Anda di halaman 1dari 15

Rekayasa Lingkungan

TUGAS 1

Disusun Oleh :

David Afriyana (117130092)

Arif M Sagita (117130081)

Kelas : 2E
Dosen Mata Kuliah :

Heri Mulyono ST.,MT.

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNUNG JATI CIREBON

2019
Kata Pengantar

Puju syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul Permainan Bulu Tangkis ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah yang membahas tentang ulat atau serangga
yang mampu menguraikan sampah ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah umum
Rekayasa Lingkungan. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

Hormat saya

David Afriyana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

1.1 Latar belakang ..................................................................................................


1.2 Tujuan ..............................................................................................................
1.3 Rumusan masalah ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Samapah ..............................................................................................

2.2 Jenis-jenis ulat atau sampah ..............................................................................

2.3 Proses penguraian sampah ................................................................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................


3.2 Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sampah, masalah yang tidak pernah terselesaikan di kota-kota besar Indonesia. Untuk
mengatasi masalah sampah, banyak program pemerintah yang dijadikan acuan setidaknya
mengurangi sedikit sampah. Siapa yang menjadi penyebab timbulnya masalah sampah?
Melainkan kita sendiri yang selalu menghasilkan sampah dari setiap aktivitas sehari-hari
yang dilakukan. Kita lebih senang menyampah dari pada mengurangi sampah dan
membersihkannya. Logikanya, masyarakat lebih banyak yang membuang sampah di mana
saja daripada masyarakat yang membuang sampah sesuai tempatnya.

Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan


sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah zat,
energi/makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai, guna dan cenderung rusak. Salah satu
faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap
menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik.
Sampah merupakan hasil sisa dari sebuah proses, baik yang sengaja dibuang atau terbuang
dengan sendirinya.

Tujuan penulisan
1. Untuk pemberi pengetahuan kepada mahasisawa tentang ulat dan serangga yang dapat
menguraikan sampah
2. Menjelaskan tentang mekanisme penguraian sampah
Rumusan masalah
a. Apakah ada ulat atau serangga yang mampu menguraikian sampah?
b. Bagaimana mekanisme penguraian sampah ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sampah


Sampah adalah suatu bahan yang terbuang/dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah juga dapat
diartikan dengan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah berdasarkan bentuknya dapat diartikan dengan bahan, baik padat atau cair yang tidak
dipergunakan lagi dan telah dibuang.
Sampah manusia istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,
seperti feses dan urine. Sampah manusa dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan, karena
dapat digunakan sebagai faktor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri salah satu perkembangan utama pada dialekta manusia. Penguraian penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan
dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

2.2 Hewan yang dapat menguraikan sampah

1. ulat atau larva serangga Galleria mellonella

Penemuan ini berawal dari ketidaksengajaan yang dilakukan seorang biologis Federica
Bertocchini dari Spain’s Institute of Biomedicine and Biotechnology of Cantabria. Ia yang
notabene adalah peneliti lebah, mengumpulkan parasit wax worms yang ia kumpulkan dari
sarang lebahnya. Federica kemudian menaruhnya di kantong plastik. Tidak lama setelahnya
ternyata ia menemukan plastik itu mulai berlubang dan banyak ulat yang kabur. Ulat yang
biasa dipakai buat umpan pancing itu langsung ia teliti karena diduga bisa memakan plastik.
Bersama timnya, Federica benar-benar bisa membuktikan kalau sekitar 100 wax worms yang
disimpan dalam kantong belanja plastik, bisa menghasilkan lubang setelah 40 menit, dengan
pengurangan 92 mg setelah 12 jam.

