Anda di halaman 1dari 35

Pendidikan dan Layanan Pendidikan

ANAK DENGAN HAMBATAN MOTORIK


(Disampaikan pada kuliah tamu
Program Studi Pendidikan Islam Usia Dini Universitas Muhammadiyah Bandung,
Sabtu 9 Mei 2020)

Setyo Wahju Wibowo, dr. M.Kes


Dosen Dep.Pendidikan Khusus FIP UPI
Ruang lingkup bahasan
 Definisi dan Karakterisik anak dengan hambatan motorik
 Etiologi (sebab) terjadinya hambatan motorik
 Dampak dari hambatan motorik
 Layanan pendidikan anak dengan hambatan motorik
Definisi
 Hambatan fungsi fisik motorik (tunadaksa) adalah
ketidakmampuan fisik-motorik untuk melaksanakan
fungsinya disebabkan berkurangnya kemampuan fisik
motorik untuk melaksanakan fungsinya secara normal, yang
diakibatkan oleh luka, penyakit, atau pertumbuhan yang
tidak sempurna (Efendi, 2008)
 Untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara
khusus (Kneedler, 1984). Sepanjang yang bersangkutan
membutuhkan layanan khusus, maka dapat diklasifikasikan
sebagai anak berkebutuhan khusus.
Klasifikasi
Terkait karakteristik fisik dan kelainan anak
dengan hambatan motorik, secara umum terbagi
atas 2 katagori yaitu :
1. Tunadaksa ortopedi (orthopedically
handicapped)
2. Tunadaksa syaraf/neurologic (Neurologically
handicapped)
(Hallahan & Kauffman 2006)
Tunadaksa Ortopedi
 Anak tunadaksa yang mengalami kelainan, kecacatan,
ketunaan tertentu pada bagian-bagian tulang, otot tubuh
maupun daerah persendian baik yang dibawa sejak lahir
(congenital) maupun yang diperoleh kemudian (acquired),
sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara
normal.
 Contoh kelainan :
 Poliomyelitis (Radang otot karena virus polio)
 TBC tulang (Tuberculosa tulang)
 Osteomyelitis (Radang tulang dan otot)
 Muscle dystropia (Pembentukan otot yang tidak sesuai)
Poliomyelitis
TBC (tuberculosa)
Osteomyelitis
Muscular dystrophy
Tunadaksa syaraf/neurologik
 Anak tunadaksa yang mengalami kelainan akibat gangguan
pada susunan syaraf Pusat (Otak), dimana fungsinya
sebagai pengontrol dan pengendali mekanisme seluruh
tubuh, sehingga menyebabkan gangguan fisik, intelektual,
emosi dan mental.
 Contoh :
 Cerebral Palsy.
 Cerebral (otak), Palsy (kelumpuhan/ketidakmampuan). Kumpulan
gejala akibat kelainan di otak yang menyebabkan kelumpuhan
motoric, dan hambatan lainnya.
Klasifikasi Cerebral Palsy

 1. Spasticity : Penderita menunjukkan hypertonia seperti tegang otot


berlebihan atau kontraksi gerakan sewaktu otot beristirahat. Frekuensi
(40-60% CP)
 2. Athetosis : penderita Nampak susah payah jika berjalan, menggeliat-
geliat, terhuyung-huyung (sempoyongan), gerak tidak berirama, tidak
terkontrol. Gerakan menggeliat tidak tampak saat tidur, akan muncul
saat sadar, lebih menghebat saat emosi tinggi. Frekuensi (15-20% CP)
 3. Ataxia : Gerakan tidak teratur, control keseimbangan terganggu
 4. Tremor dan rigid : Tremor (bergetar) dapat diketahui sejak dini.
Rigidity merupakan interferensi tonus otot disebabkan resistensi otot
yang berlawanan.
 5. Campuran :Perpaduan diantara type CP.
Penyebab :
 PRENATAL :
1. Anoxia prenatal : kondisi janin dalam Rahim mengalami kekurangan oksigen
disebabkan antara lain : anemia Ibu, kelainan jantung, percobaan abortus
2. Gangguan metabolisme
3. Faktor kelainan darah (rhesus)

 PERINATAL :
1. Kesulitan persalinan : sungsang, panggul sempit
2. Pendarahan otak bayi
3. Kelahiran premature
4. Gangguan placenta : terjepit saat lahir dalam waktu lama

