Anda di halaman 1dari 92

ISSN 1410-6434

INFO KESEHATAN MASYARAKAT Volume XII, Nomor 2, Desember 2008, Halaman 105–185
Terakreditasi No. 56/DIKTI/Kep/2005

DAFTAR ISI

HASIL PENELITIAN

Indeks Massa Tubuh dan Status Anemia pada Remaja Vegetarian di Medan (105–108)
Evawany Aritonang, Ernawati Nasution, dan Syamsunihar (Pengajar Tetap pada Departemen
Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU, Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM
USU)

Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi
pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008 (109-118)
Albiner Siagian dan Dumasari Barus (Pengajar Tetap pada Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat USU dan Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Karo)

Tempat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus di Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu,


Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara (119-123)
Irnawati Marsaulina (Pengajar Tetap pada Departemen Kesehatan Lingkungan, FKM USU)

Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota
Medan (124-131)
Evawany Aritonang dan Eunike Siregar (Pengajar Tetap Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat, FKM USU dan Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU)

Gambaran Status Sosio-Ekonomi dan Psikososial Pasien Fraktur Rawat Inap di RSUP
Dr. Pirngadi Medan, Tahun 2008 (132-135)
Megawati (Pengajar Tetap pada Jurusan Keperawatan dan Politeknik Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Medan)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara dalam Rumah di Sekitar


Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2008 (136-144)
Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S. dan Meirinda (Staf Pengajar Manajemen Kesehatan
Lingkungan Industri Pascasarjana USU dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Depkes RI Medan)

Konsumsi Ikan dan Kontribusinya terhadap Kebutuhan Protein pada Keluarga


Nelayan di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan (145-152)
Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S Meliala (Pengajar Tetap pada Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat, FKM USU dan Alumnus Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM
USU)

Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah Gempa dan Tsunami Pasca Enam
Bulan dan Satu Tahun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (153-162)
Siti Maryam (Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Malikulsaleh, Lhoksemawe, NAD)

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Pemeriksaan ANC di Klinik Bersalin


Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007 (163-167)
Indrawati (Pengajar Tetap pada Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Medan)

Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan Tingkat I dan Fasilitasnya bagi Peserta


Jamsostek di Medan (168-173)
Ameta Primasari (Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU)

i
TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung (174-178)


Albiner Siagian (Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU Medan)

Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179-185)


Abdul Jalil Amri Arma (Departemen Kependudukan dan Biostistika, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara)

ii ii
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

INDEKS MASSA TUBUH DAN STATUS ANEMIA


PADA REMAJA VEGETARIAN DI MEDAN

Evawany Aritonang1, Ernawati Nasution1, Syamsunihar2


1
Pengajar Tetap pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
2
Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

ABSTRACT
Vegetarian consumption pattern was a consumption pattern that consume
only nabaty food, so adolesence often suffer iron deficiency anemia because
the iron source most in animal food. The aim of vegetarian pattern in
adolesence relationship to diet pattern in order to have ideal body shape that
they wanted. One of the school that have student with vegetarian pattern is
Perguruan Swasta Budaya in Medan.`The objective of this study were to
know the body mass index (BMI) and anemia status in vegetarian
adolescence by cross sectional design. The sample is total population i.e all
of the vegetarian adolesence (40 adolesence). The result of the study showed
that 85% adolesence have BMI 18- 25 (normal nutritional status category).
In other hand 10% have BMI <18 (underweight category) and 2% have BMI
25-27 (overweight category).`Anemia status in adolescence showed that 90%
have normal hemoglobin blood level (not anemia) and only 10% detected in
anemia status. This situation could be happened caused 50% adolescence
consumed Neurobion as supplement that consist high iron composition. The
suggestion of this study was to increase adolesence’s knowledge of
vegetarian dietary especially food that have high iron composition.

Keywords: Vegetarian, Adolescence, Anemia status

PENDAHULUAN nervosa. Tidak jarang juga remaja vegetarian


rentan mengalami anemia disebabkan mereka
Remaja merupakan kelompok usia yang vegetarian hanya mengkonsumsi
yang menunjukkan pertumbuhan fisik yang protein nabati, padahal nilai biologi dari
cepat, perkembangan seks, perubahan sikap protein nabati lebih rendah dibanding protein
dan respon emosional. Oleh karena itu hewani (Chiang, 2006).
kebutuhan kalori, protein, lemak dan zat-zat Perguruan swasta budaya adalah
gizi penting lainnya haruslah cukup, akan salah satu sekolah yang memiliki siswa-siswa
tetapi sedikit sekali yang mengetahui tentang atau remaja yang menganut vegetarian.
asupan remaja tersebut. Meskipun asupan Remaja vegetarian di perguruan ini mayoritas
kalori dan protein sudah tercukupi namun menggunakan jenis Vegetarian Lacto-ovo.
elemen lain seperti besi, kalsium dan Diet vegetarian Lacto-ovo merupakan salah
beberapa vitamin ternyata masih kurang satu jenis diet vegetarian yang masih
(Arisman, 2004). memperbolehkan susu dan telur dalam menu
Vegetarian bagi remaja merupakan makanan dengan kebutuhan sehari-hari.
salah satu cara untuk mengurangi berat Berdasarkan hal tersebut di atas,
badan. Hal ini disebabkan remaja belum penulis berniat untuk mengetahui bagaimana
sepenuhnya matang, baik secara fisik, indeks massa tubuh dan status anemia pada
kognitif dan psikososial. Kecemasan akan kelompok vegetarian remaja di Perguruan
bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak Swasta Budaya Medan.
makan, tidak jarang berujung anoreksia

105
Rumusan Masalah dari semua kematian karena kanker ada
Berdasarkan uraian di atas, rumusan kaitannya dengan makanan. Dengan
masalah dalam penelitian ini adalah mengikuti prinsip-prinsip makanan sehat
bagaimana indeks massa tubuh dan status vegetarian dapat mencegah dan
anemia pada kelompok vegetarian remaja di meningkatkan kekuatan. Makanan vegetarian
Perguruan Swasta Budaya Medan. dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu:
sayur-sayuran, buah-buahan, umbi, padi,
Tujuan Penelitian kacang, susu murni, madu, bumbu-bumbu
1. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh dapur, makanan olahan vegetarian (tahu,
(IMT) pada kelompok vegetarian remaja tempe), air mineral, rumput laut dan
di Perguruan Swasta Budaya Medan. ganggang laut serta telur.
2. Untuk mengetahui status anemia pada
kelompok vegetarian remaja di Pola Makanan Vegetarian
Perguruan Swasta Budaya Medan. Pola makan vegetarian mengandung
serat yang lebih tinggi, maka diperlukan
Manfaat Penelitian kalori yang tinggi untuk memenuhi
Sebagai bahan masukan/informasi semuanya. Akan tetapi terdapat
bagi pihak sekolah dan dapat mengin- kecendrungan untuk memakan kalori yang
formasikan bagi remaja dan masyarakat lebih sedikit jika volume makanan yang
tentang status anemia pada kelompok dimakan berjumlah sama. Masalah tersebut
vegetarian remaja. dapat diatasi dengan memakan volume
makanan yang lebih besar pada setiap
TINJAUAN PUSTAKA hidangan dan menu makan lebih sering
(Eisma).
Vegetarian Bagi remaja yang vegetarian,
Vegetarian mempunyai dua dibutuhkan pola makanan yang memberikan
pengertian, yakni sebagai kata benda dan asupan gizi termasuk kalsium, zat besi dan
kata sifat. Sebagai kata benda, berarti orang vitamin B12 yang cukup. Kalsium
yang berpantang makan daging, tetapi hanya dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
makan sayur-sayuran dan bahan makanan mereka. Sumber makanan yang kaya kalsium
nabati lainnya. Sebagai kata sifat, vegetarian adalah susu dan susu kedelai yang diperkaya
berarti tidak mengandung daging atau kalsium, sayur hijau dan jus jeruk, dimana
kebiasaan berpantang daging. Dengan jenis makanan kaya kalsium ini dikonsumsi
berpantang daging, kaum vegetarian harus setiap hari. Sedangkan zat besi banyak
mencukupi kebutuhan protein dari kacang- terdapat di brokoli, kismis, semangka, bayam
kacangan, buah, sayuran yang kaya protein, dan kacang-kacangan termasuk kacang
kalsium dan vitamin. Sumber utama panjang dan buncis. Jika tidak mendapat
makanan di dunia ini adalah tumbuhan. cukup vitamin B12 maka diberikan
Tumbuhan inilah yang mampu mengubah multivitamin dengan vitamin B12 (Chiang,
energi radiasi menjadi energi senyawa kimia 2006).
yang sudah dapat langsung di konsumsi oleh
makhluk hidup lainnya. Ada beberapa Anemia
kelompok vegetarian, yaitu: vegetarian Anemia defesiensi zat besi
vegan, vegetarian lacto, vegetarian lacto-ovo, merupakan masalah gizi yang paling lazim di
vegetarian pesco dan vegetarian fluctarian dunia. Di Indonesia, anemia gizi masih
(Bangun. A, 2005). merupakan salah satu masalah gizi disamping
masalah gizi lainnya. Anemia merupakan
Manfaat Vegetarian keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
Pada tahun 1961, majalah Journal of hemotokrit dan jumlah sel darah merah di
American Medical Association menyatakan bawah nilai normal yang di patok untuk
bahwa pola makan vegetarian bisa mencegah perorangan. Anemia gizi adalah keadaan
penyumbatan urat nadi jantung hingga 97%. dimana kadar hemoglobin, hemotokrit dan
Menurut Rita Butram. PhD kepala bidang sel darah merah lebih rendah dari nilai
makanan dan kanker dari lembaga kanker normal, sebagai akibat dari defisiensi salah
nasional (NCI) Amerika Serikat, 35 – 40% satu atau beberapa unsur makanan yang

106 Indeks Massa Tubuh dan Status Anemia (105–108)


Evawany Aritonang, Ernawati Nasution, dan Syamsunihar
esensial yang dapat mempengaruhi Status Gizi Kurang: IMT < 18
timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, Status Gizi Baik (Normal): IMT 18 – 25
2004). Status Gizi Lebih: IMT 25 – 27
Status Gizi Obes: IMT > 27
METODE PENELITIAN
3. Kadar Hb dengan pemeriksaan
Jenis dan Lokasi Penelitian hemoglobin (Hb) dengan cara
Jenis penelitian survei bersifat pengukuran metode Sian-
deskriptif dengan desain penelitian Cross methemoglobin.yaitu kadar Hb normal
Sectional yang dilaksanakan di sekolah untuk pria adalah 14 – 16 gr/dl dan untuk
Perguruan Swasta Budaya Medan Jl. Wanita adalah 12 -14 gr/dl.
Kepribadian no. 23 Medan.
Pengolahan dan Analisa Data
Populasi dan Sampel Pengolahan data dilakukan secara
Populasi dalam penelitian ini adalah manual dengan editing, tabulating dan
remaja vegetarian di Perguruan Swasta dianalisa secara deskriptif, disajikan dalam
Budaya Medan khususnya kelas pada kelas bentuk tabel-tabel distribusi dengan melihat
IIA dan Sampel adalah total populasi yaitu persentase dari data tersebut.
40 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data ada 2 yaitu: data primer 1. Indeks Massa Tubuh (IMT) pada
(identitas responden, IMT dan status anemia) Remaja Vegetarian
dan data sekunder (data demografi sekolah, Status gizi dapat diukur dengan nilai
jumlah tenaga pengajar dan siswa serta data Indeks Massa Tubuh (IMT). Dari hasil
fasilitas sekolah). Cara pengumpulan data penelitian diperoleh ternyata remaja
yaitu dengan melakukan wawancara vegetarian lebih banyak yang normal. Hal ini
langsung dengan responden terhadap data dapat dilihat pada tabel berikut ini.
identitas responden, indeks massa tubuh
(IMT) yaitu dengan mengukur tinggi badan Tabel 1. Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan berat badan sedangkan status anemia Pada Remaja Vegetarian
dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb Indeks Massa Tubuh (IMT) N %
dengan metode Sian-methemoglobin. Gizi Kurang (IMT < 18) 4 10,0
Normal (IMT 18-25) 34 85,0
Defenisi Operasional Gizi Lebih (IMT 25-27) 2 5,0
1. Status anemia adalah kadar hemoglobin Total 40 100
darah remaja vegetarian dibandingkan
dengan kadar hemoglobin yang sesuai
dengan standar atau dengan kadar normal Berdasarkan penelitian diketahui
hemoglobin. bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja
2. Indeks massa tubuh adalah gambaran vegetarian lebih banyak pada kategori yang
status gizi yang dilihat dari ukuran berat normal yaitu sebanyak 34 orang (85%). Hal
badan dan tinggi badan dan ini dikarenakan remaja vegetarian
dibandingkan dengan klasifikasi (batasan mengkonsumsi bahan makanan seperti
IMT). karbohidrat, protein dan lemak secara teratur
dan dapat mengkombinasikan bahan
Aspek Pengukuran makanan yang dianjurkan sehingga tidak
1. Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara mengalami kegemukan atau kurus.
sebagai berikut: Berat Badan (BB)
responden ditimbang kemudian Tinggi 2. Status Anemia pada Remaja
Badan (TB) diukur, lalu diggunakan Vegetarian di Perguruan Swasta
rumus: Budaya Medan
Berat badan (kg ) Untuk mengetahui status anemia
2. IMT = pada remaja vegetarian dilakukan
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
pemeriksaan hemoglobin darah. Dari hasil

Indeks Massa Tubuh dan Status Anemia (105–108) 107


Evawany Aritonang, Ernawati Nasution, dan Syamsunihar
pemeriksaan Hb ternyata remaja vegetarian tetapi masih dominan disebabkan
lebih banyak yang tidak anemia. Hal ini konsumsi suplemen sumber zat besi
dapat dilihat pada tabel berikut ini. sehingga perlu kiranya penyuluhan gizi
dalam menerapkan diet vegetarian lacto-
Tabel 2. Distribusi Status Anemia pada ovo sebagai diet sehat dan alami,
Remaja Vegetarian terutama dalam pemilihan bahan
Status Anemia N % makanan nabati sumber zat besi dan
Tidak Anemia 36 90,0 porsi yang tepat sehingga dapat terhindar
Anemia 4 10,0
dari gizi kurang ataupun gangguan
kesehatan lainnya. Pada akhirnya pola
Total 40 100,00
diet vegetarian diharapkan kiranya dapat
menjadi menu pilihan dalam
Hasil pemeriksaan kadar Hb mempertahankan keadaan kesehatan gizi
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang optimal.
vegetarian tidak mengalami anemia. Hal ini 2. Memberikan penyuluhan gizi terutama
dikarenakan remaja vegetarian penyuluhan tentang pola makan sehat
mengkonsumsi beraneka ragam bahan dan fungsi berbagai makanan dalam
makanan yang kaya akan zat besi seperti pertumbuhan dan perkembangan remaja
sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu, sehingga keinginan untuk membentuk
remaja vegetarian juga memperoleh zat besi tubuh ideal pada remaja dilakukan
dengan mengkonsumsi suplemen sumber zat melalui diet yang baik dan benar.
besi dalam bentuk tablet seperti calvita, 3. Kepada remaja vegetarian diharapkan
neurobion, dan hemaviton dengan dosis 500 dapat meningkatkan pengetahuan tentang
mg dan frekuensinya 1 kali/hari. Pada siswa menu vegetarian melalui diskusi, media
yang mengalami anemia (10%) dapat massa dan media elektronik serta
disebabkan karena konsumsi pangan sumber konsultasi dengan dokter atau ahli gizi
zat besi yang kurang ataupun keadaan siswa agar tidak terjadi penyakit.
yang baru saja selesai mengalami haid.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan yang dikemukakan
Wirakusumah (1998), Salah satu faktor
Almatsier. S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
terjadinya anemia adalah kehilangan darah Gramedia
dalam jumlah banyak. Kehilangan darah ini Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan.
disebabkan oleh menstruasi pada wanita. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta
KESIMPULAN DAN SARAN Bahri, S. 2003. Pola Makan dan Status Gizi
pada Kelompok Vegetarian Maitreya
Kesimpulan Indonesia di Kota Medan. Skripsi
1. 90% siswa vegetarian tidak mengalami FKM USU
anemia karena umumnya mengkonsumsi Depkes, RI. 1995. Panduan 13 Pesan Dasar
suplemen sumber zat besi dosis tinggi. Gizi Seimbang
2. Jenis suplemen yang dikonsumsi pada Hardinsyah dan Drajat Martianto. 1992. Gizi
kelompok vegetarian remaja di Terapan. Penerbit Departemen
Perguruan Swasta Budaya Medan Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
beraneka ragam seperti neurobion, Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat
calvita dan hemaviton. Dimana remaja Antar Universitas Pangan dan Gizi.
vegetarian mengkonsumsi suplemen Institut Pertanian Bogor
setiap hari dengan dosis yang cukup. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi.
3. Indeks Massa Tubuh pada kelompok Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
vegetarian remaja di Perguruan Swasta Jakarta
Budaya Medan lebih banyak yang Sediaoetama, A.D. 1991. Ilmu Gizi untuk
normal yaitu sebanyak 34 orang (85%). Profesi dan Mahasiswa. Jilid I.
Penerbit Dian Rakyat, Jakarta
Saran Soeharjo. 1992. Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius.
1. Meskipun sebagian besar siswa Yogyakarta
vegetarian tidak mengalami anemia

108 Indeks Massa Tubuh dan Status Anemia (105–108)


Evawany Aritonang, Ernawati Nasution, dan Syamsunihar
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN PEMELIHARAAN


KESEHATAN GIGI DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK
SD 060935 DI JALAN PINTU AIR II SIMPANG GUDANG KOTA
MEDAN TAHUN 2008

Albiner Siagian1 dan Dumasari Barus2


1
Pengajar Tetap pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat USU
2
Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

ABSTRACT
Dental caries is one of the main problems in dental and mouth health,
especially for children. It is related to eating habit pattern. This research is
intended to know the relationship among eating habits and the maintenance
of dental health and dental caries among the elementary school children
060935 Simpang Gudang Medan. This study is an analytical research with
cross-sectional. The population is those students in class IV, V, VI with the
total sampling of 76 students. The eating habit pattern were taken by using
food frequency questionnaire. Data on dental caries was obtained by direct
dental checking diagnosis method and dental treatment was obtained by
using the questionnaire. The data were analyzed by using χ2 test. The result
of research shows that children eating habit pattern is ‘high’ (52,63%), the
food frequency is ‘medium’ (78,94%) and the action for maintaining dental
health is ‘medium’ (90,78%). There is a significant relationship between
the feeding frequency and dental caries and between dental health
maintenance and dental caries. The problem of dental caries among the
students should be considered so that it can be prevented early. It is
suggested that health care providers improve health extention regarding
dental and mouth health maintenance thorough UKGS program.

Keywords: Eating pattern habit, Dental caries, Elementary school students

PENDAHULUAN memandang usia dan jika dibiarkan berlanjut


akan merupakan sumber fokal infeksi dalam
Karies gigi masih merupakan mulut sehingga menyebabkan keluhan rasa
masalah utama kesehatan gigi dan mulut di sakit. Kondisi ini tentu saja akan mengurangi
dunia, bahkan di negara-negara industri. Di frekuensi kehadiran anak ke sekolah atau
negara-negara yang sedang berkembang, ada meningkatkan hari absensi anak-anak serta
kecenderungan peningkatan prevalensi karies mengganggu konsentrasi belajar,
gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi mempengaruhi nafsu belajar dan asupan gizi
gula dan kurangnya pemanfaatan flour. sehingga dapat mengakibatkan gangguan
Keterbatasan akses pelayanan kesehatan gigi pertumbuhan yang pada gilirannya akan
di negara yang sedang berkembang mempengaruhi status gizi anak yang
menyebabkan gigi yang karies tersebut berimplikasi pada kualitas sumber daya.
dibiarkan tanpa perawatan atau dicabut Pada anak-anak, terutama pada usia
sekedar menghilangkan rasa sakit. sekolah dasar, struktur giginya termasuk
Karies gigi menjadi penting dalam jenis gigi bercampur antara gigi susu dan gigi
dunia kedokteran gigi karena kelainan pada permanen rentan mengalami karies gigi.
gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa Karies yang terdapat pada gigi inilah yang

109
merupakan indikator keberhasilan upaya Perumusan Masalah
pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia Berdasarkan uraian latar belakang di
sekolah (Situmorang, 2006). atas, maka yang menjadi masalah dalam
Dengan meningkatnya konsumsi penelitian ini adalah bagaimana hubungan
snack dan makanan cepat saji yang kebiasaan makan dan pemeliharaan
kebanyakan mengandung gula, maka sering kesehatan gigi anak dengan kemungkinan
sulit bagi individu (anak) untuk timbulnya karies gigi.
menghindarkan konsumsi gula yang banyak.
Hubungan secara langsung antara decay Tujuan Penelitian
missing filliing (DMF) dengan memakan Untuk mengetahui hubungan
makanan di antara waktu makan (ngemil), kebiasaan makan dan pemeliharaan
telah banyak dibuktikan. Maka dari itu, kesehatan gigi dengan karies gigi pada anak
langkah utama bagi individu (anak) untuk SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang
mengurangi insidensi karies, yaitu dengan Gudang Kota Medan Tahun 2008.
membatasi konsumsi makanan di antara
waktu makan yang berupa snack, makanan Manfaat Penelitian
bergula, roti dan coklat. Hasil penelitian ini diharapkan
Di Indonesia, pelayanan kesehatan sebagai bahan masukan dan informasi
gigi masih sangat terbatas dan terkonsentrasi kepada Puskesmas di dalam meningkatkan
di kota-kota besar. Pelayanan kesehatan gigi program UKGS. Selain itu, temuan
juga belum dirasakan sebagai kebutuhan dan penelitian ini juga berguna sebagai sumber
masih terlalu mahal bagi sebagian besar informasi bagi anak SD dalam pemeliharaan
masyarakat. Hal ini bisa terlihat dari proporsi kesehatan gigi dan mulut.
nilai “F”(filling) yang sangat rendah
dibandingkan dengan DMF-T (decay missing METODE PENELITIAN
filling – teeth) (Situmorang, 2006).
Data Nasional Kesehatan Gigi di Jenis dan Rancangan Penelitian
Indonesia menunjukkan saat ini prevalensi Penelitian ini bersifat deskriptif
karies gigi sekitar 90% dari 238 juta analitik dan dilakukan dengan desain potong-
penduduk Indonesia dan jumlah anak-anak lintang (crossectional study) yang akan
usia 15 tahun kebawah yang menderita karies memberi gambaran tentang hubungan
gigi kini mencapai 76,5%. Menurut data dari kebiasaan makan dengan karies gigi pada
Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2007, anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II
hanya sekitar 23.559 penduduk yang Simpang Gudang Kota Medan.
menggunakan pelayanan dasar gigi di
puskesmas. Jumlah ini hanya 1,17% dari Lokasi dan Waktu Penelitian
2.067.288 jumlah penduduk dikota Medan. Lokasi penelitian ini adalah SD
Dari 239.237 jumlah murid SD yang berada 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang
di kota Medan, sekitar 97.013 murid (40,6%) Gudang Kota Medan. Lokasi penelitian ini
yang telah diperiksa giginya melalui program dipilih dengan alasan dari hasil survei
UKGS. Jumlah murid SD di Medan yang pendahuluan diketahui sekolah ini
menderita karies gigi sebanyak 413 orang, mempunyai jumlah murid cukup banyak
menderita gingivitis sebanyak 63 orang dan yang menderita karies gigi yaitu 95% dari 76
yang menderita periodontitis 47 orang (Profil orang anak yang diperiksa dan di sekolah ini
Kesehatan Medan 2007). juga belum pernah diadakan penelitian.
Sehubungan dengan hal ini perhatian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
yang khusus terhadap kesehatan gigi dan sampai dengan bulan Maret 2009.
mulut terutama masalah karies gigi pada
anak usia sekolah dasar pantas mendapat Populasi dan Sampel
prioritas, karena karies dapat terjadi pada Populasi penelitian ini adalah murid
umur yang relatif masih sangat muda dan kelas IV, V dan VI SD No 060935 di Jalan
masih kurangnya perhatian yang diberikan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan
terhadap kebiasaan makan yang salah atau yang menderita karie gigi yang berjumlah 76
mengonsumsi makanan terutama makanan orang dengan alasan mereka sudah
jajanan yang biasanya tinggi kadar gula memahami pertanyaan yang diajukan.

110 Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118)


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Sampel adalah seluruh populasi yaitu murid ƒ Tinggi bila skor yang diperoleh > 26
kelas IV sebanyak 30 orang, kelas V ƒ Sedang bila skor yang diperoleh 15-
sebanyak 20 orang, kelas VI sebanyak 26 25
orang yang berjumlah 76 orang di SD ƒ Rendah bila skor yang diperoleh <
060935 Jalan Pintu Air II Simpang Gudang 14.
Kota Medan. Jenis makanan ditentukan dengan
cara deskriptif dari frekuensi makan dan jenis
Pengumpulan Data makanan yang paling sering dikonsumsi.
Data tentang kebiasaan makan yang Jenis makanan yang dikelompokkan pada
meliputi frekuensi makan jajanan, frekuensi frekuensi makan adalah karbohidrat, protein,
makan sehari-hari, dan jenis makanan vitamin dan mineral.
kariogenik diperoleh dari hasil wawancara
dengan menggunakan formulir food c. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
frequency. Data karies gigi diperoleh dari Mulut
pemeriksaan langsung dengan menggunakan Skala pengukuran tindakan
alat diagnosa kedokteran gigi yaitu kaca pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
mulut, sonde, pinset dan excavator. diperoleh berdasarkan jawaban dari
Sementara itu, data tentang tindakan responden dari semua pertanyaan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Singarimbun, dkk. 1995). Tindakan
diperoleh dari hasil wawancara dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
menggunakan kuesioner diukur melalui 13 pertanyaan. Pertanyaan no
1,3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11 memiliki nilai
Pengukuran tertinggi 3, sedang 2 dan terendah 1.
a. Karies Gigi Pertanyaan no 2, 6, 12, dan 13 memiliki nilai
ƒ Karies superficialis (ringan) dimana tertinggi 2 dan terendah 1. Berdasarkan
karies baru mengenai enamel saja, jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3
sedangkan dentin belum terkena. kategori yaitu:
Biasanya penderita belum terasa ƒ Nilai baik, apabila total nilai yang
sakit ngilu. diperoleh >75% dari skor >25
ƒ Karies media (sedang) dimana karies ƒ Nilai sedang, apabila total nilai yang
sudah mengenai dentin tetapi belum diperoleh 40-75% dari skor 14-25
melebihi setengah dentin. Biasanya ƒ Nilai kurang, apabila total nilai yang
perasaan ngilu baru ada pada waktu diperoleh <40% dari skor <13.
makan makanan asam, manis dan
dingin. Analisa Data
ƒ Karies propunda (berat) dimana Setelah semua data diolah, kemudian
sudah mengenai lebih dari ½ dentin dianalisis dengan bantuan komputer yaitu
dan kadang-kadang sudah mengenai program SPSS Versi 10. Data dianalisa
pulpa. dengan menggunakan uji independensi Chi-
Square (χ2) yaitu untuk menguji hubungan
b. Kebiasaan Makan antara kebiasaan makan (frekuensi makanan
Kebiasaan makan diukur dengan cara jajanan dan frekuensi makan sehari-hari) dan
menjumlahkan skor yang ada di formulir pemeliharaan kesehatan gigi dengan
frekuensi makan makanan jajanan dan timbulnya karies gigi.
frekuensi makan sehari-hari.
ƒ Bila makanan dikonsumsi setiap hari HASIL PENELITIAN DAN
(diberi skor 3) PEMBAHASAN
ƒ Bila makanan dikonsumsi 4-5 kali
seminggu (diberi skor 2) Karakteristik Responden
ƒ Bila makanan dikonsumsi 1-3 kali Gambaran responden berdasarkan
seminggu (diberi skor 1) jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Dari
Berdasarkan jumlah nilai skor, 76 orang responden terdapat 35 orang
kebiasaan makan dikelompokkan menurut responden (46,05%) berjenis kelamin laki-
kelas interval dalam 3 kategori (Suhardjo, laki dan 41 orang responden (53,94%)
1989), yaitu: berjenis kelamin perempuan.

Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118) 111


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 060935 Jl. Pintu Air II Simpang
Gudang Kota Medan Tahun 2008
Jenis kelamin Kelas Jumlah
IV % V % VI %
Laki-laki 15 50,00 9 45,00 11 42,30 35
Perempuan 15 50,00 11 55,00 15 57,70 41
Jumlah 30 100,00 20 100,00 26 100,00 76

Hasil Pemeriksaan Karies Gigi Kebiasaan Makan


Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kebiasaan makan adalah kebiasaan
dari 76 responden terdapat 31 orang anak mengonsumsi makanan meliputi
(43,05%) responden yang menderita karies frekuensi makan jajanan, frekuensi makan
berat, 12 orang (16,66%) dengan kategori sehari-hari, dan jenis makanan yang bersifat
sedang dan karies ringan sebanyak 29 orang kariogenik. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat
(40,27%) dan yang tidak menderita karies jajanan yang paling sering dikonsumsi oleh
gigi ada 4 orang (5,34%). murid SD adalah coklat, roti, es krim,
gorengan, mie, minuman ringan dan permen
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan dan mereka jarang jajan buah-buahan seperti
Tingkat Karies Gigi di SDN 060935 rujak.
Jl. Pintu Air II Simpang Gudang
Kota Medan Tahun 2008 Frekuensi Makan Jajanan
Tingkat Karies Frekuensi makan jajanan yang diteliti
n %
Gigi
dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan
Berat 31 43,05
jajanan yang bersifat kariogenik dalam jangka
Sedang 12 16,66
Ringan 29 40,27 waktu satu minggu. Dari tabel dapat diketahui
Tidak Menderita bahwa dari 72 responden terdapat 40 orang
4 5,34 (52,63%) yang frekuensi makan jajanan dengan
Karies Gigi
Jumlah 76 100,00 kategori tinggi, 35 orang (46,05%) frekuensi
makan jajanan dengan kategori sedang dan
frekuensi jajanan dengan kategori rendah
sebanyak 1 orang (1,30%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik
dengan Frekuensi Makan Jajanan Pada Anak SDN 060935 Jl. Pintu Air II Simpang
Gudang Kota Medan Tahun 2008
Frekuensi
JenisMakanan/ 4-5 kali 1-3 kali Tidak Jumlah
Minuman Setiap Hari
Seminggu Seminggu Pernah
n % n % N % n % n %
Coklat 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Es Krim 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Gorengan 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Mie 60 78,94 10 13,15 6 7,89 0 0 76 100
Minuman ringan 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Permen 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Roti/Kue 76 100 0 0 0 0 0 0 76 100
Buah-buahan 30 39,47 10 13,15 36 47,36 0 0 76 100
Dan lain-lain 20 26,3 20 26,31 16 21 20 26,31 76 100

112 Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118)


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Frekuensi Makan Jajanan di SDN dan Mulut
060935 Jl. Pintu Air II Simpang Pada tabel dapat diketahui bahwa
Gudang Kota Medan Tahun 2008 dari 76 resonden terdapat 3 orang (3,94%)
Frekuensi Makan dengan kategori buruk, 69 orang (90,78%)
n %
Jajanan
dikategorikan sedang dan dikategorikan baik
Tinggi 40 52,63
sebesar 4 orang (5,26%).
Sedang 35 46,05
Rendah 1 1,30
Jumlah 76 100,00 Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
Tindakan Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut di SDN 060935 Jl.
Kebiasaan Makan Sehari-hari yang Pintu Air II Simpang Gudang Kota
Bersifat Kariogenik Medan Tahun 2008
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa Tindakan n %
dari 76 orang responden terdapat 11 orang Kurang 3 3,94
(14,47%) responden yang frekuensi makan Sedang 69 90,78
dengan kategori tinggi, frekuensi makan
Baik 4 5,26
dengan kategori sedang sebanyak 60 orang
Jumlah 76 100,00
(78,94%) dan frekuensi makan dengan
kategori rendah sebanyak 5 orang (6,57%).
Untuk jenis makanan yang paling Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa dari
sering dikonsumsi hasilnya dapat dilihat 76 responden terdapat 61 orang (80,26%)
berdasarkan frekuensi makan yang telah yang menyikat gigi setiap hari, 64 orang
dikelompokkan yaitu karbohidrat, protein, (84,21%) menyatakan tidak pernah menyikat
lemak, vitamin dan mineral. Jenis makanan sebelum tidur malam, 73 orang (96,05%)
yang paling sering dikonsumsi responden menyatakan menggunakan pasta gigi pada
adalah karbohidrat. Frekuensi makan saat menyikat gigi, 70 orang (92,10%)
responden berdasarkan jenis makanan yang menyatakan sering jajan makanan yang
paling sering dikonsumsi dapat dilihat pada bersifat manis lunak dan lengket, 73 orang
lampiran. (96,05%) menyatakan kadang-kadang saja
mengonsumsi buah-buahan yang berserat dan
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan banyak air, 72 orang (94,73%) menyatakan
Frekuensi Makan di SDN 060935 Jl. tidak pernah berkumur-kumur setelah makan
Pintu Air II Simpang Gudang Kota makanan yang manis, 50 orang (65,78%)
Medan Tahun 2008 menyatakan tidak pernah memeriksakan
Frekuensi Makan n % giginya ke dokter gigi, 72 orang (94,73%)
Tinggi 11 14,47 menyatakan tidak pernah membersihkan gigi
Sedang 60 78,94 ke dokter gigi.
Rendah 5 6,57
Jumlah 76 100,00

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi di SDN


060935 Jl. Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008
Jumlah
Tindakan
n %
Menyikat Gigi Setiap Hari
a. Ya
0 0
b. Kadang-kadang
12 15,78
c. Tidak
64 84,21
Total 76 100,00
Menggunakan Pasta Gigi Pada Saat Menyikat Gigi
a. Ya 73 96,05
b. Kadang-kadang 0 0
c. Tidak 3 3,94
Total 76 100,00

Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118) 113


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Jumlah
Tindakan
n %
Menyikat Gigi Pada Malam Hari Sebelum Tidur
a. Ya 0 0
b. Kadang-kadang 12 15,78
c. Tidak 64 84,21
Total 76 100,00
Sering Jajan Makanan yang manis
a. Ya 70 92,10
b. Kadang-kadang 0 0
c. Tidak 6 7,89
Total 76 100,00
Sering Jajan Makanan yang bersifat Lunak dan lengket
a. Ya 70 92,10
b. Kadang-kadang 0 0
c. Tidak 6 7,89
Total 76 100,00
Sering Mengonsumsi Buah-buahan yang Berserat dan berair
a. Ya 0 0
b. Kadang-kadang 73 96,05
c. Tidak 3 3,94
Total 76 100,00
Berkumur-kumur Setelah Makan yang Manis
a. Ya 4 5,26
b. Kadang-kadang 0 0
c. Tidak 72 94,73
Total 76 100,00
Memeriksakan Gigi ke Dokter Gigi
a. Ya 26 34,2
b. Tidak 50 65,78
Total 76 100,00
Pernah Membersihkan gigi ke praktek gigi/klinik gigi
a. Ya 4 5,26
b. Kadang-kadang 0 0
c. Tidak 72 94,73
Total 76 100,00

Dari hasil penelitian dapat dilihat menggunakan uji Chi- Sqare diperoleh
juga bahwa semua responden menyatakan p=0,000 (p<0,05), yang artinya ada
tidak tahu bagaimana cara menyikat gigi hubungan bermakna antara frekuensi makan
yang baik dan benar, tidak pernah menyikat jajanan dengan timbulnya karies gigi.
gigi setiap sesudah makan, tidak Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa
menggunakan obat kumur setiap sesudah anak yang kebiasaan makan sehari-harinya
sikat gigi dan tidak pernah mendapatkan dengan kategori sedang ternyata paling
pemeliharaan gigi seperti pengolesan larutan banyak menderita karies gigi yaitu berjumlah
flour. 56 orang (73,7%), anak dengan kebiasaan
makan dengan kategori tinggi yang
Hubungan Kebiasaan Makan dengan menderita karies berjumlah 11 orang (14,5%)
Karies Gigi dan anak dengan kebiasaan makan dengan
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa kategori rendah yang menderita karies
murid yang frekuensi makan jajanannya berjumlah 5 orang (6,6%). Dari hasil analisa
tinggi paling banyak menderita karies gigi statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
yaitu sebanyak 39 orang (52,6%), sedangkan diperoleh p=0,347(p>0,05), yang artinya
murid yang frekuensi makan jajanannya tidak ada hubungan yang bermakna antara
sedang menderita karies sebanyak 32 orang frekuensi makan sehari dengan timbulnya
(46%). Dari hasil analisa statistik dengan karies gigi.

