Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Etik UMB

Etika Manusia Profesional

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

09
Ekonomi dan Bisnis Manajemen U001700009 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M.

Abstract Kompetensi
Manusia adalah makhluk individu dan Setelah mempelajari modul ini
makhluk sosial. Untuk memenuhi diharapkan mahasiswa mampu
kebutuhan hidupnya manusia harus memahami dan menjelaskan tentang
bekerja. Interaksi social dalam profesi, professional, dan
lingkungan kerja memerlukan sikap profesionalisme.
professional dari setiap unsur yang
terkait untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pembahasan
Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Sifat hakiki seorang manusia adalah bahwa selain sebagai makhluk individu juga
sekaligus sebagai makhluk sosial. Menurut Effendi (2010) dalam Purwantiasning (2017)
individu merupakan penjabaran dari kata “in” dan “divided” yang dapat dimaknai sebagai
kesatuan, tidak dapat dipisahkan, dan tidak dapat dibagi-bagi. Artinya bahwa manusia
sebagai makhluk individu merupakan satu kesatuan antara aspek jasmani (fisik) dan rohani
(psikologis) yang tidak dapat dipisahkan. Sementara itu manusia sebagai makhluk sosial
berasal dari kata latin “socius” yang artinya ber-masyarakat yang dalam makna sempit
adalah mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Sehingga arti dari manusia
sebagai makhluk sosial dapat diartikan sebagai makhluk yang hidup bersama dengan
manusia lain dan tidak dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa adanya keterlibatan
orang lain. Dalam kegiatannya tersebut manusia akan selalu membutuhkan orang lain dan
membutuhkan wadah untuk melakukan kegiatan tersebut. Wadah inilah yang kemudian
dikenal sebagai ruang berinteraksi bagi individu baik secara individu maupun secara
berkelompok.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Tidak ada
satu manusia pun yang dapat hidup tanpa adanya peran dari manusia lainnya. Oleh karena
itu selain kebutuhan akan privasi, manusia juga membutuhkan aktivitas sosial antar sesama.
Hubungan sosial yang terjalin bisa terjadi pada sesama manusia yang sudah saling
mengenal maupun baru pertama kali bertemu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks ruang pribadi seperti rumah tinggal, ruang tidur, ruang kerja, dan lain-
lain, maka aktualisasi diri tidak begitu sulit karena ruang-ruang tersebut merupakan ruang
privat yang memang diperuntukkan bagi kegiatan yang sifatnya pribadi. Mereka dengan
bebas beraktivitas di dalam ruang tersebut dan mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk
pribadi (individu).
Sebagai makhluk sosial maka manusia memerlukan interaksi dengan manusia lain.
Mereka melakukan aktivitas secara bersama-sama dalam suatu ruang sosial. Interaksi
sosial ini biasanya dilakukan di ruang publik dimana siapa saja bisa mengaksesnya. Pada
kasus ini manusia menampilkan identitas dirinya sebagai makhluk sosial. Namun selama
proses interaksi tersebut, manusia tetap mempertahankan identitas mereka sebagai
makhluk individu.
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi
antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai mahkluk individu tidak bermakna
kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi yang khas dengan corak kepribadiannya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenal hal
tersebut ada tiga pandangan yaitu:
a. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan
potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya. Missal,
jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan
pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan
nativistik.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu yang
dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus disesuaikan dengan ciptakannya lingkungan yang baik
sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya
menggabungkan kedua pandangan sebelumnya.
Sebagai mahkluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri, artinya manusia
juga harus hidup bermasyarakat. Adapun yang menyebabkan manusia selalu
bermasyarakat antara lain Karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam
naluri manusia, misalnya;
1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.
Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk mempunyai dua
keinginan pokok, yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan
2. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia ,
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena:
 Manusia tunduk pada aturan dan norma sosial

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
 Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
 Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
 Potensi manusia akan berkembang bila berada di tengah-tengah
masyarakat
Cooley memberi nama looking glass-self untuk melihat bahwa seseorang dipengaruhi
oleh orang lain. Cooley berpendapat bahwa looking glass-self terbentuk melalui 3 tahap.
Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain
terhadapnya. Pada tahapan berikutnya seseorang mempunya persepsi mengenai penilaian
orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan
terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Menurut George Herbert Mead, pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil
mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Peranan orang
dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Game stage, seorang anak tidak hanya
telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan
yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh dari Mead, ialah
keadaan sebuah pertandingan: seseorang anak yang bermain dalam suatu pertandingan
tidak hanya mengetahui apa yang diharapakan orang lain darinya, tetapi juga apa yang
diharapkan dari orang lain yang ikut bermain. Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang
dianggap telah mampu mengambil perananperanan yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat mampu mengambil peranan generalized others.
Manusia memerlukan pekerjaan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri dan keluarganya. Hal ini berkonsekuensi manusia untuk hidup pada lingkungan
kerja.Lingkungan kerja (perusahaan) pada dasarnya lingkungan sosial yang terdiri dari
individu-individu yang terikat oleh aturan perusahaan untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Karena pada lingkungan kerja satu sama lain saling terikat, maka diperlukan
profesionalisme.

