Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Kista mesenterium merupakan salah satu kista abdomen yang sangat

jarang ditemui dengan insiden sekitar 1: 100.000 pada orang dewasa dan 1:

20.000 pada anak-anak, dengan perbandingan jenis kelamin penderita kista

mesenterium pada laki dan perempuan 1:1, sering ditemukan pada usia dekade

kedua. Tumor ini sulit didiagnosis karena jarang terjadi dan tidak memiliki

gejala klinis yang spesifik. Pada pemeriksaan penunjang radiologi juga tidak khas

sehingga seringkali diagnosis pada kista mesenterium tidak tepat (Ibrahim A,

2014).

Kista mesenterium pertama kali dilaporkan oleh Benevieni, seorang ahli

anatomi dari Italia pada tahun 1507 saat melakukan autopsi pada seorang anak

perempuan umur 8 tahun. Kista mesenterium dapat berlokasi dari duodenum

sampai ke rektum, dengan lokasi paling sering ditemukan 66 % pada

mesenterium di ileum dan 33% mesenterium di colon. Angka kejadian kista

pada mesenterium 4 kali lebih sering daripada kista di omentum (Deepa M, 2016)

Sebagian besar penderita kista mensenterium tanpa keluhan. Apabila

timbul keluhan maka keluhan utama pada kista mesenterium ini adalah nyeri

abdomen sedangkan gejala lain adalah adanya massa abdomen (Erdeen , 2016)

Secara umum masih menjadi perdebatan diantara para ahli tentang

bagaimana mekanisme terjadinya kista mesenterium ini. Gross menyatakan bahwa

kista ini muncul 3 sebagai akibat adanya proliferasi yang bersifat benigna dari

1
saluran limfatik ektopik yang gagal berhubungan dengan system limfatik yang

normal (Faris D, 2009).

Mesenterium merupakan jaringan berbentuk membran yang muncul dari

dinding posterior cavum peritoneal dan melakat pada intestinum. Didalam

mesenterium terdapat arteri, vena dan system limfatika yang melayani regio

tersebut. Mesenterium berjalan dari flexura duodenojejunal sampai rectum sebagai

sebuah organ tunggal, namun bagian terbesar terdapat pada sistema usus halus

yaitu yeyunum dan ileum. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior

abdomen diatas dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah

dan kanan aorta (Callin. 2003)

Adapun klasifikasi berdasarkan penyebabnya maka kista mesenterium

dibagi menjadi empat :

1. Embrionik yang berhubungan dengan gangguan perkembangan

2. Trauma

3. Neoplasma

4. Infeksi atau degeneratif

Sedangkan klasifikasi dari Rose et al menyatakan secara histologis dibagi

menjadi :

1). Limfangioma

2). Non pankreatik pseudocyst

3). Enteric duplication cyst

4). Enteric cyst

5). Mesothelial cyst (Matthias Z, 2009)

2
Penderita kista mesenterium seringkali tidak memiliki gejala (asimtomatis)

dan terdeteksi secara tidak sengaja pada pemeriksaan pada bagian abdomen

untuk penyakit yang lainya atau ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan

laparatomi. Pada kasus yang berat disertai dengan komplikasi, kista mesenterium

ini dapat menyebabkan adanya obstruksi pada usus halus yang berhubungan

dengan adanya volvulus. Pada kasus lainnya kista mesenterium dapat

menimbulkan perdarahan, kista yang terinfeksi, ruptur kista, volvulus disertai

perforasi atau terjadi obstruksi uropati yang menimbulkan terjadinya gagal ginjal.

Pada 10 % pasien kista mesenterika memiliki gejala akut abdomen dan sebagian

kecil lainnya mengeluhkan nyeri kronik pada bagian abdomen (Nguyen , 2014).

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya teraba, adanya distensi

abdomen,. Massa bisa digerakkan, berada di regio mana saja sepanjang duodenum

sampai rectum,dimana paling banyak massa berada di daerah ileum, sehingga

paling sering ditemukan massa di regio abdomen bagian tengah (Nguyen , 2014).

Pemeriksaan laboratorium tidak memiliki tanda yang khas, pernah

dilaporkan adanya kista mesenterium yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela dan

kista yang ruptur disertai perdarahan(Nguyen , 2014).

Pada penegakan diagnosis kista mesenterium dapat different diagnosa

dengan kista ovarium, pseudokista pankreas, kista urakus dan pseudokista

mekonium. Kista ovarium paling sering ditemukan dalam klinis sebagai diagnosa

banding dengan kista mesenterium. Terutama bila kista mesenterium berukuran

besar dan terletak didaerah abdomen bagian bawah (Sezen O, 2010)

3
Terapi pada kista mesenterium adalah operasi, dengan dilakukan operasi

dapat diketahui tempat asal dari kista tersebut. Operasi dengan dilakukan eksisi

pada massa, apabila eksisi tidak dapat dilakukan sepenuhnya karena ukuran kista

yang cukup besar maka dapat dilakukan reseksi parsial dengan marsupialisasi.

