Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Ulfa Haryati

NPM : 1974130020

Puasa asyura (dibaca puasa asyuro) adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 10
Muharram. Hukumnya sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah
senantiasa mengutamakan puasa ini, bahkan perhatian beliau lebih besar dibandingkan puasa-
puasa sunnah lainnya. Ketika para sahabat melaporkan bahwa orang-orang Yahudi juga puasa
pada tanggal 10 Muharram, Rasulullah kemudian menambahnya dengan puasa satu hari
sebelumnya. Yakni tanggal 9 Muharram yang dikenal dengan nama puasa tasu’a. Sebelum islam
datang, bangsa Quraisy selalu berpuasa pada hari Asyur. Nabi Muhammad SAW pun
melakukanya. Makanya beliau menyuruh umat Islam untuk berpuasa Asyura. Namun keharusan
puasa ini bergeser setalah ada kewajiban puasa Ramadhan. Statusnya pun berubah dari wajib
menjadi sunnah.
Pahala orang yang menjalankan puasa pada hari Aasyura cukup besar. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW bahwa puasa Asyura yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Bagi
orang yang berpuasa Asyura, Allah berjanji akan menghapuskan dosa-dosanya pada astu tahun
yang lalu.
Saat tiba di Madinah, Rasulullah SAW tetap menjalankan puasa Asyura dan
memerintahkan para sahabat untuk melakukan puasa tersebut. Ketika diwajibkan puasa
Ramadhan, beliau meninggalkan puasa Asyura dan memberikan saran kepada para sahabatnya
untuk tetap berpuasa bagi yang ingin melakukannya. Meskipun puasa Asura tidak lagi
diwajibkan, para sahabat dan umat Islam hingga saat ini masih menjalankan puasa ini. Mereka
tetap menjalankan karena ada keutamaan yang luar biasa di dalamnya. Puasa ini diyakini dapat
menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya.
Nabi Muhammad menjalankan puasa asyura karena ini merupakan tradisi hanafiyyah yang
sudah berlaku pada bangsa Arab sebagai ajaran yang dititahkan oleh Nabi Ibrahim as. dan
menjadi kebanggaan bangsa Arab pra-Islam pada umumnya.1 Nabi Muhammad kemudian
memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari itu; siapa yang sudah makan, maka bisa
berpuasa pada sisa hari itu dan siapa yang belum hendaklah berpuasa jangan makan. Agar tidak

1
Siti Mahmudah, Historisitas Syari’ah, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2019), h. 107
menyamai syariat umat Yahudi tersebut, Nabi Muhammad juga memerintahkan untuk berpuasa
pada tanggal 9 (hari Tasu’a) seperti penulis sebutkan diatas.
Perintah tersebut disampaikan Nabi Muhammad pada awal tahun kedua beliau tinggal di
Madinah –Nabi tiba di Madinah pada bulan Rabiu’ul Awwal. Beberapa bulan setelahnya (tujuh
bulan setelahnya, atau 18 bulan setelah tinggal di Madinah), Nabi Muhammad menerima wahyu
tentang perintah puasa Ramadhan.
Dengan demikian, puasa Asyura dilaksanakan sebagai puasa wajib hanya satu kali saja.
Setelah turunnya ayat ini dan puasa Ramadhan telah diwajibkan, maka Nabi Muhammad tidak
lagi mewajibkan puasa Asyura bagi umat Islam. Mereka boleh berpuasa Asyura dan tidak
berpuasa juga boleh.
Namun demikian, Nabi Muhammad sangat mengajurkan berpuasa Asyura. Hal ini bisa
dilihat dari hadits riwayat Ibnu Abbas. “Saya tidak mengetahui Rasulullah SAW bersungguh-
sungguh untuk berpuasa kecuali pada hari ini, yakni hari Asyura,” kata Ibnu Abbas.

Anda mungkin juga menyukai