Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No.

2, November 2013

ANALISIS POTENSI Sonneratia sp. DI WILAYAH PESISIR PANTAI TIMUR SURABAYA


MELALUI PENDEKATAN EKOLOGI DAN SOSIAL-EKONOMI

POTENCY ANALYSIS OF Sonneratia sp. AT EAST COAST SURABAYA THROUGH


ECOLOGY AND SOCIAL ECONOMY STUDIES

Kustiawan Tri Pursetyo, Wahju Tjahjaningsih dan Sapto Andriyono

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

The damages in mangrove forest recently rise due to the exploitation, either in farming or
housing. It can cause the loss of mangrove function as marine ecosystem, affect marine biota survival,
environment damage and reduce fishermen income in the future. For solving these problems, some efforts
can be done by maximize the mangrove forest potential. Mangrove economic value analysis was done
through two approaches. The first was Direct Use Value which use for knowing the benefit of the
mangrove directly. The second was statistic analysis by multiple linear regression. The result of the
research shows as many as 20 % of respondent make use of Sonneratia directly, either fruits, leaves or
woods. Others, as many as 80% of respondents felt the benefit of Sonneratia indirectly. The research was
done at mangrove forest of the Surabaya East Coast, East Java, Indonesia.

Keywords : mangrove, Sonneratia sp., analysis, economy

Pendahuluan mangrove dari spesies Soneratia sp. yang


Indonesia merupakan Negara biasanya di sebut bogem. Buah tersebut di olah
kepulauan yang memiliki 17.508 pulau, dengan menjadi sirup yang memiliki rasa khas, sirup
luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan bentangan tersebut kaya akan kandungan Vit C , Yodium
garis pantai sepanjang 81.000 km (Dahuri et al. dan Anti Oksidan.
1996), di sepanjang garis pantai terdapat Tujuan khusus penelitian yang ingin
berbagai macam tumbuhan bakau (mangrove) dicapai adalah: a) untuk mengetahui potensi
yang merupakan salah satu dari sumber yang Soneratia sp. dan 2) untuk menilai secara
mendapat perhatian di wilayah pesisir. Fungsi ekonomi manfaat langsung dan tidak langsung
hutan mangrove sebagai spawning ground, dari Soneratia sp. di hutan mangrove Pantai
feeding ground, dan juga nursery ground, di Timur Surabaya. Hasil penelitian diharapkan
samping sebagai tempat penampung sedimen, memberikan informasi potensi dari Soneratia
sehingga hutan mangrove merupakan ekosistem sp. serta mengetahui manfaat langsung dan
dengan tingkat produktivitas yang tinggi dengan tidak langsung Sonneratia sp. Informasi yang
berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan didapat diharapkan menjadi wawasan baru
lingkungan yang penting. terhadap kelestarian Sonneratia sp.
Secara ekonomi mangrove mampu Hutan mangrove merupakan komunitas
memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang di
masyarakat, baik itu penyediaan benih bagi dominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove
industri perikanan, selain itu kayu dari yang mampu tumbuh dan berkembang pada
tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen,
sebagai kayu bakar, bahan kertas, bahan 2002).
konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang Karakteristik habitat hutan mangrove
cukup tinggi. Dan juga saat ini ekosistem antara lain : a) umumnya tumbuh pada daerah
mangrove sedang dikembangkan sebagai interidal yang tanahnya berlumpur, berlempung
wahana untuk sarana rekreasi atau tempat atau berpasir, b) daerahnya tergenang air laut
pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan secara berkala, baik setiap hari maupun yang
negara. hanya tergenang pada saat pasang purnama, c)
Pantai Timur Surabaya masih memiliki menerima pasokan air tawar yang cukup dari
potensi hutan mangrove sebesar 2,2 juta darat, d) terlindung dari gelombang besar dan
hektare. Selain pemanfaatan kayu, masyarakat arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas
di daerah tersebut juga memanfaatkan buah dari