Tilaux pada tahun 1880 merupakan orang pertama sukses melakukan reseksi pada

kista mesenterium dan Mackenzie pada tahun 1993 sukses melakukan dengan

laparoskopi (Ali er, 2009).

4
BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang wanita Ny. I, usia 24 tahun, datang ke Poli Obgyn dengan

keluhan ada kista pada perutnya setelah dilakukan USG kehamilan, Sebelumnya

pasien berobat ke dokter Kandungan pertama kali dalam kehamilannya setelah

dilakukan pemeriksaan pasien dicurigai ada kista didalam rongga perutnya

kemudiaan pasien dirujuk ke RS dr. Moewardi dengan G2P1A0 hamil 19 minggu

disertai suspek Kista Ovari.

Dari anamnesis diketahui bahwa pasien 4 bulan sebelumnya pasien

merasakan bila diraba pada perut bagian atas terasa ada benjolan sebesar telur

ayam dan bila ditekan tidak nyeri, tidak ada muntah, tidak ada perut kembung,

BAB normal. Sekitar 3 bulan yang lalu pasien mengetahui bahwa pasien sedang

hamil, tidak dirasakan mual maupun muntah, benjolan dibagian atas perut teraba

lebih membesar. Karena dirasakan tidak ada gejala pasien tidak memeriksakan ke

dokter. Kemudian saat pasien memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis

kandungan pasien dinyatakan adanya kista didalam rongga abdomen yang

kecurigaan dari ovarium.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kompos

mentis GCS E4V5M6 dengan frekuensi detak jantung 86 x / menit, frekuensi

nafas 16 x / menit, suhu 36,7 C. Dari status generalisata dalam batas normal. Dari

status lokalis regio abdomen tampak datar, teraba supel, nyeri tekan negatif,

teraba massa pada daerah processus xiphoideus ukuran 10cmx8cm teraba kistik,

5
warna sama dengan kulit sekitar, permukaan rata, dapat digerakkan, pada bagian

bawah tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah umbilikus, balotemen positif.

Dari pemeriksaan laboratorium darah dijumpai Hb 11.7 gr / dl, leukosit

8.100 / ul, haematokrit 35 %, trombosit 267.000 / ul, GDS 69, SGOT 30, SGPT

32, ureum 28 mg/dl, creatinin 0,5 mg /dl, Natrium 129 mmol/L, Kalium 3.5

mmol/L, Chlorida 108 mmol/L, CA 125 6 U/ml, HbsAg nonreaktif. Dari hasil

USG abdomen tampak gambaran hipoechoic disertai kapsul pada massa pada

cavum abdomen ukuran 10cm x 10cm x 13 cm, lesi kistik berdinding tipis tanpa

septal dan didapatkan janin dengan perkiraan usia kehamilan 19 minggu dengan

estimasi berat badan fetal 334 gram.

Gambar 2.1 USG Abdomen pada pemeriksaan praktek dokter spesialis


Obsgyn

6
Gambar 2.2 USG yang dilakukan di Poli Obstetri dan Ginekologi RS dr.
Moewardi

Dari manifestasi klinis, laboratorium, dan USG pasien didiagnosis dengan

G2P1A0 hamil 19 minggu dengan Kista Ovarium.

Kemudian direncanakan operasi pengambilan kista oleh bagian Obsgyn

tanggal 6 Maret 2017. Saat durante operasi didapatkan kista bukan berasal dari

organ ginekologi, identifikasi organ ginekologi dalam batas normal oleh bagian

Obsgyn pasien dikonsulkan ke TS Bedah digestif dengan kista mesenterium.

Operasi dilanjutkan oleh Bagian Bedah Digestif

Laporan operasi tanggal 6-3-2017

7
Leader : dr. Agus Rahardjo Sp.B (K) BD

Asisten: dr. Azis dan dr. Is Ikhsan

Diagnosa pre operasi : Kista ovarium dengan G2P1A0

Diagnosa durante operasi : Kista mesenterium dengan G2P1A0

1. Melanjutkan operasi dari TS Obsgyn

2. Perluas incisi ke arah proximal 5 cm, identifikasi organ intra abdomen

tampak kista pada mesenterium daerah jejunum berwarna kuning jernih

ukuran 15cm x 20 cm x 15 cm , hepar tampak normal, pankreas tampak

normal, didapatkan cairan kista berwarna kuning jernih sekitar 3500cc

3. Dilakukan eksisi kista, kemudian kirim jaringan + sitologi cairan ke

patologi anatomi

4. Kontrol perdarahan, Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0,9 % sampai

bersih. Pasang drain Subhepatal dengan NGT nomer 16 fr.