114 Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118)


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Tabel 9. Distribusi Karies Gigi Menurut Kedalamannya Berdasarkan Frekuensi Makan Jajanan
Anak di SDN 060935 Jl. Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008
Frekuensi Makan jajanan
Jumlah
Karies Gigi Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Berat 23 74,2 7 22,6 1 3,2 31 100,00
Sedang 10 83,3 2 16,7 0 0 12 100,00
Ringan 6 20,7 23 79,3 0 0 29 100,00
Tidak ada Karies 1 25,0 3 75,0 0 0 4 100,00
Jumlah 40 52,6 35 46,1 1 1,3 76 100,00

Tabel 10. Distribusi Karies Gigi Menurut Kedalamannya Berdasarkan Frekuensi Makan Anak di
SDN 060935 Jl. Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008
Frekuensi Makan
Jumlah
Karies Gigi Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Berat 7 22,6 23 74,2 1 3,2 31 100,00
Sedang 0 0 10 83,3 2 16,7 12 100,00
Ringan 4 13,8 23 79,3 2 6,9 29 100,00
Tidak ada Karies 0 0 4 100 0 0 4 100,00
Jumlah 11 14,5 60 78,9 5 6,6 76 100,00

Hubungan Tindakan Pemeliharaan dan anak dengan tindakan pemeliharaan


Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies kesehatan gigi dengan kategori baik
Gigi berjumlah 4 orang (5,3%) dan mereka semua
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa anak yang tidak menderita karies gigi. Dari hasil analisa
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan statistik dengan menggunakan uji χ2 diperoeh
kategori sedang ternyata paling banyak p=0,000 (p<0,05), yang artinya ada
menderita karies yaitu berjumlah 69 orang hubungan yang bermakna antara tindakan
(90,8%), anak dengan tindakan pemeliharaan pemeliharaan kesehatan gigi dengan
kesehatan gigi dengan kategori kurang yang timbulnya karies gigi.
menderita karies berjumlah 3 orang (3,9%)

Tabel 11. Distribusi Karies Gigi Menurut Kedalamannya Berdasarkan Tindakan Tentang
Pemeliharaan Kesehatan Gigi di SDN 060935 Jl. Pintu Air II Simpang Gudang Kota
Medan Tahun 2008
Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Jumlah
Karies Gigi
Kurang Sedang Baik
n % n % n % n %
Berat 2 6,5 29 93,5 0 0 31 100,00
Sedang 0 0 12 100,0 0 0 12 100,00
Ringan 1 3,4 28 96,6 0 0 29 100,00
Tidak ada Karies 0 0 0 0 4 100 4 100,00
Jumlah 3 3,9 69 90,8 4 5,3 76 100,00

Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118) 115


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
PEMBAHASAN Hubungan Frekuensi Makan Sehari-hari
dengan Karies Gigi
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Frekuensi makan sehari-hari adalah
Karies Gigi adalah kebiasaan makan anak dalam jangka
Kebiasaan makan merupakan tingkah waktu seminggu. Dari hasil penelitian
laku manusia atau kelompok manusia dalam diperoleh bahwa sebagian besar anak
memenuhi kebutuhannya akan makan yang frekuensi makannya termasuk kedalam
meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan kategori sedang yaitu sebanyak 78,9%. Ini
makanan (Khumaidi, 1994). Kebiasaan menunjukkan bahwa kebanyakan anak SDN
makan ini meliputi frekuensi makan jajanan, 060935 kebiasaan makan sehari-hari biasa
frekuensi makan sehari-hari dengan jenis saja yaitu tidak tinggi ataupun rendah. Ini
makanan yang yang bersifat kariogenik. menunjukkan bahwa kebiasaan makan anak
Secara umum, kebiasaan makan jajanan anak biasa saja disebabkan karena frekuensi
jajanannya tinggi sehingga pada waktu
SDN 060935 termasuk kedalam kategori
makan mereka tidak selera atau sudah
tinggi, dimana dari hasil penelitian terlihat
kenyang.
bahwa anak-anak sangat menyukai jajanan
Kebiasaan makan anak sekolah dasar
yang bersifat manis, lunak dan lengket yang sering dijumpai pada umumnya yaitu
seperti coklat, permen, roti, mie, donat, es suka jajan di sekolah dan di luar rumah
krim, gorengan dan minuman ringan. sehingga di rumah tidak mau makan. Di
Berdasarkan hasil uji χ2 test (p=<0,05) samping itu pada umumnya anak tidak
didapatkan disimpulkan bahwa ada hubungan sarapan, makan siang di luar rumah, tidak
yang signifikan antara frekuensi jajanan teratur dan tidak memenuhi kebutuhan zat
dengan timbulnya karies gigi. gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu
Penelitian ini juga mengungkapkan makan anak di rumah dan dapat
bahwa anak-anak banyak jajan tapi bukan menyebabkan anak kekurangan gizi
jajanan yang mahal tapi lebih ke jajan (Wahyuti, 1991).
makanan yang murah yang memang tersedia Berdasarkan hasil uji Chi-Square test
di warung dekat sekolah. Dari dimana p=0,347 (p>0,05) didapatkan
pernyataan di atas diketahui bahwa anak- kesimpulan tidak ada hubungan yang
anak menyukai makanan yang manis dan bermakna antara frekuensi makan sehari-hari
jarang mengonsumsi buah-buahan yang dengan karies gigi.
berserat dan mengandung banyak air. Jenis makanan yang paling sering
Pada zaman modern ini, banyak kita dikonsumsi anak yang diperoleh dari
formulir Food frequency adalah sumber
jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat
karbohidrat yaitu pada jajanan seperti coklat,
manis, lunak dan mudah melekat misalnya
permen, donat dan lain-lain dan pada
permen, coklat, bolu, biskuit dan lain-lain.
makanan sehari-hari seperti nasi, roti dan
Biasanya makanan ini sangat disukai oleh mie. Jenis karbohidrat yang menyebabkan
anak-anak. Makanan ini mudah melekat pada karies gigi adalah sukrosa. Sukrosa adalah
gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka salah satu jenis karbohidrat yang terkandung
akan terjadi proses kimia bersama dengan dalam makanan seperti permen, coklat, dan
bakteri dan air ludah yang dapat merusak makanan lainnya yang merupakan substrat
email gigi (Moestopo, 1993). untuk pertumbuhan bakteri yang pada
Dari semua anak yang frekuensi akhirnya akan meningkatkan proses
jajanannya tinggi, sebagian besar menderita terjadinya karies. Hasil pengamatan
karies gigi yaitu sebanyak 52,63%. Makanan epidemiologi membuktikan adanya
yang manis dan lengket akan melekat pada hubungan antara angka konsumsi gula yang
permukaan gigi dan terselip di dalam celah- tinggi dan insiden karies yang meningkat
celah gigi sehingga merusak gigi. Hal ini pada banyak negara (Mustafa, 1993).
terjadi akibat proses metabolisme oleh Penelitian ini juga mengungkapkan
bakteri yang berlangsung lama sehingga bahwa siswa SD ini kurang mengonsumsi
menurunkan pH mulut untuk waktu lama vitamin dan mineral. Ini berarti bahwa
(Mustafa, 1993). konsumsi sayur dan buahnya rendah. Buah-
buahan dan sayuran yang berserat dan berair

116 Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118)


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
serta sedikit mengandung karbohidrat 4. Jenis makanan yang paling sering
bersifat membersihkan karena harus dikonsumsi adalah sumber karbohidrat,
dikunyah, sehingga dapat merangsang seperti roti, permen, coklat, es krim.
sekresi saliva (Situmorang, 2006). Mengonsumsi makanan yang manis
dengan frekuensi yang lebih sering akan
Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi meningkatkan kemungkinan terjadinya
dengan Karies Gigi karies gigi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 5. Sebagian besar anak SD memiliki
dilihat bahwa sebagian besar anak SD tindakan pemeliharaan kesehatan gigi
tindakan pemeliharaan kesehatan giginya dengan kategori biasa saja yaitu 90,78%,
termasuk kedalam kategori sedang yaitu ini menunjukkan sebagian besar anak
90,8%. Dari hasil wawancara peneliti melihat SDN 060935 belum mengerti dan kurang
sebagian besar anak rajin menyikat giginya peduli terhadap pentingnya menjaga
setiap hari tapi tidak pada waktu yang tepat, kesehatan gigi dan mulutnya.
dimana waktu yang tepat untuk menyikat
gigi yaitu pagi sesudah sarapan dan malam Saran
sebelum tidur. Kebanyakan dari mereka 1. Perlu peningkatan penyuluhan tentang
menyikat gigi pada waktu mandi bukan pada pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
waktu selesai makan dan mereka juga jarang yang diberikan oleh petugas kesehatan
mengonsumsi buah-buahan yang berserat dan melalui progran UKGS, seperti cara
mengandung air. menyikat gigi yang baik dan benar, cara
Poole (1978) menyatakan bahwa memilih pasta gigi yang baik untuk
mengonsumsi buah-buahan sehabis makan kesehatan gigi, dan cara menggunakan
sama dengan pembersihan gigi secara alami, alat bantu sikat gigi seperti dental floss.
karena hal ini dapat mengurangi terjadinya 2. Disarankan agar para murid lebih
karies gigi. Dimana makanan yang perlu meningkatkan tindakan pemeliharaan
pengunyahan yang baik akan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut untuk menjaga
kebersihan mulut, misalnya jeruk, jambu, pir, kesehatan giginya, seperti berkumur-
semangka atau apel yang dimakan sesudah kumur setiap sesudah makan;
makan makanan yang bersifat manis, lunak mengonsumsi buah-buahan yang berserat
dan lengket dan banyak mengandung air seperti
Dari hasil analisa statistik dengan jambu, jeruk, semangka, apel, pir;
menggunakan uji χ2 diperoleh p=0,000 membatasi jajan makanan yang bersifat
(p<0,05), yang artinya ada hubungan yang kariogenik seperti coklat, permen, es
bermakna antara tindakan pemeliharaan krim; menggunakan alat bantu sikat gigi
kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi. seperti dental floss

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Anitasari, S. dkk. 2006. Pengaruh Frekuensi


1. Sebagian besar anak SD menderita karies Menyikat Gigi terhadap Tingkat
gigi yaitu 95%, ini menunjukkan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-
keadaan kesehatan gigi dan mulut anak siswi Sekolah Dasar. Majalah
SDN 060935 sebagian besar buruk. Kedokteran Gigi. Volume 13, No. 2
2. Sebagian besar anak SD frekuensi makan Arisman, MB. 2002. Gizi dalam Daur
jajanannya sering dan sangat suka jajan Kehidupan. Buku Kedokteran, EGC,
makanan yang bersifat kariogenik seperti Jakarta
makanan yang manis, lunak dan lengket. Astawan, I.M. 2004. Peranan Gizi dalam
3. Sebagian besar anak SD Frekuensi Pembangunan Nasional. Rajawali,
makan sehari-harinya biasa saja yaitu Jakarta.
78,94%, kebiasaan makan anak biasa Herijulianti, E. dkk. 2002. Pendidikan
saja disebabkan karena frekuensi Kesehatan Gigi. Buku Kedokteran,
jajanannya yang sering sehingga pada EGC, Jakarta.
waktu makan mereka tidak selera atau Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. PT.
sudah kenyang. BPK Gunung Mulia, Jakarta

Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118) 117


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
Kompas. 2007. Metoda Pelayanan Kesehatan Singarimbun, M. dkk. 1989. Metode
Gigi Pada Murid SD dalam Rangka Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta:
Peningkatan Pemerataan Pelayanan. LP3ES
www.Badan,Litbang.Depkes.id.com. Situmorang, N. 2006. Perilaku Pencarian
Diakses tanggal 12 November 2008. Pengobatan dan Pemeliharaan
Kosasih, I. 2006. Perilaku Pencegahan yang Kesehatan Gigi. Majalah Kedokteran
dilakukan Ibu terhadap Masalah Gigi Gigi. Volume 13, No. 2
dan Mulut Anaknya di Kelurahan Sriyono, N. W. 2005. Pengantar Ilmu
Gang Buntu Medan Timur. FKG. Kedokteran Gigi Pencegahan. Edisi
USU. Pertama, Medika Fakultas Kedokteran
Lisdiana, 1997. Waspada Terhadap UGM, Yogyakarta.
Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Dep.
Trubus Agriwdya. Bandar Lampung. Dik. Bud Pusat Antar Universitas
Machfoedz, I. Dkk. 2005. Menjaga Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak- Suwelo, Ismu Suharsono. 1990. Karies Gigi
Anak dan Ibu Hamil. Fitramaya. pada Anak dengan Pelbagai Faktor
Yogyakarta. Etiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Maulana, C. 2005. Ilmu Kedokteran Gigi Tarigan, R. 1991. Karies Gigi, Cetakan
Pencegahan. Buku Kedokteran, EGC, Kedua, Penerbit Hipokrates. Jakarta.
Jakarta. ---------, 1990. Karies Gigi, Hipokrates.
Mustafa, 1993. Penuntun Diit Anak. PT. ---------, 1993. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Gramedia, Jakarta. Penuntun Buku Kedokteran.
Moestopo, 1993. Pemeliharaan Gigi dimulai Team Pengajar Departemen Gizi dan
Sejak dari Kandungan Ibu. Ghalia Kesehatan Masyarakat Fakultas
Indonesia Kesehatan Masyarakat, UI. 2008. Gizi
Panjaitan, M. 1997. Etiologi Karies Gigi dan dan Kesehatan Masyarakat. PT. Raja
Penyakit Periodontal. Edisi Pertama, Grafindo Persada. Jakarta
Medan: USU Press. Wahyuti, S. 1990. Gizi dalam Daur
Profil Kesehatan Medan. 2007. Kehidupan. Proyek Pengembangan
Santoso, S. dkk. 1999. Kesehatan dan Gizi. Tenaga Gizi. Pusat Departemen
Rineke Cipta. Jakarta Kesehatan Republuk Indonesia. Jakarta

118 Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan (109–118)


Albiner Siagian dan Dumasari Barus
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN Anopheles sundaicus


DI DESA SIHEPENG, KECAMATAN SIABU, KABUPATEN
MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA

Irnawati Marsaulina

Pengajar Tetap pada Departemen Kesehatan Lingkungan, FKM USU

ABSTRACT
The village of Sihepeng is one of the endemic site for the malaria at the Mandailing
Natal Regency of North Sumatra Province,with the parasite Rate(PR)of the
1999/2000 is 56,35% This shows us how serious the case is as its PR is the highest
in The research of the reproductive site of the malaria vector was conducted at
Sihepeng village in 1999 to 2000.The aim as to explore the effect of the natural
environment changes into man-made environment on the reproductive site of the
Anophles sundaicus.The method used was dipping for the larva and pupae
collection and took place in the morning at the site where the site was predicted to
be the place of the reproductive stage.Based on the data collected at the paddy rie
field (sawah).irigation channel,river and places with water where the sand has
been taken,there are 3 larvae species indentified.The main habitat of the
Anopheles sundaicus is the paddy rice field.The site development of the
species.Other factors such as water and the paddy rice vegetation are indentified
as the factors the help to develop further stage.The post harvesting time usually
convert the paddy rice field into finish pond which affect the mosquito behavior to
find new habitat which are man-mand by the local people.

Keywords: The site of the reproduction, Anopheles sundaicus, Malaria

PENDAHULUAN persawahan. Faktor perilaku manusia yang


kebiaasan menempatkan ternak (kerbau dan
Desa Sihepeng merupakan desa sapi) di dalam rumah (bagian dapur) pada
endemis malaria yang terletak di Kecamatan malam hari sehingga akan menarik
Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi nyamuk/vektor untuk masuk ke dalam
Sumatera Utara, dengan infeksi malaria atau rumah. Selain itu faktor perilaku masyarakat
Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 adalah setempat yang masih sering melakukan
sebesar 32,7% dan yang terakhir adalah aktivitas sosial pada malam hari di luar
sebesar 56,35% tahun 1999/2000.Gambaran rumah. Apabila sudah terinfeksi malaria
tersebut menunjukkan bahwa kasus malaria maka masyarakat petani menjadi tidak
di Desa Sihepeng cukup serius dan produktif lagi dalam mengerjakan sawahnya
merupakan prevalensi tertinggi selama empat sehingga berpengaruh terhadap produksi padi
kali survai malariometrik yang telah yang akan dipanen. Faktor lain yang dapat
dilakukan sejak tahun 1993 (Sudomo, 2000). menaikkan insidens malaria di daerah
Jika dibandingkan dengan angka Parasite penelitian, antara lain lingkungan fisik,
Rate secara Nasional, adalah sebesar 4,18% biologik, dan sosial ekonomi penduduk yang
(Depkes RI, 1996). masih rendah.
Sawah merupakan suatu habitat bagi Keadaan ekosistem setempat sangat
nyamuk vektor malaria. Hal ini terbukti mendukung berkembangbiaknya nyamuk
dengan banyaknya ditemukan larva nyamuk sepanjang tahun, karena ditemukan tempat
Anopheles spp. Berkembang biak di berkembangbiak yang potensial yaitu sawah,

119
saluran irigasi, sungai dan kolam-kolam ikan (DAS) Aek Angkola yang airnya mengalir
yang dijadikan penduduk setempat sebagai sepanjang tahun.
tambahan mata pencaharian. Tempat per- Penduduk di Desa Sihepeng
kembangbiakan nyamuk tersebut tergantung umumnya adalah petani sawah dan petani
pada banyaknya curah hujan selain sumber kolam yang biasanya para petani tersebut
mata air, sehingga air merupakan faktor apabila pulang bekerja mereka pergi ke
utama bagi kehidupan jentik nyamuk. warung kopi untuk berkumpul menonton TV
Mengingat kasus malaria di Desa ataupun minum kopi sekedar ngobrol dengan
Sihepeng cukup serius, perlu penang- teman-temannya.Pada saat itu banyak
gulangan segera. Selain itu, berdasarkan latar masyarakat yang digigit nyamuk malaria
belakang yang dikemukakan di atas perlu sehingga para pekerja terkena malaria yang
dilakukan alternatif lain yang efektif untuk menyebabkan pekerja tidak produktif lagi
penanggulangan malaria, salah satu caranya untuk mengerjakan pekerjaannya.
dengan melihat keadaan persawahan,
khususnya umur tanaman padi yang diduga Bahan dan Alat
erat kaitannya dengan kepadatan nyamuk Bahan yang dipergunakan dalam
Anopheles spp. penelitian ini adalah semua larva yang
Tindakan penanggulangan yang diambil menggunakan cara dipping yaitu
paling efektif untuk diterapkan dalam rangka alat penciduk jentik dengan ukuran standart
menekan jumlah populasi vektor adalah WHO (250 mm3). Tabung plastik tempat
dengan bertanam secara serentak, dan setelah jentik, label gunanya untuk mencatat tanggal
panen, sawah dikeringkan secara serentak dan lokasi pengambilan jentik tersebut.
pula sehingga siklus hidup nyamuk terputus.
Selain itu berdasarkan masalah diatas Cara Kerja
dilakukan penelitian terhadap habitat nyamuk Pengambilan larva nyamuk dan pupa
Anopheles spp. yaitu antara lain persawahan, menggunakan alat penciduk dengan ukuran
kolam dan saluran irigasi.Tujuan penelitian standart WHO (250 mm3), yang dilakukan
secara umum adalah untuk mengetahui pada pagi hingga siang hari di sawah dan di
keadaan habitat nyamuk Anopheles spp. kolam maupun di saluran irigasi penduduk
akibat perubahan dari pemakaian sawah desa Sihepeng. Selain itu dilakukan juga
menjadi kolam. Hal ini juga karena adanya pengamatan terhadap perubahan yang
pengaruh lingkungan alami maupun karena dilakukan manusia maupun akibat alam.
perbuatan atau perilaku manusia yang secara Perubahan yang dibuat manusia adalah
tidak langsung ikut berpartisipasi dalam setelah mereka selesai panen sering
menurunkan maupun menaikkan kepadatan menelantarkan sawahnya sehingga menjadi
nyamuk Anopheles spp. disebabkan sebagian tempat perkembangbiakan atau habitat baru
besar mata pencaharian penduduk setempat bagi nyamuk Anopheles sp. dan perubahan
adalah bertani. disebabkan oleh alam terjadi karena faktor
musim yaitu musim kemarau dan hujan.Hal
METODE PENELITIAN ini dilaporkan oleh Depkes RI (1998). Larva
dan pupa yang sudah diambil dari
Daerah Penelitian persawahan maupun kolam ikan
Penelitian dilakukan di Desa dikumpulkan dan dibiakkan menjadi dewasa
Sihepeng yang termasuk wilayah kerja kemudian diidentifikasi untuk menentukan
Puskesmas Sihepeng Kecamatan Siabu spesiesnya yaitu dengan menggunakan kunci
Kabupaten Mandailing Natal Desa Sihepeng identifikasi larva Depkes RI (1999).
ini adalah merupakan daerah endemis
malaria karena Parasite Rate di daerah HASIL PENELITIAN DAN
tersebut adalah 14,7% jika dibandingkan PEMBAHASAN
masih diatas angka nasional yaitu sebesar
4,18%. Desa Sihepeng secara geografis Hasil Peneltian
terletak di antara bukit-bukit yang Hasil temuan dari penelitian yang
membentuk bukit Barisan dengan ketinggian sudah dilakukan di daerah penelitian yaitu
133,5 meter di atas permukaan air laut Desa Sihepeng didapat beberapa jenis larva
(DPAL), dan terletak di daerah aliran sungai nyamuk Anopheles spp. didaerah

120 Tempat Perkembangan Anopheles sundaicus (119–123)


Irnawati Marsaulina
persawahan. Hasil temuan menunjukkan ada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
3 spesies yang diperoleh, yaitu An. di daerah persawahan, kolam dan di saluran
sundaicus, An. nigerrimus, dan An. kochi. irigasi ditemukan jenis nyamuk An.
Sedangkan jenis larva lain yang ditemukan sundaicus sedangkan jenis nyamuk An. kochi
pada saat bersamaan dilakukan penelitian di hanya ditemukan di persawahan. Jenis
sawah percobaan adalah spesies Culex spp., nyamuk An. negerrimus sedikit ditemukan
antara lain Cx. bitaeniorhynchus dan Cx. pada galian pasir sedangkan An. sundaicus
pseudovishnui. dtemukan dikolam ikan dan saluran irigasi
Dalam penelitian ini hal yang sangat tetapi yang paling banyak dijumpai di
spesifik adalah dengan ditemukannya spesies sawah.
larva nyamuk An. sundaicus di daerah Tempat perindukan larva nyamuk di
persawahan Desa Sihepeng yang merupakan beberapa negara pada umumnya sama
ar tawar, padahal selama ini diketahui bahwa dengan yang ditemukan di Srilangka, tetapi
habitat An. sundaicus adalah air payau. tempat yang paling disenangi dan paling
Hasil penelitian juga didapat bahwa tinggi kepadatannya adalah di daerah
kepadatan populasi larva nyamuk Anopheles persawahan yang merupakan daerah utama
spp. yang paling dominan ditemukan di bagi kehidupan stadium pradewasanya (Rao,
daerah persawahan Desa Sihepeng dimiliki 1981). Di daerah penelitian ini keadaan
oleh spesies larva nyamuk An. sundaicus persawahannya sama banyaknya dengan
diikuti oleh An.nigerrimus dan An. kochi dan kolam-kolam yang diusahai oleh penduduk
berdasarkan hasil penelitian pula terbukti setempat yang mana diketahui pengolahan
bahwa puncak kepadatan dari larva tersebut tanah maupun sistem pengairan dari mulai
berada pada saat umur padi 1,5 bulan dari padi ditanam sampai saat panen berbeda-
masa penenaman padi dimulai. Puncak beda menurut tingkatan umur tanamannya.
kepadatan populasi larva nyamuk Anopheles Keadaan yang berbeda-beda ini sangat
spp. terjadi pada bulan Desember 1999 dan mempengaruhi perkembangbiakan larva
terendah terjadi bulan Januari 2000. nyamuk Anopheles sehingga meningkatkan
Tingginya kepadatan populasi jentik akan kepadatan nyamuk ditambah dengan keadaan
menentukan tingginya populasi nyamuk persawahan khususnya umur tanaman padi
dewasa dan derajat kontak orang dengan tersebut. Pada waktu tanaman padi sudah
vektor yang infektif serta berpengaruh berbunga sampai menjelang panen nyamuk
terhadap penularan malaria di daerah ditemukan dengan kepadatan tinggi (Self et
setempat. Kepadatan vektor malaria al., 1976).
merupakan salah satu faktor yang penting Dalam ekosistem kolam di desa
karena dapat menentukan tinggi rendahnya Sihepeng ditemukan gulma air seperti
kasus malaria maupun intensitas penularan Hidrilla (ganggang), Pistia (Kiambang),
(Amrul dkk, 2003). kangkung (Ipomea aquatica) dan Azola yang
Berdasarkan lokasi pengambilan berkembang dengan pesat. Keadaan tersebut
larva nyamuk yaitu di persawahan, kolam, merupakan bahwa konsumen dari kelompok
saluran irigasi dan lubang bekas galian pasir larva serangga khususnya larva nyamuk
ditemukan jenis nyamuk An. sundaicus, An. Anopheles spp. berkembang dengan baik
nigerrimus dan An. kochi. (Tabel 1). (Sudomo et al., 1998). Penduduk desa
Sihepeng banyak mempunyai kolam ikan
Tabel 1. Jenis Larva Nyamuk Anopheles spp. didalam kolam ditemukan tanaman air yaitu
yang Ditemukan pada Beberapa lumut dan ganggang yang merupakan habitat
Habitat di Daerah Penelitian Desa yang sangat baik untuk perindukan vektor
Sihepeng, Kecamatan Siabu, malaria. Penelitian mengenai malaria di desa
Kabupaten Mandailing Natal,
Sihepeng dilakukan oleh Sudomo et al.,
Provinsi Sumatera Utara
Habitat Larva Nyamuk Anopheles
(1993/1994) yaitu tentang penanggulangan
Jenis Nyamuk Persawa Ko- Iriga- Galian Pasir malaria dengan budi daya ikan nila merah
-han lam si (Lubang) (Oreochromis niloticus) melalui peran serta
An. sundaicus +++ ++ ++ ++ masyarakat di Tapanuli Selatan Provinsi
An. nigerrimus ++ + + + Sumatera Utara.
An. kochi ++ - - - Perubahan lingkungan akibat
Keterangan: + = ada, - = tidak ada,
++ = banyak, +++ = sangat banyak perilaku manusia, baik sengaja maupun tidak

Tempat Perkembangan Anopheles sundaicus (119–123) 121


Irnawati Marsaulina
sengaja akan berpengaruh terhadap habitat DAFTAR PUSTAKA
nyamuk di daerah tersebut. Di saluran irigasi
juga banyak ditemukan nyamuk Anopheles Amrul Munif, M. Sudomo, Soelaksono,Agus
sundaicus demikian juga pada bekas galian DP, Maelita, R. 2003. Kolerasi
pasir oleh penduduk setempat di tepian Kepadatan Populasi An. barbirostris
sungai dan sangat mendukung terjadinya dengan Prevalensi Malaria di
tempat yang baru untuk berkembangbiaknya Kecamatan Cineam, Kabupaten
nyamuk Anopheles tersebut. Hasan B, et al., Tasikmalaya. Media Penelitian Dan
(2001), di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Pengembangan Kesehatan Vol.XIII.
Magelang, menunjukkan bahwa larva An. Departemen Kesehatan RI,1996 Profil
aconitus ditemukan di tepi sungai dan parit. Kesehatan Provinsi Sumatra Utara
Laporan Subdit SPP, Dirjen P2M Kantor Wilayah Provnsi Sumatra Utara
&PLP (1998), menunjukan bahwa hasil Medan
survei yang dilakukan di beberapa desa di Dinas Kesehatan 1998 Kabupaten Jepara.
Kecamatan Mayong,Kabupaten Jepara Kajian Program Malaria di Kabupaten
ditemukan jentik An.aconitus pada sekitar
Jepara Departemen Kesehatan RI,1999
tanaman kangkung yang ditanam di
Kunci Bergambar Jentik Anopheles di
sepanjang aliran sungai.Perubahan tempat
Sumatra dan Kalimantan.Direktorat
perkembangbiakan An.aconitus terebut
Jenderal Pemberantasan Penyakit
berpengaruh juga terhadap terjadinya kasus
Menular dan Penyehatan Lingkungan.
malaria di daerah setempat,sehingga malaria
selalu ditemukan sepanjang tahun Jakarta
Hasan Boesri,dkk. 2001. Laporan Akhir
KESIMPULAN dan SARAN Penelitian Rutin 2001.Bionomik
Vektor Malaria (An.maculatus dan
Kesimpulan An.aconitus) di Daerah Endemis
1. Larva nyamuk An. sundaicus, An. Kecamatan Borobudur,Kabupaten
nigerrimus dan An. kochi banyak Magelang. Badan Litbang Kesehatan,
ditemukan di persawahan, kolam, saluran Puslitbang Ekologi Kesehatan
irigasi dan bekas galian pasir di sungai. &BPVRP Salatiga.
2. Jenis larva nyamuk Anopheles yang Rao. T.R, 1981. The Anophelines of India.
ditemukan di habitat yang diteliti di desa Indian Council of Medical Research
Sihepeng ada 3 jenis spesies yaitu Pub. New Delhi: 594
An.sundaicus, An.nigerrimus dan Self, L.S, Salim Usman, M.J. Nelson, J.
An.kochi tetapi ditemukan juga satu jenis Sulianti Saroso, C.P. Pant and D.M.
spesies Aedes albopictus ditambah Fanara. 1976. Ecological Studies on
beberapa spesies lain yaitu Culex Vector Malaria, Japanese Encephalitis
bitaenorhynchus, Culex pseudovishnui. and Filariasis inRural Areas of west
3. Ternyata dari hasil penelitian nyamuk Java. Bul. Pen.Kes.V: IV (1 dan 2)
An.sundaicus,An nigerrimus dan Jakarta.
An.kochi adalah merupakan vektor Subdit.SPP.Dirjen.P2M&PLP. 1998.
malaria di daerah penelitian yaitu desa Laporan Perjalanan Dinas Evaluasi
Sihepeng Kecamatan Siabu Kabupaten Kejadian Luar Biasa Puskesmas
Mandailing Natal. Mayong 1 dan Batealit,Kabupaten
Jepara.
Saran Sudomo,M.Kasnodihardjo dan N.Sushanti
Kepada masyarakat desa Sihepeng idris,1994. Epidemiologi Malaria di
diharapkan tidak membiarkan sawah menjadi Daerah KejadianLuar Biasa,Tapanuli
habitat larva nyamuk Anopheles setelah Selatan Sumatera Utara 1993/1994.
panen selesai. Selama ini peruntukan sawah Laporan Penelitian Pusat Penelitian
sudah menjadi kolam ikan yang tidak terawat Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan,
dengan baik. Hal tersebut menyebabkan
Badan Penelitian dan Pengembangan
potensial sebagai perindukan vektor nyamuk
Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I.
malaria.

122 Tempat Perkembangan Anopheles sundaicus (119–123)


Irnawati Marsaulina
Sudomo, M.dkk.1998. Pengembangan Desa Sihepeng,Tapanuli Selatan.
Metoda Peningkatan Peran Serta Laporan Penelitian 1998-1999.
Masyarakat Dalam Pemberantasan Laporan Penelitian Pusat Penelitian
Malaria Melalui Pembudidayaan Ikan Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian
Nila Merah (Oreochromisniloticus) Dan Pengembangan Kesehatan,
Serta Percobaan Dengan Ikan “Grass Departemen Kesehatan RI.
Carp” (Ctenopharyngodonidella)Di

Tempat Perkembangan Anopheles sundaicus (119–123) 123


Irnawati Marsaulina
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SUPIR ANGKOT


RAHAYU MEDAN CERIA TRAYEK 104 DI KOTA MEDAN

Evawany Aritonang1 dan Eunike Siregar2


1
Pengajar Tetap Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU
2
Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU

ABSTRACT
The problem of decrease food consumption has impact reality to appear the
problem of nutrition. When the adequacy of food did not meet, the body will show
several symptoms such as body being sluggish and decrease passionate to do some
activities. This descriptive research using cross-sectional design is aimed to know
the food consumption pattern and nutritional status of driver of city transport,
Rahayu Medan Ceria number 104 in Medan. Population is all driver of city
transport Rahayu Medan Ceria number 104 in Medan. The number of population
is 150 drivers. 61 of driver were selected by using accidental sampling method.
Data of food consumption were collected by interview using food recall and food-
frequency forms. The nutritional status was determined by measuring body weight
body and body height. The result of this research showed that in general the driver
consume not in their home (80.33% breakfast out of the home, 72.13% take lunch
in angkot station, and 68.85% have dinner in angkot station too). 68.85% the
driver have level of energy consumption in sufficient category and level of protein
consumption was good category (60.66%). The starch food that most consumed is
rice. Fruits is consumed rarely (only 50.82% consume papaya and orange in
frequent consumption: 2x1 month). The nutritional status of driver was 67.21% in
normal, 19,67% pre-obese, 1,64% obese I, and 1,64% obese II. It is advised that
drivers must be care about their food consumption by eating food in balance
nutrition.

Keywords: Food consumption pattern, Nutritional status, Driver of city transport

PENDAHULUAN gizi masyarakat. Kondisi kekurangan gizi


yang melanda masyarakat kita semakin luas.
Kekurangan zat gizi akan Banyaknya PHK telah meningkatkan jumlah
menimbulkan masalah gizi yang berdampak pengangguran. Hak dan perlindungan tenaga
terhadap kualitas hidup manusia. Apabila kerja belum terwujud, jumlah penduduk
pemenuhan kebutuhan tubuh akan makanan miskin semakin membengkak, dan derajat
tidak tercukupi maka tubuh akan kesehatan masyarakat menurun drastis
menunjukkan beberapa gejala seperti (Rahardja, 2001).
lesuadan kurang bergairah untuk Banyaknya pengangguran dan
menimbulkan berbagai kegiatan. Kondisi tingkat pengetahuan yang rendah membuat
yang demikian akan menimbulkan kerugian sebagian masyarakat memilih pekerjaan
seperti peka terhadap penyakit, kemalasan sebagai supir angkot, khususnya pria. Supir
untuk mencari nafkah, produktifitas kerja angkot adalah mereka yang mencari nafkah
sangat lemah dan lain-lain. dengan membawa mobil angkotan kota dan
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mencari penumpang sebanyak-banyaknya
di tanah air memberi dampak terhadap status sehingga sesama supir-supir angkot sering

124
kejar-mengejar mencari penumpang Asupan makanan merupakan faktor
(Wirawan, 2006). utama yang berperan terhadap status gizi
Berdasarkan pengamatan penulis seseorang. Metode pengukuran konsumsi
sebagian besar supir angkot Rahayu Medan makanan untuk individu yang sering
Ceria (RMC) trayek 104 memiliki pola digunakan adalah:
konsumsi pangan yang salah yaitu waktu 1. Metode Food Recall 24 Jam
makan yang tidak teratur dan konsumsi Metode ini dilakukan dengan mencatat
makan umumnya di luar rumah. jenis dan jumlah makanan serta minuman
Oleh karena itu, penulis merasa yang telah dikonsumsi dalam 24 jam
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut sejauh yang lalu.
mana gambaran pengetahuan gizi, pola 2. Metode Frekuensi Makanan (food
konsumsi pangan dan status gizi pada supir frequency)
angkot RMC trayek 104 di kota Medan. Metode frekuensi makanan adalah
memperoleh data tentang frekuensi
Rumusan Masalah konsumsi sejumlah bahan makanan atau
Berdasarkan latar belakang yang makanan jadi selama periode tertentu
telah dikemukakan di atas, maka yang seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
menjadi rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana gambaran pola konsumsi Penilaian Status Gizi
pangan dan status gizi supir angkot Rahayu Status Gizi adalah keadaan tubuh
Medan Ceria trayek 104 di kota Medan. sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara
Tujuan status gizi buruk, kurang, baik dan lebih
Untuk mendapatkan gambaran pola (Almatsier, 2005).
konsumsi pangan dan status gizi pada supir Penilaian status gizi dapat dilakukan
angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104. dengan pengukuran antropometri yaitu:
pengukuran terhadap dimensi tubuh dan
Manfaat Penelitian komposisi tubuh. Di Indonesia batasan berat
Sebagai masukan dan informasi bagi badan normal orang dewasa ditentukan
para supir angkotan kota untuk lebih berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).
memperhatikan pola makannya. IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa
TINJAUAN PUSTAKA khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan, maka mempertahankan berat
Pola Konsumsi Pangan badan normal memungkinkan seseorang
Pola konsumsi pangan adalah dapat mencapai usia harapan hidup lebih
susunan jenis dan jumlah pangan dikonsumsi panjang.
seseorang atau kelompok orang pada waktu Pengunaan IMT hanya berlaku untuk
tertentu (Mudanijah, 2006). Pola konsumsi orang dewasa berumur 18 tahun ke atas. IMT
pangan merupakan gambaran mengenai tidak tidak diterapkan pada bayi, anak,
jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan remaja, ibu hamil dan olahragwan. Rumus
yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
merupakan ciri khas pada suatu kelompok
masyarakat tertentu (Aritonang, 2004). Beratbadan(kg )
IMT =
Tinggibadan(m) xTinggibadan(m)

Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT Menurut WHO


Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas
Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rata
Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat
Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Sedang
Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya
Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya
(Sumber: Anonim, http://www.who.int/bmi/index.jsp, 2007)

Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131) 125


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
BMI dapat digunakan untuk Dari hasil perhitungan diperoleh
menentukan seberapa besar seseorang dapat jumlah sampel sebanyak 61 orang supir.
terkena resiko penyakit tertentu yang Pengambilan sampel dilakukan secara
disebabkan karena berat badannya. accidental sampling yaitu dengan cara
Seseorang dikatakan obese dan mengambil sampel yang kebetulan ada atau
membutuhkan pengobatan bila mempunyai tersedia, sampai dapat diperoleh sampel
BMI di atas 30, dengan kata lain orang sebanyak 61 orang. Pemilihan sampel
tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak dimana individu yang dipilih adalah supir
20%. angkot yang sedang dijumpai berada di
lokasi penelitian. Dengan cara hanya supir
METODE PENELITIAN angkot yang kebetulan berada di lokasi saja
yang menjadi obyek penelitian, yang ditemui
Jenis Penelitian dan bersedia diwawancarai akan terpilih
Jenis penelitian ini adalah penelitian menjadi sampel penelitian hingga mencukupi
deskriptif dengan desain penelitian cross 61 orang. Sampel diambil dari antara supir
sectional (pengamatan sesaat) untuk yang bekerja selama 6-8 jam per-hari,baik
mendapatkan gambaran pola konsumsi trip pagi (pukul 06.00 WIB – 14.00 WIB)
pangan dan status gizi pada supir angkotan maupun trip siang (pukul 14.00 WIB – 10.00
kota Rahayu Medan Ceria trayek 104 di kota WIB).
Medan.
Metode Pengumpulan Data
Lokasi dan Waktu Penelitian Data yang dikumpulkan dalam
Penelitian ini dilakukan pada bulan penelitian ini mencakup data primer dan data
November-Desember 2008 di Pangkalan sekunder. Data primer meliputi data
angkutan kota Rahayu Medan Ceria (RMC) responden yang diambil secara langsung
Trayek 104 di jalan nilam ujung perumnas melalui wawancara di pangkalan angkutan
simalingkar Medan. Lokasi ini dipilih karena kota trayek 104 jalan nilam ujung perumnas
rute perjalanan angkot RMC 104 cukup simalingkar Medan yaitu:
panjang dan tingkat kompetisi yang tinggi - Data tinggi badan dan berat badan supir
antar sesama supir angkutan kota lainnya angkot yang didapat melalui pengukuran
karena melewati daerah pusat kota dan dan penimbangan badan secara langsung.
tempat tertentu lainnya. Oleh sebab itu jam - Data konsumsi pangan didasarkan pada
makan supir angkot tidak teratur sehingga metode food recall 24 jam sedangkan
mereka jadi lupa makan dan tidak frekuensi dan jenis makanan diperoleh
memperhatikan kondisi kesehatannya. melalui wawancara dengan meng-
gunakan formulir food-frequency.
Populasi dan Sampel Data sekunder meliputi data jumlah
Populasi dalam penelitian ini adalah supir angkot RMC trayek 104 di kota Medan
seluruh supir angkot RMC Trayek 104 di tahun 2008.
kota Medan yang berjumlah 150 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Aspek Pengukuran Data
accidental sampling dan besar sampel 1. Tingkat energi dan protein dapat
ditentukan dengan rumus: (Soekidjo, 2002) digolongkan atas (Supriasa, dkk, 2001):
N • ≥ 100% AKG : Baik
n= • 80-99% AKG : Sedang
1 + N (d 2 )
• 70-80% AKG : Kurang
150 • < 70% AKG : Defisit
n=
1 + 147(0,12 ) 2. Status gizi supir angkot diperoleh dengan
n = 61 menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT), berat badan (dalam kilogram)
N = besar populasi, n = besar sampel dibagi dengan kuadrat tinggi badan
d = tingkat penyimpangan yang bisa (meter), kemudian disesuaikan kategori
ditolerir yaitu 10%(0,10) ambang batas klasifikasi IMT Menurut
WHO (1998) yaitu:

