Anda di halaman 1dari 3

The Three Levels of Culture – 20 feb 2019

CULTURE AND ORGANIZATIONS – Organizational Culture and Leadership

Kebudayaan
 dipelajari, dibagikan, diturunkan (diteruskan), disepakati (based on symbol),
disebarluaskan, ditransmisikan dari masa lalu ke masa sekarang.
Kebudayaan ada begitu saja. Kita tidak mengetahui siapa yang menciptakannya
(anonymous).
Kebudayaan bersifat masa kini dan masa depan.
yang menciptakan kebudayaan yaitu indigenous people  anonim.

Organizational culture
Table.0.1. Categories of Culture
Culture Category
Macrocultures Nations, ethnic, and religious groups,
accupations that exist globally (negara)
Organizational cultures Private, public, nonprofit, government,
organizations (organisasi. Ex.pemda)
Subcultures Occupational groups within organization
(kelompok-kelompok dalam organisasi
tsb) ex.bagian marketing, keuangan dll
Microcultures Microsystems within or outside
organization (kelompok terkecil,
kelompok spesifik sekali. Biasanya
merupakan kelompok interest) 
kel.informal maupun formal dan sangat
spesifik

Dalam suatu organisasi pasti ada suatu kebudayaan (organizational culture)


Ex. Apabila orang-orangnya normatif pasti orang pemda  terdapat penilaian dari
kebudayaan yang mereka terapkan.  mereka termasuk ke dalam organisasi.

Bagaimana kebudayaan itu diciptakan, didorong, dan menjadi alat suatu kerja bagi
perusahaan?

Conceptual Approach
- kebudayaan itu proses yang terjadi sekarang. It Is about here and now.
Merupakan keadaan yang dinamik dan memiliki latar belakang yang koersif
(imperaktif) yaitu mau tidak mau mengikuti kebudayaan tersebut. apabila
tidak melakukan kebudayaan yang bersangkutan maka tidak diangap menjadi
bagian dari kelompok tsb. Terdapat niali-nilai yang tegas. Ex. Kita sering
dipaksa tapi tidak sadar.
- Disisi lain, kebudayaan menjadi proses, ditegakkan, direvisi, dan sangat
dinamis.
- Kebudayaan menjadi alat komunikasi. Apabila kita berinteraksi dengan orang
yang dalam satu organisasi yang sama maka akan lebih nyambung. Culture
supplies us our language
- Apabila kita ingin melihat kebudayaan, kita harus melihat unit paling besar
dan sudah terjadi lama. Makin makro suatu cakupan budaya, maka
eksistensinya makin lama, maka posisinya akan makin susah. Kebudayaan
bersifat continue.
Dalam organisasi/perusahaan  kebudayan yang berisfat hegemoni, koersif,
imperaktif memiliki sekat (pembatas)
Climate (suasana)  sengaja diciptakan. Diciptakan oleh leader. Mereka orang-orang
yang bertindak sebagai pengawas untuk menciptakan organisasi yang diharapkan.

Leadership and culture


- bahwa yang namanya culture akan nampak sebagai suatu yang sengaja
diciptakan. Kebudayaan berkembang  seperti direkayasa dan dimanipulasi
oleh leader.

Organizational culture: why bother?


- kekuatan dari budaya itu bisa kita rasakan, dan tidak kita sadarai. Kebudayaan
terjadi di luar kontrol kesadaran dan tidak kita pikirkan lagi. Terjadi begitu
saja. Sekali itu masuk ke dalam budaya, maka orang-orang di dalamnya tidak
perlu lagi berfikir dalam bertindak sesuai dengan kebudayaan tsb.
- Namanya culture dan leadership adalah suatu poin yang sama. Visi dalam
organisasi dikontrol oleh leadernya. Leader akan mengarahkan perilaku
individu pada gerak yang sama. Mereka bergerak dalam tujuan yang sama.
- Apabila para manager (leader) tidak mneyadari suatu kebudayaan maka bisa
jadi dia yang dibentuk dalam budaya tsb. Dibentuk dari para karyawannya.
Ex. Apabila ada perusahaan yang ethos kerjanya rendah, dan leadernya tidak
menjunjung kebudayaan yang akan dituju. Maka bisa jadi si leader ini malah
diformat jadi punya ethos kerja yang rendah juga.

Idea (gagasan), behavior(perilaku), material culture (artefak)


 perwujudan kebudayaan menurut Koentjaraningrat.

The Three Levels of Culture


1. Artifacts
 segala structure dan proses yang bisa dirasakan dan bisa dilihat.
Ex. Cara bekerja.
 Cultural Materials
- yang termasuk ke dalam artifacts; visi-misi, charts, charters.
- Tingkatan produk. Ex.ada SOP  ex. Masuk ke wilayah proyek harus pake
helm.
 Observed behavior
- Ada perilaku yang dipentaskan, dan perilaku dalam organisasi.
Ex. Perilaku dalam menelfon. Terdapat percakapan yang penting

2. Espoused Beliefs and Values


 keyakinan yang dipercayai.
- assumptions about what is right/wrong, what will work or not work.
- Keinginan diari leader
- Hal yang harus dimiliki leader; harus berusaha meyakinkan.
Apabila leader sudah menerapkan cita-cita yang diinginkan maka bisa menjadi culture
dalam organissasi/perusahaan tsb.
- tentu saja segala keinginan dari leader ditransform menjadi kebudayaan.
- Social validation  apabila sudah diterima

3. Basic underlying assumption


 bisa berasal dari organisasi dan menjadi basis dari perusahaan tsb. Atau bisa jadi
dari nilai-nilai yang dominan dari makro.
- seakan-akan keluarga
ex. Leader  bapak, senior  kakak.

Anda mungkin juga menyukai