5. Operasi dilanjutkan TS Obsgyn.

Gambar 2.3 Foto durante operasi

8
Paska operasi pasien dirawat diruang perawatan Intensif. Tidak terdapat

komplikasi paska operasi pada pasien. Pasien dirawat bersama dengan bagian

obsgyn dengan diberikan IVFD NaCl 0.9 % 1500cc/24 jam, injeksi ceftriaxon

1gr/12jam, ketorolac 30mg/ 8jam, ranitidin 50mg/8jam. Pada pemeriksaan hari

ke 3 paska operasi terlihat luka operasi kering, tidak ada pus, tidak ada rembes.

Pasien diet sesuai keinginan dan mobilisasi. Pasien di edukasi tentang perawatan

luka dan kontrol ke bagian bedah dan obsgyn.

Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi pada sediaan jaringan yang dikirim

menunjukkan adanya jaringan ikat fibrous dengan sel sel xanthoma yang

dominan, dan sesuai dengan gambaran Kista Mesenterium dengan tipe

limfangioma. Pada sitologi cairan kista tidak dijumpai adanya sel sel ganas.

9
Gambar 2.4 Kista Mesenterium dengan Pembesaran 4x. Tampak bagian
dalam dan luar dari Kista.

Gambar. 2.5 Kista Mesenterium dengan Pembesaran 10x. Tampak sel sel
xanthoma dominan pada Kista

10
Gambar 2.6 Kista Mesenterium Pembesaran 40x. Tampak sel xanthoma,
eritrosit, leukosit.

Gambar 2.7 Foto Klinis Paska Operasi

11
BAB III

DISKUSI

Dilaporkan seorang pasien wanita, usia 24 tahun, masuk tanggal 4 Maret

2017 ke Bagian Obstetri dan Ginekologi RS dr. Moewardi dengan keluhan

benjolan pada perut sejak 4 bulan yang lalu disertai hamil. Dari pemeriksaan fisik

regio abdomen tampak datar, teraba supel, nyeri tekan negatif, teraba massa pada

daerah processus xiphoideus ukuran 10 cm x 8 cm teraba kistik, permukaan

rata,dapat digerakkan. Pada pasien ini dilakukan operasi 1 kali, saat durante

operasi ditemukan kista mesenterium dan konsul bagian bedah digestif dilakukan

operasi eksisi kista. Dengan hasil patologi anatomi adalah kista mesenterium (Ali

er, 2009).

Kista mesenterium didefinisikan sebagai suatu kista yang berlokasi di

mesenterium, dimulai dari duodenum sampai ke rectum. Pada review 162 pasien

dengan kista mesenterium didapatkan 60% dibagian usus halus, dan 24 % usus

besar, 14,5% pada daerah retroperitonium dan 1,5 % tidak diketahui jelas asalnya.

Kista mesenterium bisa simple atau multiple, unilocular atau multilocular dan

isnya dapat mengandung serous chylous, perdarahan atau cairan yang terinfeksi.

Etiologi dari kista mesenterium masih belum jelas, kegagalan hubungan limfe

nodi mesenterium dengan sistem limfatik atau vena akibat dari trauma,infeksi

atau neoplasma merupakan faktor yang berkontribusi terjadinya kista

mesenterium. Teori dari Gross tentang etiologi terjadinya kista mesenterium,

12
dimana teori tersebut banyak diterima saat ini, menerangkan bahwa terjadinya

proliferasi benigna dari limfatik ektopik di mesenterium yang terjadi pada saluran

limfatik yang buruk dari sistem limfatik (Erdeen, 2016) .

Pada pasien ini menunjukan gejala timbulnya benjolan pada perut disertai

perasaan tidak nyaman pada perut, karena sedang hamil pasien menganggap

bahwa gejala tersebut normal pada wanita hamil. Setelah dilakukan pemeriksaan

rutin USG kehamilan pasien ditemukan kista yang dicurigai dari ovarium. Dalam

literatur kista mesenterium sering kali tidak menimbulkan gejala, bila

menimbulkan gejala maka gejala tersebut tidak khas seperti mual, perasaan tidak

nyaman pada perut, kembung hingga syok akibat ruptur kista atau perdarahan.

Kista mesenterium juga diketemukan secara kebetulan saat dalam operasi dan

didiagnosis dengan penyakit lainnya. Pada pasien ini didapatkan saat durante

operasi, dimana pada awalnya didiagnosa dengan kista ovarium. Pada literatur

disebutkan bahwa kista ovarium merupakan diagnosa paling sering ditemukan

dalam klinis. terutama bila kista mesenterium beda di cavum pelvis dan

mempunyai ukuran yang cukup besar(Sezen O, 2010).