126 Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131)


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
• IMT < 18.5: underweight (resiko Variabel N %
masalah klinis lain meningkat) Pendidikan
• IMT 18.5 - 24.9: normal (resiko masih • Tamat SMP 10 16,39
rata-rata) • Tamat SMU 48 78,69
• Tamat Diploma/Sarjana 3 4,92
• IMT 25.0 - 29.9: pre-obese (resiko
meningkat) Status Perkawinan
• Belum menikah 36 59,00
• IMT 30.0 - 34.: obese I (resiko sedang) 25 41,00
• Sudah menikah
• IMT 35.0 - 39.9: obese II (resiko Pendapatan Sehari
bahaya) 22 36,07
• < Rp. 50.000,00
• IMT > 40.0: obese III (resiko sangat 39 63,93
• > Rp 50.000,00
Berbahaya) Lama bekerja sebagai supir (thn)
50 81,98
• <10
Analisis Data 9 14,74
• 11 – 20
1 1,64
Data dianalisis secara deskriptif dan • 21 – 30 1 1,64
disajikan dalam bentuk tabel distribusi • 31 – 40
frekuensi. Lama Bekerja dalam sehari
• 6 jam 3 4,92
HASIL DAN PEMBAHASAN • 7 jam 21 34,43
• 8 jam 37 60,65
Karakteristik Responden Trip Bekerja 32 52,46
• Trip pagi 29 47,54
Tabel 2. Karakteristik Responden Supir • Trip siang
Angkot RMC Trayek 104 di Kota
Medan Pola Konsumsi Pangan
Variabel N % Pola konsumsi pangan responden
Umur (tahun) meliputi jenis, jumlah, frekuensi dan susunan
• 23 - 30 45 73,77 makanan yang diperoleh melalui daftar menu
• 31 - 38 11 18,03 makanan yang dikonsumsi responden.
• 39 - 46 4 6,56
• 47 – 54 1 1,64

Tabel 3. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan Supir Angkot


Frekuensi Makan Jumlah
Jenis Bahan
>1x1hr 1x1hr 4-5x/MG 1-3x/MG 2x1bl 1x1bl N %
Makanan
N % n % N % n % n % n %
Makanan
Pokok
- Nasi 61 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 61 100
- Mie 0 0 5 8,20 24 39,34 32 52,46 0 0 0 0 61 100
- Roti 0 0 31 50,82 20 32,79 10 16,39 0 0 0 0 61 100
Lauk-pauk
- Ayam 15 24,60 20 32,78 21 34,42 5 8,20 0 0 0 0 61 100
- Daging 10 16,39 20 32,79 10 16,39 21 34,43 0 0 0 0 61 100
- Ik. kering 16 26,23 30 49,18 10 16,39 5 8,20 0 0 0 0 61 100
- Ik. basah 18 29,51 32 52,46 11 18,03 0 0 0 0 0 0 61 100
- Telur 10 16,39 31 50,82 15 24,59 5 8,20 0 0 0 0 61 100
- Tahu 19 31,15 30 49,18 12 19,67 0 0 0 0 0 0 61 100
- Tempe 21 34,43 20 32,79 11 18,03 9 14,75 0 0 0 0 61 100
Sayuran
- Daun ubi 0 0 0 0 51 83,61 10 16,39 0 0 0 0 61 100
- Bayam 0 0 0 0 49 80,33 12 19,67 0 0 0 0 61 100
- Kangkung 0 0 0 0 59 96,72 2 3,28 0 0 0 0 61 100
- Sawi 0 0 10 16,39 49 80,33 2 3,28 0 0 0 0 61 100
Buah
- Pisang 0 0 0 0 0 0 30 49,18 21 34,43 10 16,39 61 100

Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131) 127


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
Frekuensi Makan Jumlah
Jenis Bahan
>1x1hr 1x1hr 4-5x/MG 1-3x/MG 2x1bl 1x1bl N %
Makanan
N % n % N % n % n % n %
- Pepaya 0 0 0 0 0 0 19 31,15 31 50,82 11 18,03 61 100
- Jeruk 0 0 0 0 0 0 20 32,79 31 50,82 10 16,39 61 100
Lain-lain
- Teh manis 12 19,67 41 67,21 8 13,12 0 0 0 0 0 61 100

Pola makan yang dilihat dari Konsumsi Energi dan Protein


frekuensi dan jenis bahan makanan Jumlah bahan makanan supir angkot
menunjukkan keanekaragaman konsumsi berdasarkan konsumsi energi dan konsumsi
yang cukup bervariasi.Tidak ada satu jenis protein dapat dilihat pada Tabel 4.
bahan makanan yang mengandung semua zat
gizi yang mampu membuat hidup sehat, Tabel 4. Kecukupan Energi dan Protein Supir
tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena Angkot
itu, setiap orang perlu mengonsumsi aneka Kecukupan Zat Gizi N %
ragam makanan (Almatsier, 2005). Kecukupan Energi
Dari hasil penelitian yang dilakukan • Baik 14 22,95
• Sedang 42 68,85
mengenai jenis makanan pada supir angkot,
• Kurang 5 8,20
dijumpai berbagai macam jenis, yaitu jenis
Kecukupan Protein
bahan makanan pokok yang sering
• Baik 37 60,66
dikonsumsi oleh supir angkot >1x1 hari 22 36,06
• Sedang
adalah nasi yaitu 61 orang (100%), dan untuk 2 3,28
• Kurang
pengganti atau penambah nasi lebih
cenderung memilih mie atau roti, umumnya
supir angkot mengonsumsi mie dan roti di Bahan makanan lauk pauk adalah
sela-sela waktu istirahat mereka dalam banyak mengandung protein yang mana
bekerja. Karena supir angkot membutuhkan berfungsi sebagai pembangun dan berfungsi
energi yang besar maka mereka harus dalam pertumbuhan dan pemeliharaan
mengonsumsi nasi sebagai sumber energi, jaringan, menggantikan sel-sel yang mati.
apalagi di rumah makan sekitar pangkalan Sumber protein ada dua yaitu bahan makanan
hanya tersedia nasi putih. hewani yang merupakan sumber protein yang
Bahan makanan pokok merupakan baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti
sumber penghasil utama energi. Bahan telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
makanan pokok dianggap yang terpenting Sedangkan sumber protein nabati adalah
dalam susunan hidangan pada masyarakat kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe
Indonesia dan biasanya merupakan jumlah dan tahu. Apabila kelebihan protein dapat
terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan menyebabkan obesitas, sedangkan kekura-
makanan pokok juga dianggap terpenting, ngan protein dapat menyebabkan letih lesu
karena bila suatu susunan makanan tidak sehingga dapat menurunkan produktivitas
mengandung bahan makanan pokok, tidak kerja.
dianggap lengkap, dan sering orang yang Jenis sayuran yang paling banyak
mengkonsumsinya mengatakan belum dikonsumsi adalah sayur kangkung dengan
makan, meskipun perutnya telah kenyang frekuensi makan 1-3x/minggu. Sayur yang
olehnya (Sediaoetama, 2006). dikonsumsi supir angkot kurang bervariasi
Sementara untuk lauk pauk, ikan karena mereka mengkonsumsi sayuran yang
basah merupakan lauk yang paling sering sama setiap harinya walaupun dalam
dikonsumsi dengan frekuensi makan 1x1 pengolahannya masih salah karena sayurnya
hari sebanyak 32 responden (52,46%). Pada terlalu matang. Karena rata-rata supir angkot
umumnya ikan disajikan dan diolah dengan makan di rumah makan sekitar pangkalan,
cara digoreng dan disambal. Sebagian besar tetapi ada juga sebagian supir angkot makan
supir angkot mengonsumsi ikan karena di di rumah mereka atau membawa makanan
rumah makan sekitar pangkalan lebih sering dari rumah terutama supir angkot yang sudah
tersedia ikan basah. menikah.

128 Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131)


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
Jenis buah yang sering dikonsumsi Waktu dan Lokasi
n %
adalah buah pepaya dan jeruk dengan Konsumsi
frekuensi makan 2x1 bulan sebanyak 30 • Rumah 44 72,13
orang (50,82%), supir angkot jarang • Luar Rumah
mengonsumsi buah, hal ini disebabkan
karena di rumah makan sekitar pangkalan
jarang menyediakan buah-buahan. Padahal
Malam Hari
pepaya banyak mengandung vitamin A dan Waktu Konsumsi
vitamin B kompleks, dan pepaya juga dapat • < Jam 20.00 28 45,90
membantu pencernaan protein (Irianto, • > Jam 20.00 33 54,10
2004). Lokasi Konsumsi
• Rumah 19 31,15
Waktu dan Lokasi Konsumsi Pangan • Luar Rumah 42 68,85
Supir Angkot
Waktu makan supir angkot tidak Status Gizi Responden
teratur karena pada saat waktu makan mereka Dari hasil pengukuran didapat bahwa
harus mengemudi angkot karena kejar supir angkot tergolong status gizi normal 41
setoran. Sehingga menyebabkan pola makan orang (67,21%), pre obese (19,67%),
supir angkot tidak teratur yang dapat underweight (9,84%), dan ada juga supir
mengakibatkan penyakit-penyakit pencerna- angkot yang mengalami obesitas yaitu
an, seperti mag. dengan status gizi obese I dan obese II
sebesar 1,64% yang mana dapat beresiko
Tabel 5. Waktu dan Lokasi Konsumsi Supir terkena penyakit degeneratif. Dari 41 orang
Angkot
berstatus gizi normal, maka tingkat
Waktu dan Lokasi
n % konsumsinya harus baik, walaupun masih
Konsumsi
Pagi Hari
ada pola konsumsi yang kurang, ini
Waktu Konsumsi disebabkan karena masih ada pengetahuan
• < Jam 8.00 gizi supir yang kurang akan gizi seimbang.
9 14,75
• > Jam 8.00 52 85,25 Supir angkot yang mengalami obesitas
Lokasi Konsumsi dengan status gizi obese I dan obese II, ini
• Rumah 12 19,67 disebabkan mengonsumsi makanan berlemak
• Luar Rumah 49 80,33 yang banyak mengandung energi misalnya
Siang Hari seperti daging yang banyak mengandung
Waktu Konsumsi lemak dengan kuantitas yang banyak dan
• < Jam 14.00 26 42,62 frekuensi makan setiap hari. Konsumsi lemak
• > Jam 14.00 35 57,38 yang berlebihan dapat menyebabkan
obesitas.
Lokasi Konsumsi 17 27,87

Tabel 6. Konsumsi Energi Berdasarkan Status Gizi Supir Angkot


Konsumsi Status Gizi
Energi Underweight Normal Pre-obese Obese I Obese II Jumlah
N % n % n % n % n % n %
Baik 0 0 12 85,71 2 14,29 0 0 0 0 14 100
Sedang 4 9,52 26 61,91 10 23,81 1 2,38 1 2,38 42 100
Kurang 2 40,00 3 60,00 0 0 0 0 0 0 5 100

Tabel 7. Konsumsi Protein Berdasarkan Status Gizi Supir Angkot


Konsumsi Status Gizi
Protein Underweight Normal Pre-obese Obese I Obese II Jumlah
n % n % n % n % n % n %
Baik 4 10,81 29 78,38 4 10,81 0 0 0 0 37 100
Sedang 1 4,55 11 50,00 8 36,3 1 4,5 1 4,5 22 100
Kurang 1 50,00 1 50,00 0 0 0 0 0 0 2 100

Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131) 129


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
Pada orang obesitas, organ-organ DAFTAR PUSTAKA
tubuh dipaksa harus bekerja lebih berat
karena harus membawa-bawa kelebihan berat Almatsier, S, 2005. Prinsip-Dasar Ilmu Gizi.
badan yang tidak memberikan manfaat PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
langsung. Karena itu mereka merasa lebih Anonim, 2007. Supir Angkutan Kota.
cepat gerah (merasa panas) dan lebih cepat http://myothersides.blogspot.com/,
berkeringat untuk menghilangkan kelebihan diakses tanggal 9 September 2008
panas badan tersebut. Penderita obesitas Anonim, 2007. Body Mass Index (BMI) =
mempunyai kecenderungan untuk lebih Indeks Massa Tubuh.
mudah membuat kekeliruan dalam bekerja http://www.who.int/bmi/index.jsp.
dan cenderung lebih mudah mendapat diakses tanggal 30 Oktober 2008
kecelakaan (Sediaoetama, 2006). Umumnya Anonim, 2008. Angkutan Kota.
jika seseorang makan cukup dan nilai gizinya http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_
cukup tinggi serta kurang banyak bekerja perkotaan, diakses tanggal 9
maka orang itu akan menjadi gemuk. September 2008
Aritonang, E, dkk, 2004. Pola Konsumsi
KESIMPULAN DAN SARAN Pangan, Hubungannya Dengan Status
Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Pelajar
Kesimpulan SD Di Daerah Endemik Gaki Desa
1. Jenis bahan makanan pokok dikonsumsi Kuta Dame Kecamatan Kerajaan
oleh supir angkot adalah nasi (100%) Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera
dengan frekuensi makan >1x1 hari, jenis Utara. http://usu.ac.id diakses tanggal
lauk yang paling sering dikonsumsi 24 Juli 2008
adalah ikan basah (52,46%)dengan Baliwati.F.Y, dkk, 2004. Pengantar Pangan
frekuensi makan 1x1 hari, untuk jenis dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
sayuran sebagian besar mengonsumsi Briliant, S.A. 1998. Hubungan Pengetahuan
sayur kangkung (96,72%) dengan Gizi dan Konsumsi Pangan dengan
frekuensi makan 1-3x/minggu, untuk Status Gizi Siswi SMU Negeri 1
jenis buah yang sering dikonsumsi yaitu Pangururan Kecamatan Pangururan
pepaya dan jeruk (50,82%) dengan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
frekuensi makan 2 x 1 bulan, dan 1998. FKM-USU. Medan
sebagian besar hampir setiap hari minum Budiyanto, A, 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi.
teh manis (67,21%) dengan frekuensi Penerbitan Unversitas
makan 1x1 hari. Muhammadiyah, Malang.
2. Konsumsi energi sebagian besar Daniel, W, 2008. Penurunan Kemiskinan dan
termasuk dalam kategori sedang Pengangguran Belum Sesuai Harapan.
(68,85%), sedangkan konsumsi protein www.detikinet.com, diakses tanggal
sebagian besar tergolong baik (60,66%) 30 desember 2008
3. Sebagian besar status gizi supir angkot Irianto, D.P, 2006. Panduan Gizi Lengkap
tergolong normal (67,21%), 19,67% Keluarga dan Olahragawan. Penerbit
tergolong pre-obese, 9,84% tergolong Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
underweight, sedangkan lainnya obese I Irianto, K, 2004. Gizi dan Pola Hidup
dan obese II, masing masing 1,64%. Sehat. Yrama Widya, Bandung.
Khomsan, A, 2003. Pangan dan Gizi untuk
Saran Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada,
1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan Jakarta.
dan informasi kepada supir angkot Khumadi, M, 1994. Gizi Masyarakat. PT.
pentingnya konsumsi makanan yang BPK Gunung Mulia. Jakarta
bergizi dan seimbang. Nisa, F.Z, 2007. Korelasi Antara Asupan
2. Supir angkot dianjurkan untuk Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi,
mengonsumsi susu dan memgonsumsi Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi
buah-buahan. Lingkungan Dengan Status Gizi Di
3. Diharapkan kepada pemilik rumah Pesantren X Yogyakarta.
makan sekitar pangkalan angkutan kota http://fatmanisa.wordpress.com
Rahayu Medan Ceria Trayek 104 untuk diakses tanggal 11 Agustus 2008
menyediakan buah-buahan.

130 Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131)


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
Notoatmodjo, S, 2002. Metode Penelitian Suhardjo,1996. Berbagai cara Pendidikan
Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Gizi. Bumi Aksara, Jakarta
Radhardja, P, 2001. Gambaran Konsumsi Suhardjo, dkk, 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Pangan dan Status Gizi Anak Jalanan Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
dari Tingkat Pengetahuan Gizi dan Supriasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi.
Pendapatan di Terminal Terpadu Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Amplas Medan Tahun 2001.FKM Jakarta.
USU. Medan Team Pengajar Departemen Gizi dan
Sediaoetama, A.D, 2006 Ilmu Gizi untuk Kesehatan Masyarakat Fakultas
Mahasiswa dan Profesi Jilid I. PT. Kesehatan Masyarakat Universitas
Dian Rakyat, Jakarta. Indonesia, 2008. Gizi Kesehatan
Simanjuntak, B, 2004. Pola Makan dan Masyarakat. PT Raja Grafindo
Anemia pada Tenaga Kerja Wanita Persada, Jakarta.
Pembuat Keranjang di Desa Suka Wirawan, D.D, 2006. Pola Konsumsi.
Makmur Kecamatan Sibolangit http://donydw.wordpress.com, diakses
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004. tanggal 28 Oktober 2008
FKM-USU. Medan Wisnoe, 2008. Gizi Kerja.
Singarimbun, dkk, 1995. Metode Penelitian http://id.shvoong.com diakses tanggal
Survai. LP3ES. Jakarta 30 Juli 2008

Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir (124–131) 131


Evawany Aritonang dan Eunike Siregar
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

GAMBARAN STATUS SOSIO-EKONOMI DAN PSIKOSOSIAL


PASIEN FRAKTUR RAWAT INAP DI RSUP DR. PIRNGADI
MEDAN, TAHUN 2008

Megawati

Pengajar Tetap pada Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Medan

ABSTRACT
The rapid development and the progress of traffic in Indonesia seen from the
amount of road uses, vehicles, public car passenger, the more network and the
speed of the vehicles lead into the more fracture incident as the effect from traffic
accident. The impact of fracture into the psycho social aspect has significant
influence to the fracture since the fracture is so domain on this system, such as
pain, uncomfortable feeling. Physical mobility disruption, activities disruption and
others are also found. It is descriptive research with the intention to know the
socio-economic and psychosocial status of hospitalized patients with fracture in
RSUP Dr. Pirngadi Medan. The result showed that most of the patients (50%) were
graduated from Senior High School. The rest were graduated from university
(46%) and from Junior High School (4%). It was also found that condition
patients of being fracture had an effect on their psychosocial aspects. About 72%
of patients felt anxiety and 14% of other patients felt frightened duet to the
fracture. Meanwhile, 12% of patients felt sadness, and the rest (2%) felt emotion. It
can be concluded that the fracture has an effect on psychosocial aspects of
hospitalized patients in RSUP Dr. Pirngadi Medan.

Keywords:Fracture, Hospitalized patient, The psychosocial aspects

PENDAHULUAN rasa nyaman nyeri, gangguan mobilitas fisik,


gangguan aktivitas dan masalah-masalah lain
Di Indonesia, orthopaedi yang yang memerlukan asuhan keperawatan
sebenarnya belum begitu dikenal. tentang psiko sosial yang komprehensif
Masyarakat hanya mengenal sebagai ilmu dengan pendekatan proses keperawatan.
bedah tulang. Banyak sejawat yang mengira Aspek-aspek psiko sosial perawatan
bahwa orthopaedi hanya mencakup akut respons emosional dari pasien yang
persoalan tulang yang serupa seperti yang menjalani perawatan akut adalah sesuatu
dihadapi oleh dukun patah. Spesialis bedah yang sangat penting. Hubungan antara
orthopaedi dianggap seolah-olah seperti pikiran, tubuh, roh, telah tersusun dengan
dukun patah yang berijazah dokter. baik; sebagai contoh bila terjadi respon
Sebenarnya dalam perkembangan orthopaedi fisiologis sesecara bersama akan ada reson
mencakup bidang bukan hanya tulang saja, psikologis (Marylinn, dkk, 1999).
akan tetapi mencakup semua masalah yang Dengan makin pesatnya kemajuan
bertalian dengan sistem muskuloskeletal. lalu-lintas di Indonesia baik dari segi jumlah
Berdasarkan masalah-masalah pemakaian jalan, jumlah kendaraan, jumlah
kesehatan tersebut dapat menimbulkan aspek pemakaian jasa angkutan dan bertambahnya
siko sosial yang kompleks pula. Masalah jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka
atau diagnosa keperawatan yang sangat mayoritas fraktur adalah akibat kecelakaan
dominan pada sistem ini adalah gangguan lalu lintas. Kecelakaan lalu-lintas sering

132
mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kita harus waspada terhadap kemungkinan
polytrauma yang dapat mengakibatkan Hasil Penelitian
trauma organ-organ lain seperti trauma
capitis, trauma thoraks, trauma abdomen, Status Sosio-ekonomi
trauma ginjal, fraktur yang diakibatkan juga Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
sering fraktur terbuka derajat tinggi. kebanyakan pasien penderita fraktur adalah
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari lulusan SLTA sederajat. Sementara itu 40%
ketinggian, kecelakaan kerja, kecelakaan pasien merupakan lulusan perguruan tinggi.
domestik dan kecelakaan/cidera olahraga. Dari hasil ini terungkap bahwa secara umum
pasien penderita fraktur rawat inap di RSUP
Tujuan dan Manfaat Penelitian Dr. Pirngadi Medan memiliki tingkat
Tujuan Penelitian pendidikan yang cukup baik.
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui gambaran status Tabel 1. Tingkat Pendidikan Pasien Penderita
ekonomi dan aspek psikososial pasien Fraktur Rawat Inap di RSUP Dr.
penderita fraktur rawat inap di RSUP Dr. Pringadi Medan, Tahun 2008
Pirngadi Medan. Tingkat Jumlah Persentase
2. Untuk mengetahui dampak fraktur pendidikan orang
terhadap aspek psikososial pasien SD 0 0,00
penderita fraktur rawat inap di RSUP Dr. SLTP 2 4,00
Pirngadi Medan. SMU 25 50,00
Perguruan Tinggi 23 46,00
Manfaat Penelitian Total 50 100,00
Hasil penelitian ini diharapkan Sumber: Hasil Penelitian di RSU Dr. Pirngadi
bermanfaat bagi petugas kesehatan agar Medan tahun 2008.
mengetahui gambaran status sosioekonomi
dan aspek psikososial pasien fraktur rawat Pada Tabel 2 terlihat bahwa umumnya
inap. pasien penderita fraktur rawat inap di RSUP
Dr. Pirngadi Medan pada kurun waktu
METODE PENELITIAN penelitian adalah beragama Islam (82%).
Sisanya beragama Kristen, Hindu, dan
Jenis dan Rancangan Penelitian Budha, dengan persentasi, masing-masing
Jenis penelitian ini yaitu survei sebesar, 5%, 1%, dan 2%.
deskriptif.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Agama Pasien
Lokasi Penelitian dan Waktu Penderita Fraktur Rawat Inap di
Penelitian dilaksanakan di Ruang RSUP Dr. Pringadi Medan, Tahun
Bedah Orthopedi RSUP Dr. Pirngadi Medan. 2008
Penelitian berlangsung selama 1 bulan. Agama Jumlah Presentase
Islam 42 84,00
Populasi Kristen 5 10,00
Populasi adalah pasien penderita Hindu 1 2,00
fraktur yang rawat inap di Ruang Ortopaedi Budha 2 6,00
RSUP Dr, Pirngadi Medan tahun 2008 yang Total 50 100,00
berjumlah 50 orang. Sampel dalam penelitian Sumber: Hasil Penelitian di RSU Dr. Pirngadi
ini adalah dengan menggunakan total Medan Tahun 2008.
populasi, yaitu sebanyak 50 orang.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa umumnya
Pengolahan dan Analisis Data pasien penderita fraktur yang rawat inap di
Data yang dikumpulkan diolah dan RSUP Dr. Pirngadi Medan (40%)
dianalisis secara deskriptif dengan berpenghasilan di bawah Rp1.500.000,-
menggunakan tabel distribusi frekuensi. /bulan. Hanya 7% dan 3% pasien yang
berpenghasilan, masing-masing Rp2.000.000
- 3.000.000,- dan di atas Rp3.000.000/bulan.

Gambaran Status Sosio-Ekonomi (132–135) 133


Megawati
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat akhirnya seperti skripsinya jadi dampak
Pendapatan Pasien Penderita fraktur pada pendidikan sangat berpengaruh
Fraktur Rawat Inap di RSUP Dr. ada pendidikan responden. Sedangkan untuk
Pringadi Medan, tahun 2008 SLTP atau tamatan dari SLTP atau tidak
Pendapatan per Jumlah Persentase bersekolah lagi karena responden usia 20
bulan (Rp) orang
tahun tidak mungkin melanjutkan ke SMU.
> 1.500.000 40 80,00
Maka dampak fraktur pada pendidikan SLTP
> 2.000.000 7 14,00
> 3.000.000 3 6,00
tidak pengaruh pada pendidikannya karena
> 4.000.000 - - responden tidak melanjutkan pendidikan ke
> 5.000.000 - - SMU. Dampak fraktur tidak pengaruh pada
Total 50 100,00 pendidikan tetapi sangat pengaruh pada
Sumber: Hasil Penelitian di RSU Dr. Pirngadi Medan ekonomi responden tersebut.
Tahun 2008
Status Ekonomi
Aspek Psikososial Dari hasil penelitian ini dari 50
Dari hasil penelitian ini terungkap responden banyak yang bekerja sebagai
konidis psikososial pasien penderita fraktur karyawan atau wiraswasta yang mempunyai
cukup beraneka ragam. Umumnya (72%) penghasilan 1. 500.000 untuk yang bekerja di
pasien merasa cemas dengan keadaannya wiraswasta sangat berpengaruh pada
Sebanyak 14% pasien mengaku takut karena ekonominya dan pekerjaannya, untuk
penyakitnya. Sementara itu, sebanyak 12% ekonominya akan dipotong setengah dari gaji
pasien merasa sedih; dan hanaya 2% yang perbulannya dan beresiko kehilangan
merasa emosinya labil. Data ini pekerjaan dan akan berdampak pada keluarga
menunjukkan bahwa kondisi fraktur yang dibiayain, karena fraktur tersebut
berdampak luas pada aspek psikososial (Arikunto, 2002).
pasien penderita fraktur yang rawat inap di
RSUP Dr. Pirngadi Medan. Spritual
Dari 50 responden ternyata banyak
Tabel 4. Distribusi frekuensi Aspek Psikososial responden yang memilih ”YA” sebanyak 38
Pasien Penderita Fraktur Rawat Inap orang dan yang memilih”TIDAK” sebanyak
di RSUP Dr. Pringadi Medan, tahun 12 orang untuk dampak fraktur terhadap
2008 spritual responden, 42 orang responden
Aspek Psikososial Jumlah Presentase beragama Islam dan dampak pada spritual
orang
untuk agama Islam yang menjawab ”YA” 38
Emosi 1 2,00
orang karena responden tidak bisa
Cemas 36 72,00
menjalankan ibadah sholat seerti biasanya,
Takut 7 14,00
karena anggota tubuh yang mengalami
Sedih 6 12,00
fraktur tidak dapat digerakkan dan keadaan
Total 50 100,00
kebersihan pasien kurang bersih mangkanya
Sumber: Hasil Penelitian di RSU Dr. Pirngadi Medan pasien tidak menjalankan ibadah sholat
Tahun 2008
seperti biasanya jadi sampak spritual sangat
pengaruh pada agama Islam karena dampak
PEMBAHASAN
fraktur pada spritual, agama Kristen dampak
fraktur terhadap spritual sangat tidak
Pendidikan
pengaruh karena agama Kristen masih bisa
Dari 50% pasien berpendidikan
membaca alkitabnya, sebaliknya dengan
SMU atau tamatan SMU yang akan
Budha dan Hindu. Spritual tidak pengaruh
melanjutkan ke perguruan tinggi jadi dampak
sama agama mereka (Hamid, 2000).
fraktur pada pendidikan sangat berpengaruh
pada tamatan SMU tersebut di karenakan
Psikososial
terhambatnya responden untuk melanjutkan
Dari hasil penelitian fraktur sangat
pendidikan ke perguruan tinggi dan
pengaruh pada aspek psikososial pasien,
sedangkan yang pendidikan perguruan tinggi
yaitu membuat pasien cemas akan
akan terhambatnya pendidikannya seperti
penyakitnya karena akan mengakibatkan
tidak mengikuti ujian semester dan ujian
kecacatan pada pasien. Sedangkan yang

134 Gambaran Status Sosio-Ekonomi (132–135)


Megawati
merasa cemas mengaku hal tersebut dapat halnya ruangan kamar tidur pasien
menyebabkan mereka putus asa karena dirumah sehingga pasien
keadaannya akan dapat mempengaruhi beranggapan tidak merasa asing
kegiatan dan pekerjaannya kelak (Alimul dan dengan lingkungan sekitarnya.
Azis, 2003) c. Diharapkan kepada petugas
kesehatan untuk lebih profesional
KESIMPULAN DAN SARAN dalam menangani permasalahan yang
dirasakan oleh pasien.
Kesimpulan d. Membina hubungan saling percaya
1. Umumnya pasien penderita fraktur dengan pasien dan petugas
yang rawat inap di RSUP Dr. Pirngadi kesehatan.
Medan memiliki tingkat pendidikan e. Mendatangkan rohaniwan kerumah
yang baik (lulusan SMU dan Perguruan sakit.
Tinggi).
2. Umumnya pasien penderita fraktur 2. Bagi Keluarga
yang rawat inap di RSUP Dr. Pirngadi a. Memberi motivasi atau semangat
Medan berpenghasilan rendah (antara pada pasien untuk tetap berjuang
Rp 1 juta dan Rp 2 juta). dalam menghadapi keadaan yang
3. Umumnya pasien merasa cemas akibta akan terjadi.
dari penyakitnya. Mereka b. Menyarankan kepada pasien banyak-
mencemaskan kemungkinan akan tidak banyak berdoa pada Tuhan.
dapat melanjutkan pendidikan;
kehilangan pekerjaan, dan karenanya DAFTAR PUSTAKA
kehilangan penghasilan. merka juga
merasa khawatir akan menderita cacat Alimul H dan Azis A. 2003. Riset
permanen. Selain itu, fraktur dapat Keperawatan dan Tehnik Penulisan
mempengaruhi aspek kehidupan pasien Ilmiah. Jakarta.Salemba Medika.
secara lebih luas. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Saran Jakarta.
1. Bagi Institusi RSU Dr. Pirngadi Medan. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Keperawatan
a. Memberi pelayanan keperawatan Gangguan Muskuloskeletal Pusat
yang memuaskan untuk para pasien Pendidikan Tenaga Kesehatan.
khususnya diruangan bedah Hamid, Achir dan Yani, S. 2000. Aspek
orthopaedi. Spritual Dalam Keperawatan. Jakarta
b. Berusaha untuk selalu membuat Marylinn D,E, dkk. 1999. Rencana Asuhan
suasana lingkungan pasien seperti Keperawatan. Edisi 23. EGC.

Gambaran Status Sosio-Ekonomi (132–135) 135


Megawati
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH KELURAHAN TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

Irnawati Marsaulina1, Indra Chahaya S.1, dan Meirinda2


1
Staf Pengajar Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Pascasarjana USU
2
Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Depkes. RI Medan

ABSTRACT
Garbage dump sites has a very important function but it can bring an impact in the
form of environmental quality degradation because the pile of garbage produces
various pollutants which can pollute either indoor or outdoor air that the incident
of Acute Respiratory Tract Infection. This observational study with cross sectional
design was conducted in the vicinity of the garbage dump site in Kelurahan Terjun,
Medan Marelan Sub–district with the samples of 4 houses with distance of 0 (zero)
meter, 6 houses with the distance of 100 meters, 8 houses with distance of 200
meters and 12 houses with the distance of 300 meters from the garbage dump site.
The result of this study show that there is a relationship between the concentration
of SO2 (p=0,001), H2S (p=0,012), NH3 (p=0,000) and CH4 (p=0,000) gases and
the distance of the houses from the Terjun garbage dump site. There is a
relationship between the physical quality of the houses and the concentration of
SO2 (p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) and CH4 (p=0,005) gases found
in the air inside the residents house around the garbage dump site in Kelurahan
Terjun, Medan Mareland Sub-district. It is expected that the Municipal
Government of Medan to improve the existing treatment system of garbage by
using environmental-oriented methods and growing such trees as mahogany,
angsena, banyan tree, etc around the garbage dump site to absorb the gas
pollutants.

Keywords: Garbage dump site, Air quality inside the house

PENDAHULUAN dibandingkan dengan ketersediaan lahan.


