Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah Balita yang mencapai 10% dari penduduk Indonesia, hal ini menyangkut

bahwa tumbuh kembang balita ini sangat penting untuk diperhatikan karena dapat

mempengaruhi kualitas generasi masa depan bangsa. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam masa tumbuh kembang anak, meliputi gizi yang baik, stimulasi

yang memadai dan terjangkaunya pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi

dini serta intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes, 2006).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau

keseluruhan Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur

berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas terhadap umur,

untuk mengetahui pertumbuhan fisik (Depkes, 2006).

Sedangkan pengertian perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006). Perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi

tubuh yang komplek dalam pola teratur, sebagai hasil dari proses pematangan. Proses

tersebut menyangkut adanya proses perubahan dari sel-sel tubuh, jaringan, organ-

organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing

dapat memenuhi fungsinya. Hal tersebut termasuk juga perkembangan emosi,

1 Poltekkes Kemenkes Jakarta III


intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Sedangkan

untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensial

biologisnya (Soetjiningsih, 1995).

Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai salah satunya adalah

cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen

perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas yang

dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin atau bayi yang

sedang berkembang (Campbell et al., 2012).

Cerebral palsy merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non

progresif. Pada umumnya terjadi di bagian cerebellum, ganglia basalis dan korteks

cerebri. Kelainan atau kerusakan otak dapat terjadi pada saat prenatal, perinatal dan

post natal. Cerebral palsy mengakibatkan kelainan fungsi neuromuskular seperti

adanya abnormalitas pada tonus otot, hypotonus atau hypertonus, gangguan

koordinasi gerak, gerakan yang involunter, dan gangguan keseimbangan. Pada

cerebral palsy disertai adanya masalah pada persepsi, kognisi, komunikasi dan

perilaku.(Hariandja, 2015).

Di Indonesia, prevalensi penderita CP diperkirakan sekitar 1 – 5 per 1.000

kelahiran hidup. Laki–laki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat

pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering

mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada

bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40

tahun, terlebih lagi pada multipara (Mardiani,2006).

2 Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Hasil pendataan yang dilakukan di RS Fatmawati bagian fisioterapi pediatri pada

3 bulan terakhir ini, didapatkan total 511 kunjungan pasien anak. Dengan hasil

persentase 42% anak CP quadriplegia,17% anak CP diplegi spastic, 10% anak CP

diplegi hipotone, 20% anak Global Delayed Development, 6% anak Down Syndrom,

dan lainnya sebanyak 5%.

Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi

tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan

fungsi,komunikasi (KEPMENKES No.376/MENKES/SK/II/III/2007). Intervensi dan

peran Fisioterapi pada anak dengan gangguan tumbuh kembang akibat cerebral palsy

secara umum adalah untuk memperbaiki postur, mobilitas postural, kontrol gerak dan

menanamkan pola gerak yang benar dengan cara mengurangi abnormalitas tonus

postural, memperbaiki pola jalan dan mengajarkan pada anak gerakan-gerakan yang

fungsional sehingga anak dapat mandiri untuk melakukan aktifitas sehari hari

(Hariandja, 2015).

Salah satu pendekatan fisioterapi dalam pemberian terapi latihan pada kasus

cerebral palsy yaitu dengan Neuro Development Treatment (NDT). Neuro

Development Treatment adalah suatu konsep latihan yang dilakukan untuk

memberikan efisiensi gerakan dan postur tubuh terhadap gaya gravitasi serta kontak

tubuh dengan permukaan, meningkatkan respon keseimbangan secara aktif, dan

melatih tulang belakang (Arnd, et al., 2005).

3 Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Neuro developmental treatment (NDT) merupakan salah satu pendekatan yang

paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Metode ini pertama kali digunakan untuk terapi anak-anak pada kondisi cerebral

palsy. Kemudian metode ini digunakan juga untuk kondisi gangguan perkembangan

pada anak lainnya. Pendekatan NDT berfokus pada normalisasi otot hypertone atau

hypotone. Intervensi penanganan NDT melatih reaksi keseimbangan, gerakan anak,

dan fasilitasi. NDT adalah metode terapi yang populer dalam pendekatan intervensi

pada bayi dan anak-anak dengan disfungsi neuromotor (Uyanik and Kayihan, 2013).

B. Identifikasi Masalah

1. Masalah gangguan yang ditemui pada kasus ini meliputi gangguan fungsional

ambulansi dan transfer ke berdiri dan kemampuan mempertahankan posisi berdiri.

2. Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang timbul pada kasus Cerebral Palsy, maka kami

sebagai penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

ini. Adapun masalah yang akan dibahas akan dibatasi pada Penatalaksanaan

Fisioterapi Untuk Meningkatkan Kemampuan Transfer ke Berdiri dengan Metode

Neurodevelopment Treatment (NDT) pada Kasus Cerebral Palsy Hipotonus

Diplegia di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

4 Poltekkes Kemenkes Jakarta III


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Memenuhi tugas Mata Kuliah Fisioterapi Komperhensif I.

b. Menerapkan pengetahuan klinis tentang penatalaksanaan fisioterapi untuk

Meningkatkan Kemampuan Transfer ke Berdiri dengan Metode

Neurodevelopment Treatment (NDT) pada Kasus Cerebral Palsy Hipotonus

Diplegia di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prosedur Assesment atau Pemeriksaan Fisioterapi pada

Kasus Cerebral Palsy Hipotonus Diplegia.

b. Untuk mengetahui Diagnosa dan Problematika Fisoterapi pada kasus Cerebral

Palsy Hipotonus Diplegia.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Terapi Latihan dengan metode

Neurodevelopment Treatment (NDT) pada kasus Cerebral Palsy Hipotonus

Diplegia.

5 Poltekkes Kemenkes Jakarta III


D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa Fisioterapi

Hasil laporan kasus ini dharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk Meningkatkan Kemampuan

Transfer ke Berdiri dengan Metode Neurodevelopment Treatment (NDT) pada

Kasus Cerebral Palsy Hipotonus Diplegia di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

bagu mahasiswa Fisioterapi Kemenkes Jakarta III.

6 Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Anda mungkin juga menyukai