Pada pemeriksaan USG pasien didapatkan lesi kistik berdinding tipis tanpa

septal dengan disekitar plasenta, dan didapatkan janin dengan perkiraan usia

kehamilan 19 minggu dengan estimasi berat badan fetal 334 gram. Chou et al

mendeskripsikan temuan USG pada kista mesenterium ada 4 macam dimana salah

satunya adalah adanya lesi kistik berdinding tipis tanpa septal (Erdeen , 2016).

13
Kista mesenterium pada pasien ini ditemukan di daerah jejunum dimana

pada literatur lokasi paling sering ditemukan 70 % pada mesenterium di usus

halus (Nguyen , 2014).

Untuk penatalaksanaan pasien ini dengan dilakukan pengangkatan kista

mesenterium secara utuh. Pengangkatan tumor secara utuh akan meningkatkan

prognosis dari pasien dan menurunkan angka kekambuhan dari kista mesenterium.

Penatalaksanaan dari kista mesenterium adalah operasi, baik dengan eksisi kista

secara komplit, drainage kista, maupun marsupialisasi. Pada suatu penelitan dari

162 pasien dengan kista mesenterium dilakukan operasi didapatkan angka

rekurensi 6.1%. Pada literatur terjadinya rekurensi dari kista mesenterium karena

pengangkatan tumor yang tidak sempurna (menyisakan bagian tumor) .

Penatalaksanaan dengan eksisi tumor yang baik dan secara total dapat

meningkatkan prognosis dan mencegah kekambuhan dari kista mesenterium

(Nguyen , 2014).

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Deepa Makhija et al.2016. Mesenteric cyst(s) presenting as acute


intestinal obstruction in children : three cases and literatur review
Department of Paediatric Surgery, TNMC & BYL Nair Hospital,
Mumbai Central. India. Journal Elsevier, accepted 24 April 2016.
2. Ahmed Mohammed S.E.A. 2016. Huge mesenteric cyst : Pelvic cyst
differential diagnoses dilemma. Department of Obstetrics and
Gynecology, Faculty of Medicine, Alexandria University, Egypt,
accepted 19 January 2016.
3. Diogo G et al. 2013.Mesenteric cyst : Abdominal lymphangioma.
General surgery San Fransisco Brazil.accepted 2013
4. Ernest E et al. 1950. Mesenteric Cyst in infancy and Childhood review
of the literature and report case. Departement of SurgeryBeth Israel
Hospital, New york United State. 1950
5. Erden et al. 2016. An uncommon cause of abdominal pain : mesenteric
cyst. General Surgery Department, Izmir Katip Çelebi University
Atatürk Research and Training Hospital, Izmir, Turkey.2016
6. Ibrahim Akkoyun. 2014. The Patient with Multiple Mesenteric Cystic
Lymhangioma was Treated in Neonatal Perıod Through Prenatal
Diagnosis:Case Report and Literature Review. Department of
Pediatric Surgery, Konya Education and Research Hospital, Konya,
Turkey.2014
7. Faris Dawood. 2009. Ruptured infected Mesenteric cyst as differen
diagnosis of suspected Appendicitis. NMC Hospital. 2009

15
8. Simon R et al. 2014. The diagnosis and treatment of a symptomatic
mesenteric cyst. Departement of Surgery, Royal College of Surgeons
Dublin.2014
9. Callin et al. 2003. Diagnosis and treatment of mesenteric cystic
lymphangioma : Case Report. First Surgery Targu Mures Emergency
country Hospital Romania.2003
10. Matthias Zeiller et al. 2009. Giant mesenteric cyst of mesothelial
origin in a haemodialysis patient with previous peritoneal dialysis
therapy. United Hospitals, Ancona, Italy. 2009
11. Nguyen et al. 2014. Giant Mesenteric Cyst cause of abdominal
distension managed with laparotomy cas report. Department of
Surgery, University Hospital Limerick, Ireland. 2014
12. Col AK Pitawa et al. 2012. Mesenteric cyst: A rare intra-abdominal
tumour. Senior Advisor (Surgery & Prosthetic Surgery), Military
Hospital Kirkee, Pune 411020, India. 2012
13. Ali er et al. 2009. Giant abdominal mesenteric Cyst. Medical School of
Süleyman Demirel. Isparta Turkey. 2009
14. Sezen O et al. 2010. Giant mesenteric Cyst : a rare entity in
childhood. Department of Paediatric Surgery, Adnan Menderes
University Faculty of Medicine, Aydin, Turkey. 2010

16

Anda mungkin juga menyukai