Kondisi ini mengakibatkan munculnya
Undang-undang No. 23 tahun 1992 permasalahan perumahan yang semakin
tentang kesehatan mengamanatkan bahwa rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi
upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan lingkungan yang kurang baik. Penduduk
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang dengan status sosial ekonomi rendah
sehat dan dilaksanakan terhadap tempat jumlahnya cukup banyak, dan untuk
umum, lingkungan pemukiman, tempat kerja, mengatasi kebutuhan perumahan, mereka
angkutan umum, dan lingkungan lainnya cenderung tinggal di daerah pinggiran,
yang meliputi penyehatan air, udara, termasuk masyarakat umum dan pemulung
pengamanan limbah padat, limbah cair, yang bermukim di sekitar lokasi Tempat
limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian Pembuangan Akhir Sampah (TPAS).
vektor dan penyehatan lainnya. Pemulung yang menjadikan TPAS sebagai
Keterbatasan tempat tinggal di daerah sumber mata pencahariannya bahkan
perkotaan semakin meningkat dari waktu ke mendirikan rumahnya di atas timbunan
waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi

136
yang semakin meningkat dan sulitnya pencemaran udara di luar maupun di dalam
mencari pekerjaan yang layak membuat para rumah. Timbunan sampah yang ada di TPAS
pemulung tetap bertahan tinggal di lokasi Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap.
TPAS. Data dari Puskesmas Terjun Kecamatan
Masalah yang dihadapi para pengelola Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit
sampah adalah mengenai metode dan lokasi ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 1.840
pemindahan fisik sampah dari TPS (Tempat berada di urutan pertama dari sepuluh
Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat penyakit terbanyak di puskesmas selama
Pembuangan Akhir). Sampah secara mekanis bulan Januari sampai dengan Desember
dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan, tahun 2007. Hal ini kemungkinan besar
dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta disebabkan oleh pencemaran yang berasal
mengurai sendiri secara alami di TPA. dari TPAS Terjun.
Sebagian lain dibakar secara langsung di
tempat dengan atau tanpa menggunakan Perumusan Masalah
fasilitas insinerator/tungku pembakaran Berdasarkan latar belakang dari uraian
(Kramadibrata, 2006). di atas maka dapat dirumuskan yang menjadi
Tercemarnya udara di sekitar TPA permasalahan dalam penelitian ini adalah
sampah menyebabkan kesehatan lingkungan faktor-faktor apa saja yang berhubungan
terganggu, termasuk kualitas udara dalam dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar
rumah yang berada disekitar TPA sampah Tempat Pembuangan Akhir Sampah
terutama meningkatnya penyakit Infeksi Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hasil Marelan.
kajian dari Departemen Kesehatan pada
tahun 2004/2005 menyatakan bahwa Tujuan Penelitian
penyakit ISPA selalu berada di urutan Untuk mengetahui hubungan jarak
pertama dari sepuluh besar penyakit di 80% rumah dan kualitas fisik rumah dengan
kabupaten/kota pada 22 propinsi di kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS
Indonesia. Diketahui bahwa resiko terjadinya Terjun Kecamatan Medan Marelan.
ISPA, Pneumonia dan penyakit gangguan
saluran pernafasan lainnya disebabkan oleh Manfaat Penelitian
buruknya kualitas udara di dalam 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota
rumah/gedung dan di luar rumah baik secara dalam program pengelolaan sampah di
fisik, kimia maupun biologis. TPA Terjun
Menurut penelitian Mardiani (2006) 2. Sebagai informasi bagi masyarakat
tentang Hubungan Kualitas Udara Ambien mengenai kualitas udara pada
dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan pemukiman sekitar TPA terjun
Saluran Pernafasan dan Saluran Pencernaan
di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir METODE PENELITIAN
Sampah menunjukkan bahwa kadar gas H2S
terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas Jenis penelitian adalah survai bersifat
(NAB) pada radius 150 meter dari TPA, deskriptif analitik dengan rancangan
sedangkan kadar polutan udara yang lain penelitian cross-sectional yaitu pendekatan
belum melebihi NAB. Studi AMDAL yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan
terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun tidak diikuti dalam suatu kurun waktu
1989 menyatakan bahwa timbulnya tertentu.
pencemaran udara akibat meningkatnya Penelitian dilakukan pada perumahan
konsentrasi gas serta timbulnya bau, baik penduduk yang ada di sekitar lokasi Tempat
yang ditimbulkan pada tahap operasi Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
penimbunan dan pemadatan sampah maupun Terjun Kecamatan Medan Marelan. Adapun
setelah selesainya tahap operasi (Noriko, yang menjadi alasan pemilihan lokasi
2003). penelitian adalah karena di sekitar lokasi
Lokasi TPAS Terjun yang berada di TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah
sekitar perumahan penduduk sangat penduduk dan data yang diperoleh dari
berpeluang menimbulkan berbagai Puskesmas Kelurahan Terjun penyakit ISPA
permasalahan lingkungan, diantaranya

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144) 137


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
menempati urutan pertama dari 10 penyakit Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
terbanyak. Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat
Waktu penelitian dimulai dengan diketahui distribusi responden berdasarkan
pengajuan judul penelitian, survey awal, jarak rumah dengan Tempat Pembuangan
penelusuran daftar pustaka, persiapan Akhir Sampah, yang dapat dilihat pada
proposal, konsultasi dengan pembimbing, Tabel 1 berikut.
pelaksanaan penelitian, pengumpulan data
dan pengolahan data sampai dengan Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
penyusunan laporan akhir direncanakan Jarak Rumah dengan TPAS Kel.
berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan Terjun Kec. Medan Marelan pada
Maret 2008 sampai Agustus 2008. Tahun 2008
Populasi dalam penelitian ini adalah No Jarak Jumlah %
perumahan penduduk yang ada di sekitar Rumah-TPA
(meter)
lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan
1. 0 4 13,33
Medan Marelan. Populasi berjumlah 320
2. 100 6 20,00
KK yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 3. 200 8 26,67
200 m, dan 300 m. Pengambilan sampel 4. 300 12 40,00
dilakukan secara stratified random Total 30 100,00
sampling. Jumlah sampel dalam penelitian
adalah lebih kurang sebanyak 30 KK, dimana Tabel 1 menunjukkan bahwa
jumlah sampel disesuaikan untuk masing-
responden yang jarak rumahnya 0 meter dari
masing jarak.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Berdasarkan kriteria sampel yaitu
sebanyak 4 KK (13,33%), yang berjarak 100
sesuai arah angin dominan dengan kondisi
meter sebanyak 6 KK (20,00%) dan yang
cuaca yang relatip sama, dimana semakin
berjarak 200 meter sebanyak 8 KK orang
jauh dari sumber (TPAS Terjun) maka
(26,67%) sedangkan yang berjarak 300 meter
penyebaran akan semakin luas, sehingga
ditentukan jumlah titik sampel untuk masing- sebanyak 12 KK (40,00%).
masing jarak berdasarkan populasi dengan
formula sebagai berikut: Distribusi Responden Berdasarkan
Kualitas Fisik Rumah
n
Hasil penelitian yang dilakukan di
Proporsi = ------ x 100 %
rumah penduduk di sekitar Tempat
N
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
Jumlah sampel setiap jarak =
Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat
Proposi x Total Sampel
diketahui distribusi responden berdasarkan
kualitas fisik rumah, yang dapat dilihat pada
Lokasi titik pengambilan sampel udara
Tabel 2 berikut:
dalam rumah penduduk dilakukan pada
ruang tamu/keluarga. Pengambilan sampel
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
udara menggunanakan alat Midget Impinger. Kualitas Fisik Rumah di Sekitar
Sampel yang diperoleh dibawa ke TPAS Kel. Terjun Kecamatan Medan
laboratorium untuk dianalisis kadar gas SO2 Marelan pada Tahun 2008
dengan metode pararosanilin dan kadar gas Tidak
amonia (NH3) dengan metode Nessler. Untuk Karakteristik Memenuhi
Memenuh Total
No Kualitas Syarat
kadar gas metan dan H2S diukur langsung di Fisik Rumah
i Syarat
lokasi penelitian menggunakan alat Gas N % n % n %
Analyzer (IAQ 5001 Pro). Suhu dan 1. Jenis Dinding 14 46,67 16 53,33 30 100
2. Jenis Lantai 28 93,33 2 6,67 30 100
kelembaban ruangan diukur dengan alat 3. Luas lantai 6 20,00 24 80,00 30 100
Termohygrometer. perkapita
4. Ventilasi 20 66,67 10 33,33 30 100
HASIL PENELITIAN
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Distribusi Responden Berdasarkan Jarak responden yang memiliki rumah dengan jenis
Rumah dari TPAS dinding tidak memenuhi syarat sebanyak 16
Hasil penelitian yang dilakukan di responden (53,33%) dan yang memenuhi
rumah penduduk di sekitar Tempat syarat sebanyak 14 responden (46,67%).

138 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144)


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
Responden yang memiliki rumah dengan Tabel 4 menunjukkan bahwa suhu
jenis lantai tidak memenuhi syarat sebanyak dalam rumah terendah adalah 270C,
2 responden (6,67%) dan yang memenuhi sedangkan suhu dalam rumah tertinggi
syarat sebanyak 28 responden (93,33%). adalah 330C dengan rata-rata 29,730C.
Responden yang memiliki rumah dengan Kelembaban dalam rumah terendah adalah
luas lantai perkapita tidak memenuhi syarat 45%, sedangkan kelembaban dalam rumah
sebanyak 24 responden (80,00%) dan yang tertinggi adalah 76% dengan rata-rata
memenuhi syarat sebanyak 6 responden 62,17%.
(20,00%). Responden yang memiliki rumah
dengan ventilasi tidak memenuhi syarat Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi
sebanyak 10 responden (33,33%) dan yang Udara dalam Rumah
memenuhi syarat sebanyak 20 responden Hasil penelitian yang dilakukan di
(66,67%). rumah penduduk di sekitar Tempat
Dari ke empat karakteristik kualitas Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
fisik rumah pada Tabel 2, maka dapat Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat
ditentukan kualitas fisik rumah secara diketahui hasil pengukuran kualitas kimiawi
keseluruhan dengan pembobotan nilai, udara dalam rumah yang dapat dilihat pada
sehingga diperoleh jumlah rumah yang Tabel 5 berikut:
memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi
syarat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi
Udara Dalam Rumah di Sekitar
Tabel. 3. Kualitas Fisik Rumah Responden di TPAS Kel. Terjun Kecamatan
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008
Medan Marelan pada Tahun 2008 Parameter Hasil
Jum- Kimiawi Jumlah Pengukuran Rata-
No Karakteristik % No Udara Respon rata
lah Min Maks
Dalam den (ppm)
Kualitas Fisik Rumah (ppm) (ppm)
1. Tidak memenuhi syarat 17 56,67 Rumah
2. Memenuhi syarat 13 43,33 1. SO2 30 0,000 0,03 0,0138
Total 30 100,0 2. H2S 30 0,28 0,90 0,5023
3. NH3 30 0,07 1,03 0,4623
4 CH4 30 65 485 140,47
Tabel 3 menunjukkan bahwa respon-
den yang memiliki rumah dengan kualitas Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar
fisik rumah tidak memenuhi syarat sebanyak SO2 di udara dalam rumah terendah adalah
17 responden (56,67%) dan yang memenuhi 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah
syarat sebanyak 13 responden (43,33%). 0,035 ppm dengan rata-rata 0,01387 ppm.
Kadar H2S di udara dalam rumah terendah
Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara adalah 0,28 ppm, sedangkan yang tertinggi
dalam Rumah adalah 0,90 ppm dengan rata-rata 0,5023
Hasil penelitian yang dilakukan di ppm. Kadar NH3 di udara dalam rumah
rumah penduduk di sekitar Tempat terendah adalah 0,07 ppm, sedangkan yang
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan tertinggi adalah 1,03 ppm dengan rata-rata
Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat 0,4623 ppm. Kadar CH4 di udara dalam
diketahui hasil pengukuran kualitas fisik rumah terendah adalah 65 ppm, sedangkan
udara dalam rumah, yang dapat dilihat pada yang tertinggi adalah 485 ppm dengan rata-
Tabel 4 berikut: rata 140,47 ppm.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik
Hubungan Jarak Rumah dari TPAS
Udara Dalam Rumah di Sekitar
TPAS Kel. Terjun Kecamatan
dengan Kualitas Kimiawi Udara dalam
Medan pada Tahun 2008 Rumah
Parameter Jumlah Hasil
No Fisik Udara Respon- Pengukuran
Rata- Hubungan Jarak Rumah dari TPAS
Dalam rata dengan Konsentrasi gas SO2
den Min Max
Rumah Hasil analisis statistik menggunakan
1. Suhu 30 270C 330C 29,730C
2. Kelembaban 30 45% 76% 59,83%
regresi linier untuk mengetahui hubungan
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144) 139


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
Sampah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat
dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat
Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.
dilihat pada lampiran. Hasil uji regresi linier memperlihatkan
Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,000) < 0,050, artinya Ho
bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan jarak
taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas CH4 di udara
Sampah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah.
dalam rumah. Jarak rumah dari TPAS Terjun
berhubungan dengan konsentrasi polutan-
Hubungan Jarak Rumah dari TPAS polutan gas H2S, SO2, NH3, dan CH4.
dengan Konsentrasi gas H2S Keberadaan polutan gas dalam rumah berasal
Hasil analisis statistik menggunakan dari udara luar yang telah tercemar akibat
regresi linier untuk mengetahui hubungan kegiatan pemrosesan sampah di TPAS.
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Timbunan sampah dalam volume yang besar
Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara berpotensi melepaskan polutan-polutan gas
dalam rumah penduduk di sekitar Tempat seperti H2S, SO2, NH3, dan CH4.
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Menurut US. EPA (2001), polutan
Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat udara dalam rumah disebabkan oleh banyak
dilihat pada lampiran. hal seperti material bangunan yang
Hasil uji regresi linier memperlihatkan digunakan, perabot rumah tangga, produk
bahwa nilai p (0,012) < 0,050, artinya Ho pembersih rumah dan polutan udara dari luar
rumah. Temperatur yang tinggi dan
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
kelembaban akan menambah konsentrasi
taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan jarak
polutan di udara.
rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Pergerakan udara dari luar rumah
Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara
masuk ke dalam rumah disebabkan adanya
dalam rumah.
perbedaan temperatur. Udara bergerak dari
temperatur rendah ke temperatur yang lebih
Hubungan Jarak Rumah dari TPAS dengan tinggi. Umumnya temperatur udara dalam
Konsentrasi gas NH3 rumah lebih tinggi dibandingkan dengan
Hasil analisis statistik menggunakan temperatur di luar rumah. Pencahayaan yang
regresi linier untuk mengetahui hubungan tinggi dalam rumah akan meningkatkan
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir temperatur dalam rumah.
Sampah dengan konsentrasi gas NH3 di udara Menurut Wijaya Kusuma (2007),
dalam rumah penduduk di sekitar Tempat banyak faktor yang berpengaruh pada proses
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan penyebaran polutan udara, yakni kecepatan
Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dan keadaan aliran udara (angin) serta
dilihat pada lampiran. dipengaruhi oleh parameter suhu, kecepatan
Hasil uji regresi linier memperlihatkan aliran dan masa jenis.
bahwa nilai p (0,000) < 0,050, artinya Ho Meningkatnya konsentrasi polutan gas
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada di udara dalam rumah selain akibat adanya
taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan jarak perbedaan temperatur juga akibat masa jenis
rumah dari Tempat Pembuangan Akhir dari gas tersebut. Hidrogen sulfida yang lebih
Sampah dengan konsentrasi gas NH3 di udara berat dari udara, sering terkumpul di udara
dalam rumah. pada lapisan bagian bawah dan biasanya
ditemukan bersama-sama gas beracun
Hubungan Jarak Rumah dari TPAS dengan lainnya seperti metan. Bencana di Poza Rica
Konsentrasi gas CH4 pada tahun 1950 disebabkan kesalahan
Hasil analisis statistik menggunakan penanganan gas di dalam industri kilang
regresi linier untuk mengetahui hubungan minyak di Meksiko. Kebocoran gas H2S yang
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir berlangsung 20-25 menit memungkinkan gas
Sampah dengan konsentrasi gas CH4 di udara tersebut masuk ke udara bebas dan ke daerah

140 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144)


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
pemukiman (udara tak bebas). Dari 320 kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
orang yang terserang, 22 orang meninggal. H2S di udara dalam rumah penduduk di
(Soemirat, 2004). sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Keputusan Dirjen Pemberantasan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Penyakit Menular dan Penyehatan Marelan dapat dilihat pada lampiran.
Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 Hasil uji regresi linier memperlihatkan
tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho
Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
jarak minimal antara rumah huni penduduk taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan
dengan Tempat Pengolahan Akhir Sampah kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
adalah ± 3 km. Hasil penelitian menunjukkan
H2S di udara dalam rumah.
bahwa jarak TPAS berpengaruh terhadap
kualitas udara dalam rumah, sehingga
Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
relokasi lahan bagi pemukiman yang ada
dekat dengan atau di lokasi TPAS sebaiknya Konsentrasi Gas NH3
dilakukan untuk melindungi kesehatan Hasil analisis statistik menggunakan
masyarakat. regresi linier untuk mengetahui hubungan
Menurut penelitian Mardiani (2006) kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
tentang Hubungan Kualitas Udara Ambien NH3 di udara dalam rumah penduduk di
dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Saluran Pernafasan dan Saluran Pencernaan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Marelan dapat dilihat pada lampiran.
Sampah menunjukkan bahwa kadar gas H2S Hasil uji regresi linier memperlihatkan
terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas bahwa nilai p (0,005) < 0,050, artinya Ho
(NAB) pada radius 150 meter dari TPA. ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
Hasil penelitian yang dilakukan taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan
Rudianto dan Azizah (2005) di lokasi TPA kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
Kabupaten Pasuruan yang terletak di Desa NH3 di udara dalam rumah.
Kenep Kecamatan Beji, menyatakan bahwa
jarak perumahan ke Tempat Pembuangan Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Akhir sampah mempengaruhi kepadatan lalat Konsentrasi Gas CH4
dan kejadian diare. Hasil analisis statistik menggunakan
regresi linier untuk mengetahui hubungan
Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
Kualitas Kimiawi Udara dalam Rumah CH4 di udara dalam rumah penduduk di
sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Konsentrasi Gas SO2
Marelan dapat dilihat pada lampiran.
Hasil analisis statistik menggunakan
regresi linier untuk mengetahui hubungan Hasil uji regresi linier memperlihatkan
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas bahwa nilai p (0,017) < 0,050, artinya Ho
SO2 di udara dalam rumah penduduk di ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
Marelan dapat dilihat pada lampiran. CH4 di udara dalam rumah.
Hasil uji regresi linier memperlihatkan Hasil analisis statistik menggunakan
bahwa nilai p (0,021) < 0,050, artinya Ho regresi linier memperlihatkan bahwa
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada terdapat hubungan antara kualitas fisik
taraf nyata (α) = 5% terdapat hubungan rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas rumah.
SO2 di udara dalam rumah. Kualitas fisik rumah seperti jenis
dinding, jenis lantai, luas lantai, kepadatan
Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan hunian, ventilasi, dan lain-lain berhubungan
Konsentrasi Gas H2S dengan kualitas udara dalam rumah. Dinding
Hasil analisis statistik menggunakan yang terbuat dari papan atau seng
regresi linier untuk mengetahui hubungan mempunyai celah/lubang yang lebih banyak

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144) 141


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
sehingga menyebabkan udara dari luar lebih KESIMPULAN DAN SARAN
banyak masuk ke dalam rumah. Udara dari
luar rumah (udara bebas) yang telah tercemar Kesimpulan
polutan gas-gas H2S, NH3, SO2, dan CH4 dari 1. Kualitas udara dalam rumah penduduk di
kegiatan yang ada di TPAS Terjun masuk ke sekitar lokasi TPAS Kelurahan Terjun
dalam rumah (udara tidak bebas), akibatnya Kecamatan Medan Marelan tidak
udara dalam rumah menjadi tidak sehat. memenuhi syarat kesehatan disebabkan
Menurut US. EPA (2001), jika oleh adanya konsentrasi polutan-polutan
sejumlah kecil udara dari luar masuk ke gas penggganggu yaitu: gas H2S dengan
dalam rumah, beberapa polutan akan konsentrasi maksimum 0,9 ppm, gas CH4
terakumulasi menjadi konsentrasi yang dapat dengan konsentrasi maksimum 485 ppm,
mempengaruhi kesehatan. Hal ini salah gas NH3 dengan konsentrasi maksimum
satunya disebabkan oleh ventilasi, dimana 1,03 ppm dan gas SO2 dengan
rumah yang di dibuat dengan pertukaran konsentrasi maksimum 0,03 ppm.
udara yang kurang dapat meningkatkan 2. Terdapat hubungan antara jarak rumah
jumlah polutan gas dalam rumah. dari tempat pembuangan akhir sampah
Luas lantai bangunan harus dengan konsentrasi gas SO2, gas H2S, gas
disesuaikan dengan jumlah penghuninya. NH3 dan gas CH4 dalam rumah.
Luas bangunan yang optimum adalah apabila 3. Terdapat hubungan antara kualitas fisik
menyediakan 2,5-3 m2 untuk setiap orang rumah dengan konsentrasi gas SO2, gas
(anggota keluarga). Menurut Notoatmodjo H2S, gas NH3 dan gas CH4 dalam rumah.
(2003) luas lantai yang tidak sebanding
Saran
dengan jumlah penghuninya akan
1. Sebagai masukan bagi pemerintah kota
menyebabkan perjubelan (overcrowded)
untuk memperbaiki sistim pengolahan
yang menyebabkan kurangnya konsumsi
sampah yang ada dengan metode dan
oksigen dan peningkatan suhu ruangan.
teknik pengolahan sampah yang
Ventilasi digunakan untuk
berwawasan lingkungan sehingga tidak
mengendalikan suhu, kelembaban udara dan menimbulkan dampak negatip terhadap
pergerakan udara. Ventilasi dengan tekanan masyarakat dan lingkungan. Melakukan
udara tertentu dapat mempengaruhi penghijauan dengan menanami jenis
kecepatan pergerakan udara, arah pepohonan seperti mahoni, angsana,
pergerakan, intensitas dan pola aliran serta beringin, dan lain-lain di areal TPAS
rintangan setempat. Laju ventilasi alami akan mengurangi polutan gas yang
memiliki hubungan yang linier dengan dihasilkan dari proses pembusukan
kecepatan udara dan tergantung pada sampah.
perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan 2. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat
oleh perbedaan temperatur lingkungan yang telah tinggal di sekitar lokasi TPAS
(Takakura, 1979). sebaiknya memperbaiki kondisi fisik
Ventilasi yang kurang menyebabkan rumahnya seperti ventilasi yang
aliran udara dalam rumah tidak segar karena memadai agar udara dalam rumah selalu
kurangnya oksigen di dalam rumah dan berganti. Lingkungan di sekitar rumah
meningkatkan polutan gas yang bersifat ditanami dengan pohon-pohon yang
racun bagi penghuninya. Tidak cukupnya fungsinya selain sebagai penyaring udara
ventilasi menyebabkan kelembaban udara di juga dapat menurunkan temperatur
dalam ruangan naik karena terjadi proses dalam rumah.
penguapan cairan dari kulit.
Moerdjoko (2004) menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan
tekanan udara. Ventilasi dengan tekanan Adistya P. 2007. Pencemaran Udara oleh
udara tertentu dapat mempengaruhi Hidrokarbon, Surabaya. http://dizz
kecepatan pergerakan udara, arah property.blogspot.com/. diakses tgl 15-
pergerakan, intensitas dan pola aliran udara 02-2008.
serta suhu ruangan.

142 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144)


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
Achmadi, UF. Faktor-Faktor Penyebab ISPA Moerdjoko. 2004. Kaitan Sistem Ventilasi
Dalam Lingkungan Rumah tangga di Bangunan dengan Keberadaan
Jakarta. Lembaga Penelitian UI. Mikroorganisme Udara. Dimensi
Jakarta. 1990 Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 1, Juli
Annisa. 2007. 8 Cara Ramah Lingkungan 2004
Menurunkan Suhu Ruangan. Mukono, HJ. 2000. Prinsip dasar Kesehatan
http://www.ideaonline.co.id/article.php Lingkungan, Surabaya: Airlangga
?name=/8-cara-ramah-lingkungan- University Press, pp 155-157.
menurunkan-suhu-ruangan&channel= Napitupulu, MF. 1994. Pelaksanaan Program
nterior, diakses tgl. 18-08-2008. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Aditama,TY. 1992. Polusi Udara dan melalui Pendekatan Kelurahan
Kesehatan, Jakarta: Arcan. Noriko, N. 2003. Tinjauan Akhir Tempat
Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Pemusnahan Akhir Bantar Gebang
Lingkungan, Jakarta: Mutiara Sumber Bekasi, Program Pasca Sarjana S3,
Widya. Institut Pertanian Bogor.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan http://tumoutou.net/6_sem2_023/nitan
Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku oriko.htm. Diakses tgl. 08-02-2008.
Kedokteran. EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar
Ditjen PPM & PL., 2001. Parameter Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2,
Pencemar Udara dan Dampaknya Mei. Jakarta: Rineka Cipta.
Terhadap Kesehatan. Jakarta: Rudianto, H dan Azizah R. 2005. Studi
Departemen Kesehatan RI. Perbedaan Jarak Perumahan ke TPAS
Ditjen PPM dan PL. 2002. Pedoman Teknis Open Dumping Dengan Indikator
Penilaian Rumah sehat. Jakarta: Tingkat Kepadatan Lalat & Kejadian
Departemen Kesehatan R.I. Diare, Jurnal Kesehatan Lingkungan
Gunawan, R dan Haryanto, FX. 1982. UNAIR, Vol.1, No.2
Pedoman Perencanaan Rumah Sehat. Sanropie D. 1992. Pedoman Bidang Studi
Yogyakarta: Yayasan Sarana Cipta. Perencanaan Penyehatan Lingkungan
Keman, S. 2005. Kesehatan Perumahan. Pemukiman, Jakarta: Departemen
Jurnal Kualitas Udara. Surabaya. Kesehatan R.I.
Unair. http://www.journal. Sastrawijaya T. 1991. Pencemaran
unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04. Lingkungan, Jakarta: PT. Rineka
pdf. Diakses tgl. 25-02-2008. Cipta.
Kepmenkes RI No. Sihotang, J. 2003. Gas Metan di TPA Bukan
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Lagi Ancaman. Jakarta: Sinar Harapan
Persyaratan Kesehatan Perumahan., Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah
Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Pencemaran Udara. Jakarta: PT.
Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Grasindo.
Lingkungan., 2001. Planet Kita Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan
Kesehatan Kita, Yogyakarta: Gajah dan Kesehatan Kerja. Cetakan
Mada University Press, p. 279. Sembilan. Jakarta: CV. Haji
.Kusnoputranto, H dan Dewi S. 2000. Masagung.
Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Sukowati, A. 2006. Perubahan Lingkungan
Universitas Indonesia Fakultas Global, Penipisan Lapisan Ozon dan
Kesehatan Masyarakat. Gas Rumah Kaca.
Lily P, Septa R dan Happy RS. 1998. andria_sukowati@mail.bplhdjabar.go.i
Kualitas Udara Dalam Ruangan, ddiakses tgl. 10-08-2008
Jakarta: Dirjen. Pendidikan Tinggi Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan
Departemen Pendidikan dan dengan Menerapkan ISO 14001,
Kebudayaan RI. Jakarta: PT. Grasindo.
Mardiani, Erni, 2006. Hubungan Kualitas Suriawiria U. 1985. Pengantar Mikrobiologi
Udara Ambien & Vektor Terhadap Umum, Bandung: Penerbit Angkasa.
Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan Sutardi, T. 2008. Teknik Pengukuran Udara.
dan Saluran Pencernaan di Sekitar http://www.ccitonline.com/mekanika/ti
Tempat Pembuangan Akhir Sampah, ki--ndex.php?page=ctd. flomerics, diakses
Universitas Airlangga. tgl. 10-08-2008.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144) 143


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
US. EPA. 2001. An Introduction to Indoor WHO SEARO., 1986. Environmental Health
Air Quality (IAQ). Aspects of Industrial and Residential
http://www.epa.gov/iaq/ia-intro.html. Area. Regional Health Papers No. 11.
diaksestgl.23-08-2008 New Delhi: WHO Regional Office for
Yusup, N.A. 2005. Hubungan Sanitasi South East Asia.
Rumah Secara Fisik dengan Kejadian
ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan
Lingkungan UNAIR, Vol.1, No.2

144 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara (136–144)


Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S., dan Meirinda
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP


KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI
LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI,
KECAMATAN MEDAN MARELAN

Ernawaty Nasution1 dan Endang Restuina S. Meliala2

1
Pengajar Tetap pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU
2
Alumnus Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU

ABSTRACT
Fish is one of the main source of protein consumed by family fishermen in
Lingkungan IX. Lingkungan IX is one of the areas that almost all of its population
are fishermen. This study aims to know the type, amount, frequency and
contribution of fish protein needs of the fishermen in the family. This research is a
descriptive study with cross-sectional design. Research population is 335 families
with the number of samples of 78 people. Data were collected by using the 2x24
hours food recall and food frequency method. Results of research show that
mothers level of knowledge about nutrition in general are in the category moderate
(73.08%), type of fish that are most frequently consumed fish dencis (39.74%), the
average amount of fish consumption (319.04 grams), frequency of eating more
than 2 times a day (56.48%) and average contribution of the fish protein needs
(13.18%). Based on the results, it is suggested that the mothers who are
responsible for food preparation in the household can increase fish protein
consumption of family and improve public knowledge about nutrition, especially
the consumption of fish and its contribution to protein needs.

Keywords: Fish consumption, Contribution of fish protein, Fishermen family

PENDAHULUAN kg/orang/tahun, dan pada tahun 2003


mencapai 23 kg/orang/tahun, bandingkan
Indonesia merupakan negara maritim
dengan tingkat konsumsi ikan rata-rata per
yang terdiri dari 2/3 bagian air dan laut,
kapita per tahun di Hongkong, Singapura,
selebihnya daratan terdiri dari 13.000 pulau
Taiwan, Korea Selatan, Amerika Serikat dan
besar dan kecil merupakan negara yang kaya
Malaysia berturut-turut adalah 80, 70, 65, 60,
dan sangat melimpah, lautnya kaya raya akan
35, 30 kg. Konsumsi rata-rata ikan pada
sumber daya alam. Luas perairan laut
masyarakat Jepang lebih tinggi lagi, yaitu
Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2
110 kg/orang/tahun. Hingga tahun 2006,
dengan garis pantai terpanjang di dunia
tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia
sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau
baru mencapai 25,03 kg/tahun atau
sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang
meningkat sebesar 4,51% dari tahun 2005
diperkirakan terdapat sebanyak 6,26 juta ton
sebesar 23,95/kg/kapita/tahun (Hutagalung,
per tahun yang dikelola secara lestari dan 4,4
2007).
juta ton dapat ditangkap di perairan
Ikan merupakan salah satu bahan
Indonesia dan 1,86 juta ton diperoleh dari
makanan yang mengandung berbagai macam
perairan ZEEI (Departemen Kelautan dan
zat gizi. Sebagai bahan pangan, ikan
Perikanan).
merupakan sumber protein, lemak, vitamin
Tingkat konsumsi rata-rata penduduk
dan mineral yang sangat baik. Keunggulan
Indonesia pada tahun 1998 sebesar 17
utama protein ikan dibandingkan dengan

145
produk lainnya adalah kelengkapan usaha perbaikan gizi keluarga. Penelitian ini
komposisi asam amino dan kemudahannya juga berperan sebagai bahan informasi
untuk dicerna (Astawan, 2003). kepada masyarakattentang pentingnya
Ikan juga mengandung 18% protein, konsumsi protein ikan.
yang terdiri dari asam-asam amino esensial
yang tidak rusak pada waktu pemasakan. METODE PENELITIAN
Kandungan lemaknya 1-20% lemak yang
mudah dicerna serta langsung dapat Jenis dan Rancangan Penelitian
digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan Penelitian ini merupakan penelitian
lemaknya sebagian besar adalah asam lemak survei yang bersifat dekriptif dengan
tak jenuh yang dibutuhkan untuk menggunakan desain cross sectional
pertumbuhan dan dapat menurunkan terhadap keluarga nelayan di Lingkungan IX
kolesterol darah (Hutagalung, 2007). Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan
Secara keseluruhan protein, vitamin, Marelan yaitu hasil penelitian dapat
mineral dan asam lemak omega 3 yang menggambarkan konsumsi ikan dan
dikandung dalam ikan mempunyai peran kontribusinya terhadap kebutuhan protein
dalam kesehatan tubuh manusia baik di pada keluarga nelayan.
bagian otak, mata, jantung, paru-paru, otot,
pencernaan, kulit maupun persendian. Untuk Lokasi dan Waktu Penelitian
memperoleh efek omega 3, diperlukan Penelitian dilakukan di Lingkungan
asupan omega 3 dalam jumlah tertentu, IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
sebagian orang harus makan ikan setara 2-3 Medan Marelan pada bulan Desember 2008 -
kali dengan 100 gram per sekali makan Januari Tahun 2009. Lokasi ini dipilih karena
dalam sehari atau sekitar 6-9 gram minyak 85% penduduknya bekerja sebagai nelayan
ikan per hari (Astawan, 2003). (Profil Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Lingkungan IX merupakan salah satu Medan Marelan, 2008).
daerah nelayan yang berada di Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan,
Populasi dan Sampel
sebagian besar penduduknya (85%) bekerja
Populasi dalam penelitian ini adalah
sebagai nelayan. Jumlah keluarga pada
keluarga nelayan yang berjumlah 335 KK
lingkungan ini adalah 335 KK. Sebagai
yang berada di Lingkungan IX Kelurahan
daerah nelayan, ikan merupakan makanan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.
yang dapat dihasilkan sendiri. Namun, masih
Metode pengambilan sampel dilakukan
ada masyarakat yang lebih memilih menjual
secara acak sederhana. Jumlah sampel
ikan yang mereka tangkap dibandingkan
mengonsumsinya. Untuk itu peneliti ingin ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo,
mengetahui “Bagaimanakah konsumsi ikan 2002):
dan kontribusinya terhadap kebutuhan N 335
n= 2
=
protein pada keluarga nelayan di Lingkungan 1 + N (d ) 1 + 335(0,12 )
IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan ≈ 77,01 = 78 orang
Medan Marelan”. N = besar populasi; n = besar sampel; dan
d = tingkat penyimpangan yang bisa ditolerir
Tujuan Penelitian yaitu 10%.
Untuk mengetahui konsumsi ikan
dan kontribusinya terhadap kebutuhan Metode Pengumpulan Data
protein pada keluarga nelayan di Lingkungan Pengumpulan data dilakukan dengan
IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan menggunakan formulir food recall selama 2
Medan Marelan.
hari tidak berturut-turut dan juga dengan
formulir food frekuensi dan sebagai
Manfaat Penelitian
responden adalah ibu-ibu dari keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan
bergunan sebagai bahan masukan kepada nelayan di Lingkungan IX Kelurahan
penyusun program pangan dan gizi dalam Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
menyusun program yang berkaitan dengan

146 Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152)


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
Definisi Operasional - Kecukupan protein keluarga (ayah, ibu,
1. Jenis ikan adalah berbagai macam ikan dan anak), dihitung dengan
yang dikonsumsi oleh responden setiap menggunakan rumus (Hardinsyah dan
hari. Martianto, 1992):
2. Jumlah ikan adalah banyaknya ikan yang n
AKPK = ∑ AKPi
dikonsumsi oleh responden setiap hari. i =1
3. Frekuensi adalah berapa kali/berapa
sering responden mengonsumsi ikan Dimana AKPK = Angka Kecukupan
dalam sehari. Protein anggota keluarga ke-i
4. Kontribusi protein ikan adalah jumlah
protein yang diperoleh dari konsumsi Analisa Data
ikan. Data yang telah dikumpulkan,
disajikan dengan membuat tabel distribusi
Aspek Pengukuran frekuensi.
1. Pengetahuan responden tentang gizi
diolah dengan menjumlah skor dari HASIL PENELITIAN
setiap pertanyaan yang diberikan kepada
Gambaran Umum Daerah Penelitian
responden berdasarkan kuesioner yang
Demografi
disediakan.
Lingkungan IX mempunyai jumlah
Penilaian pengetahuan gizi dilakukan penduduk sebanyak 2640 jiwa, dengan
dengan skoring, skor terendah adalah 0 pembagian penduduk berdasarkan jenis
dan skor tertinggi adalah 60, dimana kelamin pada Tabel 1 sebagai berikut.
responden menjawab masing-masing
pertanyaan dengan kriteria skor yaitu: Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan
- Skor 3 untuk pilihan jawaban A Jenis Kelamin di Lingkungan IX
- Skor 2 untuk pilihan jawaban B Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
- Skor 1 untuk pilihan jawaban C Medan Marelan Tahun 2008
- Skor 0 untuk pilihan jawaban D No Jenis Kelamin n %
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh 1 Laki-Laki 1.297 49,13
maka dapat dikategorikan tingkat 2 Perempuan 1.343 50,87
pengetahuan responden dengan kriteria Jumlah 2.640 100,00
Sumber: Kantor Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
sebagai berikut: Medan Marelan Tahun 2008
- Baik : skor yang diperoleh ≥ 75%
dengan skor > 45 Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
- Sedang : skor yang diperoleh 40- jumlah penduduk yang terbanyak adalah
75% dengan skor 24-45 perempuan yaitu 1343 orang (50,87%).
- Kurang : skor yang diperoleh < 40%
dengan skor < 24 Pendidikan
2. Jenis ikan dilihat dari formulir frekuensi Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
yang dibagikan pada keluarga nelayan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SD
3. Jumlah konsumsi ikan ditentukan secara yaitu 1161 orang (43,98%), dan yang paling
deskriptif dari formulir food recall 2x24 sedikit adalah Akademi/Perguruan Tinggi
jam yaitu 79 orang (2,99%).
4. Frekuensi makan ikan dilihat dari rata-
rata (Khumaidi, 1994): Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan
- ≥ 2 kali sehari Tingkat Pendidikan di Lingkungan
- < 2 kali sehari IX Kelurahan Labuhan Deli Keca-
matan Medan Marelan Tahun 2008
5. Menghitung kontribusi protein ikan
No Pendidikan n %
dengan rumus (Baliwati, 2004):
Konsumsi protein ikan perhari
1 SD 1.161 43,98
x100% 2 SMP 852 32,27
Kecukupan protein perhari 3 SMA 548 20,76
- Konsumsi protein ikan keluarga dilihat 4 Akademi/Perguruan 79 2,99
dari formulir food recall yang Tinggi
dibagikan pada masing-masing Jumlah 2.640 100,00
anggota keluarga (ayah, ibu, dan anak) Sumber: Kantor Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2008

Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152) 147


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
Pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 70 orang
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa (89,74%) dan yang paling sedikit adalah
pekerjaan yang terbanyak adalah nelayan petani yaitu sebanyak 3 orang (3,85%).
yaitu 1686 orang (63,86%), dan yang paling
sedikit adalah karyawan swasta yaitu 27 Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
orang (1,02%). Pekerjaan di Lingkungan IX
Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Medan Marelan Tahun 2008
Pekerjaan di Lingkungan IX No Pekerjaan n %
Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan 1 Berdagang 5 6,41
Medan Marelan Tahun 2008 2 Petani 3 3,85
No Pekerjaan n % 3 Ibu Rumah Tangga 70 89,74
1 Karyawan Swasta 27 1,02 Jumlah 78 100,00
2 Pegawai Negeri 38 1,44
3 Supir 50 1,89 Pendidikan
4 Tukang Bangunan 54 2,05 Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa
5 Mocok-mocok 60 2,28 pendidikan responden yang terbanyak adalah
6 Pedagang 314 11,89 SD yaitu sebanyak 40 orang (51,28%) dan
7 Buruh 411 15,57
yang paling sedikit yaitu Akademi/Perguruan
8 Nelayan 1.686 63,86
tinggi yaitu sebanyak 2 orang (2,56%).
Jumlah 2.640 100,00
Sumber: Kantor Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2008 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan di Lingkungan IX
Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
Karakteristik Responden
Medan Marelan Tahun 2008
Umur
No Pendidikan n %
Responden dalam penelitian ini
1 SD 40 51,28
adalah ibu dari keluarga nelayan yang 2 SMP 28 35,90
terpilih sebagai sampel yang berada di 3 SMA 8 10,26
lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli 4 Akademi/Perguruan 2 2,56
Kecamatan Medan Marelan yaitu sebanyak Tinggi
78 orang. Jumlah 78 100,00

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Umur di Lingkungan IX Kelurahan Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa
Labuhan Deli Kecamatan Medan responden memiliki pengetahuan sedang
Marelan Tahun 2008 yaitu sebanyak 57 orang (73,08%).
No Umur (Tahun) n %
1 20-24 18 23,08 Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
2 25-29 22 28,21 Pengetahuan Gizi di Lingkungan IX
3 30-34 12 15,38 Kelurahan Labuhan Deli
4 35-39 8 10,26 Kecamatan Medan Marelan Tahun
5 40-44 5 6,41 2008
6 45-49 7 8,97
No Pengetahuan Gizi n %
7 50-54 6 7,69
1 Baik 18 23,08
Jumlah 78 100,00
2 Sedang 57 73,08
3 Kurang 3 3,84
Dari tabel di atas diketahui bahwa Jumlah 78 100,00
umur responden yang terbanyak adalah pada
kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak Konsumsi Protein Ikan Keluarga
22 orang (28,21%). Dan yang paling sedikit Nelayaan
adalah pada kelompok umur 40-44 tahun Jenis Ikan
yaitu sebanyak 5 orang (6,41%). Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa ikan yang sering dikonsumsi oleh
Pekerjaan keluarga nelayan adalah ikan dencis yaitu
Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 31 orang (39,74%) dan yang jarang
pekerjaan responden yang terbanyak adalah

148 Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152)


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
dikonsumsi oleh keluarga nelayan adalah PEMBAHASAN
ikan bawal yaitu sebanyak 2 orang (2,56%).
Pengetahuan Gizi
Tabel 8. Distribusi Jenis Ikan yang Secara umum pengetahuan Keluarga
Dikonsumsi Oleh Keluarga Nelayan Nelayan di Lingkungan IX Kelurahan
di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
Labuhan Deli Kecamatan Medan masih tergolong sedang, yaitu sebesar
Marelan Tahun 2008
73,08%. Berdasarkan wawancara diketahui
No Jenis Ikan n %
bahwa kebanyakan responden masih kurang
1 Ikan Bawal 2 2,56
mengerti tentang makanan bergizi, menu
2 Ikan Layang 11 14,10
3 Ikan Tongkol 12 15,38 seimbang dll. Selain itu juga, sebagian besar
4 Kembung 22 28,22 responden tidak tahu tentang manfaat
5 Dencis 31 39,74 konsumsi ikan setiap hari.
Jumlah 78 100,00 Dari pernyataan diatas, penulis
berasumsi bahwa salah satu penyebab
Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Keluarga pengetahuan responden masih dalam kategori
Nelayan sedang, dilatarbelakangi oleh tingkat
Berdasarkan perhitungan yang pendidikan responden yang umumnya
dilakukan untuk mengetahui jumlah ikan Sekolah Dasar (SD) dan minimnya
yang dikonsumsi oleh keluarga nelayan yang penambahan pengetahuan yang didapat
diperoleh dari formulir food recall 2x24 jam, melalui media cetak ataupun elektronik,
diketahui bahwa jumlah rata-rata konsumsi seperti buku dan televisi.
ikan keluarga nelayan adalah 319,04 gram. Menurut Sediaoetama (2003),
pengetahuan gizi merupakan hal yang
Frekuensi Makan Ikan Keluarga Nelayan penting dalam mengonsumsi makanan setiap
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa hari. Jika seseorang mempunyai tingkat
dari 78 orang responden, sebanyak 42 orang pengetahuan yang baik, tentu akan memiliki
(53,85%) yang frekuensi makan ikannya kemampuan untuk menerapkan
kurang dari 2 kali sehari dan 36 orang pengetahuannya dalam memilih ataupun
(46,15%) frekuensi makan ikan kurang dari 2 mengolah makanan yang baik sehingga
kali sehari. kecukupan gizi dapat terpenuhi. Pengetahuan
juga merupakan pemahaman seseorang akan
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Makan Ikan suatu hal yang didapat, baik secara formal
Keluarga Nelayan di Lingkungan maupun informal dan merupakan hal yang
IX Kelurahan Labuhan Deli sangat penting bagi terjadinya proses
Kecamatan Medan Marelan Tahun perilaku.
2008 Pengetahuan mempunyai pengaruh
No Frekuensi Ikan besar dalam pengolahan dan penyediaan
n % makanan, terutama dalam menyiapkan
1 ≥ 2 kali sehari 42 53,85 hidangan untuk keluarga. Karena itu sangat
2 < 2 kali sehari 36 46,15
tepat jika pengetahuan dapat ditambah
Jumlah 78 100,00
melalui media cetak ataupun elektronik yang
berguna untuk memperluas pengetahuan,
Kontribusi Ikan terhadap Kebutuhan khususnya pengetahuan tentang gizi.
Protein
Berdasarkan perhitungan yang Konsumsi Protein Ikan Keluarga Nelayan
dilakukan untuk mengetahui kontribusi ikan Berdasarkan hasil penelitian yang
terhadap kebutuhan protein pada keluarga dilakukan, jenis ikan yang paling sering
nelayan yang didapatkan dari formulir food dikonsumsi oleh keluarga nelayan adalah
recall 2x24 jam, maka diperoleh jumlah ikan dencis sebesar 39,74%. Jenis ikan
kontribusi ikan terhadap konsumsi kebutuhan dencis menjadi pilihan utama dalam
protein adalah sebesar 13,18%. mengonsumsi ikan, disebabkan karena ikan
dencis lebih sering dihasilkan dari hasil
melaut, terutama nelayan harian. Selain itu
juga disebabkan karena jenis ikan dencis

Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152) 149


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
yang lebih murah dijual dipasaran nelayan, karena ikan dapat diperoleh dengan
dibandingkan dengan jenis ikan lainnya mudah.
seperti ikan bawal. Dibandingkan produk hewani lain,
Keadaan gizi seseorang sangat erat seperti daging sapi dan ayam, ikanlah yang
kaitannya dengan tingkat konsumsi. Jika gizi memiliki paling banyak kelebihan. Selain
susunan hidangan memenuhi kebutuhan harganya yang paling murah, ikan yang
tubuh, baik dari segi kualitas maupun dijual di pasaran pun jenisnya beragam,
kuantitasnya, maka kondisi tubuh akan mulai dari ikan laut sampai ikan yang
menjadi sehat karena asupan gizi yang baik. dibudidayakan di air tawar, seperti ikan mas,
Kekurangan zat gizi yang dibutuhkan mujair, gurame dan lele.
tubuh dapat menimbulkan kerentanan Kelebihan lain, ikan sangat kaya
seseorang terhadap penyakit-penyakit. Ada akan nutrisi dan karena rendah kalori,
banyak hal yang merupakan penyebab sehingga ikan sangat dianjurkan bagi orang
terjadinya gangguan gizi, baik secara yang sedang mengurangi lemak hewani dan
langsung maupun tidak langsung, terutama sedang mengikuti diet penurunan berat
ketidaksesuaian jumlah zat gizi yang badan. Dan meski memiliki kandungan gizi
diperoleh dari makanan dengan kebutuhan dan protein relatif sama, daging ikan
tubuh (Sediaoetama, 1991). dianggap lebih baik dari daging sapi merah,
Ikan merupakan sumber protein karena ikan lebih banyak mengandung
hewani utama dalam menu di seluruh omega 3 dan omega 6.
Indonesia, terutama bagi penduduk yang Omega 3 dan Omega 6 termasuk
kurang mampu. Selain murah, dibandingkan dalam asam lemak tak jenuh jamak essensial
dengan daging, nilai gizi ikan hampir sama yang berguna untuk memperkuat daya tahan
dengan kebutuhan tubuh. Protein mempunyai otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak
fungsi yang unik bagi tubuh seperti jika diberikan sejak dini, melenturkan
menyediakan bahan-bahan yang penting pembuluh darah, hingga dapat menurunkan
peranannya untuk pertumbuhan dan kadar trigliserida dan mencegah
memelihara jaringan tubuh, bekerja sebagai penggumpalan darah. Omega 3 dan omega 6
pengatur kelangsungan proses dalam tubuh, ini berasal dari beragam jenis ikan terutama
memberikan tenaga jika keperluannya tidak yang berasal dari laut, seperti sardine, tuna,
dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. kembung, mackarel, salem dll (Sumedi,
Protein juga merupakan zat penting 2005).
bagi semua jaringan tubuh yang fungsi Ikan sebagai salah satu sumber
umumnya sebagai zat pembangun atau protein mempunyai banyak manfaat dalam
pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh. tubuh, lebih kurang 13% dari kalori yang
Sehingga apabila seseorang kekurangan dibutuhkan oleh tubuh berasal dari protein.
protein akan mengakibatkan proses Beberapa jenis ikan laut yang sering
metabolisme tubuh tidak normal dihasilkan dari melaut yaitu jenis ikan bawal,
(Sediaoetama,1991). dencis, kembung, tongkol, layang dll. Jenis
Seperti yang dikemukakan oleh ikan ini banyak mengandung protein yang
Karyadi (1991), bahwa ikan sebagai salah berguna bagi tubuh.
satu sumber daya gizi hasil laut mempunyai Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
protein cukup tinggi dan mutu cerna susunan diketahui bahwa jenis ikan yang umumnya
asam amino essensialnya cukup baik yang dikonsumsi oleh keluarga nelayan adalah
diperlukan untuk pertumbuhan dan ikan dencis, dimana dari 78 orang responden,
kecerdasan anak, mengandung vitamin A dan sebanyak 31 orang (39,74%) mengonsumsi
D, juga asam lemak tak jenuh omega 3, jenis ikan dencis. Hal ini disebabkan karena
selain itu ikan juga mudah dicerna sehingga ikan dencis lebih sering dihasilkan dari hasil
sangat baik untuk dikonsumsi oleh manusia. melaut, terutama nelayan harian dan harga
Lingkungan IX Kelurahan Labuhan ikan dencis yang lebih murah, dibandingkan
Deli Kecamatan Medan Marelan merupakan dengan jenis ikan lainnya seperti bawal.
salah satu daerah nelayan, umumnya Namun, walaupun jenis ikan yang
keluarga nelayan di desa tersebut paling paling sering dikonsumsi oleh keluarga
banyak mengonsumsi ikan yang berasal dari nelayan adalah jenis ikan laut, tetapi jenis
laut yang merupakan hasil tangkapan dari

150 Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152)


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
ikan tawar juga sering dikonsumsi keluarga yang berasal dari ikan pada keluarga nelayan
ketika ikan laut tidak tersedia di rumah. sebesar 13,18%.
Berdasarkan pengolahan data yang Angka yang diperoleh menunjukkan
dilakukan, diketahui rata-rata jumlah ikan bahwa kontribusi protein ikan dalam
yang dikonsumsi keluarga nelayan adalah memenuhi kebutuhan protein ikan sudah
sebesar 319,04 gram.Seperti kita ketahui dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan
bahwa ikan sangat baik untuk dikonsumsi karena ibu sebagai pengolah makanan dalam
karena kandungan proteinnya yang tinggi rumah tangga juga menyediakan ikan tawar
dan berguna untuk kesehatan tubuh terutama bila persediaan ikan laut tidak tersedia di
bagi anak-anak yang masih dalam tahap rumah/tidak melaut.
pertumbuhan karena akan sangat besar Tidak hanya jenis ikan laut yang
pengaruhnya bagi kecerdasan otak dan anak tinggi akan kandungan protein hewani,
akan menjadi pintar, selain itu mengonsumsi namun ikan tawar juga tidak kalah tinggi
ikan juga tidak kalah penting bagi ibu yang akan kandungan protein hewani. Karena itu
sedang hamil, karena mengonsumsi ikan dianjurkan mengonsumsi ikan tidak hanya
sangat besar manfaatnya bagi janin yang dari jenis ikan laut, namun juga jenis ikan
dikandung karena anak yang akan dilahirkan tawar, seperti ikan lele, mas dll.
kelak dapat menjadi orang yang cerdas. Oleh karena itu sangat dianjurkan
Karena itu sebaiknya perbanyaklah untuk meningkatkan frekuensi dalam makan
makan ikan, karena selain kandungan ikan. Begitu juga jumlah makan ikan juga
proteinnya yang baik, kandungan zat gizi perlu ditingkatkan, karena bila jumlah ikan
lainnya seperti vitamin, mineral dan asam memenuhi kecukupan yang dianjurkan maka
lemak yang dikandung dalam ikan kontribusi protein ikan dapat terpenuhi.
mempunyai peran bagi manusia di bagian Selalu tersedianya ikan setiap kali makan
otak, mata, jantung, paru-paru, otot, dalam keluarga, baik pada pagi, siang atau
pencernaan, kulit maupun persendian malam hari akan dapat memberikan
(Budiarso, 1998) kontribusi protein dari ikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diketahui sebesar 53,85% yang KESIMPULAN DAN SARAN
konsumsi ikannya kurang dari 2 kali sehari.
Namun frekuensi mengonsumsi ikan masih Kesimpulan
termasuk rendah karena jumlah responden 1. Jenis ikan yang umumnya dikonsumsi
yang konsumsi ikannya kurang dari 2 kali oleh keluarga nelayan adalah ikan
dalam sehari masih cukup tinggi yaitu dencis yaitu sebesar 39,74%
sebesar 46,15%. 2. Jumlah rata-rata konsumsi ikan pada
Hal ini terjadi karena orang tua (ibu) keluarga nelayan sebesar 319,04
sebagai pengolah makanan dalam rumah gram/hari
tangga tidak selalu menyediakan ikan 3. Frekuensi makan ikan pada keluarga
sebagai santapan pada waktu makan nelayan dengan frekuensi lebih dari 2
sehingga konsumsi ikan dalam sehari kali sehari yaitu 53,85% sedangkan
menjadi berkurang frekuensinya. frekuensi makan ikan kurang dari 2 kali
Hal ini disebabkan karena konsumsi sehari yaitu sebesar 46,15%
ikan tergantung pada hasil tangkapan dari 4. Kontribusi protein ikan terhadap
nelayan. Selain nelayan harian, ada juga jenis kebutuhan protein pada keluarga
nelayan mingguan, sehingga kadang-kadang nelayan adalah sebesar 13,18%
ikan tidak selalu dikonsumsi dan sebagai
pengganti ikan, yang sering dikonsumsi Saran
adalah telur dan udang. 1. Ibu sebagai pengolah bahan makanan
dalam rumah tangga agar lebih
Kontribusi Protein Ikan terhadap meningkatkan konsumsi protein ikan
Kebutuhan Protein dengan memanfaatkan sumber protein
Berdasarkan hasil perhitungan yang ikan yang ada dari hasil tangkapan
dilakukan dari formulir food recall 2x24 jam, nelayan
diketahui bahwa rata-rata kontribusi protein 2. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang gizi khususnya

Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152) 151


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
konsumsi ikan dan kontribusinya Kuntaraf, 2001. Makanan Sehat, Indonesia
terhadap kebutuhan protein, diharapkan Publishing House, Bandung.
kepada petugas kesehatan setempat agar Marsetyo dan Kartasapoetra, 2003. Ilmu Gizi
memberikan penyuluhan Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Produktivitas Kerja, Penerbit Rineka
DAFTAR PUSTAKA Cipta, Jakarta.
Notoadmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan
Agus G.T.K, 2002. Budi daya Gurami, Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,
Penerbit PT Agro Media Pustaka, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Tangerang. --------------------, 2002. Metodologi
Almatsier S, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Penelitian Kesehatan Edisi Revisi,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Anonim, 2009. Kebutuhan Protein, Nurwantoro, 1994. Mikrobiologi Pangan
http://www.gizi.net, diakses tanggal 12 Hewan Nabati, Penerbit Kanisius,
Maret 2009 Yogyakarta.
Astawan M, 2004. Manfaat Ikan Bagi Pandit S, 2008. Optimalkan Distribusi Hasil
Jantung Dan Wajah, Perikanan, http://www.balipost.co.id,
http://www.dkp.go.id, diakses tanggal diakses tanggal 02 Oktober 2008.
04 September 2008. Pratomo, H, 1986. Pedoman Pembuatan
Baliwati Y.F,2004. Pengantar Pangan dan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan
Gizi, Penerbit Swadaya, Jakarta. Masyarakat. Depdikbud R.I., Jakarta.
Budiarso, 1998, Rakus Ikan Menyehatkan, Profil Kelurahan Labuhan Deli, 2008. Data
http://www.gizi.net, diakses tanggal 05 Dasar Profil Kelurahan Labuhan Deli,
September 2008. SUMUT.
Departemen Kesehatan RI, 1998. Widya Saniaf E, 2007. Konsumsi Ikan Baik Buat
Karya Pangan dan Gizi, Jakarta. Jantung, http:www.jantungku, com,
Hadie W dan Supriatna J, 1996. Teknik Budi diakses tanggal 12 Februari 2009.
Daya Bandeng, Penerbit Bhratara Santoso dan Ranti A.L, 2004. Kesehatan Dan
Karya Aksara, Jakarta. Gizi, Rineka Cipta, Jakarta.
Hardinsyah dan Martianto D, 1992. Gizi Sediaoetama, A.D., 2003, Ilmu Gizi Untuk
Terapan, PAU Pangan dan Gizi IPB, Mahasiswa Dan Profesi Di Indonesia
Bogor. Jilid I, II, III, Penerbit Dian Rakyat,
Harli M, 2004. Makan Ikan Mencegah Jakarta.
Kanker, http://www.indomedia.com, Siswono, 2003. Ikan Air Tawar Kaya Protein
diakses tanggal 03 Oktober 2008. dan Vitamin, http://www.gizi.net,
Hutagalung S, 2007. Ajak Semua Pihak diakses tanggal 02 April 2008.
Tingkatkan Konsumsi Ikan Nasional, Suhartini dan Hidayat, 2005. Olahan Ikan
http://www.balita-anda.com/balita- Segar, Penerbit Trubus Agri Sarana,
228-manfaat-ikan-untuk- Surabaya.
kesehatan.html, diakses tanggal 05 Sumedi, 2005. Hasil Melimpah, Konsumsi
Oktober 2008. Ikan Rendah, http://www.kompas.com,
Irianto K, 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat, diakses tanggal 05 Mei 2008.
CV Yrama Widya. Supariasa IDN, 2001. Penilaian Status Gizi,
Karyadi, 1991. Kecukupan Gizi Yang Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Dianjurkan, Jakarta. PT Gramedia. Jakarta
Khumaidi, M, 1994. Gizi Masyarakat,
Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta.

152 Konsumsi Ikan dan Kontribusinya (145–152)


Ernawaty Nasution dan Endang Restuina S. Meliala
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

STRATEGI COPING KELUARGA YANG TERKENA MUSIBAH


GEMPA DAN TSUNAMI PASCA ENAM BULAN DAN SATU
TAHUN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Siti Maryam

Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Malikulsaleh, Lhoksemawe, NAD

ABSTRACT
The aimed of this research to analyze the effect of stress level and coping resorces
on family’s coping strategy post disaster after six months and one year in
Nanggroe Aceh Darussalam Province. The design of this research was cross-
sectional study and retrospective studies. Data included the condition of family
faced after six months and a year after earthquake and tsunami disaster except for
coping resourses was without six months data. Sampling method used random
sampling with 138 samples. Statistic analysis used basic statistic, Spearman and
multiple regression analyisis. There was a significant correlation between family
size both with emotion and problem focused of coping. The personality had
significant correlation with problem focused of coping, as well as social support
had significant correlation with emotion focused of coping. Physic and mental had
significant correlation with emotion focused of coping. Family size, personality,
physic and cognitive level of stress had significant correlation with probelm
focused of coping. Head of family and wife ages, social support, mental and
behaviour level of stress influences emotion focused of coping significantly.

Keywords: Coping strategy, Family, Stress level, Earthquake, Tsunami disaster

PENDAHULUAN tsunami mencapai 236.116 ribu jiwa, jumlah


pengungsi 514.150 jiwa, jumlah anak yatim
Bencana gempa dan tsunami yang 1.086 jiwa, persentase penduduk yang
terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada kehilangan mata pencaharian mencapai
26 Desember 2004 telah menimbulkan 44,1%, tingkat kerusakan pada berbagai
banyak sekali korban jiwa, luka-luka dan aspek, seperti ekonomi, sosial (perumahan =
hilang serta menyebabkan hancurnya harta 34.000 unit, pendidikan = 105 unit,
benda dan rusaknya infrastruktur. kesehatan, agama) sebesar $1,657 juta,
Berdasarkan catatan Kompas tentang Gempa infrastruktur (transportasi, komunikasi,
dan Tsunami (2005), jumlah korban yang energi, air dan sanitasi, saluran irigasi) $877
meninggal dan hilang akibat gempa dan juta, produktif (pertanian, perikanan, industri
tsunami mencapai 236.116 ribu jiwa yang dan pertambangan) $1,182 juta, lintas
tersebar diseluruh Nanggroe Aceh sektoral (lingkungan, pemerintahan, bank
Darussalam, 18.761 km jalan dan 499 buah dan keuangan) sebesar $652 juta, dan lain
jembatan yang putus yang mengakibatkan sebagainya. Jumlah perkiraan kerugian
transportasi dari satu Kabupaten ke berbagai sektor diperkirakan sebesar Rp 43,5
Kabupaten lainnya terhambat dan 1.644 buah trilyun atau US$ 4,57 milyar.
kantor pemerintah rusak dan hancur, Banyaknya permasalahan yang
sehingga pelayanan publik banyak yang dihadapi keluarga yang melebihi kemampuan
terganggu. sumberdaya yang dimiliki, memaksa
Berdasarkan laporan Satkorlak keluarga harus melakukan berbagai strategi
(2005), jumlah korban pasca gempa dan coping agar masalah yang dihadapi dapat

153
diselesaikan. Apabila keluarga tidak satu tahun setelah terjadinya gempa dan
melakukan coping akan membuat keluarga tsunami mencakup data tingkat stress dan
menjadi kebingungan dan stress. Stress yang strategi coping yang diambil secara
dialami keluarga akan menimbulkan berbagai retrospektif. Pengumpulan data dilakukan
dampak terhadap kehidupan keluarga, baik dengan menggunakan kuesioner. Penelitian
secara fisik dan non fisik. ini dilaksanakan mulai bulan Mei hingga
Untuk mengatasi stress yang dialami September 2006. Penelitian dilakukan di
keluarga pasca gempa dan tsunami, setiap Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan
keluarga dituntut untuk lebih konsentrasi Meuraxa (kecamatan yang mengalami
dalam menyelesaikan berbagia masalah. musibah gempa dan tsunami terparah pada
Untuk itu, keluarga perlu mengembangkan tanggal 26 Desember 2004).
strategi adaptasi yang memadai yang disebut
strategi coping. Berdasarkan permasalahan di Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
atas, yang menjadi pertanyaan dalam Populasi sampel dalam penelitian ini
penelitian ini adalah: (1) Masalah-masalah adalah keluarga yang wilayahnya terkena
apa saja yang dihadapi keluarga pasca enam masalah gempa dan tsunami yang berada
bulan dan satu tahun gempa dan tsunami?; pada dua kecamatan yang telah disebutkan di
(2) Bagaimana tingkat stress yang dialami atas. Penentuan sampel yang digunakan
keluarga pasca enam bulan dan satu tahun dalam penelitian ini adalah penarikan sampel
gempa dan tsunami?; (3) Sumber coping secara acak (random sampling). Jumlah
(fisik dan non fisik) apa saja yang dimiliki sampel yang diambil adalah 138 keluarga.
oleh keluarga?; (4) Bagaimana strategi
coping keluarga pasca enam bulan dan satu Jenis dan Cara Pengambilan Data
tahun gempa dan tsunami?; dan (5) Data yang diambil meliputi: (1)
Bagaimana hubungan antara tingkat stress Masalah-masalah yang dihadapi keluarga
dan sumber coping dengan strategi coping pasca gempa dan tsunami; (2) Tingkat stress
pasca enam bulan dan satu tahun gempa dan keluarga; (3) Sumber coping kleluarga yang
tsunami? mencakup fisik (kesehatan, pendapatan),
pekerjaan (utama dan sampingan) dan non
Tujuan Penelitian fisik (umur KK/Istri, pendidikan formal
1. Mengetahui masalah-masalah yang KK/Istri, kepribadian, konsep diri dan
dihadapi keluarga pasca enam bulan dan dukungan sosial); (4) Strategi coping (coping
satu tahun gempa tsunami berpusat pada masalah dan coping berpusat
2. Mengetahui tingkat stress yang dialami pada emosi). Data dikumpulkan dengan
keluarga pasca enam bulan dan satu tahun metode wawancara
gempa dan tsunami
3. Mengetahui strategi coping keluarga Pengolahan dan Analisis Data
pasca enam bulan dan satu tahun gempa Pengolahan data dilakukan dengan
dan tsunami menggunakan komputer program SPSS 10.1.
4. Mengetahui hubungan antara tingkat Analisis data yang digunakan untuk
stress, sumber coping dan strategi coping menjawab masing-masing tujuan adalah
keluarga pasca enam bulan dan satu tahun analisis statistik dasar (elementary statistic
gempa dan tsunami analysis), analisis korelasi Spearman dan
5. Mengetahui pengaruh tingkat stress dan analisis regresi linier berganda.
sumber coping terhadap strategi coping
keluarga pasca enam bulan dan satu tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
gempa dan tsunami.
Karakteristik Keluarga
METODE PENELITIAN Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan kepala keluarga
Disain, Waktu, dan Tempat dan istri sebagian besar mencapai
Disain penelitian ini adalah SLTA/sederajat. Namun jika dibandingkan
kombinasi cross-sectional study dan antara KK dan istri, tingkat pendidikan KK
retrospektif. Data yang dikumpulkan adalah lebih tinggi dibandingkan istri. Lama
kondisi yang dialami keluarga 6 bulan dan

154 Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162)


Siti Maryam
pendidikan KK maupun istri telah memenuhi penelitian masih berada di atas ambang
tuntutan kemiskinan.

Pekerjaan Morbiditas
Pasca gempa dan tsunami banyak Skor morbiditas merupakan indikator
orang yang kehilangan pekerjaannya, namun tingkat kesehatan yang digunakan dalam
satu tahun setelah bencana sebagian besar penelitian ini. Semakin tinggi skor yang
diantaranya telah kembali bekerja. Bagian diperoleh berarti semakin rendah tingkat
terbesar dari kepala keluarga bekerja sebagai kesehatan sampel. Hasil penelitian
buruh, sedangkan istri lebih dari dari menunjukkan bahwa sebagian besar sampel
setengahnya tidak bekerja atau hanya pada enam bulan pasca gempa dan tsunami
menjadi ibu rumah tangga, dengan rata-rata tergolong dalam kategori tingkat morbiditas
lama bekerja dalam sebulan adalah 28 hari. yang rendah (Gambar 1).
Namun demikian, masih ada sekitar 15 Tinggi (Skor 72.7 -
persen KK yang tidak bekerja dan hanya Sedang (Skor 36.3
109.0)
3%
mengandalkan dari bantuan yang diterima di - 72.7)
12%
tempat pengungsian.

Pendapatan dan Pengeluaran


Rata-rata pendapatan keluarga
sampel tidak berbeda jauh dengan
pengeluaran yakni Rp 600.000. Namun Rendah (Skor 0-
persentase terbesar pendapatan berada pada 36.3)
85%
kisaran Rp 250.000 hingga Rp 500.000 per
kapita per bulan.
Rata-rata pengeluaran keluarga
sampel adalah sekitar Rp 600.000, dengan Gambar 1. Sebaran Sampel Berdasarkan
Kategori Morbiditas Selama 6
kisaran tertinggi berada pada Rp 100.000
Bulan Terakhir Pasca Gempa dan
hingga Rp 250.000 per kapita per bulan. Tsunami
Pengeluaran rumahtangga merupakan salah
satu indikator yang dapat memberikan Kepribadian
gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Sebagian besar sampel masuk dalam
Jika dibandingkan dengan batas kemiskinan kategori kepribadian ekstrovet yang ditandai
Provinsi NAD pada tahun 1999 (BPS, 2002) dengan optimisme, tidak mudah menyerah
yakni sebesar Rp 83.683 untuk wilayah dan dapat kontrol emosi yang baik (Gambar
perkotaan, maka rata-rata pengeluaran 2). Orang yang ekstrovet melihat kenyataan
sampel dalam penelitian ini masih relatif di dan keharusan, tidak lekas merasakan
atas ambang kemiskinan. Bahkan bila kritikan, ekspresi emosinya spontan, tidak
dibandingkan dengan garis batas kemiskinan begitu merasakan kegagalan, tidak banyak
Indonesia pada tahun 2002 yakni sebesar Rp mengadakan analisis dan kritik diri sendiri.
130.499 maka pengeluaran rata-rata sampel Sisanya tergolong pribadi yang introvet.

N e ga t i
f Ti da k
I nt r ov e t 17 % M e m ot i v
38%
a si
20%

E k s t r ov e t
62%
M e mot i v
P o si t i f
a si
83%
80%

Kepribadian Konsep Diri Dukungan Sosial


Gambar 2. Sebaran Sampel Berdasarkan Kategori Skor Kepribadian, Konsep Diri dan Dukungan
Sosial

Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162) 155


Siti Maryam
Tabel 1. Sebaran Sampel Berdasarkan Masalah-Masalah yang Dihadapi Keluarga Pasca Enam
Bulan dan Satu Tahun Gempa dan Tsunami
Pasca 6 Pasca 1
Masalah-masalah pasca gempa dan tsunami bulan tahun
n % n %
Pangan
1. Keluarga makan 3 kali sehari dengan menu empat sehat setiap hari 60 43.5 101 73.2
2. Dalam menu setiap saat terdapat pangan yang berasal dari hewani 25 18.1 66 47.8
3. Setiap hari menu makan berubah 50 36.2 126 91.3
Kesehatan
1. Jika anggota keluarga yang sakit selalu dibawa berobat ke
dokter/puskesmas 90 65.2 126 91.3
2. Memiliki kesulitan dalam membayar obat-obatan 20 14.5 66 47.8
Pendidikan
1. Anak tetap sekolah pasca gempa dan Tsunami 10 7.2 82 59.4
2. Disamping pendidikan formal anak juga menggikuti pendidikan
non formal 2 1.4 49 35.5
3. Mampu menyediakan semua fasilitas untuk keperluan sekolah
anak 12 8.7 71 51.4
Perumahan/Tempat Tinggal
1. Ada rumah untuk tempat berlindung keluarga yang memadai 7 5.1 90 65.2
2. Rumah dilengkapi dengan pasilitas MCK (mandi, cuci dan kakus) 11 8.0 97 70.3
3. Ada ruangan yang cukup untuk sekeluarga 27 19.6 91 65.9
4. Rumah memiliki cukup penerangan 35 25.4 103 74.6
Pakaian
1. Anggota keluarga memiliki pakaian yang memadai (pakaian di
rumah dan pakaian untuk bepergian) 41 29.7 115 83.3
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk kegiatan
yang berbeda 40 29.0 116 84.1
Pekerjaan/Pendapatan
1. Tetap bekerja pasca gempa dan tsunami 30 21.7 117 84.8
2. Penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari hari 25 18.1 104 75.4

Konsep Diri putus asa. Pengungsi, baik orang perorangan,


Konsep diri sebagian besar sampel keluarga atau kelompok banyak yang
termasuk dalam kategori positif (Gambar 2). menunjukkan gejala-gejala ketidaknormalan
Artinya menurut pandangan sampel, seperti yang telah dijelaskan. Misalnya pada
sebagian besar mereka telah menjadi seorang peristiwa gempa bumi dan gelombang
yang baik ketika menjadi orang tua, tsunami banyak isteri-isteri kehilangan anak
pasangan, teman, tetangga maupun dalam dan suaminya, suami-suami yang kehilangan
menjalankan agamanya. Konsep diri tersebut isteri dan anaknya, atau anak kehilangan
dipelajari melalui kontak sosial dan orangtuanya. Kehilangan ini mengakibatkan
pengalaman berhubungan dengan orang lain. korban mengalami grieving, dimana korban
mengalami penderitaan internal yang akut.
Masalah-Masalah yang Dihadapi Keluarga Pengalaman tersebut banyak yang
Pasca Gempa Tsunami mengakibatkan trauma, atau sering disebut
Berbagai masalah dihadapi keluarga- dengan post traumatic stress disorder
keluarga korban bencana gempa dan tsunami (PTSD).
di Propinsi NAD 6 bulan dan satu tahun Pengukuran tingkat stress dapat
setelah bencana (Tabel 1). dilakukan dengan menggunakan skala
Holmes dan Rahe. Terdapat 10 item
Tingkat Stress (Skala Holmes dan Rahe) pertanyaan yang digali dari sampel. Pada
Permasalahan yang berkepanjangan Tabel 2 terlihat bahwa secara umum
dapat mengakibatkan stres atau distres, yang kehilangan anggota keluarga, teman dekat
akhirnya membuat orang yang dan aset adalah yang paling banyak memicu
mengalaminya menjadi frustasi dan bahkan stres.

156 Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162)


Siti Maryam
Tabel 2. Sebaran Sampel Berdasarkan Penyebab Stres Keluarga Pasca Enam Bulan dan Satu
Tahun Gempa dan Tsunami dengan Menggunakan Skala Holmes dan Rahe
Pasca 6 bulan Pasca 1 tahun
Penyebab Stress
n % n %
1. Kematian pasangan 60 43.5 60 43.5
2. Kehilangan anggota keluarga seluruhnya 8 5.8 10 7.2
3. Kehilangan aset seluruhnya 125 90.6 118 85.5
4. Kehilangan sebagian asset 13 9.4 18 71.0
5. Kematian anggota keluarga dekat 133 96.4 121 87.7
6. Cedera serius atau penyakit 72 52.2 38 27.5
7. Kematian teman dekat 135 97.8 100 72.5
8. Kehilangan pekerjaan 102 73.9 72 52.2
9. Pinjaman keuangan 20 14.5 44 31.9
10. Pindah tempat tinggal 87 63.0 71 51.4

Menurut Goldsmith (1996) situasi- Strategi Coping Keluarga


situasi atau peristiwa-peristiwa yang Perilaku coping adalah upaya-upaya
menyebabkan stress disebut stressors. yang dilakukan oleh keluarga (suami atau
McCubbin dan Thompson (1987) istri) dalam menghadapi masalah pasca
mendefinisikan stressor sebagai suatu gempa dan tsunami. Dalam keluarga
peristiwa kehidupan atau transisi, misalnya memiliki strategi coping masing-masing.
kematian, yang memberikan dampak bagi Masalahnya strategi coping tersebut ada yang
atau dalam unit keluarga, yang menghasilkan berfungsi efektif dan ada yang berfungsi tidak
atau potensial menghasilkan perubahan efektif. Persepsi keluarga terhadap masalah
dalam sistem sosial keluarga. Perubahan- dapat berpengaruh terhadap kemampuannya
perubahan ini terjadi dalam berbagai bidang untuk memecahkan masalah tersebut. Jika
kehidupan keluarga, seperti status kesehatan, sebuah masalah dipandang berat dan sulit
pembatasan-pembatasan, tujuan-tujuan, pola- untuk dapat diatasi maka keluarga tersebut
pola interaksi, atau nilai-nilai. Bencana akan benar-benar sulit untuk memecahkan
seperti tsunami di Aceh merupakan dan sebaliknya (McCubbin, 1975). Berikut
peristiwa-peristiwa yang memiliki tingkat akan dibahas strategi coping berdasarkan 2
ancaman yang sangat tinggi terhadap pengelompokan yakni berfokus pada masalah
kehidupan manumur di sekitarnya. Oleh dan emosi.
karena itu peristiwa-peristiwa tersebut
merupakan stressor yang sangat berat. Pada Berfokus pada Masalah
enam bulan pertama, sebagian besar sampel Coping yang berpusat pada masalah
termasuk kategori stress tinggi, sementara (Problem Focused Form of Coping
pasca satu tahun bencana proporsi tertinggi mekanism/direct action) diarahkan untuk
masuk dalam kategori sedang. mengurangi tuntutan-tuntutan situasi yang
menimbulkan stress atau mengembangkan
80
72.5
sumberdaya untuk mengatasinya. Perilaku
70
58 coping yang berpusat pada masalah cendrung
60

50
dilakukan jika individu merasa bahwa sesuatu
40 3 1. 9
yang konstruktif dapat dilakukan terhadap
30
18 . 8
23.2 situasi tersebut atau ia yakin bahwa
20 13 . 8
sumberdaya yang dimiliki dapat mengubah
10
situasi, sampel penelitian yang dilakukan oleh
Ninno et al. (1998), yakni strategi coping
0
R e n d a h ( sk o r 0 - 19 5 ) S e d a n g ( sk o r 19 6 - 3 9 1) T i n g g i ( sk o r 3 9 2 - 5 8 6 )

P a sc a 6 b u l a n P a sc a 1 t a h u n
yang digunakan rumahtangga dalam
mengatasi masalah kekurangan pangan akibat
Gambar 3. Sebaran Sampel Berdasarkan
banjir besar di Bangladesh adalah strategi
Kategori Penyebab Stres yang
Dihadapi Keluarga Pasca Enam coping berpusat pada masalah yaitu: (1)
Bulan dan Satu Tahun Gempa melakukan pinjaman/berhutang pada bank;
dan Tsunami dengan (2) membeli makanan dengan kredit; (3)
Menggunakan Skala Holmes dan mengubah prilaku makan; dan (4) menjual
Rahe aset yang masih dimiliki.

Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162) 157


Siti Maryam
strategi coping yang digunakan rumahtangga
70
62.3
dalam mengatasi masalah pangan akibat
banjir besar di Bangladesh strategi coping
55.8
60

50 44.2
berpusat pada emosi adalah pasrah menerima
40
apa adanya, disamping berdo’a dan
3 1. 2
mengharapkan bantuan, simpati dan belas
30
kasihan dari masyarakat dan pemerintah.
20

6.5 8 1.9
10
0.0
90

0 80
R e n d a h ( sk o r 0 - 16 ) S e d a n g ( sk o r 17 - 3 2 ) B a i k ( sk o r 3 3 - 4 8 )
70

P a sc a 6 b u l a n P a sc a 1 t a hu n 60 52 .2

50 4 3 .5

Gambar 4. Sebaran Sampel Berdasarkan 40

Kategori Skor Coping Berfokus 30


18 .1
pada Masalah Keluarga Pasca 20

Enam Bulan dan satu Tahun 10 4 .3


0 .0
Gempa dan Tsunami 0
R end ah ( sko r 0 - 2 0 ) Sed ang ( sko r 2 1- 4 0 ) B aik ( sko r 4 1- 6 0 )

Berfokus pada Emosi Pasca 6 b ulan Pasca 1 t ahun

Coping yang berpusat pada emosi Gambar 5. Sebaran Sampel Berdasarkan


(Emotion Focused of Coping Palliatif Form). Kategori Skor Coping Berfokus
Perilaku coping ini merupakan suatu usaha pada Emosi Keluarga Pasca
yang diarahkan untuk mengatasi, mengurangi Enam Bulan dan Satu Tahun
atau menghilangkan ketegangan emosional Gempa dan Tsunami
yang timbul dari situatu stress atau bertahan
terhadap tekanan emosi negatif yang Hubungan antara Tingkat Stress dan
dirasakan akibat masalah yang dihadapi. Sumber Coping dengan Strategi Coping
Coping ini adalah upaya individu dalam Keluarga Pasca Gempa dan Tsunami
mencari dan memperoleh rasa aman dan Hasil analisis korelasi Spearman
nyaman serta memperingan tekanan yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata
dirasa, bukan untuk memecahkan masalah antara jumlah anggota keluarga baik dengan
yang sesungguhnya. strategi coping berfokus pada masalah
Perilaku coping yang berpusat pada maupun pada emosi (Tabel 3). Demikian
emosi cenderung dilakukan bila individu pula dengan kepribadian yang berhubungan
merasa tidak dapat mengubah situasi yang nyata dengan strategi coping berfokus pada
menekan dan hanya dapat menerima situasi masalah, serta dukungan sosial yang
tersebut karena sumberdaya yang dimiliki berhubungan nyata dengan strategi coping
tidak mampu menghadapi tuntutan akibat berfokus pada emosi.
stress, sampel masih dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ninno et al. (1998), dimana

Tabel 3. Hubungan antara Sumber Coping Dengan Strategi Coping Keluarga Pasca Enam Bulan
dan Satu Tahun Gempa dan Tsunami
Coping Berfokus pada Masalah Coping Berfokus pada Emosi
Peubah
Rs Sig rs Sig
Pendapatan 0.086 0.317 -0.039 0.649
Jumlah anggota keluarga -.190(**) 0.026 -.249(***) 0.003
Umur KK 0.117 0.197 0.073 0.425
Umur istri 0.024 0.793 0.072 0.438
Pendidikan KK -0.043 0.634 0.059 0.518
Pendidikan istri -0.009 0.921 0.034 0.717
Kepribadian 0.158(*) 0.064 -0.138 0.106
Konsep Diri 0.020 0.818 -0.050 0.560
Dukungan Sosial 0.036 0.671 0.160(*) 0.060
Morbiditas 0.002 0.979 0.018 0.832
rs = koefisien korelasi; * nyata pada p< 0.1; ** nyata pada p< 0.05; *** nyata pada p< 0.01

158 Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162)


Siti Maryam
Tabel 4. Hubungan antara Tingkat Stress Dengan Strategi Coping Keluarga Pasca Enam Bulan dan
Satu Tahun Gempa dan Tsunami
Coping Berfokus pada Masalah Coping Berfokus pada Emosi
Peubah
rs Sig Rs Sig
Tingkat stress (Family Live Inventory) 0.026 0.763 0.165(*) 0.053
Tingkat stres fisik 0.073 0.396 .171(**) 0.045
Tingkat stres psikis 0.039 0.649 .193(**) 0.023
Tingkat stres kognitif 0.101 0.240 0.057 0.505
Tingkat stres perilaku 0.118 0.168 0.090 0.292
Tingkat stres (Holmes dan Rahe) 0.107 0.210 0.166(*) 0.052
rs = koefisien korelasi; * nyata pada p< 0.1; ** nyata pada p< 0.05; *** nyata pada p< 0.01

Jumlah keluarga yang semakin pada emosi yang dilakukan akan semakin
banyak berdampak terhadap menurunnya baik. Demikian pula dengan tingkat stress
strategi coping. Hal ini dimungkinkan (Family Live Inventory) dan tingkat stress
dengan rendahnya stress yang dialami (Holmes dan Rahe) yang berhubungan positif
keluarga terkait dengan kehilangan keluarga, nyata dengan coping berfokus pada emosi.
sehingga mereka lebih sedikit melakukan Tingkat stress yang semakin tinggi akan
coping. Sementara itu, semakin ekstrovet membuat keluarga melakukan upaya coping
kepribadian sampel, coping yang berfokus yang semakin tinggi.
pada masalah semakin baik. Artinya keluarga
lebih aktif juga melakukan upaya-upaya Pengaruh Tingkat Stress Sumber Coping
mengatasi permasalahan pasca gempa dan terhadap Strategi Coping Keluarga Pasca
tsunami yang sedang dialaminya. Semakin Gempa dan Tsunami
tinggi dukungan sosial yang diterima oleh Hasil analisis regresi linier berganda
sampel, maka strategi coping yang berfokus menunjukkan adanya pengaruh yang nyata
pada emosi semakin baik. Penggunaan dari tingkat stress dan sumber coping
mekanisme coping sering dipengaruhi oleh terhadap strategi coping yang berfokus pada
latar belakang budaya, pengalaman dalam masalah (Tabel 5). Hasil analisis tersebut
menghadapi masalah, faktor lingkungan, diperoleh dengan menggunakan metode
kepribadian, konsep diri individu, faktor Backward dimana model ke-10 adalah model
sosial dan lain-lain, itu sangat berpengaruh yang terpilih dari 10 model. Nilai R2 yang
pada kemampuan individu dalam diperoleh adalah sebesar 11.6, artinya
menyelesaikan masalahnya (Lazarus dan pengaruh tingkat stress dan sumber coping
Folkman, 1984). terhadap strategi coping berfokus pada
Analisis korelasi Spearman masalah adalah 11.6 persen, sisanya yakni
mengindikasikan adanya hubungan yang 88.4 persen adalah pengaruh lain di luar
positif nyata antara tingkat stress fisik dan variabel penelitian. Ada empat variabel yang
psikis dengan strategi coping keluarga secara nyata berpengaruh terhadap strategi
berfokus pada emosi (Tabel 4). Artinya coping berfokus pada masalah yakni jumlah
semakin tinggi tingkat stress fisik dan psikis anggota keluarga, kepribadian, tingkat stres
yang dialami sampel, maka coping berfokus psikis dan tingkat stres kognitif.

Tabel 5. Pengaruh Tingkat Stress dan Sumber Coping terhadap Strategi Coping Berfokus pada
Masalah Keluarga Pasca Enam Bulan dan Satu Tahun Gempa dan Tsunami
Peubah Tidak Bebas Koef. Std (B) Koef. Std (Beta) t Sig.
Konstanta 41.196 12.231 0.000
Jumlah anggota keluarga -0.645 -0.190 -1.995 0.049
Kepribadian 0.502 0.228 2.288 0.024
Tingkat stres psikis 0.493 0.281 2.099 0.038
Tingkat stres kognitif -0.523 -0.220 -1.741 0.085
Peubah Bebas: strategi coping berfokus pada masalah; Model 10; adj R2 =0.116, p=0.003

Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162) 159


Siti Maryam
Jumlah anggota keluarga memecahkan suatu masalah atau mengurangi
berpengaruh negatif terhadap strategi coping stress yang diakibatkan oleh suatu peristiwa
berfokus pada masalah, yang berarti jumlah tertentu. Keluarga diharapkan mampu
anggota keluarga yang semakin besar akan berperan dalam menyelesaikan masalah
berdampak pada menurunnya coping melalui strategi coping yang efektif. Apabila
berfokus pada masalah yang dilakukan oleh keluarga mampu melakukan coping dengan
keluarga. Hal ini dimungkinkan karena baik, akan berdampak positif terhadap
jumlah anggota keluarga yang banyak kehidupan keluarga.
mengindikasikan bahwa jumlah korban tidak Hasil analisis regresi linier berganda
sebanyak pada keluarga yang lebih sedikit, metode Backward menunjukkan adanya
sehingga stress yang dialami juga relatif pengaruh yang nyata dari tingkat stress dan
lebih kecil. sumber coping terhadap strategi coping yang
Setiap kepribadian yang berbeda berfokus pada emosi dengan model ke-8
memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi terpilih sebagai model terbaik dari 8 model
stress. Kejadian disekitarnya juga yang dihasilkan (Tabel 6). Nilai R2 yang
mempengaruhi coping strategi yang dihasilkan adalah 0.288, yang bermakna
dilakukan oleh setiap kepribadian. Coping pengaruh variabel penelitian yakni tingkat
strategi menghindari (avoidance) cenderung stress dan sumber coping adalah 28.8 persen,
dilakukan oleh tipe kepribadian introvet sedangkan sisanya yakni 71.2 persen adalah
(Gallaghar, 1996). Orang yang introvet pengaruh variabel lain di luar penelitian.
menggunakan model coping pasif, berfokus Adapun variabel yang secara nyata
pada emosi dan ditujukan untuk menurunkan berpengaruh terhadap strategi coping
stress. Sedangkan tipe ekstrovet lebih berfokus pada emosi adalah sebanyak 6
menggunakan banyak menggunakan coping variabel yakni umur KK, umur istri,
aktif. dukungan sosial, tingkat stres psikis dan
Tingkat stres psikis dan kognitif tingkat stres perilaku. Menurut Caplan
berpengaruh nyata terhadap strategi coping (Friedman, 1998), terdapat tiga sumber
berfokus pada masalah. Semakin tinggi stress umum dukungan sosial yaitu penggunaan
psikis yang dialami akan meningkatkan jaringan dukungan sosial informal,
coping berfokus pada masalah yang penggunaan sistem sosial formal, dan
dilakukan. Sementara itu, tingkat stress penggunaan kelompok-kelompok mandiri.
kognitif berpengaruh nyata secara negatif Penggunaan jaringan sistem dukungan sosial
terhadap strategi coping berfokus pada informal yang biasanya diberikan oleh
masalah. Hal ini bisa dipahami karena kerabat dekat dan tokoh masyarakat.
komponen pertanyaan stress kognitif Penggunaan sistem sosial formal dilakukan
misalnya tidak ada keinginan untuk bekerja oleh keluarga ketika keluarga gagal untuk
dapat mengakibatkan keinginan untuk menangani masalahnya sendiri, maka
mengatasi masalah akan menurun. keluarga harus dipersiapkan untuk beralih
Hal tersebut didukung oleh Friedman kepada profesional bayaran untuk
(1998), yang mengatakan coping keluarga memecahkan masalah. Penggunaan
adalah respon perilaku positif yang kelompok mandiri sebagai bentuk dukungan
digunakan keluarga dan subsistemnya untuk sosial dapat dilakukan melalui organisasi.

Tabel 6. Pengaruh Tingkat Stress dan Sumber Coping terhadap Strategi Coping Berfokus pada
Emosi Keluarga Pasca Enam Bulan dan Satu Tahun Gempa dan Tsunami
Peubah Tidak Bebas Koef. Std (B) Koef. Std (Beta) t Sig.
Konstanta 40.958 8.615 0.000
Jumlah anggota keluarga -1.348 -0.260 -2.885 0.005
Umur KK 0.387 0.496 2.701 0.008
Umur istri -0.277 -0.366 -1.979 0.051
Dukungan Sosial -2.025 -0.208 -2.296 0.024
Tingkat stres psikis 1.484 0.554 4.761 0.000
Tingkat stres perilaku -1.038 -0.471 -4.345 0.000
Peubah Bebas: strategi coping berfokus pada emosi; Model 8; adj R2 =0.288, p=0.000

160 Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162)


Siti Maryam
KESIMPULAN DAN SARAN dengan strategi coping berfokus pada
emosi. Terdapat hubungan positif nyata
Kesimpulan antara tingkat stress fisik dan psikis
1. Masalah-masalah yang dihadapi keluarga dengan strategi coping keluarga berfokus
pascagempa tsunami dibagi menjadi pada emosi.
lima, yaitu pangan, kesehatan, 5. Terdapat pengaruh jumlah anggota
pendidikan, perumahan/tempat tinggal, keluarga, kepribadian, tingkat stres psikis
pakaian dan pekerjaan/pendapatan. dan tingkat stres kognitif terhadap
Permasalahan pangan yang secara umum strategi coping berfokus pada masalah.
adalah tidak adanya pangan hewani Terdapat pengaruh umur KK, umur istri,
dalam menu makanan yang disajikan dukungan sosial, tingkat stres psikis dan
setiap saat. Dalam masalah kesehatan tingkat stres perilaku terhadap strategi
sebagian besar keluarga tidak mengalami coping berfokus pada emosi
kesulitan dalam berobat. Masalah
pendidikan adalah sebagian besar anak Saran
tidak mengikuti pendidikan non formal. 1. Perlu adanya upaya rekonstruksi yang
Masalah perumahan/tempat tinggal bersifat tidak hanya fisik namun juga
adalah ketidaknyamanan dan fasilitas psikis di Provinsi NAD pasca gempa dan
sangat tidak memadai. Pakaian tidak tsunami. Hal tersebut dapat dicapai
menjadi masalah bagi sampel. Masalah dengan kerjasama lintas sektoral karena
pekerjaan/pendapatan adalah penghasilan permasalahan pasca bencana yang
yang tidak memadai. timbul sangat kompleks.
2. Tingkat stress dengan Family Live 2. Perlu dilakukan upaya-upaya strategis
Inventory yang dialami oleh keluarga baik dari pemerintah, LSM maupun
pascagempa dan tsunami sebagian besar tokoh-tokoh masyarakat dan agama
masih tergolong tinggi setelah 6 bulan untuk membangun kembali semangat
bencana. Namun satu tahun setelah hidup dan optimisme pada korban
bencana, terjadi penurunan yang cukup bencana.
signifikan dengan berkurangnya keluarga
yang tergolong stress tinggi. Kategori DAFTAR PUSTAKA
tingkat stress dengan menggunakan
metode Holmes dan Rahe menunjukkan Anonim, 2005. Keluhan fisik karena stress.
bahwa pada enam bulan pertama, http://www.kompas.com/kesehatan
sebagian besar keluarga termasuk news/. 25 September 2006.
kategori stress tinggi, sementara pasca [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia tahun
satu tahun bencana proporsi tertinggi 2002. Jakarta: BPS.
masuk dalam kategori sedang. ________ dan S. Folkman. 1984. Stress,
3. Strategi coping berfokus pada masalah Appraisal, and Coping. New York.
yang dilakukan oleh sampel pada enam Bencana Gempa dan Tsunami. 2005. Jakarta:
bulan pertama sebagian besar tergolong Penerbit Buku Kompas.
baik. Sementara itu, satu tahun pasca Cox, T., dan E. Ferguson. 1991. Individual
bencana, persentase tertinggi bergeser Differences, Stress and Coping dalam
pada kategori sedang. Baik pada enam Personality and Stress: Individual
bulan pertama dan satu tahun pasca Differences in the Stress Process..
bencana, sebagian besar sampel Cooper CL, Payne R (editor).
mempunyai strategi coping berfokus England: John Wiley & Son.
pada emosi yang tergolong ke dalam Friedman. 1998. “Family Nursing: Theory
kategori sedang. and Practice” 3rd ed. California:
4. Terdapat hubungan yang nyata antara Appleton & Lange.
jumlah anggota keluarga baik dengan Gallagher, D.J (1996). Personality, coping,
strategi coping berfokus pada masalah and objective outcomes: Extroversion,
maupun pada emosi. Kepribadian neuroticism, coping styles, and
berhubungan nyata dengan strategi academic performance. Personality &
coping berfokus pada masalah, serta Individual Differences, 21, 421-429.
dukungan sosial berhubungan nyata

Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162) 161


Siti Maryam
Goldsmith, Elisabeth B. 1996. Resource McCubbin, Hamilton I. & Thompson, Anne
Management for Individuals and I. 1987. Family Assessment Inventory:
Families: Management Stress and Research and Practice. Madison-
Fatigue. USA: West Publishing Wiscousin: The University of
Wiscousin- Madison.
Company.
Sussman, B.M., dan K.S. Steinmetz. 1986.
Lazarus, R.S. 1976. Pattern of Adjustment Handbook of Marriage and the Family.
(2nd ed). Kogakhusha: McGraw-Hill, New York and London: Plenum Press.
Inc. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UU.RI N0.2 Tahun 1989)

162 Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah (153–162)


Siti Maryam
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERHADAP


PEMERIKSAAN ANC DI KLINIK BERSALIN ELVINA TANJUNG
SARI MEDAN TAHUN 2007

Indrawati

Pengajar Tetap pada Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Medan

ABSTRACT
In obtaining better mother and baby health care, the cooperative among pregnant
women and health care providers in order to get optimum health degree is
important. This research is intended to get the description on pregnant women to
ANC checking. This research is carried out in Elvina clinic Tanjung Sari Medan
in 2007. It is A descriptive research with the sample 48 persons using total
sampling method. It is obtained that the knowledge level is categorized good. It is
related to education, occupation and information resources. Based on the
education level, elementary school is for 6 persons (12,55%) Junior High School is
for 4 person (8,32%), Senior High School is 25 persons (52,85%), and university
degree is for 13 persons (27,08%). Based on respondents’ occupation, government
worker is for 5 persons (10,41%), private entrepreneur is for 20 persons (41,
65%), farmer is for 15 persons (31,28%) and household woman is for 8 persons
(16,65%). Whereas, respondent’s knowledge level based on the information
resources from health nurses is for 24 persons (50%) from printing media is for
13 persons (27%) and from electronics media is for 11 persons (23%). From the
results of research, it is obtained majority of respondents with good knowledge is
for 22 persons (45,83%) and minority of the respondents is with medium for 26
persons (54,16%).

Keywords: Pregnant women, Women health, ANC

PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan derajat


kesehatan ibu dan balita sangat penting,
Tujuan pembangunan kesehatan khususnya ibu-ibu hamil dituntut untuk
menuju Indonesia sehat 2010 adalah bekerjasama dengan pelayanan kesehatan
meningkatkan keadaan, kemauan dan guna tercapai derajat kesehatan ibu dan balita
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang semaksimal mungkin. Dalam hal ini perilaku
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat ibu hamil dapat menggambarkan adanya
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, kecenderungan menurun atau meningkatnyya
bangsa dan negara Indonesia yang dilandasi angka kematian ibu saat melahirkan, oleh
oleh pendukung yang hidup dalam karena itu diperlukan pelayanan kesehatan
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan tentang Antenatal Care (ANC) khususnya bagi
yang menjangkau pelayanan kesehatan salah para ibu-ibu pada masa kehamilan. Angka
satu sarana pembangunan kesehatan menuju kematian ibu melahirkan (AKI) berguna untuk
Indonesia sehat 2010 adalah perilaku hidup menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
sehat yakni meningkatkan secara bermakna hidup sehat, bagi ibu hamil dilihat dari status
jumlah ibu hamil yang memeriksa diri dan gizi, dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatan
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan lingkungannya, tingkat pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2010). terutama untuk pelayanan kesehatan ibu hamil

163
(Profil Kesehtan Provinsi Sumatera Utara, Lokasi dan Lama Penelitian
2004; 36). Pelaksanaan penelitian dilakukan di
Menurut WHO, kematian ibu adalah Klinik Bersalin Ervina Tanjung Sari Medan.
kematian perempuan selama masa kehamilan Penelitian berlangsung selama 1 bulan.
atau diperburuk oleh kehamilan atau keadaan
penanganan-nya tetapi bukan karena Populasi dan Sampel
kecelakaan. Di Laos kematian ibu akibat Populasi dalam penelitian ini adalah
melahirkan 530 dari 100.000 kelhiran, semua ibu hamil yang melakukan dan
sementara itu angka kematian ibu menurut melaksanakan pemeriksaan kehamilan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (ANC) di Klinik Bersalin Elvina Tanjung
(SDKI) 2004 masih cukup tinggi yaitu 390 Sari Medan Tahun 2007, yaitu sebanyak 189
per 100.000 kelahiran. (www.geogle.com/ orang. Penentuan jumlah sampel dalam
pemeriksaan_kehamilan_2006). jumlah sampel dapat 20 - 25% dari total
Oleh sebab itu Indonesia telah populasi. Maka jumlah sampel adalah 25/100
dianjurkan program kesehatan ibu dan anak x 189 = 48 orang (Arikunto, 2002).
agar setiap wanita hamil paling sedikit 4 kali
melakukan pemeriksaan kandungan yakni
Pengumpulan Data
satu kali pada trimester I, satu kali pada
Pengumpulan data dilakukan dengan
trimester II, dan dua kali pada trimester III
cara:
untuk mencegah terjadinya penurunan angka
a. Data primer yaitu data yang langsung
kematian bayi dan ibu. (www.geogle.com/
diperoleh atau diambil oleh peneliti
pemeriksaan_kehamilan_2006).
melalui kuesioner pada ibu-ibu hamil di
Tujuan Penelitian Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari
Secara umum penelitian ini bertujuan Medan.
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu b. Data sekunder diperoleh dari
hamil tentang ANC. Sedangkan tujuan badan/institusi klinik Bersalin Elvina
khususnya adalah: Tanjung Sari Tahun 2007.
1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu
hamil tentang pemeriksaan ANC tingkat Pengolahan dan Analisis Data
pendidikan. Anaisis data akan dilakukan secara
2. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu deskriptif dalam bentuk tabel distribusi
hamil tentang ANC berdasarkan silang antara variabel yang diteliti.
pekerjaan.
3. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu HASIL DAN PEMBAHASAN
hamil tentang ANC berdasarkan sumber
informasi. Hasil Penelitian

Manfaat Penelitian Karakteristik Responden


Dari penelitian yang dilakukan Dari tabel di bawah dapat dilihat
diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahwa kebanyakan responden berpendidikan
berikut. lulusa SLTA, yaitu sebanyak 52,05%.
1. Menambah wawasan dan pengetahuan Sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat
ibu hamil terhadap pemeriksaan ANC. pendidikan SLTP (8,32%).
2. Bagi Ibu-ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya dapat mengetahui Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
pentingnya memeriksakan kehamilan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
atau dapat meningkatkan motivasi dalam Pendidikan Frekuensi %
melakukan ANC. SD 6 12,5
SLTP 4 8,32
METODE PENELITIAN SLTA 25 52,05
Akademi – PT 13 27,08
Jenis Penelitian Total 48 100,00
Penelitian ini survei deskriptif yang Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2007
dirancang secara potong-lintang.

164 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil (163–167)


Indrawati
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa (41,65%). Sedangkan minoritas bekerja
responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagai PNS, yaitu sebanyak 5 orang
yang berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (10,41%).
(43,7%) dengan klasifikasi tingkat pndidikan Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa
SLTA sebanyak 25 orang (52,05%), distribusi pengetahuan responden berdasar-
pengetahuan cukup 27 orang (56,3%) dan kan pekerjaan adalah sebagai berikut. Penge-
klasifikasi pendidikan akademi/perguruan tahuan baik 21 orang (43,74) dengan klasif-
tinggi sebanyak sebanyak 13 orang (27,08%, ikasi jenis pekerjaan wiraswasta (41,65),
tingkat pendidikan SD sebanyak 6 orang pengetahuan cukup 27 orang (56,25%)
(12,5%) dan tingkat pendidikan SLTP 4 dengan klasisifikasi pekerjaan petani seba-
orang (12,5%). Sedangkan responden dengan nyak 25 orang (31,28%), tingkat pekerjaan
tingkat pengetahuan kurang baik dan tidak IRT sebanyak 13 orang (16,65%) dan tingkat
baik tidak dijumpai pada responden. pekerjaan PNS sebanyak 6 orang (10,41%).
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Sedangkan responden yang berpengetahuan
jumlah responden berdasarkan tingkat kurang baik dan tidak baik adalah tidak
pekerjaan mayoritas bekerja sebagai dijumpai pada diresponden (0%).
wiraswasta yaitu sebanyak 20 orang

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan ANC berdasarkan Tingkat
Pendidikan, tahun 2007
Pengetahuan
Tingkat Kurang Tidak Frekuensi (%)
Pendidikan Baik Cukup baik
baik baik
n % n % n % n %
SD 3 6,25 - - - 6 12,50
SLTP 2 4,16 2 4,18 - - 4 8,32
SLTA 10 20,8 15 31,25 - - 25 52,05
Akdm-PT 6 12,5 7 14,5 - - 13 27,08
Total 21 43,7 27 56,3 - - 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tentang Pengetahuan Ibu Hamil
Terhadap Pemeriksaan ANC, Tahun 2007
Pekerjaan n (%)
PNS 5 10,41
Wiraswasta 20 41,65
Petani 15 31,28
IRT 8 16,65
Jumlah 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang ANC Berdasarkan Pekerjaan, Tahun 2007
Pengetahuan
Jenis Baik Cukup baik Kurang Tidak baik Frekuensi (%)
Pekerjaan baik
n % n % n % n %
PNS 2 41,16 3 6,250 0 0 0 0 6 10,41
Wiraswasta 9 18,75 11 22,90 0 0 0 0 20 41,65
Petani 7 14,58 8 16,70 0 0 0 0 25 31,28
IRT 3 6,25 5 10,40 0 0 0 0 13 16,65
Jumlah 21 43,70 27 56,25 0 0 0 0 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil (163–167) 165


Indrawati
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi tentang ANC, Tahun 2007
Sumber informasi n %
Tenaga kesehatan 24 50,00
Media cetak 13 27,00
Media elektronik 11 23,00
Jumlah 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007

Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ANC Berdasarkan Sumber Informasi, Tahun
2007
Pengetahuan
Sumber Kurang Tidak
Baik Cukup baik (%)
Informasi baik baik Frekuensi
n % n % n % n %
Tenaga 14 29,16 10 20,80 0 0 0 0 24 50,00
kesehatan
Media cetak 6 12,50 7 14,58 0 0 0 0 13 27,00
Media 5 10,14 6 12,50 0 0 0 0 11 23,00
Elektronik
Jumlah 25 52,00 23 48,00 0 0 0 0 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Pemeriksaan ANC di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan, Tahun 2007
Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 22 45,83
Cukup baik 26 54,16
Kurang baik 0 0,00
Tidak baik 0 0,00
Total 48 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2007

Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah cukup baik adalah lebih banyak yaitu 26 rang
responden berdasarkan sumber informasi (54,16%). Sedangkan yang berpengetahuan
paling tinggi adalah dari tenaga kesehatan kurang baik dan tidak baik tidak dijumpai
yaitu sebanyak 24 orang (50%). Sedangkan pada responden (0%).
yang aling rendah adalah sumber informasi
yang di daat dari media elektronik yaitu PEMBAHASAN
sebanyak 11 orang (23%).
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa Dengan berpendidikan yang lebih
distribusi pengetahuan responden tinggi dapat menjamin pengetahuan orang itu
berdasarkan sumber informasi adalah dari lebih baik dibanding dengan pendidikan yang
tenaga kesehatan jumlah responden sebanyak lebih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu
24 orang (50%) dengan klasifikasi dengan hamil maka bertambah banyak ibu
berpengetahuan baik sebanyak 25 orang memeriksakan kehamilannya.
(52%). Sumber informasi media cetak Pengetahuan yang baik lebih banyak
sebanyak 13 orang (27%) dengan klasifikasi dijumpai pada ibu yang bekerja sebagai
yang berpengetahuan cukup baik sebanyak wiraswasta dan PNS bahwa hubungan
23 orang (48%). Sedangkan sumber pekerjaan dengan pengetahuan adalah lebih
informasi dari media elektronik sebanyak 11 banyak pengetahuan ibu yang bekerja diluar
orang (23%) dan dengan tingkat pengetahuan daripada ibu yang tidak bekerja karena ibu
kurang baik dan tidak baik tidak dijumpai yang bekerja sebagai pedagang dan PNS
pada responden (0%). lebih banyak berinteraksi dengan orang lain
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dan mendapat informasi dibanding ibu yang
jumlah responden yang berpengetahuan tidak bekerja (ibu rumah tangga).

166 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil (163–167)


Indrawati
Sumber informasi yang diperoleh ibu dari petugas kesehatan mayoritas
adalah dari tenaga kesehatan. Hal ini dapat berpengetahuan baik.
terjadi karena tenaga kesehatan merupakan
sumber informasi yang dapat dilihat, Saran
didengar dapat melaksanakan dan dapat 1. Kepada petugas kesehatan diharapkan
ditanya oleh responden sehingga untuk lebih meningkatkan mutu
pengetahuan responden lebih baik dibanding pelayanan kesehatan melalui program
dengan sumber informasi yang lain. kesehatan khususnya penyuuhan tentang
Faktor pendukung paling utama pemanfaatan pemeriksaan ANC.
adalah sumber informasi berasal dari tenaga 2. Kepada ibu-ibu hamil diharapkan
kesehatan dan faktor pekerjaan yang bekerja perlunya untuk meningkatkan
sebagai wiraswasta tentu lebih banyak pengetahuan ibu melalui sumber
berinteraksi dengan orang lain hal ini lebih informasi kesehatan khususnya tentang
baik pengetahuannya dibandingkan orang pemeriksaan kehamilan sehingga salah
yang tidak berinteraksi atau orang yang tidak satu upaya menurunkan angka kematian
bekerja. ibu di Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu


1. Pengetahuan responden dalam penelitian Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,
gambaran pengetahuan ibu hamil Jakarta: Rineka Cipta.
terhadap pemeriksaan ANC di Klinik Bagus, I. 2001, Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Kandungan KB, EGC, Jakarta.
Tahun 2007 mayoritas berpengetahuan Depkes, RI. 2005. Pusat Data Kesehatan
baik karena didukung oleh tingkat Indonesia, Jakarta.
pendidikan, pekerjaan, dan sumber Dinkes, 2004. Profil Kesehatan Sumatera
informasi. Utara.
2. Tingkat pendidikan responden Mochtar, R. 2001. Sinopsis Obstetri, Jilid 2,
mempunyai kecenderungan berhubungan Edisi 2, Jakarta. EGC.
positif dengan tingkat pengetahuan Notoadmodjo, S. 2003. Metodologi
responden terhadap pemeriksaan Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi,
kehamilan yaitu semakin tinggi tingkat Jakarta: Rineka Cipta.
pendidikan responden semakin baik pula Politeknik Kesehatan. 2006. Panduan
pengetahuannya. Penyusunan Karta Tulis Ilmiah (KTI).
3. Pekerjaan responden memiliki Medan.
kecenderungan untuk berhubungan Rabiah, G. 2002. Http:/www.kompas.com/
dengan pengetahuan responden terhadap kompas cetak/data Penelitian Terbaik
pemeriksaan ANC. tentang Anrenatal Care.
4. Sumber informasi mempunyai responden www.Google.com/pemeriksaan-kehamilan.
positif untuk berhubungan dengan 2006.
pengetahuan responden dimana www.Infokes.com.profil Kesehatan.
responden menerima sumber informasi

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil (163–167) 167


Indrawati
H
HAASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
ANN

PENILAIAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT I


DAN FASILITASNYA BAGI PESERTA JAMSOSTEK DI MEDAN

Ameta Primasari

Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU

ABSTRACT
One of the protections for Indonesian workers is to assure that they get health
services for workers. PT Jamsostek is the company that responsible for social
insurance for workers which include health insurance. However, there were
complaints and shortage that should be reviewed. The objective of this study is to
assess the standard of health service and facilities given to the customers in
Medan, based of the standards stipulated by Jamsostek. The cross sectional study
involves 194 customers of Jamsostek served in 13 health service agencies at level
one I (HSAI) in Medan. the variables of the health service received by customers
evaluated using three categories: good, fair and poor. The variables,
encompassing general practitioner physician service, dentist service, medicine
service, emergency, unit service, family planning service, mother and child service,
medicine service and health facilities, are analyzed with t test. The results using
p<0.05 indicate a significant difference in almost each health service variables.
This means a lower health service given to the customers than that stated by
Jamsostek. It is recommended that the criteria and procedure of the HSAI selection
be strictly implemented and the selected HSAI be periodically evaluated and
trained.

Keywords: Standards of services, Health service, Jamsostek customers

PENDAHULUAN Namun pada zaman kebebasan ini di


Indonesia masih banyak pengusaha yang
Undang-undang No. 3 tahun 1992 tidak takut melanggar Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah Republik tersebut. Supremasi hukum ini dapat pula
Indonesia No. 14 Tahun 1993 tentang terhambat akibat banyaknya keluhan-keluhan
penyelenggaraan program Jaminan Sosial peserta melalui media massa dan demonstrasi
Tenaga Kerja merupakan salah satu wujud para pekerja yang menuntut kenaikan unsur
jaminan yang diberikan pemerintah bagi para kesejahteraan ataupun menuntut perbaikan
pekerja (Jamsostek, 1995) Dalam hal ini, kualitas pelayanan program Jamsostek.
Pemerintah membentuk PT Jamsostek untuk Program pelayanan jaminan
menjalankan fungsi sosialnya dengan tidak pemeliharaan kesehatan (JPK) PT Jamsostek
melupakan aspek bisnisnya dimana bersifat paripurna yaitu meliputi pelayanan
keuntungan tetap dikejar perusahaan milik peningkatan kesehatan (promotif),
Negara ini. penyembuhan penyakit (kuratif), pencegahan
PT Jamsostek memberikan penyakit (preventif) serta pemulihan
perlindungan mulai dari jaminan hari tua, kesehatan (rehabilitatif. Standar pelayanan
jaminan kematian, kecelakaan kerja, maupun kesehatan PT Jamsostek dibagi atas
jaminan pemeliharaan kesehatan. Sesuai pelayanan tingkat I, persalinan, pelayanan
dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1992, tingkat lanjutan, pelayanan khusus dan
maka semua pekerja wajib dimasukkan pelayanan gawat darurat (Jamsostek, 2000).
pengusaha menjadi anggota Jamsostek.

168 Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173)


Ameta Primasari
Rumusan Masalah Bentuk asuransi kesehatan yang
Adanya keluhan pekerja tentang paling sederhana adalah perusahaan asuransi
pelayanan jaminan pemeliharaan kesehatan hanya bertanggung jawab mengembalikan
yang telah mereka terima selama ini perlu di uang kepada peserta dan tidak berhubungan
analisa dalam rangka peningkatan dan dengan pelaksana pelayanan kesehatan
menjaga kualitas pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2002)
program jaminan pemeliharaan kesehatan
PT. Jamsostek. Sebagai rumusan masalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
adalah belum diketahuinya kualitas standar Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
pelayanan dan fasilitas pelayanan bagi (JPK) pada program Jamsostek merupakan
peserta Jamsostek di Medan. asuransi sosial yaitu asuransi yang
mempunyai unsur keharusan dan dana
Tujuan Penelitian diperoleh bukan dari premi peserta
Untuk menilai standar pelayanan melainkan diperoleh dari kontribusi
kesehatandan fasilitas bagi pelaksana perusahaan tempat pekerja.
pelayanan kesehatan tingkat I PT. Jamsostek Prinsip lain dari jaminan
di Kota Medan. pemeliharaan kesehatan adalah pemerataan
pelayanan ataupun perlindungan. Tenaga
Manfaat Penelitian kerja yang bekerja di perusahaan besar
ƒ Sebagai bahan evaluasi pelayanan bagi maupun kecil berhak atas pelayanan
pelaksana pelayanan kesehatan PT. kesehatan yang sama, demikian juga halnya
Jamsostek. pekerja dengan berpenghasilan lebih besar
ƒ Bahan informasi terkait upaya menerima pelayanan kesehatan yang sama
peningkatan kualitas pelayanan. dengan berpenghasilan relatif rendah
(Jamsostek, 2000).
TINJAUAN PUSTAKA
Standar Pelayanan Jamsostek
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) a. Adapun standar pelayanan yang tersedia
Pemerintah menunjuk PT Jamsostek di PPK tingkat I adalah:
sebagai badan penyelenggara program • Pemeriksaan dan pengobatan dokter
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, merupakan umum
badan usaha milik Negara yang • Pemeriksaan dan pengobatan dokter
melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai gigi
pelindung bagi tenaga kerja dan keluarganya. • Bimbingan dan konsultasi
Program Jamsostek merupakan suatu • Pelayanan kesehatan ibu dan anak
program perlindungan bagi tenaga kerja yang • Pelayanan keluarga berencana
meliputi Jaminan Kematian (JK), Jaminan • Tindakan medis sederhana
Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Jaminan
• Pemberian obat-obatan dengan
Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Hari
berpedoman Daftar Obat Esensial
Tua (JHT). Pada dasarnya program ini
National (DOEN), Generik dan
menekankan pada perlindungan bagi tenaga
Standar Obat Jamsostek
kerja yang relatif mempunyai kedudukan
• Pelayanan Gawat Darurat
yang lemah. Bentuk perlindungan,
b. Standar persyaratan minimal (SPM)
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan
adalah menunjuk pada keadaan minimal
diselenggarakan dalam bentuk asuransi,
yang harus dipenuhi untuk dapat
dimana menjamin keadaan social tenaga
menjamin terselengaranya pelayanan
kerja yang bersifat dasar (Zulminar dkk,
kesehatan yang bermutu. Standar
1999.
persyaratan minimal ini dibedakan atas 3
macam, yakni (Larson,1997).
Asuransi Kesehatan
c. Standar Proses
Asuransi kesehatan adalah salah satu
• Ketersediaan pelayanan kesehatan
bentuk upaya kesehatan dalam rangka
(available)
jaminan pengamanan sosial dalam
menghadapi resiko yang disebabkan oleh • Kewajaran pelayanan kesehatan
gangguan kesehatan. (appropriate)

Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173) 169


Ameta Primasari
• Kesinambungan pelayanan kesehatan Rancangan Penelitian
(continue) Rancangan penelitian ini merupakan
• Penerimaan pelayanan kesehatan penilitian survey yang bersifat deskriptif -
(acceptable) explorative dengan menggunakan studi cross
• Ketercapaian dan keterjangkauan sectional.
pelayanan (accesible & affordable)
(Azwar, 1996). Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan
Standar Fasilitas Pelayanan Jamsostek Mmnggunakan Kuesioner, jenis
Tindakan medis maupun non medis pertanyaannya adalah semi terbuka dan
tidak akan terpisahkan dengan fasilitasnya menggunakan teknik wawancara, sikap
sehingga pelayanan kesehatan diterima oleh responden diperhatikan. Data sekunder
pasien. Pemberian pelayanan dengan fasilitas Diperoleh oleh PT. Jamsostek tentang
gedung/ruangan dan peralatan merupakan lembaran penilaian pelaksana pelayanan
gambaran kualitas pelayanan yang akan kesehatan (PPK I) sesuai dengan surat
diperoleh pasien. Standar peralatan medis direktur pembinaan nomor: B/1319/0397
merupakan prasyarat untuk membuka balai tanggal 25 Maret 1997, surat Kakanwil I
pengobatan baru yaitu sesuai SK Dirjen nomor: B/591/072000 tanggal 117 Juli 2001.
Binkesmas No. 664/Binkesmas/DJ/V/1987.
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN ƒ Pelayanan medis adalah pelayanan dan
pengobatan dokter umum, pelayanan
Tempat dan Waktu KB, pelayanan KIA,pemberian obat-
Tempat penelitian dilaksanakan di obatan, tindakan darurat, dan rujukan
Balai Pengobatan ataupun Poliklinik yang serta pengobatan dengan dokter gigi.
merupakan Pelaksana Pelayanan Kesehatan ƒ Pelayanan dokter umum meliputi
(PPK) tingkat I yang ada di Kota keberadaan, pemeriksaan dan tindakan
Medan.Waktu penelitian dilaksanakan dokter terhadap pasien peserta JPK.
selama 9 bulan dimulai bulan Desember ƒ Bimbingan dan konsultasi meliputi
2001 sampai Agustus 2002. ceramah dan Tanya jawab kepada
pasiennya yang dapat menggunakan alat
Populasi dan Sampel bantu.
Populasi adalah seluruh peserta ƒ Pelayanan KIA meliputi pemeriksaan
jaminan pemeliharaan kesehatan PT. kehamilan, pemantauan kesehatan bayi
Jamsostek yang mendapatkan pelayanan serta vaksinasi dasar.
kesehatan pada PPK tingkat I di Kota Medan. ƒ Pelayanan KB meliputi pemberian pil
Besar sampel dihitung dengan menggunakan KB dan suntikan KB serta IUD.
rumus (Gaspersz V, 1991): ƒ Pemberian obat-obatan adalah pemberian
obat-obat generik sesuai standar obat
NZ2 x P ( 1- P ) Jamsostek secara lengkap.
n= ƒ Pelayanan gawat darurat meliputi
NG2 +Z2P ( 1-P ) pelayanan kecelakaan,serangan jantung,
serangan asma berat, kejang demam,
pendarahan berat, muntah berat disertai
dimana: N = ukuran populasi = 38.780 dehidrasi, kehilangan kesadaran, dan
Z = Tingkat keandalan = 1,96 keadaan gelisah.
G = Galat pendugaan = 6% ƒ Pelayanan dokter gigi meliputi
P = Proporsi populasi = 20% pencabutan gigi, penambalan gigi,
perwatan syraf pulpa gigi, serta
Dengan menggunakan rumus diatas pembuatan gigi palsu.
didapat besar sample minimal 170 orang, ƒ Fasilitas pelyanan meliputi fasilitas
dimana pengambilan data dilakukan 1 hari untuk mendapatkan pelayanan,
kerja pada 13 PPK didapat sebanyak 194 menunggu, dan fasilitas pemeriksaan.
orang.

170 Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173)


Ameta Primasari
Aspek Pengukuran tertanggung pada kantor cabang Medan,
Pengukuran variable penelitian ini Belawan dan Tanjung Morawa.
menggunakan skala ordinal yang Responden adalah peserta Jamsostek
dimodifikasi dari skala interval yang didapat yan terdiri daripekerja, suami/istri dan anak-
dari skoring kuesiner responden.(Ridwan dan anaknya dimana salah satu komponen
Lestari,2001). Penilaian di kategorikan atas keluarga tersebut diwakili 1 responden.
tiga tingkatan,yaitu: kategori baik (>75%), Berdasarkan penelitian yang
kategori sedang (50%-75%), dan kategori dilakukan, penilaian terhadap pelayanan
kurang (<50%). Penilaian ini sesuai standar dokter umum, pelayanan terhadap bimbingan
pelayanan JPK PT Jamsostek. dan konsultasi, pelayanan KB, pelayanan
KIA, pelayanan obat, pelayanan dokter gigi,
Analisis Data Unit Gawat Darurat, dan penilaian terhadap
Penilaian masing-masing variabel fasilitas pelayanan serta pemahaman peserta
akan ditentukan oleh uji t untuk satu sample, Jamsostek di kota Medan tahun 2001-2002
dimana terdapat perbedaan antara nilai ditunjukan dengan Tabel 1.
standar yang disediakan PPK I dengan nilai- Pelayanan KB (keluarga Berencana)
nilai yang diterima oleh peserta (responden) merupakan program yang belum
maka jika nilai t hitung terletak diantara dipergunakan optimal oleh tenaga
harga yang ditetapkan artinya harga t jatuh kerja/istrinya. Pelayanan KB yang diberikan
pada daerah penerimaan nilai yang adalah suntik KB (1 bulan dan 3 bulan) serta
dihipotesiskan, maka dengan demikian dapat pemasangan spiral. Pelayanan KB dengan
disimpulkan tidak ada perbedaan yang nyata metode lain tidak disediakan oleh PPK I.
(signifikan) (Soepono B 1997). Demikian juga pelayanan KIA
(kesehatan Ibu dan Anak) dimana
HASIL PENELITIAN DAN didalamnya terdapat pemeriksaan ibu hamil,
PEMBAHASAN imunisasi ibu hamil, balita dan penimbangan
anak balita. Pelayanan KIA adalah pelayanan
Hasil Penelitian yang paling kurang dari pelayanan standar
Sejumlah 194 responden dari 13 bagi penerima JPK Jamsostek.
Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) Berdasarkan uji statistik (uji t) pada
tingkat I dikota Medan telah diperoleh data penilaian-penilaian diatas dapat disimpulkan
yang diperlukan pada penelitian ini. PPK bahwa pelayanan kesehatan yang diterima
yang menjadi sampel adalah PPK yang peserta Jamsostek di PPK I lebih rendah dari
mempunyai tertanggung lebih dari 1000 pelayanan kesehatan yang ditetapkan
tertangung sesuai dengan data dari PT Jamsostek kecuali pada variable pelayanan
Jamsostekbulan Desember tahun 2001 dan obat-obatan dan fasilitas kesehatan tidak
berada di kota Medan. PK I yang menjadi ditemukan perbedaan yang bermakna dengan
sampel penelitian ini melayani peserta p>0,05.

Tabel.1 Penilaian terhadap Program JPK PT Jamsostekdi Kota Medan


Variabel Penilaian Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)
Pelayanan dokter umum 74 (38,1) 116 (59,8) 4 (2,1)
Bimbingan dan konsultasi 15 (7,7) 163 (84,1) 16 (8,2)
Pelayanan KB 70 (36,1) 71 (36,6) 53 (27,3)
Pelayanan KIA 59 (30,4) 47 (24,2) 88 (45,4)
Pelayanan obat 162 (83,5) 31(16,0) 1 (0,5)
Pelayanan dokter gigi 38 (19,6) 107 (55,2) 49 (25,2)
Pelayanan UGD 92 (47,4) 85 (43,8) 17 (8,8)
Fasilitas pelayanan 189 (97,4) 4 (2,1) 1(0,5)

Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173) 171


Ameta Primasari
Pembahasan pelayanan KB perlu dilakukan pada paserta
Program JPK Jamsostek bersifat Jamsostek untuk tujuan program preventif
paripurna yaitu pelayanan promotif, dan promotif.
preventif, kuratif, serta rehabilitatif. Walaupun para peserta Jamsostek
Pemahaman peserta Jamsostek tentang JPK sudah mendapatkan obat-obatan sesuai
hanya sebatas pelayanan kuratif dan standar seperti para pasien mengatakan obat-
rehabilitative, Sedangkan pelayanan promotif obatanyang diberikan dari PPK I cukup
dan preventif (pelayanan imunisasi, KB, dan lengkap dan bervariasi (97,5%). Demikian
KIA) banyak yang tidak tahu bahwa juga dari data yang diperoleh, obat-obatan
pelayanan tersebut termasuk dalam berbungkusaluminium blister yang diterima
perlindungan yang diberikan oleh PT peserta sebesar 59%, sebahagian lagi (41%)
Jamsostek. Pengetahuan yang minim ini menerima onat dengan berbungkus
tentu saja menciptakan keadaan kurang aluminium blister bergabung dengan obat-
optimalnya pelayanan pada PPK I. obataz yang tidak berbungkus aluminium
Sesuai dengan konsep keluarga yang blister. Namun obat-obatan yang diberikan
diharapkan Jamsostek bahwa dokter keluarga kepada peserta Jamsostek adalah obat
adalah dokter yang memiliki tanggung jawab generik atau obat-obatan yang harganya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan relatif lebih murah dari obat paten. Sehinga
tingkat pertama yang merupakan pintu bila dibandingkan dengan pelayanan dokter
masuk kesistim pelayanan kesehatan. Dokter diluar JPK, mereka merasa kurang puas.
keluarga diharapkan dapat menilai kebutuhan Penelitian Simanjuntak (2001)
kesehatan total pasien serta merujuk pasien tentang tingkat kepuasan pasien Askes dan
ketempat pelayanan kesehatan lain yang Jamsostek menyimpulkan tingginya angka
tersedia sementara tetap menjaga tidak puas peserta Jamsostek (49,09%)
kesinambungan perawatan total pasien terhadap pelayanan obatyang diberikan PPK.
termasuk konsultasi keadaan lingkungan Hal ini dapat saja terjadi apabila peserta
pasien yakni keluarga serta masyarakat Jamsostek membuat perbandingan dengan
(Azwar, 1996). Dengan memperhatikan pelayanan obat diluar standar Jamsostek.
konsep diatas maka standar pelayanan dokter Harapan peserta yang melebihi dari batasan
umum yang diterima peserta Jamsostek pelayanan standar Jamsostek dapat
masih rendah. Perlunya latihan dan meningkatkan angka ketdakpuasan peserta
pendidikan bagi dokter-dokter umum di PPK terhadap pelayanan standar obat Jamsostek.
tentang pelayanan dokter keluarga Penelitian dapat dikatakan
merupakan prioritas yang harus dilakukan sependapat dengan penelitian Farida (1995)
untuk peningkata mutu pelayanan kesehatan terhadap pengaruh faktor-faktor penentu
bagi peserta Jamsostek. kepuasan pasien yang menyimpulkan bahwa
Baik program pemerintah maupun terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
non pemerintah telah banyak memberikan pasien dengan tingkat kepuasan pasien askes
perhatian yang besar terhadap program terhadap pelayanan kesehatan yang
pelayanan KB maupun KIA termasuk diterimanya. Pada penelitian ini dapat
didalamnya program imunisasi. Adanya disimpulkan jika peserta tidak tahu tentang
badan ataupun organasasi seperti BKKBN pelayanan standar Jamsostek maka semakin
(Badan Koordinasi Keluarga Berencana jelek/kurang penilaiannya terhadap
Nasional) maupun IDI (Ikatan Dokter pelayanan standar Jamsostek tersebut.
Indonesia) telah menetapkan pelayanan KB PT Jamsostek kurang mengadakan
maupun KIA sebagai bagian integral dari sosialisasi tentang program JPK yang
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara dilaksanakan sesuai standar yang telah
terpadu oleh berbagai bentuk pelayanan ditetapkannya. Demikian juga, PPK I
kesehatan dengan pendekatan dokter cenderung tidak memberikan keterangan
keluarga (Bustami dkk, 1995). Sasaran ataupun informasi yang diperlukan peserta
pembangunan keluarga sehat sejahtera dalam memperoleh hak-haknya secara
terlihat jelas pentingnya pelayanan promotif optimal.
dan preventif berupa pelayanan komunikasi, Pada penelitian ini dijumpai
informasi dan edukasi (KIE). Seperti kekurangan, dimana penilaian penerimaan
pengetahuan tentang kontrasepsi pada pelayanan standar bagi peserta Jamsostek

172 Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173)


Ameta Primasari
sangat dipengaruhi oleh pemahaman peserta ƒ Konsep dokter keluarga perlu
tersebut terhadap program JPK. Jika peserta dikembangkan bagi seluruh dokter
tidak paham ataupun tidak mengetahui umum yang melayani peserta jamsostek
tentang hak dan kewajiban sebagai peserta dengan memberikan pendidikan dan
JPK maka secara tidak langsung akan latihan pelayanan dokter keluarga
menilai pelayanan menjadi kategori kurang ƒ Khususnya untuk pelayanan preventif
baik yakni kategori sedang maupun jelek. dan promotif perlu dilakukan penyuluhan
Kendala penelitian ini terlihat bahwa dan pembinaan demi penurunan angka
peneliti hanya dapat melihat dan kesakitan peserta Jamsostek dan
mengobservasi ketersediaan pelayanan tetapi terkontrolnya biaya kesehatan.
tidak melihat aspek kewajaran (appropriate)
dan kesinambungan (contunity) maupun DAFTAR PUSTAKA
effektivatas pelayanan. Keadaan ini
disebabkan penelitian ini merupakan Achmad S. 2000. Pengendalian Biaya
penelitian awal dari study cross sectional. Pelayanan Kesehatan, Devisi Pelatihan
dan Pengembangan JPK, Jakarta
Namun demikian, sesuai observasi peneliti
Azwar A.1996. Managemen Mutu Pelayanan
terhadap PPK I dibandingkan dengan
Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan,
penilaian peserta Jamsostek tidak terdapat
Jakarta
hasil yang bertolak belakang, sehingga dapat Bustami J, Wonodirekso S, Azwar A. 1995.
disimpulkan pelayanan PPK I (Dokter Hubungan Kerja Dokter Keluarga,
keluarga, KB KIA, Dokter gigi dan Bidan dan Perawat dalam pelayanan
Pelayanan UGD) masih membutuhkan KB, IDI-BKKBN, Jakarta
pembinaan dari unsur terkait (Manajemen Farida. 1995. Cara Pembayaran Sebagai
PPK I, PT Jamsostek maupun Pemerintah). Modifier Terhadap Pengaruh Faktor-
Penelitian diharapkan sebagai penelitian awal Faktor Penentu Kepuasan Pasien Pada
yang harus dilanjutkan sehingga dapat Layanan Rawat Inap Di RSU
sebagai bahan evaluasi dala program Tegalyoso Klanten, Tesis, UGM,
peningkatan mutu ataupun menjaga Yogyakarta
mutupelayanan jaminan kesehatan bagi Jamsostek. 1995. Kumpulan Peraturan
peserta Jamsostek. Perundang Pemerintah Mengenai
. Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta
KESIMPULAN DAN SARAN Jamsostek. 2000. Petunjuk Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Tenaga
Kesimpulan Kerja, Program Jaminan Pemeliharaan
Penilaian pelayanan JPK Jamsostek Kesehatan
yang diterima peserta Jamsostek masih lebih Larson SA. 1997. Improving Quality A
rendah dari pelayanan standar yang Guide to Effectif Program, 2nd ed,
ditetapkan oleh PT Jamsostek. Kecuali untuk Aspen Publisher Inc, Gaithersburg
pelayanan obat-obatan dan fasilitas Riduwan dan Lestari T. 2001. Dasar- dasar
kesehatan, tidak ditemukan perbedaan yang Statistika, Alfabeta, Bandung
bermakna dengan p>0.05. Pelayanan Simanjuntak E. 2001. Tingkat Kepuasan
preventif maupun promotif belum menjadi Pasien Askes dan Jamsostek Terhadap
perhatian bagi peserta Jamsostek, PPK I Pelayanan Kesehatan Di RSU Sari
maupun PT Jamsostek, Medan. Mutiara Medan, Skripsi, FKM USU
Singarimbun M dan Effendi S. 1989. Metode
Saran Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta
Untuk menjamin kesehatan pekerja Soepono B. 1997. Statistik Terapan Dalam
beserta keluarganya maka saran yg diberikan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan
Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta
adalah sebagai berikut:
Sulastomo. 2002. Asuransi Kesehatan Sosial,
ƒ Peningkatan kriteria dalam memilih PPK
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
I agar dapat menjamin pelayanan yang
2002.
memenuhi standar pelayanan Jamsostek.
Zulminar dkk. 1999. Himpunan Peraturan
ƒ Pembinaan PPK, penyuluhan dari PT.
Perundangan Kesehatan Kerja, PT.
Jamsostek akan sangat bermanfaat bagi
Citratama Bangun Mandiri, Jakarta
peningkatan mutu pelayanan.

Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan (168–173) 173


Ameta Primasari
TTIIN
NJJA
AUUA
ANN PPU
USSTTA
AKKA
A

PERANAN GIZI PADA PENCEGAHAN FLU BURUNG

Albiner Siagian

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU Medan

ABSTRACT
Avian influenza or bird flu has attracted worldwide attention because highly
pathogenic avian influenza virus, subtype H5N1, causes fatal infections not only in
poultry but also in human. The risk of AI infection exists along the whole poultry
market chain. Virus influenza is a dynamic virus and tends to change continuously.
Such change is influenced by environmental condition including nutritional factor.
Influenza virus can mutate in two different ways: antigenic drift and antigenic shift.
The first reason for the mutation is selection mechanism. Both influenza virus and
coxsackievirus are mRNA viruses having high rate of mutation due to the absence
of proofreading during enzyme replication. The second possibility of virus
mutation relates to oxidative stress caused by, for example, the deficiency of
Selenium or the absence of glutation peroxidase antioxidant. This situation has a
direct effect on mRNA viruses (mutation) to become more pathogenic. Therefore,
improvement of nutritional status has an important role in preventing avian
influenza. Some of nutrients, especially of those source of antioxidants, that are
important in preventing avian influenza are vitamin C, vitamin E, Selenium, Zinc,
and others antioxidant compound, such as quercetin, curcumin, emodin, dan
resveratol.

Keywords: Avian influenza, Antioxidant, Vitamin E, Selenium

PENDAHULUAN Sejak diketahui menginfeksi manusia


pada tahun 1997 (di Hong Kong), telah
Flu burung adalah masalah kesehatan terjadi 378 kasus infeksi flu burung di
yang dihadapi dunia saat ini, termasuk seluruh dunia dengan korban meninggal
Indonesia. Flu burung tidak hanya sebanyak 238 orang. Di Indonesia, kasus
menyebabkan kematian pada jutaan unggas infeksi flu burung pada unggas pertama kali
(terutama ayam) di dunia tetapi juga dilaporkan pada tanggal 2 Februari 2004.
kematian manusia. Hal ini dikarenakan virus Sedangkan kasus infeksi pada manusia
penyebab flu burung juga dapat menginfeksi pertama kali ditemukan pada tanggal 21 Juli
manusia. 2005. Sejak itu, telah terjadi 142 kasus
Sejauh ini telah terjadi tiga kali infeksi flu burung pada manusia dengan
pandemi influenza. Yang pertama adalah korban meninggal sebanyak 107 orang.
‘Spanish influenza’ pada tahun 1918 yang Angka ini merupakan jumlah kematian
menelan korban sebanyak 40-50 juta jiwa di tertinggi akibat flu burung di seluruh dunia.
seluruh dunia. Pandemi inilah salah satu Angka ini jauh lebih besar daripada jumlah
kejadian yang paling mematikan sepanjang kematian karena penyebab yang sama di Viet
sejarah manusia. Kedua, ‘Asian influenza’ Nam (52 orang), walaupun kasus ini sudah
pada tahun 1957 dengan korban jiwa ditemukan di Viet Nam pada 11 Januari 2004
sebanyak lebih kurang 2 juta. Akhirnya, (WHO, 2008a dan (WHO, 2008b).
‘Hong Kong influenza’ pada tahun 1968 Tingkat kefatalan akibat flu burung
yang membunuh lebih kurang 1 juta manusia (case fatality rate) di Indonesia tergolong
(WHO, 2005). tinggi (81,06%). Angka ini jauh di atas
tingkat kematian rata-rata dunia (62,5%).

174
Tabel 1. Jumlah Kasus Flu Burung di Beberapa Negara (Sampai November 2007)
Negara Jumlah kasus
Terinfeksi Meninggal CFR (%)
Azerbaijan 8 5 62,5
Cambodia 7 7 100,0
Cina 30 20 66,67
Djibouti 1 0 0,00
Mesir 47 20 42,55
Indonesia 132 107 81,06
Irak 3 2 66,67
Laos 2 2 100,00
Myanmar 1 0 0,00
Nigeria 1 1 100,00
Pakistan 3 1 33,33
Thailand 25 17 68,00
Turki 12 4 33,33
Viet Nam 106 52 49,05
Total 378 238 62,5
CFR: Case Fatality Rate Sumber: WHO (2008)

Hingga November 2007, telah terjadi 8 PEMBAHASAN


kasus infeksi flu burung di Provinsi Sumatera
Utara. Tujuh orang dari antaranya Infeksi Virus Flu Burung pada Manusia
meninggal. Semua kasus teresebut terjadi di Flu burung disebabkan oleh infeksi
Kabupaten Karo. Tingkat kefatalan flu virus flu burung (avian influenza virus).
burung di Provinsi Sumatera Utara adalah Virus ini terdapat secara alami pada burung.
87,5%. Angka ini di atas angka tingkat Burung liar membawa virus ini di dalam
nasional (81,06%). Selain ini, cluster infeksi ususnya. Akan tetapi, pada umumnya, virus
flu burung tertinggi (8 kasus) juga terjadi ini tidak berdampak buruk pada kesehatan
provinsi ini, yaitu di Kabupaten Karo unggas tersebut. Virus flu burung sangat
(Depkes RI, 2007). menular antar-burung dan dapat menginfeksi
Virus influenza adalah virus yang burung peliharaan, seperti ayam, bebek, dan
dinamis dan secara terus-menerus berusaha kalkun.
untuk berubah. Perubahan ini sangat Burung yang terinfeksi melepaskan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, virus melalui air liur, sekresi nasal, dan
termasuk gizi. Virus influenza dapat berubah kotoran. Burung rentan akan terinfeksi ketika
(bermutasi) dalam dua cara yang berbeda, mereka kontak dengan sekresi dan ekskresi
yaitu antigenic drift dan antigenic shift. yang terkontaminasi virus. Unggas
Virus tipe A dapat mengalami kedua-duanya peliharaan dapat terinfeksi melalui kontak
(Beck, 2001). langsung dengan unggas yang terinfeksi atau
Alasan pertama yang mungkin untuk melalui kontak dengan permukaan (kotoran
terjadinya mutasi ini adalah mekanisme dan kandang) atau bahan (air dan pakan)
seleksi. Baik virus influenza maupun yang telah terkontaminasi virus flu burung.
coxsackievirus adalah virus mRNA yang Infeksi virus flu burung pada unggas
memiliki laju mutasi yang tinggi dikarenakan peliharaan menyebabkan dua bentuk
tidak adanya koreksi cetakan (proofreading) penyakit, yaitu low pathogenic dan high
selama replikasi enzim. Kemungkinan kedua pathogenic. Bentuk low pathogenic tidak
adalah berkaitan dengan tekanan oksidatif terdeteksi dan biasanya hanya menyebakan
yang salah satunya terjadi pada keadaan sindrom ringan, seperti gugurnya bulu dan
kekurangan Se dan tidak adanya antioksidan menurunnya produksi telur). Sementara itu,
glutation peroksidase. Keadaan ini dapat bentuk high pethogenic menyebar dengan
menyebabkan efek langsung pada virus cepat. Bentuk ini menyebabkan penyakit
mRNA, yaitu menghasilkan mutan baru yang yang mempengaruhi berbagai organ internal
lebih patogen (Beck, 2001).

Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung (174–178) 175


Albiner Siagian
dan menyebabkan laju mortalitas yang dapat peradangan, terutama tumor necrosis factor
mencapai 90-100% dalam 48 jam. (TNF) cytokines (Byron, 2006).
Terdapat beberapa subtipe virus
influenza A. Perbedaan subtipe ini Gizi dan Pencegahan Flu Burung
didasarkan atas perubahan pada protein Mempertimbangkan tingkat kefatalan
tertentu pada permukaan virus influenza A: flu burung (81,06), pepatah lama yang
hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). menyatakan “Mencegah lebih baik daripada
Terdapat 16 subtipe H dan subtipe N yang mengobati”, masih relevan saat ini. Berbagai
telah diketahui. Berbagai kombinasi H upaya harus dilakukan untuk mencegah
dengan N dapat terjadi. Setiap kombinasi H infeksi flu burung, di antaranya adalah
dan N menghasilkan subtipe yang berbeda. mencegah sedapat mungkin kontak dengan
Semua subtipe influenza A yang telah unggas yang terinfeksi flu burung. Upaya
dikenal dapat ditemukan pada unggas. Virus lainnya adalah membentengi tubuh terhadap
flu burung merupakan kombinasi antara infeksi, yaitu dengan meningkatkan daya
hemagglutinin 5 dan neuraminidase 1. Atas tahan tubuh.
dasar itu, virus flu burung disebut juga virus Karena flu burung merusak fungsi
H5N1. imunitas tubuh dengan berbagai cara, kita
juga harus melawannya dengan berbagai cara
Bagaimana Virus Flu Burung pula. Salah satu caranya adalah memperbaiki
Mematikan? asupan gizi melalui makanan. Secara umum,
Virus dapat merusak tubuh dengan kita harus memenuhi kebutuhan dasar akan
berbagai cara. Virus mengambil alih sel, zat gizi, yaitu energi, protein, vitamin, dan
menggunakan komponen dan energinya mineral dalam takaran yang seimbang.
untuk menggandakan diri. Hal ini cukup Walaupun beberapa jenis zat gizi
membuat sel mati. Virus menjadi mematikan menunjukkan peran lebihnya pada fungsi
ketika mereka menghasilkan toksin atau imunitas, fakta juga membuktikan bahwa
mengacaukan pengaturan salah satu atau kecukupan semua jenis zat gizi sangat
lebih sistem di dalam tubuh. Virus penting untuk menunjang fungsi imunitas
melemahkan tubuh. Keadaan ini manusia. Bukti ilmiah juga telah secara
memudahkan infeksi sekunder terjadi, yang meyakinkan mengungkapkan bahwa
berkontribusi pada keparahan akibat infeksi beberapa jenis zat gizi secara bersama-sama
virus. Kebanyakan penelitian mengenai virus mendorong perbaikan fungsi imunitas
H5N1 mengungkapkan bahwa virus ini manusia.
merangsang secara berlebihan sistem
imunitas, dan tubuh ‘membunuh’ dirinya Vitamin C dan E
sendiri ketika berusaha melawan virus flu Berbagai penelitian telah
burung (Byron, 2006). mengungkapkan peran gizi pada pencegahan
Dalam berbagai kasus, termasuk dan penanganan infeksi virus influenza,
infeksi H5N1 pada manusia, badai sitokin termasuk vitamin C dan vitamin E. Akan
(cytokine storm) dipicu oleh infeksi. Seperti tetapi, penelitian kaitan gizi dan flu burung
yang telah disebutkan sebelumnya, sitokin masih sangat terbatas. Penelitian mutakhir
adalah hormon yang mengatur sistem yang dilakukan oleh Li dan koleganya dari
imunitas. Ketika dilepaskan pada waktu dan Departemen Gizi dan Departemen Patologi
kuantitas yang tepat, sitokin dapat membantu dan Laboratorium Kedokteran, University of
melawan infeksi dan mengatur berbagai North Carolina, yang dipublikasikan pada
proses di dalam tubuh. Akan tetapi, beberapa Journal of Nutrition, Oktober 2006,
sitokin berkaitan dengan peradangan dan menunjukkan bahwa kekurangan vitamin C
dapat merusak tubuh jika dilepaskan terlalu meningkatkan patologi paru pada tikus yang
banyak dan terlalu lama. Virus H5N1 tidak terinfeksi virus influenza (Li et al. 2006).
hanya resistan terhadap sitokin yang terlibat Infeksi virus influenza mengakibatkan
melawan virus, tetapi juga menurunkan kerusakan baik paru maupun saluran
produksi sitokin anti-peradangan. pernafasan terutama disebabkan oleh respons
Sebaliknya, virus H5N1 mendorong peradangan. Pemberian vitamin C atau
peningkatan sitokin yang berkaitan dengan kombinasi vitamin C dan vitamin E menekan
peroksidasi lipid dan aktivasi enzim

176 Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung (174–178)


Albiner Siagian
monooksidase yang diinduksi oleh infeksi Curcumin
virus influenza, yang dapat menyebabkan Curcumin adalah komponen yang
kerusakan paru pasca-infeksi. Efek protektif memberi warna kuning pada kunyit.
oleh vitamin E lebih kuat daripada vitamin C. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
Efek ini akan makin kuat jika keduanya curcumin berperan menghempang TNF, yang
dikombinasikan (Tantcheva et al. 2003). mencegahnya dari produksi yang berlebihan
(produksi TNF meningkat pada infeksi flu
Vitamin C (Li et al. 2006) dan vitamin E
burung).
serta kombinasi keduanya (Tantcheva et al.
2003) menghambat tekanan oksidatif yang Emodin
terjadi selama infeksi virus influenza, yang Emodin dan derivatifnya adalah
pada akhirnya mengurangi peradangan antioksidan yang ditemukan pada lidah
jaringan buaya (Aloe vera). Emodin berperan sebagai
Status vitamin C mempengaruhi penghambat enzim neuramidase. Enzim ini
pengaturan produksi sitokin. Atas fakta ini digunakan oleh virus untuk menempel pada
juga diperkirakan bahwa vitamin C berperan permukaan sel dan menginvasinya.
membantu meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi virus flu burung dan Resveratrol
mengurangi tekanan oksidatif. Resveratrol adalah komponen yang
ditemukan dalam jumlah besar pada anggur
merah. Reservatrol diserap ke dalam darah,
Selenium dan Seng dan dipercaya mengambil bagian dalam
Seperti telah disebutkan sebelumnya, “French Paradox”1. Selain sebagai
Se dan Zn adalah mineral yang sangat penghambat enzim neuramidase, resveratrol
penting dalam reaksi enzimatis selular. juga berperan menghentikan penggandaan
Penelitian mutakhir mengungkapkan bahwa virus, melalui proses yang disebut sebagai
Zn dan Se dapat menurunkan simptom “blocking the nuclear-cytoplasmic
influenza. Pada penelitian prospektif, dengan translocation of viral ribonucleoproteins”.
desain acak terkendali, buta-ganda (doubble- Sumber antioksidan lain yang
blind, controlled trial) pada pengaruh diketahui dapat memodulasi sistem imunitas
suplementasi formula gizi (Se, Zn, dan karenanya bermanfaat dalam pencegahan
dan penanganan flu burung, antara lain
oligosakarida terfermentasikan, dan
adalah bawang putih, teh hijau, dan jahe.
trigliserol terstruktur) pada usia lanjut yang
menderita infeksi saluran pernafasan atas PENUTUP
(ISPA) yang dilakukan pada kurun waktu
1999-2000, Langkamp-henken dan kawan- Perbaikan pada fungsi imunitas
kawan menunjukkan bahwa Se dan Zn dapat merupakan faktor antara peran gizi pada
meningkatkan fungsi imunitas dan pencegahan penyakit infeksi, termasuk
menurunkan episode simptom ISPA infeksi virus flu burung. Gizi dan penyakti
(Langkamp-henken et al. 2004). infeksi berkaitan secara sinergistis. Penelitian
mutakhir menghasilkan paradigma baru
Antioksidan kaitan antara gizi (diet) dan patogen (agen),
Quercetin yaitu diet diketahui mempengaruhi agen
(misalnya terjadi mutasi virus).
Quercetin adalah suatu komponen
Berkaitan dengan flu burung,
fitokimia yang terdapat pada anggur, pendekatan gizi harus lebih ditekankan pada
stroberi, ceri, apel, jahe, dan kemangi. pencegahan melalui peningkatan daya tahan
Quercetin merupakan antioksidan yang tubuh. Mengonsumsi pangan bergizi
berperan mencegah kanker dan seimbang dan cukup adalah upaya ke arah itu.
meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian Berbagai penelitian yang mengungkapkan
yang dilakukan oleh Kumar et al (2003) bahwa kombinasi antar-zat gizi lebih efektif
menunjukkan bahwa pemberian quercetin dalam meningkatkan daya tahan tubuh
secara oral menurunkan secara bermakna
produksi lipid peroksidase dan radikal
superoksid. Mereka juga menemukan bahwa 1
French Paradox adalah suatu paradoks antara
quercetin memiliki efek protektif pada konsumsi pangan berlemak tinggi dan kejadian
morfologi paru pada tikus coba yang penyakit jantung. Masyarakat Prancis mengonsumsi
pangan yang berlemak tinggi namun kejadian
terinfeksi virus influenza. penyakit jantung rendah.

Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung (174–178) 177


Albiner Siagian
terhadap infeksi, termasuk infeksi virus Li W, Maeda N, and Beck MA. 2006.
influenza, menguatkan anjuran tersebut. Vitamin C deficiency increases the
Upaya untuk mengatasi masalah flu lung pathology of influenza virus-
burung harus dilakukan secara komprehensif, infected gulo-/- mice. J Nutr 136:2611-
mulai dari upaya pencegahan sampai pada
pengobatannya. Dari aspek pendekatan gizi 2616
perlu dipertimbangkan untuk melakukan Tantcheva LP, Stoeva ES, Galabov As,
intervensi gizi pada kelompok masyarakat Braykova AA, Savov VM, and Mileva
yang secara ekologis rentan terhadap infeksi MM. 2003. Effect of vitamin E and
virus flu burung. vitamin C combination on
experimental influenza virus infection.
DAFTAR PUSTAKA Methods Find Exp Clin Pharmacol
25:259-264
Beck MA. 2001. Antioxidants and viral
infections: host immune response and WHO. 2005. Ten Things You Need to Know
viral pathogenicity. J Am Coll Nutr about Pandemic Influenza dalam
20:384S-388S http://www.who.org (27 Oktober 2006)
Byron JR. 2006. H5N1 Avian Flu Virus WHO. 2007. Cumulative Number of
Therapy: Conventional and Herbal Confirmed Human Cases of Avian
Options dalam Influenza A/(H5N1) Reported to WHO
http://www.med.owl.com/herbal- dalam
antivirals/ (27 Oktober 2006)
Kumar P, Sharma S, Khanna M, and Raj, http://www.who.int/csr/disease/avian-
HG. 2003. Effect of quercetin on lipid influenza/timeline_07_11_04.pdf (7
peroxidation and changes in lung Maret 2008)
morphology in experimental influenza WHO. 2008a. H5N1 Avian Influenza:
virus infection. Int J Exp Pathol timeline dalam http://www.who.org (7
84;127-131 Maret 2008)
Langkamp-henken B, Bender BS, Gardner WHO. 2008b. Cumulative Number of
EM, Herlinger-garcia KA, kelley MJ,
Confirmed Human Cases of Avian
Murasko DM, Schaller JP, Stechmiller
JK, Thomas DJ, and Wood SM. 2004. Influenza A/(H5N1) Reported to WHO
Nutritional formula enhanced immune dalam http://www.who.org (27
function and reduce days of symptoms Oktober 2006)
of upper tract infection in seniors. Clin
Investigators 52:3-10

178 Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung (174–178)


Albiner Siagian
TTIIN
NJJA
AUUA
ANN PPU
USSTTA
AKKA
A

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN


PADA KETAHANAN PANGAN KELUARGA

Abdul Jalil Amri Arma

Pengajar Tetap pada Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU

ABSTRACT
Nowdays, one of the interested issue is the era of borderless world which is called
globalization era. The central issue of globalization era is the implementation of
trade liberalization which is initiated by World Trade Organization and
Internatioal Monetary Fund. The main objective of the trade liberalization are to
stimulate economic growth and to reduce the number of poor people especially in
underdeveloped and developed countries. Libralization of trade includes reducing
tarif and non-tarif barrier of trade among countries. By reducing trade barrier, it
is chance for underdeveloped and developed countries to send their product,
especially agricultural product to other countries. The growth of economic by
exporting agricultural product from underdeveloped and developed countries to
other countries will increase household income, which in turn, improve food
security at household level and nutritional status of family. However, not all
household experiences the benefit of trade liberalization. This paper try to review
the impact of implementation of trade liberalization on food security at national
and household level.

