ke arah yang lebih baik, hal ini
tampak klasik dan tradisional disebut lepas kontrol. Dengan demikian melalui
pengawasan dapat diawasi sejauh mana penyimpangan, penyalahgunaan,

13
kebocoran, kekurangan, pemborosan kemubadziran, penyelewengan dan lain-lain
kendala di masa yang akan datang.

Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan supaya apa yang


direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasikan tujuan
utama tersebut, maka pengawasan kepada taraf pertama bertujuan agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil
tindakan untuk memperbaikinya baik pada waktu itu atupun waktu-waktu yang
akan datang.

1. Asas-Asar dan Jenis Pengawasan


Asas-asas pengawasan terdiri atas:
1. Asas tercapainya tujuan
2. Asas efisiensi pengendalian
3. Asas tanggung jawab pengendalian
4. Asas pengendalian terhadap masa depan
5. Asas pengendalian langsung
6. Asas refleksi rencana
7. Asas penyesuaian dengan organiasi
8. Asas pengendalian individual
9. Asas standar
10. Asas pengendalian terhadap strategis
11. Asas kekecualian
12. Asas pengendalian fleksibel
13. Asas peninjauan kembali
14. Asas tindakan
Selain asas-asas yang telah diuraikan di atas, terdapat pula jenis-jenis
pengendalian sebagai beriku.
1. Pengendalian karyawan (personel control)
2. Pengendalian keuangan (financial control)
3. Pengendalian produksi (production control)

14
4. Pengendalian waktu (time control)
5. Pengendalian teknis (technical control)
6. Pengendalian kebijakan (policy control)
7. Pengendalian penjualan (sales control)
8. Pengendalian inventaris (inventory control)
9. Pengendalian pemelihaaan (meintenance control)
2. Proses dan Cara Pengawasan
1. Proses pengawasan
Langka-langkah yang dilakukan dalam proses pengawasan yaitu:
a. Penetapan standard dan metode penilaian kinerja
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar dan
metode penilaian kinerja. Standar mengandung arti sebagai suatu
pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian
hasil-hasil. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima
mereka yang bersangkutan. Bentuk standard yang umum adalah: (1)
standar-standar phisik, meliputi kuantitas barang/jasa, jumlah
langganan, atau kualitas produk. (2) standar-standar moneter, yang
ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya. (3)
standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
suatu pekerjaan harus diselesaikan.
b. Penilaian kinerja
Pada dasarnya penilaian kinerja adalah upaya untuk
membandingkan kinerja yang dicapai dengan tujuan dan standard
yang telah ditetapkan semula. Penilaian kinerja merupakan sebuah
proses yang berkelanjutan dan terus-menerus. Ada berbagai cara
untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: (1) pengamatan
(observasi), (2) laporan-laporan baik lisan maupun tertulis, (3)
metoda-metoda otomatis, (4) inspeksi, pengujuan (test), atau dengan
pengambilan sampel. Banyak perusahaan sekarang yang
mempergunakan pemeriksa intern (intern auditor) sebagai
pelaksanaan pengukuran.

15
c. Penilaian apakah kinerja memenuhi standar ataukah tidak
Secara garis besar, terdapat tiga kemungkinan hasil penilaian antara
kinerja dengan standard, yaitu: (1) Kinerja > standard, dimana dalam
kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang terbaik karena berada di
atas standard. (2) kinerja = standard, dimana dalam kondisi ini
organisasi mencapai kinerja baik, namun pada tingkat yang paling
minimum karena kinerjanya sama dengan standard. (3) kinerja <
standard, dimana dalam kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang
buruk atau tidak sesuai dengan yang diharapkan karena berada di
bawah standard.
d. Pengambilan tindakan koreksi
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan
ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat berupa hal-hal sebagai
berikut: (1) mengubah standard mula-mula (barangkali terlalu tinggi
atau terlalu rendah), (2) mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi
terlalu sering frekuensiya atau kurang bahkan mengganti system
pengukuran itu sendiri). (3) mengubah cara dalam menganalisa dan
menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.
2. Cara-cara pengawasan
Seorang manajer harus mempunyai berbagai cara untuk
memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan baik.
Hal ini dapat diketahui melalui proses control atau pengawasan. Cara-cara
pengendalian atau pengawasan ini dilakukan sebagai berikut:
a. Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri
secara langsung oleh seorang manajer.
Kebaikan:
Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, terjadi kontak
langsung antara bawahan dengan atasan, memberikan kepuasan
tersendiri bagi bawahan, karena merasa diperhatikan oleh atasannya,
tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa
berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya, menghindari timbulnya kesan
laporan “ asal Bapak senang”.

16
Keburukan:
Waktu seorang manajer banyak tersita, mengurangi inisiatif bawahan,
ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain- lain.
b. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya
dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini
dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan
hasil-hasil yang telah dicapai.
Kebaikan:
Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin
banyak, biaya pengawasan relative kecil, ,memberikan kesempatan
inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan:
Laporan kadang-kadang kurang objektif, jika ada kesalahan-
kesalahan terlambat mengetahuinya, dan kurang menciptakan
hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
c. Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang
dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil
atau standard yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan
dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.
3. Sifat dan Waktu Pengawasan
Sifat dan waktu pengawasan dibedakan atas:
1. Preventive control, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum
kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Cara yang dilakukan dalam
preventive control, yaitu:
a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan
b. Membuat aturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu
c. Menjelaskan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu
d. Mengorgaisasi segala macam kegiatan
e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility
bagi setiap individu karyawan
f. Menetapkan system koordinasi pelaporan dan pemeriksaan

17
g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan
2. Repressive control, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi
kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi
pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan. Repressive control dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membandingkan antara hasil dengan rencana
b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari
tindakan perbaikannya
c. Memberikan penilaian terhadap pelaksananya, jikaperlu dikenakan
sanksi hukuman kepadanya.
d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana
f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana
melalui training atau education
g. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera
diperbaiki.
3. Pengendalian berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara
berkala, misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain
4. Pengendalian mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan
secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-
peraturan yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik
5. Pengamatan melekat (waskat), adalah pengawasan atau pengendalian
yang dilakukan secara integrative mulai dari sebelum, pada saat, dan
sesudah kegiatan dilakukan.
4. Macam-Macam dan alat Pengawasan
1. Macam pengawasan
Pengawasan atau pengendalian dikenal atas beberapa macam, yaitu:

a. Internal control (pengendalian intern)


Pengendalian intern adalah pengendalian yang dilakukan oleh
seorang atasan kepada bawahannya. Cakupan dari pengendalian ini
meliputi hal-hal yang cukup luas baik pelaksanaan tugas, prosedur
kerja, kedisiplinan karyawan, dan lain-lain. Audit control adalah

18
pemeriksaan atau penilaian atas masalah-masalah yang berkaitan
dengan pembukuan perusahaan.
b. External control (pengendalian ekstern)
Eksternal control merupakan pengendalian yang dilakukan oleh
pihak luar. Pengendalian ekstern ini dapat dilakukan secara formal
atau informal, misalnya pemeriksaan pembukuan oleh kantor
akuntan dan penilaian yang dilakukan oleh masyarakat.
c. Formal control (pengendalian resmi)
Formal control adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi
atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern.
Misalnya pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terhadap BUMN dan lain-lain.
d. Informal control (pengendalian konsumen)
Informal control merupakan penilaian yang dilakukan oleh
masyarakat atau konsumen, baik langsung maupun tidak langsung.
Misalnya melalui media massa cetak atau elektronik, dan lain-
lainnya
2. Alat-alat pengawasan
Alat-alat pengawasan atau pengendalian yang dapat digunakan
dalam suatu perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Budget
Budget (anggaran) adalah suatu ikhtisar hasil yang akan
diharapkan dari pengeluaran yang disediakan untuk mencapai hasil
tersebut. Pengendalian budget (budgetary control) dapat diketahui
(diawasi), apakah hasil yang diharapkan dari penerimaan dan
pengeluaran itu sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Dalam
budget telah ditetapkan jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, dan
hasil yang akan diperoleh untuk masa yang akan dating. Apabila
tidak sesuai dengan budget, baik penerimaan dan pengeluaran
maupun hasil yang diperoleh maka perusahaan itu tidak efektif
karena terdapat penyimpangan (deviasi) dan manajer perusahaan

19
harus segera mengadakan perbaikan (correction). Pada dasarnya
tipe-tipe budget dibedakan atas beberapa diantaranya, yaitu:
1) Sales budget
2) Production budget
3) Cost Production budget
4) Step budget, berhubungan dengan production budget dan
menunjukkan bermacam-macam tingkat produksi.
5) Purchasing budget
6) Labor budget/Personnel budget adalah suatu budget yang
berhubungan dengan jumlah buruh yang ada dalam perusahaan.
Buruh yang akan diterima dalam jangka waktu yang akan dating,
berapa yang akan dipensiunksn, dan berapa yeng perlu mendapat
premi
7) Cash and financial budget
8) Master budget (budget keseluruhan)
b. Non Budget
Alat pengendalian Non-budget adalah sebagai berikut:
1) Personal observation, yaitu pengawasan langsung secara pribadi
oleh pimpinan perusahaan terhadap para bawahan yang sedang
bekerja.
2) Report (laporan), merupakan laporan yang dibuat oleh para
manajer bawahan, misalnya manajer produksi, manajer
pemasaran, membuat laporan-laporan pemasaran atau marketing
report. Berdasarkan laporan-laporan ini diketahui dan diawasi
perkembangan kegiatan-kegiatan yang sudah lampau.
3) Financial statement, adalah daftar laporan keuangan yang
biasanya terdiri dari Balance Sheet dan Income Statement (neraca
dan daftar rugi laba).
4) Statistic, merupakan pengumpulan data, informasi, dan kejadian
yang telah berlalu. Menganalisis data tersebut dan menyajikannya
dalam bentuk grafik, maupun kurva, sehingga dapat
memudahkan pimpinan mengetahui kejadian yang telah berlalu

20
dan dapt dengan mudah pula dijadikan informasi sebagai bahan
dalam pengambilan keputusan.
5) Break even point (Titik Pulang Pokok), yaitu suatu titik atau
keadaan ketika jumlah penjualan tertentu tidak mendapat laba
ataupun rugi. jumlah biaya sama dengan jumlah penjualan.
6) Internal Audit, yaitu pengendalian yang dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan yang meliputi bidang-bidang kegiatan secara
menyeluruh yang menyangkut masalah keuangan, apakah sesuai
dengan prosedur dan praktik yang telah ditetapkan.
5. Aspek-Aspek Pegawasan
Ditinjau dari objeknya, maka pengawasan dapat dilakukan terhadap:
1. Product

Ini untuk mengetahui bagaimanakah kualitas dan kuantitas


dari produksi. Maksudnya: walaupun kita mengutamakan kuantitas,
jangan sampai meninggalkan kualitas. Sering terjadi karena orang
mengejar kuantitas maka kualitas jadi menurun.
2. Uang
Ini dilakukan mengenai ongkos-ongkos yang mudah berubah.

3. Waktu
Dalam hal ini titik berat ditinjau dari sudut penggunaan
waktu. Seandainya menurut rencana dikerjakan dua jam, apakah
waktu itu tepat atau tidak. Sehingga dengan demikian pekerjaan
dapat berjalan secara efisien.
4. Orang
Ini merupakan pengawasan yang paling sulit. Makin lihai
orang yang diawasi makin banyak problema yang dihadapi.
Pengawasan mengenai orang dapat dilakukan secara langsung
ataupun tak langsung. Pengawasan langsung misalnya dijalankan
oleh seorang kepala bagian terhadap orang-orang yang langsung di
bawahnya. Pengawasan tak langsung misalnya kalau pengawasan
dilakukan oleh seorang kepala bagian dengan melalui sub seksi.

21
Pengawasan mengenai orang ini dimaksudkan untuk mengetahui
kegiatan orang itu, apakah sejalan dengan garis yang telah ditetapkan
atau tidak.
6. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif maka
perlu dipenuhi bebarapa prinsip dari pengawasan yaitu :
a. Adanya rencana tertentu. Rencana merupakan standard atau alat
pengukur dari pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.
Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan
pekerjaan berhasil atau tidak.
b. Adanya pemberian instruksi serta wewenang kepada bawahan.
Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada
bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan
sudah menjalankan tugas dengan baik. Atas dasar instruksi yang
diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.
c. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang
harus diawasi. Agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya
dapat merealisasikan tujuannya, maka suatu sistem pengawasan
setidaknya harus dapat segera melaporkan adanya penyimpangan dari
rencana. Oleh karena itulah sistem pengawasan yang efektif harus dapat
segera melaporkan penyimpangan- penyimpangan sehingga dapat
diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan
keseluruhan benar-benar dapat sesuai atau mendekati apa yang
dilaksanakan sebelumnya.
d. Flesibel. Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bila mana sistem
pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem
pengawasan itu tetap dapat dipergunakan meskipun terjadi perubahan-
perubahanterhadap rencana rencana diluar dugaan.
e. Ekonomis. Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-
sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan
yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat dijelmakan dengan suatu
sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut

22
oleh perusahaan besar tidak perlu dianut, bila itu tidak ekonomis bagi
perusahaan tertentu, yang menjadi pedoman haruslah membuat dan
menganut suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasi
motif ekonomi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, S. 2015. Pengelolaan Usaha. Tersedia pada
https://www.scribd.com/doc/280795526/Bab-1-Pengelolaan-Usaha.
Diakses 17 Oktober 2019
Istikaroh. 2017. Analisis Sistem Pengawasan Sumber Daya Manusia KJKS BMW
Walisongo dalam Perspektif Ekonomi Islam. Semarang: Skripsi. Tersedia
pada: https://www.eprints.walisongo.ac.id diakses pada: 18 Oktober 2019
Jannah, .F.. 2017. Strategi Pengembangan Usaha. Tersedia pada:
https://www.eprints.walisongo.ac.id diakses pada: 18 Oktober 2019

24

Anda mungkin juga menyukai