129
Analisis Potensi Sonneratia sp.......

payau (2 – 22 permil) hingga asin (mencapai 38 Ternate : Posi-posi merah; Sulawesi - Ambon.:
permil) Wahat merah, Warakat merah.
Kata mangrove mempunyai dua arti, Jenis spesies yang sering dijumpai
pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas adalah Sonneratia alba dan Sonneratia
atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang caseolaris dan umumnya pohon ini tinnginya
tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang mencapai 15 m. Bentuk daun pada Sonneratia
surut air laut); dan kedua sebagai individu berbentuk bulat dan berpasangan pada
spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, cabangnya, dengan panjang sekitar 7 cm. Pada
2000). Supaya tidak rancu, Macnae bagian ujung daun agak melengkung ke bawah
menggunakan istilah “mangal” apabila (Bengen, 2002).
berkaitan dengan komunitas hutan dan Sifat bunga pada jenis ini terdiri dari
“mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan bunga bergelantungan dengan panjang tangkai
mangrove oleh masyarakat sering disebut pula antara 9-25 mm. Bunga terletak diketiak daun
dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun dan menggantung. Formasinya sendiri-sendiri
menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove dengan daun mahkota berjumlah 10-14
sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena berwarna putih dan coklat jika sudah tua dengan
bakau merupakan salah satu nama kelompok panjang 13-16 mm. Kelopak bunga berjumlah
jenis tumbuhan yang ada di mangrove. 10-14 dengan warna merah muda hingga merah
Hutan mangrove banyak ditemukan di dan panjangnya berkisar antara 30-50 mm
pantai – pantai teluk yang dangkal, estuaria, Bentuk buah yang khas yaitu buah
delta dan daerah pantai yang terlindungi. melingkar spiral, bundar melingkar dengan
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove panjang antara 2-2,5 cm. Hipokotil lurus,
adalah sebutan umum yang digunakan untuk tumpul dan berwarna hiaju tua keunguan.
menggambarkan suatu varietas komunitas Panjang hipokotil antara 12-30 cm dan
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa diameternya 1,5 – 2 cm.
spesies pohon-pohon yang khas atau semak- Dalam konsep dasar penilaian ekonomi
semak yang mempunyai kemampuan untuk (economic valualion) sumberdaya alam, nilai
tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove sumberdaya mangrove ditentukan oleh fungsi
meliputi pohon-pohon dan semak yang dari sumberdaya itu sendiri. Menurut Bann
tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 (1998), fungsi ekologi sumberdaya mangrove
genera tumbuhan berbunga : Avicennie, antara lain sebagai: stabilitas garis pantai,
Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, menahan sedimen, perlindungan habitat dan
Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, keanekaragaman, produktifitas biomassa,
Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan sumber plasma nutfah, rekreasi atau wisata,
Conocarpus (Bengen, 2002). memancing dan produk-produk hutan. Nilai
Fungsi ekologis hutan mangrove ekonomi atau total nilai ekonomi hutan
adalah (Santoso dan H.W. Arifin, 1998) adalah mangrove secara garis besar dapat
sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, dikelompokkan menjadi dua. yaitu nilai
mempercepat perluasan pantai melalui penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non-
pengendapan, mencegah intrusi air laut ke use value) (Bann.C. 1998). Selanjurnya dapat
daratan, tempat berpijah aneka biota laut, diuraikan bahwa nilai penggunaan (use value)
tempat berlindung dan berkembangbiak dapat dibagi lagi menjadi nilai penggunaan
berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan langsung idirect use), nilai penggunaan tidak
serangga dan sebagai pengatur iklim mikro. langsung undirect use dan nilai pilihan (option
Menurut Tomlinson (1986) dalam value)
Sunyoto dkk (2008), klasifikasi dari Sonneratia Nilai penggunaan berhubungan dengan
sp. adalah sebagai berikut : nilai di mana masyarakat memanfaatkannya
Phyllum : Anthophyta atau berharap akan memanfaatkan di masa yang
Kelas : Angiospermae akan datang. Nilai penggunaan langsung
Ordo : Myrtales berkaitan dengan output yang langsung dapat
Famili : Sonneratiaceae dikonsumsi misalnya makanan, biomas,
Genus : Sonneratia kesehatan, rekreasi sedangkan nilai penggunaan
Species : Sonneratia sp. tak langsung diperoleh dari manfaat jasa-jasa
Nama daerah dari Sonneratia adalah lingkungan sebagai pendukung aliran produksi
Berembang (Sumatera Timur), Pedada : Perepat dan konsumsi misalnya hutan mangrove sebagai
merah, Rambai (Banjarmasin.) – Sunda : pelindung badai dan gelombang.
Bogem; Jawa : Betah, Bidada, Bogem, Nilai pilihan berkailan dengan
Kepidada; Madura : Bhughem, Boghem; pemanfaatan lingkungan di masa datang.

130
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2, November 2013

Kesediaan membayar untuk konservasi sistem Metodologi


lingkungan atau komponen sistem berhadapan Penelitian akan dilaksanakan selama
dengan beberapa kemungkinan pemanfaatan enam bulan dari Bulan Mei – Oktober 2013.
oleh masyarakat di masa datang. Penelitian akan dilaksanakan di Pantai Timur
Nilai intrinsik ada dua yaitu nilai Surabaya mulai dari kelurahan Gununganyar,
warisan {bequest value) dan nilai keberadaan Medokan, Wonorejo dan Keputih.
(exixtence value). Nilai warisan berhubungan Rancangan penelitian ini adalah
dengan kesediaan membayar untuk melindungi observasional karena hanya melihat kejadian
manfaat lingkungan bagi generasi yang akan yang ada di lapangan tanpa melakukan
datang, jadi merupakan potensi penggunaan. intervensi dari peneliti. Sedangkan desain
Dan nilai keberadaan muncul karena adanya penelitiannya adalah Cross Sectional Analysis,
kepuasan atas keberadaan sumberdaya, karena hanya memotret dan mengalisis suatu
meskipun tidak ada keinginan untuk keadaan dalam suatu saat tertentu (Bungin,
memanfaatkannya. 2005).
Teknik penilaian manfaat, didasarkan Sampel yang diambil adalah yang
pada kesediaan konsumen membayar perbaikan berhubungan langsung dengan pemanfaatan
atau kesediaan menerima kompensasi dengan mangrove oleh kelompok nelayan di Pantai
adanya kemunduran kualitas hngkungan dalam Timur Surabaya. Metode pengambilan
sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar sampel/responden yang digunakan adalah
Manfaat dari suatu barang atau jasa mempunyai purposive sampling, yaitu metode pengambilan
nilai yang sama dengan kesediaan penduduk sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan
untuk membayarnya (willingness to pay). Untuk pertimbangan tertentu atau sengaja. Metode ini
menilai lingkungan harus dilihat fungsi dipergunakan untuk menilai manfaat
kerusakan marginal yang menunjukkan langsung.Pertimbangannya adalah bahwa
perubahan penderita kerusakan oleh orang lain sampel/responden tersebut bersifat spesifik,
dari ekosistem ketika diadakan perubahan sehingga penentuannya harus dilakukan secara
lingkungan Pemikirannya harus dalam kerangka sengaja (purposive). Berdasarkan tujuan
yang luas karena perubahan lingkungan hutan penelitian dan metode penelitian yang
mangrove akan banyak campaknya terhadap digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam
masyarakat sekitar, baik dampak fisik, dampak penelitian ini terdiri atas dua sumber data,
degradasi lingkungan, kualitas estetika. Apabila yaitu: Data primer, yaitu data yang diperoleh
ingin dilihat WTP dari masyarakat maka akan dari pengamatan langsung di lapangan, dengan
dapat digambarkannya dalam kurva demand metode wawancara yang mendalam (depth
(permintaan) gabungan antara beberapa interview) kepada responden berdasarkan daftar
permintaan merupakan total WTP. pertanyaan ( questionnaire) yang telah disusun
Pemanfaatan hutan mangrove saat ini sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan
masih kecil, kebanyakan masyarakat penelitian. Data sekunder, yaitu data penunjang
memanfaatkan hutan mangrove hanya dari yang dikumpulkan dari pemerintah daerah,
kayu. Penebangan kayu secara berlebihan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kotamadya
tidak teratur yang digunakan untuk kayu bakar, Surabaya, Kantor BPS dan lembaga-lembaga
bangunan rumah, pengambilan kulit pohon yang berhubungan dengan materi penelitian,
mangrove untuk pembuatan bahan pengawet maupun yang berasal dari publikasi dan hasil
jaring dan untuk keperluan lainnya oleh penelitian yang pernah dilakukan. Data yang
masyarkata berdampak pada kondisi hutan dikumpulkan berupa data masalah penduduk,
mangrove yang semakin menurun kualitasnya produksi perikanan dan pemasarannya, sarana
dan mengecil arealnya (rusak) yang berdampak prasarana yang ada, kebijakan pemerintah,
menurunnya kualitas sumberdaya pesisir secara kegiatan ekonomi di lokasi penelitian.
umum termasuk habitatnya. Padahal, Metode yang digunakan dalam
pemanfaatan hutan mangrove tidak hanya penelitian ini adalah studi kasus untuk
dengan penebangan kayu, ada sisi lain yang memberikan gambaran tentang latar belakang,
lebih ekonomis dalam pemanfaatan mangrove sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus,
misalnya buah mangrove dari jenis Sonneratia tipe pendekatan dan penelaahannya terhadap
sp. yang digunakan sebagai sirup. satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,
mendetail dan komprehensif (Faisal 2001).
Dalam hal ini metode studi kasus digunakan
untuk mengkaji lebih dalam aktivitas ekonomi
masyarakat. Dengan penggunaan teknik survey
dalam pengambilan responden, akan

131
Analisis Potensi Sonneratia sp.......

memungkinkan model yang digunakan dapat pengembangan, yaitu keluarga dapat


diadoposi untuk penelitian di daerah lainnya. meningkatkan atau menambah biaya
Penelitian di lakukan pada aktivitas ekonomi untuk konsumsi makanan bergizi,
yang berbasis sumberdaya alam yaitu usaha biaya pendidikan anak, biaya
pengolahan mangrove Satuan kasusnya adalah kesehatan/obat-obatan dan pembelian
area mangrove di pesisir Pantai Timur pakaian. (X2) pengembangan produk,
Surabaya. yaitu analisis dari nelayan yang ingin
Populasi penelitian ini adalah pengembangan untuk diversifikasi
nelayan dan petambak yang memanfaatkan produk dari mangrove.
mangrove dengan sebanyak 204 KK. Sampel
dari penelitian ini adalah sebagian dari nelayan Analisis data menggunakan analisis
di kecamatan Rungkut, Gununganyar dan regresi linier berganda untuk mengetahui
Mulyorejo yang ada di Kota Surabaya dengan apakah ada pengaruh keberadaan pohon
populasi sebanyak 204 KK maka ukuran sampel Sonneratia sp terhadap peningkatan ekonomi
yang didapat dengan taraf kepercayaan 95 % nelayan serta pengaruh untuk melakukan
menurut Bungin (2005) adalah : pemanfaatan langsung pohon Sonneratia sp.
Taraf signifikansi (alpha) yang digunakan
N adalah 5%. Persamaan regresi untuk analisis
n
1  N (d ) 2 regresi linier adalah sebagai berikut (Hasan,
2002) :
N = Jumlah populasi Y = a + bX1 + cX2
d = Nilai presisi Keterangan :
n = Ukuran sampel Y = kriterium (keberadaan pohon sonneratia)
X1 = prediktor 1 (peningkatan ekonomi )
204 X2 = prediktor 2 (pemanfaatan produk)
n  135
1  204(0, 05) 2 a = intersep/ konstanta
b = koefisien regresi
Teknik pengambilan sampel adalah
teknik sampel proporsional random, dengan Pengambilan data ekologi hutan
alasan karakteristik populasi terdiri dari mangrove dilakukan pada 3 titik lokasi
kategori, kelompok atau golongan yang setara penelitian, dalam pengambilan data ekologi
atau sejajar yang diduga secara kuat menggunakan metode Transek Kuadrat. Metode
berpengaruh pada hasil penelitian. (Widodo, transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik
2009). Adapun pembagian jumlah sampel untuk garis tegak lurus pantai, kemudian di atas garis
tiap-tiap bagian Kota Surabaya ditetapkan tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m,
seperti berikut (Tabel 1) : jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis
terutama berdasarkan perbedaan struktur
Tabel 1. Data sampel per wilayah vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat
Total Jumlah dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon
Bagian Surabaya
Penerima Sampel dewasa, pohon remaja, anakan), diameter
Rungkut 45 30 pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk setiap
Gununganyar 17 11 jenis. Setelah proses pengambilan data secara
Mulyorejo 142 94 ekologi dilakukan proses identifikasi jenis
mangrove.
Variabel tak bebas (Y) : Pemanfaatan Pohon Populasi dalam penelitian ini adalah
Sonneratia yang ada di kawasan masyarakat dan atau lembaga yang terkait
mangrove. Sasaran penelitian adalah langsung maupun tidak langsung dengan
keluarga nelayan/petambak, dimana pemanfaatan mangrove, dengan sub populasi
tolok ukur dari program ini adalah : pengambil hasil hutan, nelayan dan penerima
besarnya pemanfaatan mangrove, manfaat keberadaan hutan mangrove. Jumlah
produktivitas usaha, alokasi biaya responden yang mewakili masing-masing strata
Variabel bebas (X) : (X1) peningkatan ditetapkan berdasarkan alokasi non-
ekonomi, yaitu suatu keadaan yang proporsional dan proporsional. Setelah data
dapat diukur dari suatu keluarga potensi dan biodiversity mangrove serta data
dimana keluarga tersebut mampu sosial ekonomi diperoleh, akan dilakukan
memenuhi kebutuhan secara layak valuasi ekonomi berdasarkan data-data tersebut.
berupa kebutuhan dasar, kebutuhan Dengan demikian akan diketahui manfaat hutan
sosial psikologi dan kebutuhan

132
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2, November 2013

mangrove terhadap masyarakat dan bagaimana


mengelola hutan tersebut secara berkelanjutan.

Menurut Wantansen (2002) analisis yang


dilakukan untuk mengolah data dari faktor ML = Total manfaat langsung;
ekologi mangrove adalah sebagai berikut : MLi = Manfaat langsung jenis i
1. Keragaman Shannon-Wiener
Analisis dengan pendekatan analitik
ekosistem mangrove bertujuan untuk melihat
hubungan antara pemanfaatan buah Sonneratia
sp. dengan pendapatan masyarakat, apakah
Dimana : pendapatan akan berpengaruh terhadap
H’= indeks keragaman penggunaan buah Sonneratia sp. atau
ni = nilai tiap individu ke-i pemanfaatan hutan mangrove. Hubungan antar
N = total nilai variabel-variabel tersebut pada dasarnya
s = jumlah genera berbentuk hubungan linear, dan hubungan
2. Kekayaan Jenis (Species Richness) tersebut disederhanakan dalam bentuk
Margalef : persamaan linier.

Hasil dan Pembahasan


Secara geografis Surabaya terletak di
07° 9''- 07° 21'' Lintang Selatan dan 112° 36'' -
Dimana : 112° 54'' Bujur Timur. Batas wilayah di
S = jumlah jenis sebelah Utara dan Timur selat Madura,
n = jumlah seluruh individu. Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan,
3. Kemerataan jenis (Species Evenness) sedang di sebelah Barat berbatasan dengan
Pielou Kabupaten Gresik. Surabaya terbagi 5 wilayah
dengan jumlah 31 kecamatan dan 163
kelurahan.
Luas wilayah Surabaya 52.087 Ha
dengan 63,45 persen atau 33,048 Ha dari luas
Dimana : total wilayah merupakan daratan dan selebihnya
E = Kemerataan jenis sekitar 36.55 persen atau 19.039 Ha merupakan
H' = indeks keanekaragaman Shannon wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah
S = jumlah jenis. Kota Surabaya. Secara topografi wilayah
Surabaya 80% dataran rendah, ketinggian 3-6
Selain menganalis kondisi ekologis mangrove. m, kemiringan < 3 % dan 20% perbukitan
penelitian ini juga akan melakukan analisis dengan gelombang rendah, ketinggian < 30 m
ekonomi. Dalam menganalisis nilai ekonomi dan kemiringan 5-15%
mangrove dilakukan melalui dua pendekatan Surabaya merupakan kota multi etnis
Pendekaian pertama dilakukan guna mengetahui yang kaya budaya. Beragam etnis ada di
nilai manfaat langsung atau direct use value Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India,
(DUV). Nilai manfaat langsung adalah manfaat Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara juga dapat
yang langsung dapat diperoleh dan ekosistem dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak,
mangrove. misalnya penebangan bakau, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur
perikanan, bahan obat-obatan dan lain-lain dengan penduduk asli Surabaya membentuk
Pendekatan kedua dalam analisis ini pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri
menggunakan pendekatan analitik dengan khas Kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat
regresi berganda. Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang
Pendekatan analisis ekonomi terhadap Madura.
nilai manfaat dengan menganalisis manfaat Berdasarkan data yang tercatat di
langsung dilakukan dengan menganilisa hasil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun
wawancara dari para responden tentang manfaat 2012, jumlah penduduk Kota Surabaya yang
yang langsung mereka rasakan dengan rumus : terdaftar di Kartu Keluarga adalah 3.110.187
jiwa. Komposisi penduduk Kota Surabaya pada
Tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin adalah
sebanyak 50,11 % jiwa penduduk laki-laki dan
49,89 % jiwa penduduk perempuan.