Profesi dan Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari kata dasar ‘profesi’ yang berarti bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Dalam
bahasa Inggris kata profesi berarti profession atau bahasa latinnya profecus, yang artinya
mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan profesional adalah bersangkutan dengan
profesi; memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen yang dimaksud dengan profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memerlukan
standar mutu atau norma tertentu. Jika kata profesional diakhiri dengan ‘isme’ maka
menjadi profesionalisme yang artinya mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan
cirri suatu profesi atau orang yang profesional.
Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga kata yang
saling berhubungan dengan profesionalisme yaitu profesi, professional, dan
professionalism. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan suatu keahlian, sedangkan
profesional berkenaan dengan orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu, sebagai
contoh “dia professional di bidangnya”, kalimat professional selalu melekat pada orang
yang memiliki keahlian, mahir, menguasai atau ahli dibidang yang ia tekuni, jadi pantas
jika professional diartikan sebagai pekerjaan yang memerlukan keahlian, kemahiran dan
kecakapan yang dengannya ia mendapatkan sumber penghasilan yang layak sesuai
dengan keahliannya. Yang terakhir adalah kata profesionalisme yang mengandung arti
sifat professional, dimana seorang professional memiliki kualitas diri atau mutu dan juga
memiliki ciri-ciri keprofesionalan.

Unsur-unsur Profesionalisme

Agar bisa menjadi seorang profesional maka paling tidak ada 3 aspek utama yang
harus dimiliki dan dikembangkannya, yaitu:
1. Memiliki keterampilan atau skill, setiap orang harus memiliki sebuah
bidang yang ditekuninya sepanjang hidupnya. Inilah yang disebut sebagai
pilihan profesi pada bidang atau area pekerjaan yang akan dipilihnya.
Sebagai contoh, seorang politikus yang memilih bidang politik sebagai bidang
yang ditekuninya. Atau seorang dokter gigi memilih bidang kedokteran gigi
sebagai bidang atau area yang ditekuninya.
2. Memiliki pengetahuan atau knowledge. Setiap pilihan bidang pekerjaan
atau profesi pasti ada pengetahuan dasar yang harus dikuasai dengan baik.
Berbagai hal yang terkait bidang keilmuannya harus dikuasai oleh seorang
profesional. Sebab, mustahil menjadi profesional bila tidak faham apa-apa
tentang bidang yang ditekuninia. Seorang profesional bidang kedokteran
tetapi dia sendiri tidak pernah belajar tentang ilmu kedokteran, maka
dipastikan dia tidak akan mampu menjalankan bidang ini dengan benar dan
baik.
3. Memiliki sikap atau attitude yang benar. Sikap ini lebih banyak menunjuk
pada aspek etika dan moral yang harus dimiliki dan diterapkan dengan setia