Larva Galleria alias Ngengat, Sang Pengurai Plastik Larva Galleria mellonella.
FOTO/D.Martire Larva Galleria mellonella. FOTO/D.Martire Oleh: Yulaika Ramadhani - 13
Juli 2017 Dibaca Normal 2 menit Larva Galleria mellonella dapat mengurangi polusi plastik,
lebih efektif dibanding bakteri dan ulat epung. tirto.id - Praktis, instan, dan mudah didapat.
Itulah tiga hal yang membuat plastik semakin populer dari masa ke masa. Bahkan, pasar
plastik tumbuh 4-5 persen per tahun dengan produksi lebih dari 200 juta ton di seluruh dunia.
Indonesia Solid Waste Association (InSWA) menyatakan sampah plastik di Indonesia
mencapai 5,4 juta ton per tahun. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Jakarta melaporkan tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja sudah mencapai lebih dari
6.000 ton per hari dan 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik. Baca: Solusi
Masalah Sampah Plastik Berbahan Singkong Padahal, sebagian besar plastik dibuat dari
minyak bumi dan gas alam yang membutuhkan sedikitnya 500 tahun untuk diurai kembali
secara alami. Efek kerusakan lingkungan menjadi kekhawatiran bersama yang sudah harus
mulai dicari solusinya. Menjawab tantangan itu, Federica Bertocchini, peneliti dari di
Institute of Biomedicine and Biotechnology of Cantabria, Spanyol melakukan riset mengenai
pengurai plastik secara biologis dengan memanfaatkan larva ngengat Galleria mellonella.
Percobaan yang dilakukan Bertocchini menunjukkan bahwa ngengat tersebut dapat memecah
ikatan plastik dengan cara seperti mereka mencerna lilin sarang lebah. Secara alami, larva
Galleria mellonella hidup di lilin sarang lebah. Karena itulah kehadiran larva ini menjadi
momok bagi peternak lebah di seluruh Eropa. Termasuk Bertocchini yang juga berprofesi
sebagai peternak lebah. Pertama ia memulai penelitian tentang ngengat pengurai plastik ini
karena ketidaksengajaan atas satu kejadian unik di sarang lebah di rumahnya. Kejadian itu
terjadi saat dia meletakkan larva Galleria mellonella tersebut di kantong plastik, mengikatnya
sampai tertutup, dan meletakkan kantong tersebut itu di kamar rumahnya sementara dia
menyelesaikan pembersihan sarang. Saat kembali ke kamar ia menemukan larva-larva
tersebut di mana-mana. Mereka berhasil lolos dengan cara mengunyah kantong hingga
bolong secara cepat. Kantong plastik tersebut penuh dengan bolong setelah larva Galleria
mellonella terkurung di dalamnya selama sekitar 40 menit. Dalam tes laboratorium, peneliti
menemukan bahwa 100 larva Galleria mellonella dapat melahap 92 mg polietilena dalam
waktu 12 jam. Hasil tersebut dinilai lebih efektif dibanding dengan mikroorganisme pengurai
plastik yang diteliti sebelumnya. Di tahun 2012, Shosuke Yoshida, peneliti pada Departemen
Biosciences dan Informatika, Institut Teknologi Kyoto dan Universitas Keio
mempublikasikan penelitian perihal bakteri yang mampu mengurai plastik. Bakteri bernama
Ideonella sakaiensis 201-F6 ini memiliki kemampuan mengurai lapisan tipis dari 0,13 mg
botol plastik non-biodegradable yang mengandung polietilena tereftalat atau PET dalam 24
jam pada temperatur 30 derajat celcius. Bakteri ini memecah PET menjadi asam tereftalat dan
etilena glikol menggunakan dua enzim berbeda. Selain itu, penelitian sebelumnya perihal
organisme pengurai plastik juga pernah dilakukan oleh Wei-Min Wu, peneliti dari Stanford
University. Ia yang bekerja sama dengan peneliti di Cina menunjukkan bahwa ulat mealworm
(ulat tepung atau ulat hongkong) dapat dengan aman mengurai plastik dan styrofoam yang
juga berbahan polistirena. Baca: Berharap Pada Ulat Pemakan Sampah Plastik Dalam
penelitian tersebut, 100 mealworm dapat memakan 34-39 miligram styrofoam. Dalam waktu
24 jam, mereka mengeluarkan sebagian besar plastik yang tersisa sebagai hasil biodegradasi,
yang tampak mirip dengan kotoran kelinci kecil. Mealworm merupakan larva kumbang
berwarna gelap, serangga umum yang dapat ditemukan di banyak toko hewan peliharaan di
Amerika Serikat. Ia bukan satu-satunya serangga yang dapat mengurai plastik. Ada juga
waxworm dan mealmoths India, juga memiliki mikroorganisme di dalam usus yang dapat
mengurai polistirena. Namun, kemampuan beberapa organisme kini ditandingi oleh larva
Galleria. Hal ini juga yang membuat larva Galleria mellonella lebih efektif. Mulanya larva
ngengat ini umum dijual sebagai makanan ringan yang lezat untuk ikan mas dan ikan patin.
Untuk memastikan bahwa larva Galleria mellonella tidak hanya mengunyah plastik menjadi
potongan-potongan kecil, Bertocchini menumbuk beberapa larva dan mengoleskannya pada
kantong plastik. Hasilnya, terbentuk bolongan-bolongan pada plastik-plastik tersebut "Kami
telah menemukan bahwa larva serangga Galleria mellonella mampu mengurai salah satu
material plastik paling sulit terurai, dan paling banyak digunakan: polietilena," kata
Bertocchini seperti dikutip Wired. Infografik Larva pengurai plastik Polietilena adalah bahan
utama yang digunakan untuk membuat berbagai macam benda berbahan plastik. Ia
membutuhkan waktu amat panjang untuk bisa terurai di tanah secara alami. Sementara itu,
kantong plastik berbahan polietilena membutuhkan waktu untuk menghancurkan diri selama
ratusan tahun. Bertocchini menunjukkan larva Galleria mellonella tersebut tidak hanya
menelan plastik, tapi juga mengubah polietilen menjadi etilena glikol atau alkohol. Penelitian
tersebut dilengkapi juga dengan rincian proses molekuler. Hal ini berguna untuk
pengembangan strategi di bidang bioteknologi guna mengelola limbah polietilena. Para
peneliti berharap dapat mengidentifikasi enzim yang dihasilkan larva Galleria mellonella saat
mereka membolongi kantong plastik. Enzim ini diharapkan dapat digunakan dalam proses
rekayasa genetika, yaitu dengan menyisipkan genetiknya ke dalam bakteri seperti E. Coli,
agar bisa digunakan untuk mendegradasi plastik di lingkungan liar. "Kami berencana untuk
menerapkan temuan ini agar bisa menjadi cara untuk menyingkirkan sampah plastik, bisa
menjadi solusi untuk menyelamatkan laut, sungai, dan lingkungan kita dari dampak
akumulasi plastik yang tak terhindarkan," kata Bertocchin