133
Analisis Potensi Sonneratia sp.......

Kota Surabaya memiliki wilayah Tabel 3. Tingkat pendidikan responden


administrasi yang seluruhnya termasuk dalam Pendidikan Frekuensi Persentase
klasifikasi perkotaan sehingga penduduk di SD 80 60
daerah ini tergolong padat. Bahkan Kota SMA 25 18
Surabaya merupakan wilayah terpadat SMP 27 20
penduduknya di Jawa Timur tahun 2000 TIDAK SEKOLAH 3 2
dimana dalam sepuluh tahun terakhir tingkat Total 135 100
kepadatan mencapai 9.525 jiwa perkilometer
persegi. Dari hasil pengumpulan data dan
Responden yang digunakan dalam identifikasi yang dilakukan di wilayah
penelitian ini adalah nelayan/petambak yang kecamatan Gununganyar, Rungkut dan
ada di wilayah mangrove dan berdomisili di Sukolilo. Pada lokasi penelitian stasiun I yaitu
kota Surabaya. Jumlah nelayan yang ada di di kawasan mangrove Gununganyar, didapatkan
wilayah penelitian sebanyak 204 orang. Sampel 4 jenis mangrove dengan dominasi paling besar
yang diambil pada penelitian ini sebanyak 135 dari famili Aviceniaceae yaitu jenis Avicennia
responden. Keseluruhan responden tersebar di marina dan Avicennia mucronata, sedangkan
wilayah bagian Kota Surabaya yakni kecamatan dari famili Sonneratiaceae ditemukan
Gununganyar, Rungkut dan Mulyorejo. Sonneratia Alba dan dari family
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rhizophoraceae ditemukan Bruguiera sp. Di
lapangan, karakteristik responden berupa umur, stasiun II Kecamatan Rungkut kondisinya
jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dapat hampir sama dengan lokasi stasiun I, akan tetapi
dilihat pada paparan berikut. pada lokasi ini, dengan dominasi Avicennia
Umur responden bervariasi antara 26 akan tetapi keragaman mangrove dari
tahun sampai dengan 62 tahun. Profil responden Sonneratiaceae lebih banyak dibandingkan
menurut umur dapat dilihat pada tabel dengan lokasi lainnya terutama di kelurahan
berikut ini, dimana memperlihatkan responden Wonorejo. Sedangkan di stasiun III yakni di
yang berumur 25 - 30 tahun lebih banyak kecamatan Sukolilo, kondisi mangrovenya sama
daripada distribusi umur lainnya, yang dapat dengan stasiun lainnya, akan tetapi kondisi
dijadikan indikasi responden berada pada usia mangrove pada wilayah ini cuma sedikit. Untuk
produktif. Namun responden dengan usia di mengetahui keberadaan jenis-jenis mangrove
atas atau di bawah 31–35 tahun bukan berarti bias di lihat di Tabel 4.
tidak produktif dalam berusaha. Adapun Struktur komunitas mangrove di lokasi
karakter umur responden dijabarkan seperti penelitian relatif sama pada keseluruhan lokasi
berikut (Tabel 2): yang diamati.
Dilihat dari dominasi Avicennia yang
Tabel 2. Karakter Umur Responden banyak, menunjukkan spesies ini memang lebih
Umur Frekuensi Persentase mampu beradaptasi dengan baik dan umumnya
25 - 30 30 22 memang terdapat pada zone terdepan dari
31 – 35 19 14 barisan mangrove yang menghadap langsung ke
36 – 40 12 9 laut. Pada sebagian besar hutan mangrove yang
41 – 45 21 16 sudah dipengaruhi kegiatan manusia
46 – 50 16 12 (antropogenik) pada umumnya zonasi sulit
51-55 22 16 ditentukan, selain itu zonasi mangrove juga bisa
56-60 15 11 dipengaruhi tingginya sedimentasi dan
perubahan habitat (Susanto, dkk.)
Sebanyak 135 responden yang diambil, Hasil penelitian dengan melihat
100 % berjenis kelamin laki-laki dikarenakan perkembangan buah Sonneratia sp. yang secara
kebanyakan petambak dan nelayan semua berkala setiap bulan di amati, rata-rata
didominasi oleh laki-laki. perkembangan buah berkembang sekitar 0,5-1,5
Tingkat pendidikan pada responden cm, hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya
umumnya berpendidikan SMA sebanyak 18 %, buah Sonneratia mempunyai kecepatan
SMP 20 %, SD 23,8 %, Tidak Sekolah 2,2 % pertumbuhan yang lebih tinggi meskipun buah
dan Sarjana sebanyak 1,4 %. Adapun data ini tergolong buah musiman dimana pada
tingkat pendidikan responden dijabarkan dalam musim penghujan agak susah ditemukan.
tabel berikut (Tabel 3) Apabila masyarakat dapat memanfaatkan pohon
ini untuk memulai bisnis mulai dari
pemanfaatan buah untuk sirup, maka sebetulnya