 POSTNATAL :
1. Penyakit/infeksi : meningitis, encephalitis, influenza dll
2. Kecelakaan : terjatuh, dll
3. Pertumbuhan tulang/tubuh tidak sempurna
DAMPAK
1. Fungsi Kognitif.
Kondisi ketunadaksaan pada sebagian besar anak
menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitifnya.
Khusus anak CP selain dua masalah tadi, juga sering
mengalami kesulitan komunikasi, persepsi, kontrol gerak dan
hambatan intelektual.
Penelitian Miller dkk, distribusi taraf kecerdasan anak CP
sebagai berikut : rata-rata (25%) borderline (30%) mental
defect (45%). Untuk anak poliomyelitis, skor rata-rata
kecerdasan antara 85-92.
Dampak
2. Gangguan Persepsi
Persepsi mencakup aspek pendengaran (auditory),
penglihatan (visual), sentuhan (tactile), gangguan bicara, dan
modalitas lainnya.
Data penelitian : Dari 939 kasus CP didapatkan 72,4%
penglihatan normal, sisanya 28,6% terganggu (42,7% pada
ataxia, 27,4% spasticity dan 20,4% athetosis, sisanya rigidity
dan tremor) ( Riset Hopkins, dkk dalam Effendi, 2017)
Didapat juga hasil gangguan okulomotor pada lebih 50% anak
CP. (Denhoff dan Robinault)
Dampak
 Untuk gangguan dengar, dari data penelitian Hopkins dkk,
didapatkan sebanyak 13,3% dari 1121 anak CP mengalami
gangguan dengar, dari jumlah tersebut sebanyak 22,5% nya
type athetosis dan 7,2% penderita type spastik.
 Data peneliti lain England Fish didapat 20% anak CP
mengalami gangguan pendengaran.
 Didapatkan juga data gangguan bicara sebanyak 88,7% dari
penderita athetosis dan 85,3% dari penderita spastic dari
1224 sampel (Hopkins dkk). Data Denhoff dan Robinault
menemukan 70% anak CP mengalami gangguan bicara.
Dampak
3. Penyesuaian Sosial
Dampak ini timbul sebagai akibat tidak langsung dari kondisi
kelainannya, tetapi cenderung akibat dari interaksinya dengan
lingkungan. Beberapa hal yang tidak menguntungkan antara
lain :
Terhambatnya aktifitas normal sehingga frustasi
Kekhawatiran orangtua yang berlebihan (overproteksi)
Perlakuan orang sekitar yang kurang mendukung

Persepsi social yang kurang mendukung akan menyebabkan


self concept yang kurang baik.
Penanganan Anak Dengan
Hambatan Motorik
 Rehabilitasi :
 1. Rehabilitasi medis : operasi orthopedi (rekonstruksi
tulang/bedah tulang), fisiotherapi, ADL (activity daily living), terapi
okupasi atau terapi tugas, pemberian prothese (kaki palsu,dll)
 2. Rehabilitasi vokasional (karya) : memberi kesempatan anak
tunadaksa untuk bekerja, agar mempunyai kemampuan ekonomi
juga kedudukan yang tepat di keluarga dan masyarakat
 3. Rehabilitasi psikososial: dilakukan dengan harapan dapat
mengurangi dampak psikososial yang kurang menguntungkan
bagi perkembangan dirinya.
Pengertian Pegembangan Diri dan
Pengembangan Gerak
 Pengembangan diri dan gerak adalah usaha bantuan yang
berupa bimbingan dan latihan yang dilakukan secara terencana
dan terprogram yang diberikan kepada anak tunadaksa dalam
rangka mengeliminasi hambatan yang dialami dan
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki serta mengembangkan
diri menuju ke kemandirian baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat.
Pengembangan diri dan pengembangan gerak memiliki
program kekhususan masing-maisng. Yaitu program khusus
pengembangan diri seperti merawat diri, menolong diri,
mengurus diri dll dan program khusus pengembangan gerak
seperti menanamkan gerak lokomotor dan nonlokomotor.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai program khusus


pengembangan diri dan pengembangan gerak.
Program Khusus
Pengembangan Diri pada Anak
dengan Hambatan motorik

Bina diri merupakan usaha membangun diri, baik


sebagai individu maupun sebagai makhluk social
melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian
dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari
memadai.
Tujuan umum
 agar anak berkebutuhan khusus dapat
mandiri dengan tidak/kurang bergantung
pada orang lain dan mempunyai rasa
tanggung jawab
salah satu tujuan khususnya

 menumbuhkan dan meningkatkan


kemampuan ABK dalam tatalaksana
pribadi
Program khusus pengembangan (bina) diri terdiri dari
beberapa aspek pengembangan dimana satu sama
lainnya berhubungan dan ada keterkaitan yaitu:

1. Menolong diri sendiri (kebersihan, pakaian)


2. Merawat dan merias diri
3. Berkomunikasi
4. Bersosialisasi
5. Penguasaan Pekerjaan/ketrampilan
6. Pendidikan Identitas gender (Pria/Wanita)
7. Menyelamatkan diri dari bahaya
Menurut Musjafak (2010) menyatakan bahwa ada beberapa
catatan pengalaman dalam melaksanakan Program Khusus
Pengembangan Diri yaitu sebagai berikut:

 Perhatikan kesiapan peserta didik untuk menerima latihan


 Kenali peserta didik dengan baik
 Pembelajaran dilakukan dnegan rileks, santai, namun tegas dalam
artian tidak ragu tetapi tetap harus dengan lemah lembut.
 Latihan dilakukan dengan tahap demi tahap.
 Tunjukkan kepada anak cara melakukan yang benar, hendaknya
dipermudah dengan contoh-contoh yang mudah dimengerti.
 Diiringi dengan percakapan.
 Tetaplah disiplin dan jangan menyimpang dari ketetapan utama , waktu
maupun tempat . penyimpangan demikian akan membingungkan anak.
 Jangan pelit memberikan pujian
 Kesalahan adalah hal biasa, kita tidak perlu memarahinya
 Ketika sudah lama berlatih, namun anak tetap tidak bisa. Hentikan
terlebih dahulu latihannya. Kemudian cari solusi atau akar dari
permasalahan.
Program Khusus Pengembangan Gerak
Pada anak dengan Hambatan Motorik
 Damastuti E (tt) menyatakan bahwa bina gerak merupakan
serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan
oleh guru yang professional dalam pendidikan khusus,
secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang,
sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam
melakukan aktivitas mobilisasi.
Tujuan utama

 untuk memperbaiki dan mengembangkan


fungsi gerak pada anak atau untuk
memberikan bekal dan kemampuan gerak
yang dapat mengantarkan anak mampu
bergerak untuk berpartisipasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Pengembangan Gerak peserta
didik dengan hambatan motorik
1. Melakukan gerak control kepala, melakukan gerak fisik
motoric (tangan, kaki, badan)
2. Melakukan gerak pernafasan
3. Melakukan gerak pindah diri
4. Melakukan gerak koordinasi (motoric kasar dan motoric
halus),koordinasi mata tangan, koordinasi mata kaki
5. Menggerakkan alat bantu gerak, ( dengan alat bantu yang
dipakai)
Banyak metode dan teknik yang dapat
digunakan untuk melatih kemampuan
gerak anak-anak tunadaksa, antara lain:
 Aktivitas gerak persepsi
 Latihan keterampilan
 Permainan, dan
 Pendidikan olahraga
Program Pendidikan
Agar arah dan tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan
program pengembangan diri dan gerak, maka ditetapkan
kemampuan dan indicator yang dapat dijadikan acuan oleh
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
kegiatan pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik
dengan hambatan motorik.
No Kompetensi Indikator
2 Pengembangan Gerak Gerakan control kepala :
• Mengangkat kepala dalam posisi tengkurap
a. Mampu melakukan gerak • Mempertahankan kepala tegak dalam berbagai
control kepala, gerakan posisi
• Menyundul bola
control kaki, gerakan control • Menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
badan, dalam kehidupan • Menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah
sehari-hari dengan baik • Memutar kepala ke kiri dan ke kanan
• Menggerakkan kepala sesuai dengan irama
musik
Implementasi Program
1. Reguler
Program sesuai dengan jadwal yang telah disusun
2. Terpadu
Program dilaksanakan terintegrasi dengan mata pelajaran lain
3. Prioritas
Program dilaksanakan khusus kepada peserta didik yang
mengalami masalah tertentu dan penanganan secara tepat.
Refferensi
1. Effendi M. Psikopedagogik Anak berkebutuhan khusus,
Cetakan 1, Universitas Negeri Malang, Oktober 2017
2. Sugiarmin, M dan Baihaqi, MIF, editor. Inklusi Sekolah
Ramah untuk semua, David Smith, cetakan 1, th 2006
3. Assjari M. 2010. Program Khusus Untuk Tunadaksa.
Surakarta: Workshop Pengelolaan Program Kekhususan
4. Damastuti E. Pentingnya Program Khusus Bina diri dan
Bina Gerak Pada Anak Dengan Cerebral Palsy.
Universitas Lambung Mangkurat
5. Mamad W. Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
6. Nelson Textbook of Pediatrics, 21st edition, 2018. WB
Saunders International Edition.
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai