Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN WAKTU

oleh: Sekarbumi D. Alanbiya (1810412093)

I. Konsep Manajemen Waktu


Secara umum, manajemen waktu (time management) adalah suatu
perencanaan dalam rangka mengorganisir, menggerakkan, dan mengawasi
produktivitas waktu. Waktu merupakan salah satu sumber daya yang harus
dikelola dengan baik agar individu atau organisasi bisa mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan manajemen waktu
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, efisien mengandung dua makna,
yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu
menggunakan waktu yang ada.
Jika kita pisahkan menurut kata penyusunnya yaitu manajemen berasal dari
kata manage (=mengatur atau mengelola), dan waktu (=siang dan malam yang
tersusun dari satuan waktu detik, menit, dan jam, hari, minggu, bulan, tahun dan
seterusnya.)
Maka, dapat disimpulkan bahwa manajemen Waktu adalah usaha untuk
memanfaatkan setiap bagian dari waktu untuk dilakukan aktivitas tertentu yang
mana telah ditentukan target dalam jangka waktu tertentu suatu aktivitas atau
pekerjaan harus sudah diselesaikan.
Manajemen waktu yang baik adalah dengan membuat data aktivitas atau
pekerjaan dan menentukan skala prioritas dari setiap pekerjaan tersebut. Di sini
perlu kita tahu bahwa setiap pekerjaan pastilah penting namun dari daftar
pekerjaan penting itu ada yang lebih penting yaitu pekerjaan yang mendesak atau
genting dan biasanya berhubungan dengan deadline. Letakkanlah aktivitas yang
genting pada daftar yang paling atas untuk segera dikerjakan baru diikuti dengan
daftar urutan pekerjaan lain yang kurang prioritasnya.
Manajemen waktu dapat juga diartikan sebagai suatu metode atau cara
untuk memanfaatkan dan mengatur setiap bagian waktu dalam mengerjakan
aktivitas yang sudah direncanakan dan harus diselesaikan dalam jangka waktu
yang sudah ditetapkan.
II. Filosofi Manajemen Waktu
1. Filasafat idealisme
Suatu keadaan yang amat sempurna yang menjadi pola dari segala
sesuatu yang kita dapati didunia ini, filsafat ini diterapkan dalam
manajemen marxis dan codetermination yang popular di negara sosialis,
Jerman dan Skandinavia.
2. Filsafat realisme
Dunia ini dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya adalah
kenyataan yang tidak dapat dibantah, filsafat ini beriringan dengan revolusi
industri Inggris yang disusun Frederick W. taylor.
3. Filsafat neo-thomisme
Kenyataan itu rasio, keadaan, dan Tuhan sedangkan kebenaran adalah
intuisi, segala sesuatu yang masuk akal dan yang diwahyukan Tuhan banyak
dipraktikan oleh manajemen katolik yang merujuk pada bible.
4. Filsafat pragmatism
Pengalaman dan segala sesuatu yang dapat dialami oleh manusia,
keberanaran dapat dilihat dari pendapat umum yang banyak merujuk pada
manajemen yang berlaku umum melalui opini publik.
5. Filsafat eksistensialisme
Kenyataan adalah eksistensi atau keadaan yang menyerupai itu,
kebenaran adalah pendapat yang sejalan dengan pandangan pribadi
seseorang, peran manusia menjadi perhatian utama.

III. Praktik Manajemen Waktu


Odiorne membagi praktek manajemen dengan beberapa tahapan :
1. Manajemen memaksa (1920-an dan 1930-an)
2. Manajemen mementingkan hubungan kemanusiaan (1940-an)
3. Manajemen menggunakan tekanan (1950-an)
4. Manajemen menurut keadaan (1960-an)
IV. Manfaat Manajemen Waktu
 Dalam organisasi:
1. Membantu individu atau organisasi dalam menentukan prioritas.
Misalnya menentukan tingkat urgensi melakukan sebuah aktivitas.
2. Membantu mengurangi kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan
yang harus diselesaikan.
3. Dapat membantu untuk mencegah terjadinya bentrok waktu dalam
mengerjakan dua atau lebih pekerjaan dalam waktu yang bersamaan.
4. Membantu proses evaluasi terhadap hasil pekerjaan individu atau
organisasi.
 Dalam kehidupan pribadi
1. Kemampuan individu dalam mencapai produktivitas dan efisiensi yang
lebih besar
2. Memiliki reputasi professional yang lebih baik
3. Terhindar dari tekanan atau stress akan berkurang
4. Membantu meningkatkan peluang dalam mencapai kesuksesan
5. Memiliki keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan
6. kesempatan karir yang lebih baik