134
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2, November 2013

Tabel 4. Jenis-Jenis Mangrove di Lokasi Penelitian


No. Spesies Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1. Avicennia marina Ada Ada Ada
2. Avicennia mucronata Ada Ada Ada
3. Sonneratia Alba Ada Ada Ada
4. Bruguiera sp. Ada Ada Ada

Tabel 5. Komunitas Mangrove


Spesies K KR F FR D DR INP
(%) (%) (%)
Avicennia marina 0,37 46,25 1,00 33,33 0,025752 66,61 146,19
Avicennia mucronata 0,23 28,75 1,00 33,33 0,007480 19,35 81,43
Sonneratia Alba 0,20 14,0 1,00 15,33 0,003443 10,02 58,32
Bruguiera sp. 0,21 11,23 1,00 18 0,004223 12,87 62,12

nilai ekonomis dari pohon ini lebih tinggi Deviasi = 2,224. Skor persepsi didapakan dari
dibandingkan dengan pohon mangrove lainnya. hasil penilaian kuesioner dengan menggunakan
Potensi mangrove di Indonesia sangat skala Likert yang telah dimodifikasi. Untuk
besar karena memiliki beberapa jenis mangrove lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
yang tumbuh subur. Terdapat 5 spesies pohon Analisis regresi linier berganda
mangrove dari genus Sonneratia, yaitu : digunakan untuk menguji adanya hubungan
Sonneratia alba, S. caseolaris, S. ovata, S. antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu
apetala dan S. laceolata. Salah satu jenis variabel tak bebas. Hasil analisis regresi
mangrove yang dimanfaatkan buahnya yaitu berganda diperoleh persamaan regresi sebagai
jenis pedada (Sonneratia caseolaris) yang hidup berikut:
dan tumbuh di hutan mangrove. Tanaman ini Y= 6,322 + 0,352 X1 + 0,125 X2
memiliki daun berbentuk elips dan ujungnya Keterangan:
memanjang dengan tulang daun berbentuk Y = Keberadaan Mangrove
menjari. Bunga memiliki kelopak bunga X1 = Peningkatan Ekonomi
mengkilat dan hijau serta datar dengan benang X2 = Pemanfaatan Mangrove
sari berwarna merah dan renggang. Buah ini
memiliki morfologi yang sangat unik berbentuk Tanda parameter b dalam hasil
bulat dengan diameter 6-8 cm (Sebayang, persamaan regresi berganda di atas adalah
2012). positif. Artinya bahwa hubungan peningkatan
Berdasarkan data penelitian dapat ekonomi dan pemanfaatab mangrove adalah
diketahui jumlah responden = 135 orang, skor positif (searah), dengan demikian apabila terjadi
persepsi tentang keberadaan mangrove yang peningkatan ekonomi dan pemanfaatan
tertinggi = 30 terendah = 14 mean = 22,37 dan mangrove, maka keberadaan mangrove juga
Standar Deviasi = 2,225. Skor persepsi akan meningkat.
didapakan dari hasil penilaian kuesioner dengan Keberadaan hutan mangrove di kota
menggunakan skala Likert yang telah Surabaya, secara tidak langsung dapat
dimodifikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat meningkatakan ekonomi penduduk yang ada di
pada gambar 1. sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Berdasarkan data penelitian dapat pemanfaatan mangrove baik secara langsung
diketahui jumlah responden = 135 orang, skor maupun tidak langsung. Pemanfaatan mangrove
persepsi tentang peningkatan ekonomi yang secara langsung digambarkan pada kelompok
tertinggi = 26 terendah = 13 mean = 19,33 dan tani atau nelayan yang mengambil buah
Standar Deviasi = 2,059. Skor persepsi Sonneratia sp. untuk dijual dan dimanfaatkan
didapakan dari hasil penilaian kuesioner dengan menjadi sirup mangrove. Menurut Sebayang
menggunakan skala Likert yang telah (2012), Keunikan Sonneratia sp. ini tak kalah
dimodifikasi. Variabel peningkatan ekonomi penting dengan manfaatnya baik dari bunga,
dapat dilihat pada gambar 2. buah atau daunnya yang digunakan sebagai
Dari data penelitian dapat diketahui jumlah bahan makanan dan minuman, seperti dodol, es
responden = 135 orang, skor persepsi tentang juice dan syrup. Faktor pertumbuhan memiliki
pemanfaatan mangrove yang tertinggi = 25 cara yang sangat unik serta kondisinya sangat
terendah = 15 mean = 18,91 dan Standar didukung oleh lingkungannya.

135
Analisis Potensi Sonneratia sp.......

Gambar 1. Grafik Histogram Keberadaan Mangrove

Gambar 2. Grafik Histogram Peningkatan Ekonomi

Gambar 3. Grafik Histogram Pengembangan Pembenihan

136
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2, November 2013

Secara ekologis hutan mangrove di Conservation of Nature and Natural


samping sebagai habitat biota laut, juga Resources. Switzerland.
merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang Santoso, S., Bayu, C.N., Ahmad, F.S., Ida, F.
hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove 2005. Resep Makana berbahan Baku
dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai Mangrove dan Pemanfaatan Nipah.
wahana hutan wisata dan atau penyangga Lembaga Pengkajian dan
perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari Pengembangan Mangrove. Jakarta. 70
berbagai ancaman sedimentasi, abarasi, halaman.
pencegahan intrusi air laut , serta sebagai Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas
sumber pakan habitat biota laut. Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di
Indonesia. Lembaga Pengkajian dan
Kesimpulan Pengembangan Mangrove (LPP
Pohon Sonneratia sp. mempunyai Mangrove). Jakarta, Indonesia.
potensi secara ekonomi sehingga dapat Suhendang, E. dan Kusmana, C., 1997.
menambah pendapatan penduduk, selain itu Kelestarian Hasil Dalam Pengelolaan
secara ekologi keberadaan mangrove mampu Hutan Mangrove Lestari. Makalah:
menunjang biodiversitas organisme yang Pelatihan Pengelolaan Hutan
berada di kawasan hutan mangrove. Mangrove Lestari Angkatan I. PKSPL-
Pemanfaatan buah Sonneratia sp. IPB.
sebaiknya dilakukan secara maksimal baik Sunyoto, S., C. Kusmana., D. Sudarma, R.
melalui penggunaan langsung maupun tidak Sukmadi. 2008. Ekologi Tumbuhan
langsung serta dibutuhkan penelitian lanjutan Pidada (Sonneratia Caseolaris (L)
untuk menganalisis kandungan buah tersebut Engler 1897 ) Pada Kawasan Muara
terhadap produk perikanan. Angke Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Diakses melalui
Daftar Pustaka http://www.jurnal.kkmn.org/content/ek
Bengen, D. G., 2002. Pedoman Teknis ologi-tumbuhan-pidada-sonneratia-
Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem caseolaris-l-engler-1897-pada-
Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya kawasan-muara-angke-propins
Pesisir dan Lautan. IPB 58 hal. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan
Dahuri, R., V.P.H. Nikijuluw, Manadyanto, Pengelolaan Sumber Daya Alam di
L.Adrianto dan Sukardi., 1995. Studi Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia
Pengembangan Kebijaksanaan Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.
Ekonomi Lingkungan. Pusat Penelitian Triswanto, A. 2000. Inventarisasi dan
Lingkungan Hidup IPB dan Kantor Pengenalan Mangrove. Seksi
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Rehabilitasi Hutan Mangrove II,
Faisal, S. 2001. Format-format Penelitian Jakarta. 48 hal.
Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Wantansen, A. 2002. Kajian Potensi
Persada. Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Talise, Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Mangrove Bersama Masyarakat. Utara. Makalah Falsafah Sains.
Wetland International – Indonesia Program Pasca Sarjana. Institut
Programme. Bogor, Indonesia. Pertanian Bogor.
Noor, Y. R., Khazali, M., Suryadiputra, I. N. N.,
1999. Panduan Pengenalan Mangrove
di Indonesia. Dirjen PHKA dan
Wetlands Internasional Indoensia
Progemme. Bogor. 219 hal.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh
M. Eidman., Koesoebiono., D.G.
Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
Indonesia.
McNeely, J..M., 1988. Economics and
Biological Diversity: Developing and
Using Economic Incentives Union for

137

Anda mungkin juga menyukai