Pemodelan Inversi 2-D Data MT PDF
Pemodelan Inversi 2-D Data MT PDF
MAGNETOTELURIK
(Laporan Praktikum Elektromagnetik)
Oleh
Feryanika Ukhti
1715051026
NPM : 1715051026
Fakultas : Teknik
Kelompok : V (Lima)
Puja Kharisma AW
` NPM. 1615051013
i
PEMODELAN INVERSI 2-DIMENSI DATA
MAGNETOTELLURIK
Oleh
Feryanika Ukhti
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. i
ABSTRAK........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian................................................................................ 1
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alir........................................................................................ 4
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu geofisika terdapat beberapa jenis metode yang dapat digunakan
untuk melakukan survey panas bumi. Pada tahap survei awal, biasanya
menggunakan metode gravity dan magnetik kemudian pada survei lanjutan
menggunakan metode magnetotellurik atau MT. metode MT adalah metode
yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik alamiah yang berfrekuensi
rendah. Semakin rendah frekuensi yang digunakan maka penetrasi
gelombangnya akan semakin dalam. Sehingga metode ini cocok digunakan
untuk melakukan survei panas bumi dikarenakan dapat menggambarkan
kondisi serta struktur reservoir panas bumi yang berada pada kedalaman
beberapa kilometer dibawah permukaan. Dalam pengolahan data MT, untuk
mengetahui kualitas data hasil pengukuran MT dapat dilihat dari bentuk
kurva nilai resistivitas semu dan fase. Adapun untuk melihat struktur bawah
permukaan perlu dilakukan pemodelan inverse 2-D untuk melihat struktur
bawah permukaan yang ada. Pada struktur bumi yang anisotropic, nilai
resistivitas semu pada 2D akan berbeda nilainya dibandingkan dengan nilai
resistivitas semu yang berasa,l dari komponen medan magnetik dan medan
listrik dalam arah yang berbeda.
B. Tujuan Praktikum
Sumber sinyal untuk metode magnetotellurik adalah medan magnetik yang berasal
dari dan luar bumi serta memiliki rentang frekuensi yang bervariasi. Medan
magnet yang berasal dari dalam dikarenakan pergerakan antara mantel bumi
terhadap inti bumi. Medan magnet yang berasal dari luar bumi adalah medan
magnet yang dihasilkan di atmosfer dan magnetosfer. Semua sumber medan
magnetik tersebut memiliki nilai yang bervariasi terhadap waktu, tetapi yang
dimanfaatkan pada Metode Magnetotellurik hanya medan magnetik yang berasal
dari luar bumi yang memiliki rentang frekuensi besar (Hezliana dkk. 2014).
dimana :
𝑉
𝐸𝑥 = medan listrik pada arah x (𝑚)
𝐴
𝐻𝑦 = medan magnet pada arah y ( )
𝑚
𝜔 = frekuensi angular
𝐻
𝜇 = permeabilitas magnetik ( )
𝑚
k = bilangan gelombang
(Vozoff, 1991).
Secara garis besar, pemodelan terbagi menjadi 3 yaitu pemodelan kedepan, inversi
data sintetik dan inversi data lapangan.
a. Pemodelan kedepan
Pemodelan ini bertujuan untuk mendapatkan data sintetik dari parameter model
sintetik dengan menggunakan rekursif. Data sintentik yang didapat, digunakan
untuk validasi software/inversi data sintetik. Parameter model sintetik berupa
lapisan resistivitas diantara lapisan konduktif.
b. Inversi data sintetik
Inversi ini bertujuan untuk mendapatkan kembali data sintetik seperti hasil
pemodean kedepan. Inversi ini dilakukan dengan menggunakan algoritma
multi-objektif dragonfly dengan fungsi objektif berupa resistivitas dan fasa.
c. Inversi data lapangan
Inversi data lapangan merupakan pengaplikasian software ke data sebenarnya.
Data MT yang diinversi berupa data yang didapatkan dari model
(Pramudiana dkk., 2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pemodelan inversi 2-Dimensi
data Magnetotellurik ini adalah laptop, software WinGLink, dan data .edi.
B. Diagram Alir
Mulai
Data
Pemrosesan
inverse 2-D
Pemodelan inverse
2-D data MT
Selesai
A. Data Pengamatan
B. Pembahasan
resistivitas yang berbeda, oleh karena itu komponen Ex akan kontinu terhadap
bidang sumbu y, demikian juga dengan ρxy yang akan kontinu terhadap
bidang sumbu y. TE mode sangat baik dalam analisa 1-D. Sedangkan TM
mode atau Transver Magnetic mode adalah komponen yang menunjukkan
medan magnet yang sejajar dengan arah struktur utama atau biasa disebut B-
Polarization. Pada TM mode komponen yang menunjukan pada arah bidang
sumbu y dan z hanya komponen medan listrik saja. Pada TM mode, arus
listrik akan melewati batas antara bagian yang memiliki perbedaan
resistivitas. Dalam TM mode, terjadi fenomena efek kondutif yang terjadi
juga pada TE mode, namun pada mode ini terjadi juga efek lain yaitu efek
static yang dissebabkn adanya heterogenitas resistivitas mediu, sehingga
muatan-muatan terkumpul pda batas medium tersebut.
Dari praktikum kali ini, dibuah 300 pemodelan dengan parameter yang
berbeda di setiap pemodelannya. Adapun nilai parameter yang dimasukkan
adalah nilai alpha 1 -5, beta 1-5, tou 1, 3, 5, 7, dan nilai minimal 200, 300,
500. Adapun setiap parameter harus dilakukan semua maka akan
menghasilkan 300 pemodelan. Dari 300 pemodelan yang dihasilkan, 3 terbaik
yang diinterpretasi sebagai pemodelan terbaik yaitu yang pertama adalah
dengan parameter alpha 1 beta 3 tou 3 dan min 500 seperti yang dapat dilihat
pada Gambar.2 pada lampiran. Pada gambar ini terlihat jelas kontras warna
yang ada, warna merah menggambarkan cap rock yang berada pada
kedalaman mulai dari 500 m hingga 2500 m yang membentang membentuk
lengkungan. Cap rock memiliki nilai resistivitas sebesar <6 ohmm. Warna
7
biru diinterpretasi sebagai zona resistif, semakin biru nilainya adalah semakin
resistive, zona resistive mendominasi hasil dari pemodelan yang ada yang
berada pada kedalaman 2500 hingga 5000 m. Adapun reservoir diduga berada
di zona berwarana hijau yang berada di bawah cap rock dan diatas zona
resistive. Adapun pemodelan kedua yang dianggap baik adalah dengan besar
parameter Alpha 2 Beta 2 Tou 1 dan Min 500. Hasil dari pemodelan ini tidak
jauh berbeda dengan pemodelan pertama seperti yang dapat dilihat
Gambar.3 pada lampiran, dan pemodelan ketiga juga tidak jauh berbeda
dengan pemodelan pertama dan kedua yaitu dengan nilai parameter Alpha 3
Bera 3 dan Tou 1 min 500 yang dapat dilihat pada Gambar.5 . Jika dilihat
secara sekilas pemodelan ketiga model sama saja hanya sedikit saja
perbedaannya. Jika dilihat dari ketiga model yang dianggap terbaik adalah
dengan nilai min 500 hal ini memberikan hasil bahwa nilai min yang baik
adalah 500.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum pemodelan inversi 2-D data
magnetotelolurik adalah sebagai berikut:
1. Cara mendapatkan nilai resistivitas semu dan fase dapat dengan menggunakan
TE mode atau TM mode, pada pemodelan yang dilakukan menggunakan kedua
mode yaitu TE dan TM.
2. Pemodelan terbaik yaitu pada nilai parameter Alpha 1 Beta 3 Tou 3 min 500,
Alpha 2 Beta 2 Tou 1 min 500, dan Alpha 3 Beta 1 Tou 1 min 500.
3. Bentuk ketiga pemodelan hampir sama dengan cap rock yang berada pada
kedalaman mulai dari 500 m hingga 2500 m yang membentang membentuk
lengkungan dengan nilai resistivitas <6 ohmm. Zona resistive mendominasi
hasil dari pemodelan yang berada pada kedalaman 2500 hingga 5000m. Dan
reservoir berada pada zona dibawah cap rock dan diatas zona resistive.
4. Dapat hasil pemodelan terbaik nilai min 500 dianggap sebagai nilai terbaik
untuk memberikan hasil pemodelan tarbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Hezliana, S., Yudha, A., Okto, I., Muhammad, K. 2014. Aplikasi Metode
Magnetotelurik untuk Pendugaan Reservoir Panas Bumi (Studi Kasus:
Daerah Mata Air Panas Cubadak, Sumatera Barat). Positron, Vol. IV, No. 2
(2014), Hal. 71-78.