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
dan konsisten dalam bidang pekerjaan yang dipilih sebagai bidang
profesinya.
Ketiga aspek utama yaitu memiliki skill, knowledge dan attitude oleh seorang yang
dianggap atau disebut profesional. Tidak sulit menilai seseorang apakah dia profesional atau
tidak dalam menjalankan tugasnya. Bisa saja keterampilannya sangat luar biasa mahir,
tetapi sikapnya tidak baik, seperti para kepala daerah yang terkena OTT KPK. Mereka
korupsi walaupun mereka sangat sadar dan faham dan mengerti bahwa mereka melanggar
sumpah jabatannnya, tidak boleh korupsi.
Aspek sikap atau attitude merupakan dasar yang kuat yang harus dimiliki oleh seorang
profesional. Anehnya memang, justru para profesional lebih jatuh dan terpuruk nan
terperosok dalam perilaku yang tidak benar, menghalakan segala cara, dan melakukan
menipulasi dibelakang skill dan pengetahuan yang luas untuk mementingkan diri sendiri.
Kesalahan yang dilakukan oleh para profesional dengan penyimpangan-
penyimpangan yang merusak masayarakat, atau publik bukan tanpa sebab, pasti banyak
faktor yang mempengaruhinya. Selain karena godaan kepentingan sesaat, material, dan
kepentingan primordial, juga karena perubahan dan kemajuan yang terjadi saat ini
sedemikian canggihnya, sehingga orang yang tidak mampu menyesuaikan diri, akan mudah
tergoda untuk melanggar prinsip profesionalnya.
Itu sebabnya, apapun bidang profesi yang ditekuni seseorang tidak terlepas dari
komunitas profesionalnya. Disana aka nada aturan dan pengaturan disertai berbagai sanksi
yang bisa diberikan kepada si pelanggar profesi itu sendiri.
Dalam bidang profesi kedokteran misalnya, ada lembaga IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
yang menjaga kode etik kedokteran bagi seluruh anggotanya. Kode etiknya sangat keras,
sehingga setiap dokter harus mengikutinya. Karena yang memberikan sertifikasi sebagai
profesi adalah lembaga kode etik mereka.
Seseorang yang profesional memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan yang
lain. Sehingga, seseorang tidak akan disebut profesional apabila tidak masuk ke dalam
kriteria atau ciri-ciri yang akan disebutkan berikut.
1. Mempunyai keterampilan yang sangat tinggi di bidang tertentu. Atau seseorang
yang memiliki kepandaian di dalam mengoperasikan alat tertentu. keahlian dan
keterampilan tersebut dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas yang berkaitan
dengan bidang masing-masing.
2. Mempunyai ilmu serta pengalaman yang luas. Di samping itu, juga memiliki
kecerdasan khusus untuk menganalisis permasalahan dan peka terhadap situasi.
Selanjutnya, mereka juga orang yang mampu membaca situasi dengan cepat dan
tepat serta cermat terhadap pengambilan keputusan yang terbaik untuk semua
pihak.

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
3. Seseorang yang profesional akan berorientasi kepada masa depan. Sehingga ia
memiliki keahlian dalam mengantisipasi perkembangan lingkungan yang ada di
depannya. Ini akan memunculkan sikap kedewasaan tersendiri kepada
seseorang.
4. Memiliki sikap yang cenderung mandiri. Seseorang yang profesional juga yakin
terhadap kemampuan pribadi dan terbuka untuk menghargai pendapat dari orang
lain. Akan tetapi, orang profesional memiliki kecermatan dalam menentukan
mana yang terbaik untuk dirinya dan untuk perkembangan pribadinya.
5. Pemikiran Terbuka yang mana senantiasa mempertimbangkan dan menerima
opini dari orang lain tanpa mengedepankan ego diri sendiri demi kebaikan
bersama.
6. Memiliki integritas yaitu mengutamakan prinsip dasar dengan mengedepankan
nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran. Hal ini ditujukan karena untuk
meningkatkan kualitas diri sendiri dan juga membangun komunitas yang baik.
7. Komitmen yang tinggi untuk terus menjaga kualitasnya merupakan hal cukup
penting yang dimiliki oleh seorang profesional. Komitmen ini dapat dilihat dengan
tidak mudahnya seseorang mengubah sikap dan kualitas baik yang dimiliki hanya
karena situasi yang terkadang berubah ubah ntah baik ataupun buruk.
8. Mampu Memotivasi baik diri sendiri maupun orang disekitarnya merupakan satu
ciri yang dimiliki seorang profesional. Terkadang ada saatnya situasi sulit yang
terjadi membuat seorang kehilangan harapan dan menjadi putus asa. Seorang
profesional dapat memotivasi orang lain dan diri sendiri dengan menjadikan
situasi yang sulit sebagi tantangan yang akan membangun kualitas diri untuk
kedepannya dengan memecahkan masalah menggunakan pikiran yang tanang.
9. Loyalitas dimiliki oleh seorang profesional dengan mengerjakan sesuatu secara
sungguh sungguh dan totalitas. Hal yang dikerjakan tidak dianggap sebagai
beban yang merugikan kehidupannya, tetapi menjadikannya sebagai panggilan
hidup.

Implementasi Profesionalisme Dalam Dunia Kerja

Saat ini mencari suatu pekerjaan adalah hal yang terbilang sulit. Hal tersebut
disebabkan karena minimnya halaman pekerjaan dan kurangnya pengetahuan serta
pengalaman calon pekerja. Dengan kondisi seperti itu dapat menimbulkan sebuah
persaingan yang tinggi dalam dunia kerja. Sehingga seseorang yang belum memiliki
pekerjaan harus lebih giat berusaha dan mencari pengalaman agar mendapat pekerjaan.