2. Satu jenis jamur yang ditemukan di tumpukan sampah ternyata terbukti dapat
menguraikan plastik dalam hitungan minggu

Jamur pengurai plastik via www.elitereaders.com

Normalnya, sampah plastik butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun agar bisa terurai. Tapi
dengan jamur yang ditemukan di tumpukan sampah di Pakistan ini, katanya plastik bisa
terurai hanya dalam 8 minggu. Jamur dengan nama Aspergillus tubingensis ini diketahui bisa
menguraikan plastik jenis poliuretana, yang biasa ada di produk kulit sintetis. Aspergillus
tubingensis mencerna makanannya dengan mengeluarkan enzim lalu menyerap kembali
bahan organik yang sudah larut ke dalam sel. Selain mengurai plastik, katanya jamur ini bisa
‘melahap’ tumpahan minyak, bahan kimia beracun, dan limbah radiaktif!

3. Ada juga cacing bernama Squirmy Mealworms yang ternyata bisa melahap
plastik dan styrofoam dan mengurainya lewat ususnya

Squirmy Mealworms via www.digitaljournal.com

Sebuah penelitian yang dilakukan seorang profesor dan mahasiswa dari Universitas Beihang,
Cina, menemukan spesies cacing yang bisa bertahan hidup meski hanya memakan plastik dan
styrofoam. Cacing yang diberi nama Squirmy Mealworms itu memang punya sistem
pencernaan yang ajaib. Di dalam ususnya terdapat mikroorganisme yang dapat mengurai
polietilen -bentuk umum dari plastik. Para peneliti itu juga memantau kesehatan cacing-
cacing itu selama diberi plastik dan styrofoam. Hasilnya, mereka tetap sama sehatnya dengan
cacing lain yang diberi pakan biasa. Selain itu, peneliti juga menemukan kalau cacing ini bisa
mengubah plastik yang dikonsumsi menjadi karbondioksida. Sebuah penelitian dari Spanish
National Research Council mengungkap fakta baru: ulat bisa mengurai limbah plastik.
Sampah bikinan manusia yang butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa diurai.

Ulat fenomenal itu bernama Galleria Mellonella. Ia adalah larva yang saat dewasa berubah
menjadi ngengat, serangga berbentuk menyerupai kupu-kupu.

Galleria Mellonella adalah larva yang saat dewasa berubah menjadi ngengat, serangga
berbentuk menyerupai kupu-kupu. (GIZMODO)

100 ekor Wax Moth, sebutan lain larva ngengat, mampu mengurai 92 miligram plastik dalam
tempo 12 jam. Di mata peneliti, angka itu terhitung cepat, terutama bagi ulat yang dalam
habitat aslinya memakan tumbuh-tumbuhan.

Penelitian ini berawal dari ketidaksengajaan. Federica Bertocchini, Ilmuwan yang juga
seorang peternak lebah, dibuat bingung karena plastik tempat ia meletakan ulat pemakan
sarang lebah berlubang tak beraturan. Setelah ditelusuri, pelakunya tak lain tak bukan adalah
ulat-ulat itu sendiri.

Peneliti akan menguji coba proses kimia ulat pada skala yang lebih besar. Salah
satunya sampah yang menggunung di lautan. (PIXABAY)

Federica kemudian mengembangkan penelitian ini dengan menggandeng Paolo Bombelli,


ahli biokimia dari The University of Cambridge. Ia mencari tahu apakah proses kimia yang
terjadi pada plastik bisa diaplikasikan pada gunungan sampah yang lebih besar. Seperti pada
tempat pembuangan sampah dan gunungan sampah yang menumpuk di lautan.
4. Organisme pengurai plastik lainnya adalah bakteri Ideonella sakaiensis, yang bisa
mengurai plastik dalam waktu 6 minggu dan dengan suhu 30 derajat celsius

Bakteri Ideonella sakaiensis via www.express.co.uk

Kelompok peneliti gabungan dari Amerika Serikat dan Inggris juga telah menemukan adanya
bakteri pengurai plastik. Sebenarnya bakteri yang dinamakan Ideonella sakaiensis itu
sebelumnya sudah ditemukan secara alami di Jepang, di tempat pengolahan limbah plastik.
Lalu peneliti lain berusaha mengembangkannya. Jadi dalam bakteri itu ditemukan adanya
enzim PETase yang oleh peneliti dibuat tiruannya. Enzim mutan itu dinilai bisa memecah
plastik jenis Polietilena tereftalat lebih baik dari PETase yang asli.

Limbah plastik memang jadi masalah krusial bagi bumi ini. Jika tidak dilakukan upaya
pencegahan serius, sampah-sampah plastik di dunia bisa mencemari lingkungan yang
notabene adalah tempat tinggal kita. Bayangkan aja kalau kita makan hasil laut yang ternyata
pernah tercemar limbah plastik. Tentu akan berdampak pada kesehatan juga ‘kan? Ya semoga
aja para ilmuwan yang serius menggarap segala solusi masalah ini bisa segera membawa
perubahan lebih baik lagi ya~
5. Bakteri Pengurai Plastik Polyethylene Terephtalate

Anda pasti sudah mengetahui bahwa plastik dapat dibuat menjadi berbagai macam produk
yang sering kita gunakan sehari – hari seperti, botol minuman, pakaian, bungkus makanan,
dan wadah berbagai produk kecantikan. Namun perlu Anda pahami bahwa bahan untuk
membuat plastik ada banyak jenisnya dan salah satunya yang paling umum digunakan adalah
plastik dari polyethylene terephtalate (PET). Plastik PET merupakan jenis plastik yang paling
umum diproduksi oleh pabrik, karena memiliki sifat ringan, dapat didaur ulang, aman untuk
digunakan, dan kuat.