Keywords: Trade liberalization, Food security, Nutritional status

PENDAHULUAN akan mendapatkan keuntungan yang lebih


jika mereka mengkhususkan pada
Salah satu isu yang paling menarik perdagangan barang yang memiliki
perhatian beberapa kalangan masyarakat dan keuntungan ‘alami’ dalam produksinya.
pejabat pemerintah pada akhir abad lalu Dengan melakukan perdagangan barang
sampai dengan awal abad ini adalah dengan cara tersebut dan yang relatif tidak
diberlakukannya era dunia tanpa batas dihambat oleh pasar, negara akan diposisikan
(globalization era). Pusat dari proses ini pada tempat yang tepat untuk mendapatkan
adalah liberalisasi perdagangan, suatu penghasilan untuk mengimpor bahan baku
kebijakan dan ideologi yang dikembangkan penting dan menarik investasi internal atau
oleh Bank Dunia, World Trade Organization lokal. Hasil adalah efisiensi ekonomi yang
(WTO) dan International Monetary Fund lebih tinggi; dengan kata lain, membuka
(IMF), sebagai alat untuk merangsang perekonomian negara, sebagai kebalikan dari
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi menutupnya dengan memenuhi kebutuhan
kemiskinan. sendiri, merupakan kunci untuk pertumbuhan
Proses liberalisasi perdagangan dan kesejahteraan nasional yang
meliputi pengurangan dan penghapusan berkelanjutan (Hawkes, dkk, 2002).
hambatan tarif dan non tarif antara mitra WTO mengklaim bahwa dengan
dagang, yang dicirikan oleh kecilnya campur sistem perdagangan bebas, beberapa
tangan negara pada urusan ekonomi nasional. keuntungan yang diperoleh, antara lain
Ini didasarkan pada teori keuntungan adalah: (1) sistem memberikan lebih banyak
komparatif yang menyatakan negara-negara pilihan produk dan kualitas, (2) perdagangan

179
meningkatakan pendapatan, dan (3) distorsi perdagangan (subsidi) dan
perdagangan merangsang pertumbuhan memperbaiki peluang akses ke pasar, akan
ekonomi.1 membantu meningkatkan produksi domestik
Beberapa pengalaman membuktikan dan selanjutnya pendapatan petani (memberi
bahwa ketahanan pangan tidak selalu insentif untuk berproduksi kembali). Hal ini
diartikan sebagai kemampuan suatu negara dimungkinkan karena petani dapat
memenuhi kebutuhan pangan nasional menghasilkan pangan yang lebih efisien.
(ketersediaan) sendiri. Hal yang lebih penting Namun kenyataan di lapangan
adalah fakta bahwa pangan tersebut tersedia menunjukkan bahwa dampak liberalisasi
dengan harga yang bersaing dan terjangkau. perdagangan terhadap ketahanan pangan di
Dewasa ini, ketahanan pangan tidak hanya negara-negara miskin dan berkembang
ditentukan oleh kuantitas produksi pangan (termasuk Indonesia) tidak selalu seperti
lokal, tetapi juga oleh kemampuan negara yang didengung-dengungkan oleh WTO.
untuk membiayai impor pangan melalui Malcolm Damon, melalui makalahnya pada
ekspor barang yang lain. pertemuan Interfaith Working Group on
Kemiskinan⎯bukan kekurangan Trade and Investment, menyatakan
produksi pangan global⎯adalah akar “Globalisasi dan liberalisasi perdagangan
penyebab dari ketidaktahanan pangan, seperti menyebabkan ketidaktahanan pangan”.
yang mengemuka pada World Food Summit Damon menambahkan meningkatnya jurang
tahun 1996 di Roma. Kesinambungan dari antara negara kaya dan negara miskin dan
proses reformasi di bidang pertanian, melalui meningkatnya dominasi perusahaan
negosiasi WTO yang masih terus transnasional merupakan akibat dari
berlangsung, dapat diharapkan memiliki efek globalisasi dan liberaliasi perdagangan. Teori
yang positif pada daya beli masyarakat keuntungan komparatif yang dikampanyekan
miskin. Menurut perkiraan Bank Dunia, di oleh Bank Dunia dan IMF telah
negara dengan tingkat pendapatan rata-rata menyebabkan pergeseran dari pertanian
rendah dan sedang, pertanian menyumbang, subsisten menjadi pertanian cash crops
masing-masing, rata-rata 28 dan 11 persen (Damon, 2000). Salah satu makalah
produk domestik bruto (Mendoza, 2002). memplesetkan Agreement on Agriculture
Hartwig de Haen, pada European Media (AoA) sebagai ‘Act of frAud’⎯aksi
Seminar on Global Food Security tahun kecurangan.2 Hal ini tidak berlebihan karena
2001, menyatakan bahwa pertanian adalah beberapa negara miskin dan berkembang
pusat ekonomi dari negara-negara merasakan bahwa beberapa butir perjanjian
berkembang. Pertanian merupakan sumber pada AoA hanya merupakan taktik negara
utama pendapatan luar negeri dan maju untuk mendapatkan lebih banyak
menyumbang ketersediaan pangan yang keuntungan dari perdagangan komoditi
besar di tingkat nasional. Di beberapa negara pertanian.
agraris, sektor pertanian menyerap lebih dari
50% tenaga kerja. Pada kondisi yang Permasalahan
demikian, perbaikan pada kinerja ekspor dan Apakah premis yang diajukan oleh
sistem perdagangan antar negara akan WTO atau Bank Dunia sesuai dengan
menentukan tingkat kesejahteraan petani. kenyataan di lapangan? Apakah liberaliasi
Selain itu, ketersediaan pangan di negara- perdagangan sektor pertanian meningkatkan
negara berkembang bersumber, terutama, pendapatan atau meningkatkan insentif
dari produksi domestik (hanya 15 persen produksi bagai negara berkembang? Makalah
kebutuhan domestik dipenuhi dari impor) ini membahas dampak liberalisasi
(Diaz-Bonilla dan Thomas, 2001). perdagangan pada ketahanan pangan negara-
Dengan alasan yang dikemukakan di negara berkembang atau berpendapatan
atas, mengurangi atau menghilangkan rendah. Secara khusus juga dibahas dampak
liberalisasi perdagangan pada ketahanan
1
The Multilateral Trading System ⎯ Past, Present, and pangan di Indonesia. Walaupun ketersediaan
Future
2
dalam The 1996 Oxfam paper on Philippines dalam
http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/inbri http://www.wtowatch.org/library/admin/uploadedfile
ef_e/inbr00_e.htm s/Trade_ and_Hunger_An_Overview_of_Case_
Studies_o.htm

180 Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185)


Abdul Jalil Amri Arma
(energi dan protein) sejak tahun 1978-1998 informal disebut sebagai “Blair House
selalu lebih tinggi daripada kebutuhan Accord”. Pada bulan Juli 1993, Amerika
(Deptan, 2002), hal tersebut bukan berarti Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada
bahwa di Indonesia tidak ada masalah mengumumkan kemajuan yang bermakna
pangan. Ketahanan pangan tingkat nasional pada negosiasi tarif dan hal-hal yang
tidak selalu mengindikasikan ketahanan berkaitan dengannya (market access). Pada
pangan pada tingkat rumah tangga. April 1994, perjanjian ditandatangani oleh
Pembahasan dimulai dari cikal-bakal menteri dari 125 negara pada pertemuan
liberaliasi perdagangan produk pertanian, mereka di Marrakesh, Marokko. Putaran
kaitan antara liberaliasi perdagangan produk terakhir⎯Putaran Uruguay⎯meliputi
pertanian dan ketahanan pangan, dan, berbagai hal, antara lain jasa, tekstil,
akhirnya, dampaknya pada ketahanan pertanian, dan hak cipta intelektual.
pangan. Agreement on Agriculture (AoA) adalah salah
satu bagian kunci dari Putaran Uruguay.
PEMBAHASAN Inilah yang menjadi cikal bakal organisasi
perdagangan internasional. (Pertemuan
Berawal dari Putaran Uruguay lanjutan dilakukan pada bulan November
Cikal bakal Putaran Uruguay 2001 di Doha, Qatar yang dihadiri oleh lebih
(Uruguay Round) ditaburkan pada bulan dari 100 negara termasuk Indonesia). Sejak
November 1882 ketika negara-negara tahun 1880-an, Bank Dunia/IMF
anggota General Agreement on Tariffs and ‘memaksakan’ program penyesuaian
Trade (GATT) melakukan pertemuan tingkat struktural (structural adjustment
menteri di Jenewa, Swiss. Walaupun para programmes, SAPs)⎯suatu program
menteri peserta pertemuan bermaksud penyediaan pinjaman kepada negara-negara
mengeluarkan negosiasi baru, konferensi yang menghadapi permasalahan pada
mengelak melakukan kesepakatan pada keseimbangan neraca pembayaran dengan
bidang pertanian. Namun, mereka setuju beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
mengagendakan dasar-dasar yang nantinya Dengan adanya SAPs dan AoA,
dikenal sebagai Putaran Uruguay. Diperlukan negara-negara berkembang harus membuat
waktu lebih dari 4 tahun untuk perubahan-perubahan signifikan pada
mengeksplorasi dan menglarifikasi isu dan kebijakan pangan dan pertaniannya. Mereka
konsensus yang sungguh-sungguh, sebelum wajib membuka perekonomiannya terhadap
para menteri setuju melaksanakan putaran impor pangan murah dan mengurangi dan
baru. Mereka juga melakukan hal yang sama sangat membatasi dukungan pada petaninya
pada pertemuan berikutnya di Punta del Este, (mengurangi subsidi domestik kepada
Uruguay, pada bulan September 1986. petani).
Dua tahun kemudian, pada bulan Di dalam subsidi ekspor diatur
Desember 1988, para menteri negara anggota bahwa setiap negara anggota maju harus
GATT bertemu kembali di Montreal, menurunkan subsidi ekspor sebesar 36% di
Kanada, yang disebut sebagai pertemuan bawah subsidi yang diberikan pada pero\iode
untuk menilai kemajuan untuk setengah tahun 1986-1990 dalam jangka waktu 6
perjalanan putaran. Tujuannya adalah untuk tahun dan penurunan kunatitas volume
menglarifikasi agenda untuk 2 tahun yang sebesar 21%. Untuk negara berkembang,
masih tersisa. Putaran diperkirakan akan pengurangan subsidi ditetapkan sebesar 24%
berakhir ketika pertemuan tingkat menteri di dan pengurangan volume sebesar 10% dalam
Brussel, Belgia, pada bulan Desember 1990. jangka waktu 10 tahun.
Akan tetapi, mereka tidak setuju pada cara Dalam rangka akses ke pasar,
mereformasi perdagangan hasil pertanian dan proteksi yang selama ini diberlakukan
memutuskan untuk memperluas dengan mengenakan hambatan non-tarif
pembicaraan. Sampai saat itu, Putaran dirubah menjadi pengenaan tariff dengan
Uruguay memasuki masa yang paling suram. tingkat proteksi yang sama (Saifullah, 2002).
Pada bulan November 1992, Sepintas, dari angka-angka kesepakatan ini
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengakhiri terlihat bahwa aturannya cukup adil bagi
perbedaan-perbedaan mereka pada bidang negara berkembang. Namun pada
pertanian dalam perjanjian yang secara kenyataannya tidak demikian. Subsidi yang

Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185) 181


Abdul Jalil Amri Arma
diberikan oleh negara berkembang kepada potensinya. Namun, di beberapa negara,
petaninya adalah sangat kecil dibandingkan sektor pertanian telah mencapai kapasitas
dengan negara maju. Oleh karena itu, maksimum. Untuk negara ini, impor
penurunan subsidi ekspor sebesar 36% di memainkan peran penting untuk
negara maju tidak terlalu berarti meningkatkan ketersediaan pangannya.
dibandingkan dengan penurunan subsidi di Untuk negara-negara berkembang,
negara berkembang. liberalisasi pedagangan sektor pertanian
berdampak kepada ketahanan pangan melalui
Kaitan Liberalisasi Perdagangan dan pengaruhnya pada (1) tingkat harga pangan
Ketahanan Pangan dunia, yang dapat berpengaruh besar pada
Menurut organisasi pangan dunia harga di tingkat produsen domestik dan (2)
(FAO), ketahanan pangan diartikan sebagai pendapatan ekspor. Komponen paling
suatu keadaan yang padanya semua keluarga penting dari negosiasi perdagangan hasil
memiliki akses, baik secara fisik maupun pertanian adalah tiga pilar, yaitu (1)
ekonomi, kepada pangan, dan di mana dukungan domestik, (2) subsidi ekspor, (3)
semua keluarga tidak berisiko untuk dan akses ke pasar (Shapouri dan Trueblood,
kehilangan akses tersebut. Ketahanan pangan 2002). Pada suatu skenario yang melaluinya
suatu negara tidak selalu mengindikasikan para eksportir (negara pengekspor utama)
ketahanan pangan pada tingkat rumah menghilangkan dukungan harga domestik
tangga. Ketahanan pangan pada tingkat dan subsidi ekspor, efek yang diharapkan
negara sangat ditentukan oleh kemampuan adalah menurunnya ekspor pangan pokok
negera tersebut untuk menghasilkan pangan dan meningkatnya harga (dengan kondisi
yang cukup untuk masyarakatnya dan/atau pasar lain yang ajek). Negara-negara
mengimpornya untuk kebutuhan domestik. tersebut⎯yang memiliki sumber daya
Meskipun terjadi perbaikan dalam pertanian yang memadai⎯akan memperoleh
ketersediaan pangan global, beberapa negara keuntungan dari meningkatnya harga dan
berkembang masih rentan terhadap mendapatkan insentif untuk berproduksi.
ketidaktahanan pangan. Tiga persyaratan Untuk negara yang memiliki sumberdaya
yang harus dipenuhi untuk menjamin pertanian yang terbatas, peningkatan harga
ketahanan pangan adalah (1) pangan harus berarti penurunan kemampuan mengimpor
tersedia, (2) setiap orang harus memiliki pangan atau mengurangi pendapatan
akses ke pangan, dan (3) pangan yang alternatif (kompensasi terhadap
digunakan harus memenuhi kecukupan meningkatnya beban impor).
konsumsi. Beberapa faktor yang Dewasa ini, negara-negara industri
mempengaruhi posisi ketahanan pangan adalah mitra dagang pokok negara-negara
suatu negara adalah taraf keragaman berpendapatan rendah. Kebanyakan ekspor
produksi pangan, pertumbuhan populasi, negara-negara berpendapatan rendah ke
pendapatan dan distribusi pendapatan, dan negara-negara industri termasuk dalam
ketersediaan dana untuk mengimpor pangan skema non-reciprocal preference. Pada tahun
(Shapouri dan Trueblood, 2002). Dengan 1968, masyarakat internasional mengadopsi
berlanjutnya negosiasi perdagangan hasil konsep non-reciprocal trade preferences
pertanian, premis adalah bahwa liberalisasi dengan maksud untuk membantu negara-
perdagangan global akan menguntungkan negara berkembang meningkatkan
berbagai negara, termasuk negara-negara penghasilan ekspornya. Program ini
berkembang pengekspor produk pertanian ditentukan secara unilateral yang bentuk
dan negara-negara yang dapat merespon kerjasamanya bervariasi dalam hal margin
perluasan kesempatan pasar. preferensi, cakupan komoditi, dan negara
Untuk meningkatkan ketahanan penerima fasilitas kemudahan tersebut.
pangan dengan meningkatkan Kemudahan ini dapat berupa penghapusan
ketersediaannya pada tingkat nasional, tarif ekspor dari negara berpendapatan
negara memiliki 2 (dua) pilihan, yaitu rendah ke negara industri.
meningkatkan produksi pertanian domestik Studi pre-Uruguay Round yang
atau meningkatkan impor. Pilihan pertama menganalisa keuntungan dari skema
akan tepat bagi negara-berpendapatan rendah preferensial menunjukkan hasil yang
yang produksi pertaniannya masih di bawah berbeda, tergantung pada tingkat agregasi

182 Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185)


Abdul Jalil Amri Arma
dan cakupan komoditi. Penelitian yang oleh kuantitas produksinya⎯tentunya
dilakukan oleh Yates (1994) yang dipengaruhi oleh luas lahan produksi.
menganalisa dampak penghapusan/ Berdasarkan food security
pengurangan preferensi (perlakuan khsusu) assessment, untuk skenario pertama, dampak
di Afrika (Sub-Sahara) menyimpulkan bahwa liberalisasi perdagangan hasil pertanian
negara-negara Afrika akan mengalami (pengurangan subsidi domestik dan ekspor)
kerugian perdagangan sebagai hasil dari adalah meningkatnya harga impor pangan.
pemotongan tarif pada Putaran Uruguay. Sebagai akibatnya, harga pangan di pasar
Weston memperkirakan bahwa kerugian domestik meningkat. Saat ini, Indonesia
akibat penghapusan preferensi adalah 1,5% adalah negara kedua pengimpor pangan
dari pendapatan ekspor negara-negara Afrika terbesar setelah Rusia. Hal ini merupakan
(Weston, 1995). ancaman terhadap ketahanan pangan
Secara keseluruhan, penelitian nasional. Besarnya impor pangan
menunjukkan bahwa untuk negara mengindikasikan bahwa telah terjadi jebakan
berpendapatan rendah, hilangnya preferensi pangan (food trap) oleh negara maju kepada
pada pasar negara-negara industri adalah Indonesia. Kemungkinan hal ini adalah
penting tetapi tidak besar (nilai kerugian). bagian dari politik internasional untuk tetap
Keuntungan akhir dari liberalisasi global mengondisikan negara-negara berkembang
tergantung pada seberapa besar perdagangan untuk selalu tergantung pada negara-negara
diperluas akibat liberalisasi perdagangan, maju (Surono, 2002). Masih segar dalam
khusunya bagaimana perubahan permintaan ingatan kita dampak kelangkaan gula
dunia untuk komoditi yang diekspor oleh terhadap harga dan ketersediaan gula
negara-negara berpendapatan rendah nasional.
(Shapouri dan Trueblood, 2002). Liberalisasi Meningkatnya harga pangan
perdagangan diproyeksikan untuk domestik, ditambah lagi rendahnya tingkat
meningkatkan permintaan untuk ekspor pendapatan masyarakat, akan makin
negara-negara berkembang. Penelitian menurunkan daya beli masyarakat.
menunjukkan bahwa negara yang lebih Akibatnya adalah ketahanan pangan keluarga
menganekaragamkan struktur pasar dan mitra makin rapuh. Pengurangan atau bahkan
dagangnya menyesuaikan diri dengan cepat penghentian subsidi harga pangan makin
dan mendapat keuntungan dari signal memperburuk ketahanan pangan keluarga.
insentif, sementara negara yang infrastruktur Peningkatan harga ekspor pangan
pasarnya lemah dan mengandalkan ekspor tidak cukup untuk menutupi peningkatan
komoditi yang tidak beragam akan harga impor pangan nasional. Peningkatan
mendapatkan keuntungan yang terbatas harga ekspor pangan hanya dapat dinikmati
(World Bank, 1987; Shapouri dan Rosen, oleh segelintir pengusaha ekspor dan
1989). sebagian kecil petani. Kualitas produk
pertanian Indonesia yang kalah bersaing
Dampak Liberalisasi Perdagangan pada dengan produk negara-negara lain makin
Ketahanan Pangan Indonesia menurunkan nilai tambah liberalisasi
Walaupun ketersediaan (energi dan perdagangan pada petani. Serbuan beras
protein) sejak tahun 1978-1998 selalu lebih impor dengan harga yang lebih murah adalah
tinggi daripada kebutuhan (Deptan, 2002), salah satu contoh tekanan kepada petani
bukan berarti bahwa di Indonesia tidak ada lokal. Kebijakan penetapan harga dasar
masalah pangan. Ketahanan pangan tingkat gabah tidak dapat membendung menurunnya
nasional yang kuat tidak selalu harga di tingkat petani⎯hal ini disebabkan
mengindikasikan ketahanan pangan pada sebagian petani sudah terjerat utang dengan
tingkat rumah tangga juga kuat. Data tersebut tengkulak. Pada keadaan ini, beban
hanya menunjukkan bahwa, secara makro, perdagangan bebas, seolah-olah, ditimpakan
kondisi perekonomian negara masih dapat seluruhnya di pundak petani.
mendukung ketersediaan pangan nasional. Pada skenario kedua, walaupun
Ketersediaan pangan rumah tangga sangat terjadi peningkatan pendapatan nasional dan
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan rumah masyarakat dari ekspor produk pertanian,
tangga. Bagi keluarga produsen pangan, peningkatan tersebut tidak cukup
ketersediaan pangannyan sangat ditentukan merangsang dan memberi insentif kepada

Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185) 183


Abdul Jalil Amri Arma
petani untuk meningkatkan produksinya. ekspor pertaniannya. Indonesia termasuk
Beberapa penyebabnya, antara lain adalah dalam kelompok ini.
sebagai berikut. Sebagian besar petani adalah ƒ Negara-negara yang merupakan importir
bukan pemiliki lahan. Sementari itu, tingkat hasil pertanian dibagi menjadi 2 kelompok.
pemilikan lahan oleh patani juga rendah, Kelompok pertama⎯negara yang memiliki
sehingga kapasitas produksi sangat terbatas. dana yang besar untuk impor⎯akan
Beberapa petani berusaha menanam komoditi memperoleh manfaat yang lebih karena
lain (misalnya mengganti tanaman padi) mereka dapat memperoleh produk
yang memiliki peluang ekspor yang lebih pertanian yang bermutu tinggi. Kelompok
‘menjanjikan’. Hal ini akan mengancam kedua⎯negara yang memiliki dana impor
ketersediaan pangan nasional. Hal lain yang yang terbatas⎯akan menanggung baiya
sangat penting adalah investasi pemerintah di impor yang lebih tinggi sebagai akibat dari
sektor pertanian sangat rendah. Dalam era meningkatnya harga pangan di pasar
perdagangan bebas investasi yang besar internasional. Indonesia juga termasuk
dibutuhkan untuk meningkatkan dalam kelopmpok ini.
produktivitas pertanian dan kualitas produk.
Selain itu, kontribusi ekspor pertanian pada Kebijakan yang diambil pemerintah
pendapatan nasional relatif rendah. Penelitian tampaknya tidak dapat membantu petani.
yang dilakukan oleh Sahpouri dan Trueblood Kebijakan penetapan harga dasar gabah,
(2002) menunjukkan bahwa peningkatan misalnya, hanya akan efektif jika BULOG
ekspor produk pertanian di negara-negara dapat menampung seluruh produk
berkembang (termasuk Indonesia) dengan gabah/beras petani. Hal ini tidak mungkin
adanya perdagangan bebas hanya karena BULOG tidak memiliki dana yang
menyumbang peningkatan pendapatan cukup untuk itu. Akibatnya, petani
ekspor total sebesar 2%. ‘dibiarkan’ menangggung sendiri dampak
Faktor lain yang menyebabkan fluktuasi harga di pasar dan menghempang
rendahnya nilai tambah liberalisasi serbuan impor beras murah dari India,
perdagangan produk pertanian adalah Thailand, dan Vietnam. Oleh karena itu,
rendahnya efisiensi produksi. Hal ini ungkapan The Act of frAud untuk
dicirikan oleh panjang dan rumitnya rantai kepanjangan AoA, tampaknya, tepat untuk
produksi dan distribusi pertanian. Akibatnya Indonesia.
adalah besarnya biaya total produksi.
Tingginya biaya produksi ini akan KESIMPULAN
menurunkan daya saing produk pertanian di
pasar internasional. Dampak akhirnya adalah Secara umum, hasil-hasil penelitian
menurunnya ketahanan pangan nasional atau mengindikasikan bahwa dampak liberaliasai
keluarga karena menurunnya insentif dan perdagangan sektor pertanian adalah positif
minat petani untuk berproduksi. tetapi relatif kecil pada kedua skenario yang
Hal-hal yang disebutkan di atas disebutkan di atas. Akan tetapi, bagi negara-
sesuai dengan pengalaman empiris berbagai negara berpendapatan rendah, apabila
negara dalam memanfaatkan AoA. perkiraan proyeksi food gaps akan makin
Pengalaman negara-negara tersebut berbeda besar di masa mendatang, masalah ketahanan
tergantung pada situasi dan kondisi masing- pangan mungkin akan tetap ada atau bahkan
masing. akan makin parah. Liberalisasi perdagangan
ƒ Negara-negara produsen/eksportir yang global kemungkinan akan meningkatkan
konsisten dan efisien akan lebih merasakan volatilitas harga komoditi impor pangan
manfaat dari liberalisasi perdagangan hasil pokok utama.
pertanian, karena berpeluang besar Penghapusan ketidaktahanan pangan
meningkatkan ekspornya. (food insecurity eradication) di negara-
ƒ Negara-negara produsen/eksportir yang negara miskin adalah tugas yang
kurang efisien atau negara dengan petani rumit⎯tidak sekedar membuka lebar-lebar
yang masih tergantung pada subsidi perdagangan internasional⎯yang
pemerintah akan mengalami dampak membutuhkan strategi yang komprehensif
negatif terhadap upaya pengembangan untuk meningkatkan pendapatan ekspor baik

184 Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185)


Abdul Jalil Amri Arma
pada sektor pertanian maupun non pertanian, Dillon, H.S. 1999. Trade and Food Security:
demikian juga halnya dengan produksi The Case of Indonesia. Paper
pangan lokal. presented at the IAMA Conference
Beberapa negara, terutama negara “Building Trust in the Agro-Food
System: Trade, Technology and
miskin dan berkembang, masih memerlukan Competitiveness”, 14-15th June 1999,
perlakuan khusus (special preferences) agar Florence
merka dapat tumbuh bersam dengan negara Goldstein, M. dan M. Khan. 1984. Income
industri/maju di era liberalisasi perdagangan. and Price Effects in Foreign Trade.
Perbaikan pada program jarring pengaman New York: North Holland
internasional seperti ini dapat membantu Hawkes, C., T. Lang, dan M. Caraher. 2002.
memperbaiki ketahanan pangan negara Trade Liberalization and Malnutrition.
berpendapatan rendah di era perdagangan Backround Paper for the ACC/SCN’S
bebas ini. 5th report on the world Nutrition
Situation.
Sebagai negara pengimpor utama INFID, IGJ dan FSPI. 2002. Pertanian dan
bahan pangan di dunia, Indonesia akan WTO: Panduan Untuk Aktivis.
mengalami beban yang sangat besar akibat Diterbitkan oleh INFID, IGJ, dan FSPI,
liberalisasi perdagangan pertanian. Beban 2002
tersebut meliputi meningkatnya beban impor Madeley, J. 2000. Trade and Hunger: An
dan menurunnya kapasitas produksi domestik Overview of Case Studies on the
karena menurunnya insentif produksi dan Impact of Trade Liberalization on
subsidi bagi petani. Food Security dalam
http://www.wtowatch.org/library/admi
n/uploadedfiles/Trade_and_Hunger_A
DAFTAR PUSTAKA n_Overview_Case_Study_o_htm
Mendoza, M.R. 2002. Trade Liberalization
----------,. 2003. The Multilateral Trading on Food Security. Paper presented at
System⎯Past, Present, and Future the World Food Summit, Rome 11th
dalam June 2002
http://www.wto.org/english/thewto_e/w Saifullah, A. 2002. Badan Penyangga
hatis_e/inbrief_e/inbr00_e.htm Kebijaksanaan Pasar Hasil-hasil
Bon, M.E. 1992. An Econometric Study of Pertanian dalam Usaha Menciptakan
Ketahanan Pangan. Majalah Pangan,
Primary Commodity Exports from
No.38/XI/Jan/2002
Developing Countries. Inernational Shapouri, S. dan M. Trueblood. 2002. Trade
Monetary Fund Staff Papers, Vol. 34, Liberalization, Food Security, and
No. 2, June 1992 Safety Nets for Low-Income
Damon, M. 200. The Effect of Trade Countries, Washington, DC
Liberalization on Developing Shapouri, S. dan S. Rosen. 1999. Food
Countries. Paper presented at a Security Assessment: Why Countries
meeting of the Interfaith Working Are at Risk? Agricultural Information
Group on Trade and Investment in Bulletin, No. 754. Washington, DC
Surono, S. 2002. Globalisasi dan Nasib
Washington DC, September 2000
Petani Padi. Majalah Pangan,
de Haen, H. 2001. The Impact of No.38/XI/Jan/2002
Globalization and Trade Liberalization Weston, A. 1995. The Uruguay Round: Cost
on Food Security. Paper presented at and Compensation for Developing
the European Media Seminar on Countries. The United Nation
Global Food Security, Stocholm 14-15 Conference on Trade Development,
October 1002 Geneva
Deptan. 2002. The Food and Nutrition World Bank. 1987. Exports of Developing
Situation. The center for food and Countries: How Direction Affects
Performance. (ed. Oli Havrylyshiyn).
Surveillance
Washington, DC
Diaz-Bonilla dan M. Thomas. 2001. Trade Yeats, A.J. 1994. Ehat are OECD Trade
and Food Security. Shaping Preferences Worth to Sub-Saharan
Globalization for Poverty Alleviation Africa? World Bank Policy Research
and Food Security dalam Working Paper, No. 1254, Washington,
www.ifpri.org/2020/focus.h DC

Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga (179–185) 185


Abdul Jalil Amri Arma
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para pakar yang telah memberikan
telaahnya pada konsep tulisan Jurnal Info Kesehatan Masyarakat oleh Jurnal Info Kesehatan
Masyarakat dalam Volume XII. Berikut ini daftar nama pakar yang berpartisipasi:

Prof. Dr. Rozaini Nasution, S.K.M., FKM USU, Medan


Dr. dr. Chatarina Umbul Wahyuni, M.S., M.P.H., FKM UNAIR, Surabaya
Prof. Dr. dr. Aznan Lelo, Ph.D., Sp.FK., FK USU, Medan
Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H., FKM USU, Medan
dr. Achsan Harahap, M.P.H., FKM USU, Medan
Prof. dr. David H. Simanjuntak, FKM USU, Medan
Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H., FKM USU, Medan
Dr. Drs. Surya Utama, M.S., FKM USU, Medan
Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes., FKM USU, Medan
INDEKS PENULIS
VOLUME XII

Aritonang, Evawany, 66, 73, 105, 124 Meirinda, 136


Arma, Abdul Jalil Amri, 18, 179 Meliala, Endang Restuina S., 145
Asmawati, 1 Naria, Evi, 1
Barus, Dumasari, 109 Nasution, Ernawati, 105
Barus, Nerseri, 62 Nasution, Siti Khadijah, 87
Dharma, Surya, 34 Panjaitan, Togar Duharman, 79
Gunawan, 34 Prasetyo, Budhi, 79
Hasan, Wirsal, 92 Primasari, Ameta, 168
Helifenida, 45 S., Devi Nuraini, 55
Indrawati, 163 S., Indra Chahaya, 1, 136
Jumirah, 73 Sarumpaet, Sori Muda, 45
Limantara, Leenawaty, 79 Siagian, Albiner, 8
Lubis, Zulhaida, 73 Silaban, Gerry, 26
Marsaulina, Irnawati, 119, 136 Siregar, Eunike, 124
Maryam, Siti, 153 Syamsunihar, 105
Mawengkang, Herman, 92 Wahyuni, Sri, 55
Megawati, 132 Zaluchu, Fotarisman, 18
INDEKS SUBYEK
VOLUME XII

Adolescence, 105 Hospital performance, 87


Air quality inside the house, 136 Hospitalized patient, 132
ANC, 163 Housing condition, 1
Anemia status, 105 Human behavior, 18
Anopheles sundaicus, 119 Hygiene, 34
Antioxidant, 79, 174 ISPA, 1
ARI, 1 Jamsostek customers, 168
Avian influenza, 174 Lactating mother, 66
Baby growth, 66 Lipid profile, 8
Balanced scorecard, 87 Lunch meal, 8
Breakfast meal, 8 Malaria, 18, 119
Carotenoid, 79 Natural pigment, 79
Contribution of fish protein, 145 Nutritional status, 73, 124, 179
Coping strategy, 153 Performance measurement, 87
Decision support system, 92 Pregnant women, 163
Dental caries, 109 Prevalence rate, 62
Dietary fibre, 99 Primary student, 73
Diferticula, 99 Puskesmas,
Diferticulitis, 99 Sanitation, 34
Driver of city transport, 124 Selenium, 174
Earthquake, 153 Smoking habit, 62
Eating pattern habit, 109 Snacks, 34
Elementary school students, 109 Socio psichological factors, 18
Elephantiasis, 45 Solid Waste Management Systems, 55
Endemic disease, 18 Solid Waste, 55
Energy and protein consumtion, 73 Standards of services, 168
Environmental sanitation, 62 Stress level, 153
Family, 153 Stunted, 73
Filariasis, 45 The employment accident benefits program, 26
Fish consumption, 145 The protection of employees, 29
Fishermen family, 145 The psychosocial aspects, 132
Food consumption pattern, 124 The site of the reproduction, 119
Food security, 179 Trade liberalization, 179
Fortified instant noodle, 66 Tsunami disaster, 153
Fracture, 132 Vegetarian, 105
Free radical, 79 Vitamin E, 174
Garbage dump site, 136 Water resources management, 92
Glycemic index, 8 Women health, 163
Health service, 168
DAFTAR ISI
VOLUME XII

Nomor 1 Juni 2008

Hubungan Kondisi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2008. Evi Naria, Indra Chahaya,
dan Asmawati..................................................................................................... 1–7
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan terhadap Profil
Lipid Plasma. Albiner Siagian ........................................................................................ 8 – 17
Studi Kualitatif Sosio-psikologi Masyarakat terhadap Penyakit Malaria di Daerah
Endemis Malaria (Studi Kasus di Kecamatan Gunungsitoli, Kabupaten Nias).
Fotarisman Zaluchu dan Abdul Jalil Amri Arma.............................................................. 18 – 25
Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja
pada PT Jamsostek Cabang Medan Tahun 2006. Gerry Silaban .................................... 26 – 33
Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan di Simpang Selayang Kelurahan Simpang
Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Surya Dharma dan
Gunawan........................................................................................................................ 34 – 44
Analisis Hubungan Karakteristik Individu, Perilaku, dan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat dengan Kejadian Penyakit Kaki Gajah di Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2007. Sori Muda Sarumpaet dan Helifenida .................................................................. 45 – 54
Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bagan Barat Kecamatan
Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau Tahun 2007. Devi Nuraini S. dan Sri
Wahyuni......................................................................................................................... 55 – 61
Kebiasaan Merokok Hubungannya dengan Sarana Sanitasi Rumah di Kabupaten Serdang
Bedagai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006. Nerseri Barus...................................... 62 – 65
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi pada Ibu Menyusui terhadap Pertumbuhan
Bayi. Evawany Aritonang ............................................................................................... 66 – 72
Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa
Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Evawany
Aritonang....................................................................................................................... 73 – 78
Peranan Karotenoid Alami dalam Menangkal Radikal Bebas di dalam Tubuh. Togar
Duharman Panjaitan, Budhi Prasetyo, dan Leenawaty Limantara................................... 79 – 86
Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Balanced Scorecard. Siti Khadijah Nasution...... 87 – 91
Developing Decision Support System for Water Resources Management Under
Uncertainty. Wirsal Hasan dan Herman Mawengkang................................................... 92 – 98
Mencegah Infeksi Difertikula dengan Asupan Serat Makanan yang Cukup.
Zulhaida Lubis .............................................................................................................. 99 – 104

Nomor 2 Desember 2008

Indeks Massa Tubuh dan Status Anemia pada Remaja Vegetarian di Medan. Evawany
Aritonang, Ernawati Nasution, dan Syamsunihar ........................................................... 105 – 108
Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi pada
Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008.
Albiner Siagian dan Dumasari Barus .............................................................................. 109 – 118
Tempat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu
Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Irnawati Marsaulina............... 119 – 123
Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota
Medan. Evawany Aritonang dan Eunike Siregar ............................................................. 124 – 131
Gambaran Status Sosio-Ekonomi dan Psikososial Pasien Fraktur Rawat Inap di RSUP Dr.
Pirngadi Medan, Tahun 2008. Megawati ...................................................................... 132 – 135
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Udara dalam Rumah di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2008. Irnawati Marsaulina, Indra Chahaya S. dan Meirinda................................ 136 – 144
Konsumsi Ikan dan Kontribusinya terhadap Kebutuhan Protein pada Keluarga Nelayan
di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Ernawaty
Nasution dan Endang Restuina S. Meliala ...................................................................... 145 – 152
Strategi Coping Keluarga yang Terkena Musibah Gempa dan Tsunami Pasca Enam
Bulan dan Satu Tahun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Siti Maryam............... 153 – 162
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Pemeriksaan ANC di Klinik Bersalin Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2007. Indrawati ................................................................. 163 – 167
Penilaian Standar Pelayanan Kesehatan Tingkat I dan Fasilitasnya bagi Peserta
Jamsostek di Medan. Ameta Primasari .......................................................................... 168 – 173
Peranan Gizi pada Pencegahan Flu Burung. Albiner Siagian ............................................... 174 – 178
Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Ketahanan Pangan Keluarga. Abdul Jalil Amri
Arma .............................................................................................................................. 179 – 185
Info
Kesehatan Masyarakat
The Journal of Public Health

INFORMASI BERLANGGANAN

Biaya Berlangganan: Termasuk Biaya Pengiriman (dengan pos udara)

• Pulau Sumatera Rp 60.000 (Enam Puluh Ribu Rupiah)/tahun


• Luar Pulau Sumatera Rp 85.000 (Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah)/tahun

LEMBAR PEMESANAN LANGGANAN

Nama : _________________________________________________

Alamat : _________________________________________________

Kota : _________________________ Kode Pos _______________

Telepon : _____________ Fax. ___________ e-mail ______________

Instansi : _________________________________________________

_________________________________________________

Pemesanan Tahun Terbitan : _______________________________

Pembayaran  Tunai  Transfer

Transfer melalui
Rekening Bank Mandiri Cabang USU Medan
a.n. Jumirah, Dra.
No. Rekening: 106-00-9202303-8

Informasi dapat diperoleh pada:

REDAKSI Info Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Jl. Universitas No. 21, Kampus USU, Medan, 20155
Telp. 061-8213221. Fax. 061-8213221
E-Mail: infokesmas_fkmusu@yahoo.com
INSTRUCTIONS FOR AUTHOR i. References should be name of authors
refrence and years according to Harvard
1. Info Kesehatan Masyarakat (The Journal of system.
Public Health) is published semester by the
Examples of references:
School Study of Public Health, University of
North Sumatra and intended for the • Journal article
publication of original papers, literature Each reference should be written in the
studies, case studies and research report on a following order: names of authors, year of
specific theme. publication, title of article, name of journal,
2. Should have never been published in other volume number and inclusive pagination.
journals and be prepared in the following
manner. Asfahl, C. R. 1996. "No effect level of sub
acute carbon monoxide inhalation on mouse
a. Manuscripts should be typed by using lung." Journal of Occupational Health. 37:
MS-Word. 1-4.
b. Manuscripts should be submitted with • Monograph/Book/Dissertation
abstract not more than 250 words
together with possible keywords for Each monograph/book should be followed
retrieval. the order as: name of authors or editors
[ed(s)], year of publication, title of book,
c. Manuscripts should be received by place of publication, name of publisher,
editorial staff in form of hardcopy and page (s) quoted.
softcopy.
Rosenberg, J. and A. Cairns. 1990. "Effects
d. Manuscripts should be typed using of mediation of biological levels of
Times New Roman font (size 12) in industrial chemical." In: Fiserova -
double-spacing on A4 (21 x 29.7 cm) Bergerova. Biological monitoring of
paper and not more than 15 pages, workplace. Michigan: NIOSH, 170-184.
specially for case studies not more than
15 pages. Yasui, H. and H. Homa. 1981. Modern
handbook of ergonomics. Philadelphia: W.
e. Original paper and case studies are B. Saunders, 134-6.
reporting results in field of public health
or any branch of its. The manuscript Cherry, A. 1990. Phtalic anhydride;
should follow the order: Title, Name of Induced occupational asthma. Pittsburgh:
authors, Abstract, Introduction University of Pittsburgh,: 210-5. Diss.
(without sub topic which consists of • Article without author
backgrounds, problem formulation,
objectives, scientific contribution), "Health effects of poly unsaturated fatty
Method, Results and Discussion, acid" (editorial). 1996. Annual Nutrition
conclusions and suggestions and Metabolism. 28: 256-8.
References. Abbreviations and scientific • Articles from Internet
unit must conform to the international
system. Yamano, Y. 10 Feb. 2002. “A simple
determination method bromide ion in
f. Literature studies consist of article plasma of methyl bromide workers."
review in field of public health based on <http://www.joh.med.uoehu.ac.jp/yamano.
recent references. The manuscript should html>.
follow the order: Title, Name of
authors, Abstract, Introduction • Proceeding from scientific meeting
(without sub topic), Discussion (with
Obesso, J. A. 1989. "Methyl bromide
relevant sub title) and Concluding
intoxication." Proceeding of the First
remarks (or Conclusion and
Fumigation Technology. Tokyo:
Suggestions).
International Society for Environmental
g. Title should be typed in capital letters, Chemistry, 26-98
name of authors and their affiliations
• In printing article
together with current addresses.
Hine, C. H. "Methyl bromide poisoning."
h. Tabel-title must be typed above the tabel
Science. In pres
and figure-title must be typed below the
figure.

Anda mungkin juga menyukai