Disusun Oleh :
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Pemberian Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri bagi Anak
Tuna Daksa
Bimbingan Klasikal dengan Teknik Sosiodrama
Layanan bimbingan klasikal memanfaatkan situasi untuk langsung bertatap muka
untuk mencapai tujuan layanan bimbingan. Sedangkan teknik sosiodrama merupakan
pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antar manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya. Adapun kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri, sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain.
Layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama umumnya dilakukan dalam
beberapa siklus untuk melihat perubahan atau perkembangan dari peserta didik.
Menurut Wahab (2009) mengemukakan secara rinci tentang teknik sosiodrama dalam
proses pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa, yaitu :
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan tujuan
tersebut diupayakan tidak terlalu sulit atau berbelit-belit, akan tetapi akan lebih jelas
dan mudah di laksanakan.
b. Melatar belakangi cerita sosiodrama dan bermain peran tersebut.
c. Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran yang
harus siswa lakukan atau mainkan.
d. Menetapkan siapa-siapa siswa yang pantas memainkan jalan suatu cerita. Dalam hal
ini termasuk peran penonton.
e. Guru dapat menghentikan jalan permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini
dimaksud agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan
secara seksama.
f. Sebaiknya diadakan latihan-latihan secara matang, kemudiaan diadakan uji coba
terlebih dahulu, sebelum sosiodrama di pentaskan dalam bentuk yang sebenarnya.
3.2 Rancangan Pelaksanaan Layanan
4.1 Kesimpulan
Setiap individu penyandang tuna daksa diharapkan mampu menumbuhkan rasa
percaya diri, dengan kepercayaan diri seseorang akan mampu menyalurkan potensinya
secara maksimal, optimis dalam menjalani hidup dan terhindar dari perasaan-perasaan
rendah diri yang bisa menghambat potensi diri. Karena kepercayaan diri salah satu
aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri maka
banyak masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling
berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan dengan
kepercayaan diri seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya.
Adanya keterbatasan yang dimiliki anak dengan penyandang tuna daksa seringkali
menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai prestasi
yang jauh di luar jangkauannya. Dengan demikian peran orang di sekitarnya sangat
penting untuk memberikan motivasi serta bantuan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dialami anak tersebut. Dengan permasalahan-permasalahan yang
sering dihadapi penyandang tuna daksa adalah kurangnya rasa kepercayaan diri dalam
dirinya, karena anak akan melihat keadaan tubuhnya tidak normal, seperti anak-anak
yang lain. Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa tersebut di perlukan
layanan yang tepat serta metode pengajaran yang dapat menunjang perkembangannya
salah satunya pemberian layanan bimbingan dan konseling yang tepat dan efektif bagi
anak penyandang tuna daksa sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangannya dan dapat menjalankan segala aktivitasnya dengan baik. Salah
satunya dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama yang
dapat membantu dalam peningkatan kepercayaan diri pada anak penyandang tuna daksa
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, I dan Hartosujono. 2014. Resiliensi pada penyandang tuna daksa non
bawaan. Jurnal SPIRITS. 5(1), 48-54.
Thursan, H. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara.
Wahab, A. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar limu Pengetuhuan Sosial (IPS).
Bandung : Alfabeta.