Berkat segala macam keunggulan tersebut, permintaan pasar akan plastik PET menjadi
semakin meningkat setiap tahunnya. Efek samping yang perlu dikhawatirkan adalah
pemerintah kesulitan untuk melakukan pengolahan sampah plastik PET. Ketidakmampuan
dalam mengolah plastik PET dapat menimbulkan banjir saat musim hujan tiba. Fakta juga
telah membuktikan bahwa masalah dalam pengolahan plastik dialami oleh seluruh dunia.
Pada negara berkembang, penduduk seringkali membakar sampah-sampah plastik. Padahal
membakar sampah dapat menyebabkan polusi udara. Saat sampah tersebut dibakar, maka
akan menimbulkan gas beracun yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker pada organ
pernapasan. Kemudian Anda pasti akan bertanya mengenai cara apakah yang paling aman
digunakan untuk mengolah sampah-sampah plastik tersebut. Pengolahan sampah yang terbaik
adalah dengan menimbun sampah-sampah itu agar dapat terurai secara alami. Hanya saja
untuk mengurai plastik tersebut secara alami, membutuhkan waktu yang sangat lama hingga
ratusan tahun.

Demi untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, banyak para peneliti di berbagai belahan
dunia berusaha untuk mencari bakteri yang dapat mengurai PET dengan cepat. Beberapa
tahun berlalu dan kini peneliti dari Jepang telah berhasil menemukan bakteri yang dapat
mengurai plastik yang terbuat dari PET. Tim peneliti tersebut dipimpin oleh Dr. Kohei Oda
dari Kyoto Institute of Technology dan Dr. Kenji Miyamoto dari Keio University. Mereka
memberikan nama Ideonella sakaiensis kepada bakteri tersebut. Dalam penelitian ini, mereka
menggunakan sampel sebanyak 250 berupa potongan plastik PET dengan kualitas rendah.
Kemudian semua sampel tersebut mereka screening untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
yang pertumbuhan mereka bergantung pada ketersediaan lapisan plastik PET. Ternyata telah
terbukti bahwa bakteri jenis ini memang ada.

Dalam proses penguraian plastik PET, bakteri Ideonella sakaiensis menggunakan dua macam
enzim untuk menghancurkan plastik tersebut menjadi zat – zat yang ramah lingkungan.
Kemudian zat hasil penghancuran plastik PET tersebut digunakan sebagai sumber makanan
bagi koloni bakteri Ideonella sakaiensis. Bakteri tersebut menggunakan zat hasil penguraian
yang mengandung karbon untuk pertumbuhan mereka. Bakteri tersebut membutuhkan waktu
selama 6 minggu untuk mengurai plastik PET kualitas rendah.

Hanya saja pada kenyataannya, plastik PET yang sering digunakan bukanlah plastik dengan
kualitas rendah. Maka dari itu perlu untuk menurunkan kualitas sampah plastik PET terlebih
dahulu. Penurunan kualitas dapat dilakukan dengan cara plastik dipanaskan dan didinginkan
terlebih dahulu sebelum akhirnya digunakan bakteri Ideonella sakaiensis sebagai
pengurai. Memanaskan bertujuan untuk menurunkan kualitas plastik PET yang dapat
mempermudah bakteri untuk mengurai plastik PET.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.

2. Jenis-jenis sampah secara umum terbagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik.

3. Ternyata ada hewan yang mampu menguraikan sampah yang mana hewan tersebut mampu

membantu alam dalam proses penguraian sampah

3.2 Saran

Diharapkan kepada para siswa dan pembaca makalah ini khususnya program studi

bahasa Indonesia untuk lebih mendalami ilmu tentang upaya-upaya pengelolaan sampah

untuk pelestarian lingkungan hidup. Karena pencemaran oleh sampah sudah sangat

mengkhawatirkan di mana lingkungan yang kita huni ini sudah tercemar oleh berbagai jenis

sampah, baik yang berbahaya maupun tidak, baik yang dimanfaatkan maupun tidak.

Agar terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman maka diharapkan

kesadaran dari seluruh warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, selain itu juga

diharapkan agar sampah-sampah tersebut diolah sehingga memberikan manfaat dan

menghindari pencemaran lingkungan.


Daftar Pustaka

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta

Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta

Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998. Analisis Keragaan Ekonomi dan
Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya DT II Bandung Provinsi
Jawa Barat. Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.

https://tirto.id/larva-galleria-alias-ngengat-sang-pengurai-plastik-csE5.

Anda mungkin juga menyukai