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
Begitu juga untuk seseorang yang sudah memiliki pekerjaan yang harus senantiasa belajar
untuk mempertahankan atau meningkatkan jabatan pekerjaannya. Tentunya untuk
mempertahankan pekerjaan tidaklah mudah, seseorang harus mampu pandai beradaptasi
dan memiliki kemampuan yang bagus. Selain itu, hal yang penting dalam dunia kerja adalah
tentang sikap profesional.
Sikap profesional harus dimiliki seseorang yang menjalankan pekerjaannya sesuai
dengan keahlian atau kemampuan yang dimiliki dan harus melakukan sesuatu secara
objektif. Dimana seseorang yang memiliki sikap profesional dapat memposisikan dirinya
agar mampu memahami tugas dan tanggung jawab, hubungan dan relasi, serta fokus dan
konsisten terhadap urusan pekerjaan. Sehingga pada saat ini sikap profesional menjadi hal
yang cukup penting di dunia kerja karena akan berdampak positif bagi perusahaan dan bagi
seseorang tersebut. Sehingga persaingan yang ketat dalam dunia kerja membuat sikap
profesional menjadi sesuatu yang utama.
Dalam dunia pekerjaan, seseorang yang ingin bersikap professional dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Datang tepat waktu
2. Berpakain rapi dan profesional
3. Mampu bekerjasama dalam tim
4. Menjadi pemimpinan yang visioner, objektif dan demokratis
5. Memberikan masukan kepada atasan
6. Mampu memecahkan masalah secara scientific
7. Tampil secara percaya diri dan penuh motivasi
8. Mampu mengendalikan emosi pada saat berbeda pendapat
9. Selalu meningkatkan diri dalam penguasaan pengetahuan, skill, dan IT
10. Mampu berkomunikasi secara jelas, efektif dan egaliter
11. Menghargai atasan dan teman sejawat
12. Proaktif terhadap persoalan-persoalan yang muncul

Musuh Profesionalisme

Menjadi seorang profesional memang tidaklah mudah, karena ada banyak persyaratan
yang harus dipenuhi ketika masuk dalam bidang ini. Tetapi tak hanya itu, mereka harus
terus menerus mengikuti perkembangan dan menyesuaikan diri dengan baik dan benar agar
ilmunya, skillnya dan juga sikapnya dapat terus terupdate sesuai kebutuhan dan
perkembangan zaman.

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
Oleh karena itu ada beberapa musuh utama yang harus diwaspadai oleh seorang
profesional, yaitu:
 Cepat puas. Dalam dunia profesional tidak ada kata puas, karena dunia profesi
terus bertumbuh dan berkembang, jadi harus berubah terus sesuai dengan
dinamika yang ada
 Tidak setia pada kode etik. Bagi profesional kode etik menjadi "kitab suci"nya
dalam menjalani profesi dengan benar dan bertanggungjawab. Menjadi setia
pada kode etik tentu tidak mudah ketika godaan datang bertubi-tubi, apalagi
kalau demi kepentingan sesaat.
 Godaan material. Salah satu ciri kunci seorang profeional adalah tidak pernah
mengambil keuntungan yang bukan haknya. Ini sangat sulit dan menjadi
musuhnya. Sebutkanlah profesi akuntan misalnya, ketika dia harus membuat
laporan keuangan yang diauditnya tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan
tertentu untuk memanipulasi laporannya.
 Malas belajar. Seorang profesional sesungguhnya memasuki dunia yang
menantang, dan hanya dengan terus belajarlah dia masih disebut seorang
profesional.
 Sangat mungkin masih sangat banyak musuh lainnya tetapi, itu semua akan
terus berkembang sesuai dengan dinamika bidang profesi yang digelutinya.

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Purwantiasning, A. W. (2017). Optimalisasi Fungsi Ruang Terbuka Hijau Dengan Melihat
Pola Sebaran Pengunjung Studi Kasus: Taman Tabebuya, Jagakarsa. Nature, 4(2),
121–127. https://doi.org/10.24252/nature.v4i2a4
BOYT, T. E., LUSCH, R. F., and NAYLOR, G. (2001) The role of professionalism in
determining job satisfaction in professional services: a study of marketing researchers.
Journal of Service Research, 3 (4), 321-330.
CASTANO, E., YZERBYT, V. and BOURGUIGNON, D. (2003) We are one and I like it: The
impact of ingroup entitativity on ingroup identification. European Journal of Social
Psychology, 33, 735–754.
GLEESON, D., DAVIES, J. and WHEELER, E. (2005) On the making and taking of
professionalism in the further education workplace, British Journal of Sociology of
Education, 26(4), 445–460
HELSBY, G. (1995) Teachers’ construction of professionalism in England in the 1990s,
Journal of Education for Teaching, 21(3), 317-332
TROMAN, G. (1996) The rise of the new professionals? The restructuring of primary
teachers’ work and professionalism, British Journal of Sociology of Education, 17 (4),
473-487.

2019 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Arif Widodo Nugroho, S.E., M.M. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai