Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA
“ALEL GANDA”

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Jessie Ardhika Ratri (17308141039)
Salma Rosyadah (17308141040)
Zulfa Rifdah (17308141042)
Puput Dyan Permatasari (17308141048)
Dianita Dewi Anjani (17308144039)
Voni Santi Ullo (17308149001)

BIOLOGI F
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. TOPIK 9 : Alel Ganda
B. TUJUAN
Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel
ganda dan menentukan genotipnya sendiri.
C. HASIL PENGAMATAN
a) Data Kelompok
NO NAMA HASIL ALEL GANDA
1 Jessie H1
2 Salma H5
3 Zulfa H1
4 Puput H3
5 Dianita H5
6 Voni H5

b) Data Kelas
HASIL KELAS
ALEL GANDA
JUMLAH PERSENRTASE
H1 3 8,6%
H2 3 8,6%
H3 5 14,3%
H4 1 2,9%
H5 23 65,7%

D. PEMBAHASAN
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang
berbeda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan
F1 selalu terlihat seperti salah satu dari kedua varietas induk sebab salah
satu alel dalam satu alel tersebut menunjukkan dominani sempurna
terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi semacam itu, fenotip
heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan (Campbell,
2010: 265). Dalam hal ini praktikum yang telah kami lakukan akan
membahas tentang Alel Ganda yang bertujuan untuk mengenal salah satu
sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda dan menemukan
genotipnya sendiri.
Rambut pada manusia telah menjadi perhatian para antropolog
sejak waktu yang lama. Ketika semua evolusi dari mamalia yang
menyerupai manusia mempunyai bulu (rambut pada kulit), manusia
disebut juga “monyet yang telanjang”. Alasan dibalik hilangnya rambut
manusia ini tidak begitu dijelaskan. Segmen digitalis dari jari juga
mengikuti perkembangan evolusi hilangnya rambut (Danforth, 1921).
Ketika nenek moyang manusia memiliki rambut di seluruh jarinya, studi
pada manusia telah menunjukkan bahwa segmen digitalis telah hampir
tidak memiliki. Danforth menjelaskan bahwa ketidakadaanya rambut karea
sebuah mekanisme autosomal resesif yang sederhana.
Berkaitan dengan teori tentang alel ganda kami melakukan
pengamatan pada tiap-tiap jari mahasiswa Biologi kelas F. Alat dan bahan
yang digunakan hanya alat tulis dan kaca pembesar (jika perlu). Cara kerja
yang harus dilakukan pertama yaitu mengamati sisi atas jari-jari tangan
dengan menggunakan kaca pembesar. Lalu memerhatikan dengan seksama
apakah pada segmen digitalis tengah dan jari-jari tangan tampak tumbuh
rambut. Setelah itu tentukan termasuk alel yang mana dan mencatat data
kemungkinan alel yang dimiliki oleh teman-teman sekelas. Berdasarkan
pengamatan data kelompok rambut pada segmen digitalis kedua dari jari-
jari tangan, diperoleh H1 terdapat dua orang mahasiswa, H3 terdapat satu
mahasiswa, dan H5 terdapat tiga orang mahasiswa. Sedangkan untuk data
kelas didapatkan persentase fenotip rambut jari terbanyak pada H5 yaitu
ketiadaan rambut pada setiap jari sebanyak 65,7% dengan jumlah 23
orang, hal ini menunjukkan ketiadaan gen dominan yang mengendalikan
sifat adanya rambut pada keempat digitalis tersebut, hal ini juga terkait
dari pewarisan sifat induknya (hereditas). Fenotip H4 yaitu rambut hanya
pada jari manis sebanyak 2,9% pada 1 orang, hal ini dikendalikan oleh 1
alel saja sedangkan 4 alel yang lainnnya bersifat resesif. Fenotip H3 untuk
rambut pada jari manis dan jari tengah sebanyak 14,3% pada 5 orang, sifat
ini dikendalika oleh 2 alel dominan dan 3 alel resesif. Selanjutnya fenotip
H2 yaitu adanya rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
dengan memiliki persentase sebanyak 8,6% untuk 3 orang, hal ini
dikendalikan oleh 3 alel dominan dan 2 alel resesif. Terakhir fenotip H1
untuk rambut terdapat di semua jari memiliki persentase sebanyak 8,6%
untuk 3 oran, hal ini dikendalikan oleh 4 alel dominan dan 1 alel resesif.
Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa
frekuensi tidak adanya rambut pada segmen digitalis kedua dari semua jari
(H5) paling banyak ditemukan dibandingkan frekuensi pada H1, H2, H3,
dan H4. Dengan demikian , seri alel ganda H5 bersifat dominan
dibandingkan tipe seri alel ganda yang lainnya. Hal ini menunjukkan
ketiadaan gen dominan yang mengendalikan sifat adanya rambut pada
keempat digitalis tersebut. Hal ini terkait dari pewarisan sifat induknya
(hereditas). Rambut yang tumbuh pada ruas kedua jari-jari tangan tidak
dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan atau faktor luar. Berdasarkan
hasil persentase , urutan dominasi fenotip rambut jari dalam populasi kelas
dengan jumlah mahasiswa 36 orang sebagai berikut:
E. H5 >H3>H1>H2>H4
Berdasarkan dari jurnal yang membahas tentang adanya rambut
pada jari-jari tangan ini, ada pada umur diatas 4 tahun yang tidak begitu
kentara, dan dapat terlihat jelas setelah mengalami masa pubertas.
Kenaikan yang signifikan terlihat pada pubertas yang terjadi pada laki laki,
mengenai peran dari perubahan hormone androgen. Rambut pada segmen
digitalis jari ini tidak ditemukan perbedaan gendernya pada manusia. Pada
akhirnya pekerjaan juga memberikan pengaruh pada rambut segmen
digitalis sepertihalnya bisa dikaitkan dengan kehilangan rambut karena hal
kimiawi yang tidak mempengaruhi folikel rambut (Luna, 1989)

F. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa salah satu contoh dari sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh
alel ganda ialah tumbuhnya rambut pada segmen digitalis jari-jari tangan.
Sehingga dapat menunjukkan bahwa sari alel ganda pada H5 bersifat
dominan dibandingkan dengan sari alel ganda pada tipe lainnya jadi, dapat
dilihat urutan dominansinya yaitu sebagai berikut H5>H2>H4>H3>H1.

G. DISKUSI
1. Parental H3H1 × H3H1
Gamet H3 H3
H1 H1
Filial H3 H3, H3H1, H3H1, H1H1
Fenotipe Rambut terdapat pada jari manis dan jari tengah, rambut
terdapat pada semua jari, rambut terdapat pada semua jari,
rambut terdapat pada semua jari
Jadi, apabila sejoli kawin H3H1 dengan H3H1, maka seorang
anaknya memiliki rambut pada jari manis dan jari tengah, sedangkan
ketiga anaknya yang lain memiliki rambut pada semua jari.

Hasil Persilangan Golongan Darah adalah sebagai berikut:


a. Parental IAIO × IAIO
Gamet IA IA
IO IO
Filial IA IA, IAIO, IAIO, IOIO
Golongan Darah Filial AAAO
b. IAIO × IAIA IAIA IAIO AO
c. IAIO × IBIO IAIB IAIO IBIO IOIO AB A B O
d. IAIO × IBIB IAIB IBIO AB B
e. IAIO × IAIB IAIA IAIB IAIO IBIO A AB A B
f. IAIO × IOIO IAIO IOIO AO
g. IAIA × IAIA IAIA A
h. IAIA × IBIO IAIB IAIO AB A
i. IAIA × IB IB IAIA IBIB AB
j. IAIA × IAIB IAIA IAIB A AB
k. IAIA × IOIO IAIO A
l. IBIO × IBIO IBIB IBIO IBIO IOIO BB BO
m. IBIO × IBIB IBIB IBIO BB
n. IBIO × IAIB IAIB IBIB IAIO IBIO AB B A B
o. IBIO × IOIO IBIO IOIA BO
p. IBIB × IBIB IBIB BB
q. IBIB × IAIB IAIB IBIB AB B
r. IBIB × IOIO IBIO B
s. IAIB × IAIB IAIA IAIB IAIB IBIB A AB AB B
t. IAIB × IOIO IAIO IBIO AB

2. Kemungkinan golongan darah anak sama sekali berbeda dengan


golongan darah orang tua. Apabila orang tua memiliki golongan darah
A homozigot dan B homozigot, maka anak memiliki golongan darah
AB. Selain itu, apabila orang tua memiliki golongan darah AB dan O,
maka anak memiliki golongan darah A dan B. (Bukti menggunakan
hasil persilangan di atas. Berwarna merah.)

3. Apabila sebuah keluarga memiliki 4 anak: 2 anak golongan darah B, 1


orang AB, dan 1 orang A, maka fenotip kedua orang tuanya golongan
darah B homozigot dan AB. B homozigot memiliki gamet IB dan IO,
sedangkan AB memiliki gamet IA dan IB. Maka hasil persilangannya
IAIB IBIB IAIO IBIO dangan fenotipe golongan darah AB, B, A, dan B.
(Bukti menggunakan hasil persilangan di atas. Berwarna biru.)
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, H.H. 1966. A Study on ABO Blood Groups. PTC taste sensitivity,
sickle cell trait and middle phalangeal hair among Burmese
immigrants of Andaman Islands. Eastern Anthropol : 19,109-117.
Campbell, N.A, dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Danforth, C.H.. 1921. Distribution of Hair onTthe Digits in Man. Am. J. Phys.
Anthrop : 4(2), 189−204.
Danforth, C.H. 1921. Distribution of Hair on The Digits in Man. American
Journal of Physical Anthropology 4: 189-204.
Luna, F. (1989). Distribution of Middle Phalangeal Hair in a Population of
The South of Spain. Anthrop. Anz. 47(1), 73–78.
Saldanha, P.H., and S. Guinsburg, (1961). Distribution and inheritance of
middle phalangeal hair in a white population of Sao Paulo, Brazil.
Hum. Biol. 33, 237–249.
Vona G., and P. Porcella (1989). Middle phalangeal hair Dstribution in a
Sardinian Population Sample. Anthrop. Anz. 47(1), 79–85.

Anda mungkin juga menyukai