V. Pentingnya Manajemen Waktu


Sebuah sistem manajemen waktu yang sesuai dengan kebutuhan, dapat
membantu kita menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat. Apapun
prioritasnya, mempelajari cara mengatur hidup dan belajar akan membantu kita
mencapai tujuan hidup kita. Maka dari itu, sistem manajemen waktu yang efektif
dapat:
1. Membantu kita membuat prioritas.
2. Mengurangi kecenderungan untuk menunda.
3. Membantu kita menghindari “tabrakan waktu”.
4. Memberi kita kebebasan dan kendali.
5. Membantu kita menghindari perasaan bersalah.
6. Membantu mengevaluasi kemajuan kita.
VI. Efek-efek Manajemen Waktu
Orr dan Traccy menjelaskan efek-efek dalam manajemen waktu yaitu:
1. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja.
3. Meningkatkan penghasilan pada tiap individu.
4. Meningkatkan kepuasan kerja pada individu.
5. Mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan.
6. Mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu.
7. Menurunnya tingkat stress individu.
8. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperoleh prestasi kerja
yang baik.
9. Dapat meningkatkan kecepatan kerja.
10.Meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja.

VII. Aspek-aspek Manajemen Waktu


Menurut Atkinson, aspek-aspek dalam manejemen waktu mencakup hal-hal
berikut:
1. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan
perhatian terhadap pekerjaan yang akan dijalankan, fokus terhadap tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai serta mampu merencanakan suatu
pekerjaan dalam batasan waktu yang disediakan.
2. Menyusun Prioritas
Menyusun prioritas perlu dilakukan mengingat waktu yang tersedia
terbatas dan tidak semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang
sama. Urutan prioritas dibuat berdasarkan pringkat, yaitu dari prioritas
terendah hinnga pada prioritas tertinggi. Urutan prioritas ini dibuat
dengan mempertimbangkan hal yang paling penting, mendesak, maupun
vital yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Atkinson berpendapat
menyusun prioritas membutuhkan ketelitian tinggi dan kemampuan
menyusun strategi agar hasil pokok penggunaan waktu dapat tercapai
secara maksimal.
3. Menyusun Jadwal
Jadwal merupakan daftar kegiatan yang akan dilaksanakan beserta
urutan waktu dalam priode tertentu. Fungsi pembuatan jadwal adalah
menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kelupaan, dan mengurangi
ketergesaan.
4. Bersikap Asertif
Sikap asertif dapat diartikan sebagai sikap tegas untuk menolak
suatu permintaan atau tugas dari orang lain dengan cara positif tanpa
harus merasa bersalah dan menjadi agresif. Bersikap tegas merupakan
strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan
memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektivitas penggunaan
waktu. Dalam bersikap asertif tetap dibutuhkan pertimbangan matang
dari segi konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif
yang diterima individu.
5. Menghindari Penundaan
6. Meminimalisir Waktu yang Terbuang

I. Teknik Manajemen Waktu Secara Umum


1. Buat dan bawalah selalu jadwal, dan ingatlah seluruh kegiatan yang harus
Anda lakukan selama seminggu.
2. Rencanakanlah setidaknya 50% dari waktu yang Anda miliki untuk
menghasilkan hal yang produktif.
3. Rencanakanlah waktu untuk beristirahat, menarik diri dari semua kesibukan
yang Anda miliki.
4. Luangkan 30 menit pertama setiap harinya untuk merencanakan hari Anda.
Jangan memulai aktivitas Anda sebelum Anda selesai merencanakannya.
Saat yang paling penting dalam hari Anda adalah saat dimana Anda
merencanakannya.
5. Luangkan waktu selama 5 menit untuk setiap undangan dan keputusan yang
harus Anda datangi dan Anda ambil. Ini akan membantu Anda
memperlihatkan prioritas yang harus diutamakan, dan membuat Anda
merasa bahwa waktu tidak berlalu begitu cepat. Luangkan pula 5 menit
setelah aktivitas atau keputusan yang Anda ambil untuk menentukan apakah
target yang Anda tentukan hari ini tercapai atau tidak. Apakah ada yang
terlewat, atau tidak.
6. Jangan ragu-ragu untuk menolak interupsi dari siapapun juga saat Anda
benar-benar harus mengerjakan sesuatu sampai selesai.

II. Teknik Manajemen Waktu Berdasarkan Skala Prioritas


Skala prioritas adalah tingkat-tingkat yang memiliki kriteria tertentu atas
segala sesuatu yang diutamakan. Skala prioritas mendahulukan pekerjaan yang
penting dan mendesak, dilanjutkan dengan pekerjaan penting dan tidak mendesak,
kemudian pekerjaan yang mendesak meski belum terlalu penting, dan terakhir
adalah pekerjaan yang tidak penting dan tidak mendesak.
1. Mendesak dan Penting
Tipe pekerjaan penting dan mendesak harus di utamakan
penyelesaiannya lebih dahulu. Tugas tersebut tidak dapat ditunda-tunda
lagi. Kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini merupakan hal penting
dan harus dilakukan, tidak bisa ditunda pada lain waktu. Orang yang
terbiasa bekerja pada kelompok ini akan cendrung stress, cepat lelah, dan
berprestasi biasa-biasa saja karena semua kegiatan dilakukan secara
terburu-buru.
2. Penting
Tipe pekerjaan dengan prioritas ini harus disikapi dengan
menjadwalkan pekerjaan dengan cermat. Jangan sampai pekerjaan
penting diabaikan sehingga pekerjaan ini menjadi pekerjaan mendesak
dan penting. Sebaiknya gunakan waktu produktif untuk menyelesaikan
pekerjaan ini. Kegiatan dalam kelompok ini mencakup kegiatan yang
sudah terjadwal dengan baik, rutin. Orang yang berada dalam kelompok
ini adalah mereka yang memiliki visi, mempunyai prioritas dalam
hidupnya. Mereka akan melakukan perencanaan dalam mencapai visinya,
menetapkan prioritas, mengerjakan hal penting terlebih dahulu dan
menyelesaikan sisanya kemudian.
3. Mendesak dan Tidak Penting
Pekerjaan ini terkadang datang dari orang di luar lingkungan kerja.
Misalnya ketika mereka minta bantuan kepada Anda. Hal ini bisa saja
mengganggu waktu produktif bekerja. Oleh karena itu tidak apa jika
Anda mengabaikannya jika pekerjaan Anda saat ini merupakan pekerjaan
penting dan tidak dapat ditunda. Kebiasaan bekerja pada kelompok
seperti ini akan membuat seseorang menjadi kurang disiplin, prestasi
rendah, tidak memiliki tujuan jelas dalam pekerjaan, karena selalu
berusaha menyenangkan orang lain.
4. Tidak Mendesak dan Tidak Penting
Kegiatan dalam kelompok ini merupakan kegiatan yang dilakukan
secara berlebihan dan berakibat tingkat kepentingannya rendah. Contoh:
menonton televisi dan tidur secara berlebihan. Orang dalam kelompok ini
cenderung pemalas serta kurang bertanggung jawab.
III. Teknik Manajemen Waktu Berdasarkan Delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi lebih dari
sekedar memberikan orang lain tugas untuk mengerjakan sesuatu. Ada 4 hal yang
harus diperhatikan dalam proses delegasi kekuasaan sehingga berjalan efektif,
yaitu:
1. Dalam pemberian suatu delegasi kekuasaan atau tugas haruslah dibarengi
dengan pemberian tanggung jawab.
2. Kekuasaan yang didelegasikan harus pada orang yang tepat baik dari segi
kualifikasi maupun fisik.
3. Mendelegasikan kekuasaan pada seseorang juga harus dibarengi dengan
pemberian motivasi.
4. Pimpinan yang mendelegasikan kekuasaanya harus membimbing dan
mengawasi orang yang menerima delegasi tersebut.
IV. Teknik Manajemen Waktu Berdasarkan Asertif
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang
diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap
menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Perilaku asertif tidak
dilatarbelakangi maksud-maksud tertentu, seperti untuk memanipulasi,
memanfaatkan, memperdaya atau pun mencari keuntungan dari pihak lain.
Beberapa ciri lain sikap asertif adalah:
a. Mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan dirinya, baik
secara verbal maupun non verbal secara bebas, tanpa perasaan takut,
cemas, dan khawatir.
b. Mampu menyatakan “tidak” pada hal-hal yang memang dianggap tidak
sesuai dengan kata hati atau nuraninya atau yang dianggap tidak masuk
akal, berbahaya, negatif, tidak diinginkan, atau dapat merugikan orang
lain.
c. Mampu untuk berkomunikasi secara terbuka, langsung, jujur, terus terang
sebagaimana mestinya
d. Mampu menyatakan perasaannya secara jelas, tegas, jujur, apa adanya,
dan sopan.
e. Mampu untuk meminta tolong pada orang lain pada saat membutuhkan
pertolongan.
f. Mampu mengekspresikan kemarahan, ketidak setujuan, perbedaan
pandangan secara proporsional.
g. Tidak mudah tersingung, sensitif, dan emosional.
h. Terbuka untuk ruang kritik.
i. Mudah berkomunikasi, hangat, dan menjalin hubungan sosial dengan
baik.
j. Mampu memberikan pandangan secara terbuka terhadap hal-hal yang
tidak sepaham.
k. Mampu meminta bantuan, pendapat, atau pandanganngan orang lain
ketika sedang menghadapi masalah.
Teknik manajemen asertif yang berguna dalam menanggapi situasi yang
cenderung menjadi konflik.
1. Memberikan Umpan Balik
Merespon perilaku ornag lain dapat membantu menghindari
kesalahpahaman dan menyelesaikan konflik. Ketika kita memilih untuk
menyampaikan umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik
komunikasi yang tidak terkesan mengancam. Kriteria untuk umpan balik
yang bermanfaat adalah sebagai berikut:
2. Meminta Umpan Balik dari Orang Lain
Meminta umpan balik dari orang lain juga diperlukan guna
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal; kemampuan untuk
mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui
ketika kita berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk
memberikan umpan balik kepada kita. Mereka juga membantu kita untuk
mengidentifikasi bidang-bidang pada praktik profesional kita yang
mungkin perlu perbaikan dan membantu meningkatkan hubungan yang
lebih baik dengan orang lain.
3. Menentukan Batasan
Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti bertanggung
jawab atas keputusan yang diambil, bagaimana menghabiskan sumber
daya pribadi tanpa merasa marah kepada orang lain yang mengajukan
permintaan tersebut.
Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah pertama adalah
menentukan seberapa jauh kita mau memenuhi permintaan tersebut. Jika
perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah
tindakan yang tepat asalkan kita kembali ke orang tersebut dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
4. Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang diinginkan dari orang lain secara langsung
juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika kita berada pada posisi
manajemen, menyatakan keinginannya dengan jelas dari orang lain
adalah suatu bagian penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan seperti
meminta pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang
jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan meresponnya secara
asertif.
5. Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten
untuk menjamin bahwa hak-hak anda dihargai. Sering ketika kita telah
menentukan batasan atau telah berkata “tidak”, lalu orang-orang disekitar
kita akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi
pernyataan keputusan itu dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa
menjadi agresif dan tanpa menyerah.
6. Membingkai Kembali
Menurut Kaufman, bingkai adalah jalan pintas kognitif yang
digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi
masuk akal. Teknik pembingkaian kembali juga termasuk:
 Membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok
tujuan yang terbatas.
 Menguji validitas perspektif orang lain.
 Menentukan kesamaan tujuan.
 Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum
dipikirkan lebih mendalam.
 Mengenali perbedaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat
yang bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil
untuk mengurangi konflik.
7. Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk
“menang” dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain.
Konflik interpersonal antara profesional di bidang kesehatan sering
ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi. Abaikan komentar
yang bersifat mencela dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat
menjaga konflik agar tidak meningkat kearah yang dapat merusak
hubungan.
8. Merespon Kritik
Bagi sebagian orang, kritik benar-benar dapat membuat diri hancur.
Pada beberapa kasus kita mungkin ingin membalas dendam dengan
melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik. Cara
mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan
irasional yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui
oleh orang lain.

V. Mengevaluasi Penggunaa Waktu


Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif
atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi
biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau
manfaatnya. Jadi, mengevaluasi waktu berarti kita akan mengevaluasi hal-hal
yang telah dan kelak akan dilakukan.
Untuk mengenali bagaimana cara memanfaatkan waktu dalam sehari, maka
kita dapat mengevaluasi kegiatan dengan bertanya kepada diri sendiri, antara lain:
1. Berapa jam yang digunakan untuk melakukan perencanaan?
2. Berapa jam yang dimanfaatkan untuk bekerja optimal?
3. Berapa jam yang digunakan untuk belajar?
4. Berapa jam yang dimanfaatkan untuk perjalanan menuju tempat bekerja
dan pulang kembali ke rumah?
5. Berapa jam yang digunakan untuk beristirahat, berolahraga, dan
bersantai?
6. Berapa jam yang dimanfaatkan untuk keluarga?
7. Dan berapa jam yang digunakan untuk masyarakat sekitar?
Dengan melakukan evaluasi manajemen waktu, maka kita dapat mengenali
bagaimana penggunaan waktu dalam sehari sehingga dapat menemukan hal-hal
mana saja yang menurut kita berlebihan porsi waktunya dan mana yang
kekurangan porsinya.

VI. Mengelola Waktu Secara Produktif


1. Strategi Untuk menyusun Jadwal
Selanjutnya dalam memudahkan kita mengambil langkah
perlangkahnya untuk manajemen waktu ini, tentunya kita memerlukan
strategi dalam menyusun jadwal agar lebih efektif. Berikut adalah strategi
yang dapat kita pakai dalam menyusun jadwal mingguan.
a. Buat daftar kegiatan yang hendak dikerjakan
 Tuliskan aktivitas tetap
 Tambahkan waktu belajar tetap
 Tambahkan waktu belajar fleksibel
 Tambahkan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan
pribadi
 Tambahkan waktu untuk rileks
b. Buat skala prioritas dari setiap kegiatan
Untuk mengoptimalkan penggunaan waktu, kita perlu
membuat skala prioritas dari seluruh kegiatan yang harus kita
lakukan. Setelah semua kegiatan didaftarkan, golongkan mereka
berdasarkan skala prioritas.
Tidak ada kata benar atau salah dalam menggolongkannya
karena memang setiap individu memiliki prioritas yang berbeda
dalam hidup.
Yang tak kalah penting, tentu saja harus realistis. Kita tidak
bisa mengikuti rasa malas dan menaruh belajar di papan bawah.
Kalau mau lulus dengan baik, tentu saja kita perlu
menempatkannya walau tidak harus menjadi prioritas pertama.
Sekali lagi, semua tergantung diri kita masing -masing.
c. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap
kegiatan
Untuk kegiatan-kegiatan tertentu seperti mengerjakan tugas,
ada baiknya kita memberikan waktu tambahan. Jadi, kalau kita
memperkirakan tugas tersebut dapat selesai dalam waktu 2 jam,
kita bisa menambahnya setengah jam. Hal ini dapat
dipertimbangkan karena memang ada hal-hal tertentu yang punya
kecenderungan molor waktu pengerjaannya. Terutama kegiatan
yang memiliki tingkat kerumitan tinggi atau berhubungan dengan
orang lain.
Selain itu, kita perlu realistis dalam memperkirakan waktu
pengerjaan. Misalnya saja, untuk ujian Kimia Dasar minggu ini kita
hanya menyediakan waktu belajar 2 jam. Padahal bahannya saja
sampai 4 bab dan kita belum pernah membacanya sama sekali.
Tentu tidak realistis kalau di saat yang sama kita juga
menginginkan untuk mendapat nilai A.
d. Alokasikan waktu untuk tiap kegiatan
Amati diri sendiri. Apakah kita tipe orang yang bisa
berkonsentrasi di pagi hari ataukah tipe yang lebih suka bekerja di
malam hari? Tiap orang memiliki waktu puncak produktif yang
berbeda-beda. Kita harus bisa memanfaatkan sebisa mungkin
waktu produktif itu untuk hal yang memang menuntut konsentrasi
tinggi seperti belajar misalnya. Sedang waktu dimana kita
cenderung sering melamun dapat dipakai untuk kegiatan lain
misalnya saja mencuci pakaian atau membereskan kamar.
e. Evaluasi penerapan jadwal
Setelah selesai minggu kedua, mungkin sekali kita
menemukan masih adanya selisih yang cukup besar antara
pemakaian waktu yang kita rencanakan dan yang kita pantau.
Penyebab perbedaan ini kemungkinan besar pada belum
terbiasanya kita mengikuti rencana, cobalah untuk terus berdisiplin
terhadap rencana kita.
Setelah beberapa bulan boleh jadi kita merasa perlu untuk
melakukan siklus pemantauan dan perencanaan waktu, kita juga
dapat melakukan evaluasi untuk selanjutnya dapat menyesuaikan
perencanaan waktu.
Bila kita telah dapat menjadikan manajemen waktu sebagai
kebiasaan, tidak hanya sekedar teknik, maka kita akan memperoleh
manfaatnya pada jangka panjang, yaitu kita akan memiliki
kesadaran atas pemanfaatan waktu yang efektif.
f. Belajar bilang “tidak”
Biasanya yang paling sulit adalah mengatakan “tidak”.
Terutama pada ajakan teman. Akibatnya tak jarang waktu yang
semestinya digunakan untuk belajar malah dipakai untuk
berbincang-bincang atau pergi jalan-jalan tanpa direncanakan.
Belajarlah untuk mengatakan “tidak” pada hal yang sekiranya akan
menyita waktu kita dan kurang bermanfaat. Sediakanlah waktu
khusus untuk bersosialisasi dengan teman, dan sebisa mungkin
minimalkan aktivitas mendadak yang memakan jadwal waktu yang
telah direncanakan.

VII. Faktor Penghambat Manajemen Waktu Efektif


1. Prokrastinasi (Menunda pekerjaan)
 Menulis laporan (sulit) >< membuka e-mail / data komputer (mudah)
 Deadline membuat frustasi dan menghambat penyelesaian tugas ><
Deadline menolong menyusun rencana dan prioritas daftar yang akan
dikerjakan.
 Bekerja baik dibawah tekanan waktu >< banyak waktu diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
2. Perfeksionis
 Ditumbuhkan sejak dini (sejak sekolah)
 Dapat mengarah ke prokrastinasi, oleh karena : takut salah dan cenderung
mengerjakan tugas secara berulang-ulang
3. Tidak Mampu membuat prioritas
 Tidak bisa “memboboti” atau menilai pekerjaan: lama, urgensi (segera
atau nanti) dan berat – ringannya pekerjaan.
 Tidak bisa menyusun berbagai pekerjaan secara sistematis
 Dapat diminimalisir dengan cara menetapkan kategori pekerjaan yaitu
berdasarkan tingkat kepentingan dan urgensinya.
Banyak hal yang dapat mengganggu terlaksananya kegiatan-kegiatan utama
dalam proses pencapaian tujuan Anda. Beberapa hal yang perlu diwaspadai
adalah:
a. Zona nyaman serta zona berani
b. Ketakutan menjadi penghambat
c. Bangkit lagi ketika gagal
d. Menaklukkan cobaan
e. Tidak berani berkata TIDAK

VIII. Sumber-sumber Pemborosan Waktu


1. Menonton televisi 4. Melamun
2. Menelepon 5. Menunggu
3. Melakukan perjalanan pulang 6. Melayani tamu yang tidak
pergi diundang

Anda mungkin juga menyukai