Anda di halaman 1dari 15

Tinjauan Pustaka tentang Osteoartritis Lutut

Abstrak
Osteoartritis (OA) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.
OA umumnya merupakan gangguan pada sendi tulang rawan dan menjadi salah
satu penyebab utama gangguan fungsi yang mengurangi kualitas hidup di seluruh
dunia. Tatalaksana OA saat ini berfokus pada pengelolaan gejala karena belum
ada obat spesifik untuk menyembuhkan OA, sehingga tujuan utama terapi adalah
mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi sendi, dan stabilitas sendi. Kelemahan
dan atrofi otot turut berkontribusi pada perjalanan penyakit, sehingga rehabilitasi
dan fisioterapi sering dilakukan dengan maksud untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan mobilitas. Latihan fisik harus dilakukan secara teratur untuk
mengatasi atrofi otot. Program latihan fisik berkelanjutan ini direkomendasikan
pada orang dengan penyakit sendi degeneratif. Terapi latihan fisik dapat berupa
strengthening (penguatan) maupun stretching (peregangan) otot atau aktivitas
aerobik yang berbasis darat dan air. Artikel ini menyajikan ikhtisar pengetoahuan
terkini tentang OA yang berfokus pada biomekanik, etiologi, diagnosis dan terapi,
serta terapi konservatif termasuk manajemen terapi fisik. Informasi ini akan
membantu praktisi kesehatan dalam merawat pasien OA.

Kata kunci: OA, nyeri lutut, latihan strengthening, latihan stretching, derajat nyeri,
rasio Hamstring/ kuadrisep

Latar Belakang
Osteoartritis (OA) adalah kondisi kronis umum yang mengakibatkan rasa
sakit, kelelahan, keterbatasan secara fungsional, peningkatan kebutuhan layanan
kesehatan yang menghabiskan biaya tinggi bagi masyarakat [1]. Beban OA
diperkirakan akan semakin meningkat, sebagian karena obesitas dan usia lanjut
[2]. Meskipun prevalensi OA meningkat seiring bertambahnya usia [3], ada pula
data yang berkembang bahwa OA juga mempengaruhi orang-orang di usia yang
lebih muda. Data Amerika Serikat (A.S.) terbaru menunjukkan bahwa setengah
dari orang-orang dengan gejala OA lutut didiagnosis pada usia 55 tahun [4].
Data menunjukkan bahwa terdapat 20-70% pasien OA lutut yang mengalami
penurunan kekuatan kuadrisep. Peningkatan kekuatan otot, kekuatan puncak
ekstremitas bawah, dan penurunan tingkat nyeri tertentu memainkan peran
penting serta menjadi prediktor kuat tentang kemampuan fungsional [5]. Otot
tungkai bawah memainkan peran yang cukup penting sebagai penyangga alami
untuk sendi lutut. Disfungsi otot yang timbul baik dari kelemahan otot kuadrisep
(paha depan) atau kelemahan relatif otot hamstrings (paha belakang)
dibandingkan dengan kuadrisep, ditunjukkan dengan rasio hamstrings:kuadrisep
(rasio H:Q). Rasio H:Q lebih besar dari atau sama dengan 0,6 dianggap normal
[6]. Kekuatan kuadrisep dan keseimbangan kekuatan otot wajib diperiksa untuk
mengevaluasi disfungsi otot dalam kaitannya dengan sendi lutut [6].
Etiologi OA berkaitan dengan beban mekanik berulang dan penuaan. Studi
terbaru telah memisahkan etiologi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: jenis
kelamin, anatomi, dan massa tubuh. Manifestasi klinis OA adalah nyeri sendi,
kekakuan yang berakibat penurunan rentang gerak sendi, kelemahan otot
kuadrisep dan perubahan proprioseptif [7]. Penurunan kekuatan otot yang
melibatkan sendi menyebabkan hilangnya fungsi secara progresif. Gejala-gejala
ini secara signifikan membatasi kemampuan penderita untuk bangkit dari kursi,
berjalan, atau naik tangga [3]. Gejala lainnya yang dapat diamati yaitu berjalan
dengan pincang, ketidakselarasan anggota gerak dan ketidakstabilan. Krepitasi
dapat terdengar selama gerakan karena peradangan pada permukaan sendi yang
tidak teratur (ireguler) [2].
OA lutut yang didiagnosis secara klinis biasanya dikelola pada fasilitas
kesehatan primer [8] dengan analgesik dan pilihan nonfarmakologis seperti
olahraga [6]. Latihan fisik telah terbukti meningkatkan fungsi, kekuatan, kecepatan
berjalan, dan kemandirian serta dapat mengurangi rasa sakit dan risiko kondisi
kronis lainnya [9, 10]. Selain itu program latihan fisik dan okupasi juga mencegah
atau memperlambat perkembangan penyakit [3].
Radiografi polos biasanya digunakan dalam mengklasifikasikan penderita
OA untuk keperluan studi klinis dan penyempitan ruang sendi sering digunakan
sebagai alat ukur perkembangan penyakit. Meskipun radiografi polos saat ini
menjadi 'baku emas' untuk evaluasi perkembangan OA, masih terdapat masalah
terkait dengan ketepatan pengukuran lebar ruang sendi, terutama pada penderita
OA lutut [11].
Laporan individu terkait cacat fisik atau kuesioner merupakan instrumen
yang paling umum digunakan untuk menilai hasil latihan fisik OA. Kuesioner
spesifik yang paling populer untuk OA lutut adalah kuesioner Western Ontario and
McMaster Universities OA index (WOMAC) yang meliputi nyeri, kekakuan dan
kesulitan fungsi sehari-hari yang dialami oleh penderita OA [12].
Beberapa kelompok otot menyangga lutut, dua kelompok otot utama yang
mengontrol pergerakan dan stabilitas lutut adalah kuadrisep dan harmstrings. Otot
kuadrisep dan harmstrings berpotensi menjaga stabilitas pada bidang lutut depan
yang dinamis karena gerakan abduksi dan/ atau adduksi [13]. Berdasarkan model
biomekanik neuromuskuler, kuadrisep dan harmstrings tidak hanya memiliki
potensi, tetapi juga benar-benar memberikan dukungan untuk gerakan abduksi
adduksi [14].
Di bidang frontal, kontraksi seimbang dari kuadrisep dan harmstrings
menyebabkan peningkatan kompresi sendi yang membantu stabilisasi sendi lutut
[15]. Penurunan aktivasi antara kuadrisep dan harmstrings pada perempuan dapat
menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut yang lebih besar dibandingkan dengan
laki-laki.
Hubungan kekuatan antara kuadrisep dan harmstrings telah diukur dan
dilaporkan oleh berbagai peneliti [16, 17]. Data menunjukkan rasio isokinetik Q:H
untuk subjek yang tampak sehat adalah 1,70:1 pada 60/detik dan 1,37:1 pada 180/
detik kecepatan sudut gerakan tungkai. Rerata rasio isometrik Q:H ditemukan
senilai 1,43, nilai di bawah rasio terdapat pada dewasa muda yang sehat, dimana
rasio isometrik Q:H adalah 2:1, sehingga efek rasio Q:H berbeda dalam OA karena
kelemahan yang relatif lebih besar di otot kuadrisep perempuan [18].
Epidemiologi
OA lutut merupakan penyakit persendian yang paling umum dijumpai
secara klinis maupun radiografis. Perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi
daripada laki-laki (11,4% vs 6,8%) [19]. Baru-baru ini perbedaan prevalensi
berdasar jenis kelamin semakin ditekankan dalam studi metaanalisis, yang
menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko lebih besar dalam prevalensi dan
insidensi OA lutut [20]. Studi metaanalisis juga melaporkan bahwa OA lutut pada
perempuan cenderung menunjukkan gambaran radiografi yang lebih parah
dibandingkan dengan laki-laki, selain itu studi juga menunjukkan perbedaan jenis
kelamin meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Prevalensi OA akan meningkat
seiring bertambahnya kelompok usia, terutama jika insidensi obesitas tetap di atas
50% pada kelompok usia 45 tahun ke atas [21].
Etiologi dan Patogenesis
Pencitraan radiografi modern menunjukkan bahwa OA dapat menyerang
sendi secara keseluruhan, melibatkan beberapa jaringan dan memberikan
fenotipe berbeda; tulang subkondral merupakan bagian tak terpisahkan dari
patogenesis dan perkembangan OA. Area tulang subkondral pada artikulasi
femorotibial lebih besar pada penderita OA lutut dibandingkan dengan subjek
kontrol yang sehat dan berkorelasi dengan penyempitan ruang sendi lutut oleh
adanya osteofit [22].
Perjalanan penyakit OA lutut ditandai dengan perubahan struktural di
dalam dan sekitar sendi. Perubahan struktural yang dominan ditunjukkan dengan
hilangnya tulang rawan dan pembentukan osteofit. Perubahan ini dapat dilihat
menggunakan radiografi dan pengukuran keparahannya dihitung berdasar lebar
ruang sendi yang berkurang (menunjukkan hilangnya tulang rawan) dan adanya
osteofit [23]. Selain itu, tulang subkondral dapat mengalami sklerosis pada fase
awal OA yang memungkinkan terjadinya fraktur mikro, hal ini menjadi salah satu
faktor perjalanan penyakit dalam proses degenerasi tulang rawan [24]. Selain
perubahan struktural "jaringan keras" ini, OA lutut juga dapat mengalami sejumlah
perubahan pada jaringan lunak artikular dan periartikular, meliputi hiperplasia
sinovial [25] dan efusi sendi [26]. Meskipun OA lutut tidak diklasifikasikan sebagai
penyakit inflamasi, tanda umum OA lutut adalah peradangan sinovial yang
terdeteksi menggunakan ultrasonografi [25, 27]. Selain itu peradangan juga dapat
dilihat dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI) serta pemeriksaan ortoskopi
sendi lutut [28].
Patofisiologi
OA dipandang sebagai proses dinamis dan aktif secara metabolik dalam
penghancuran dan perbaikan tulang rawan. Proses ini dapat diawali oleh beberapa
gangguan biokimia dan mekanik [29, 30]. Perubahan pertama yang terjadi pada
tulang rawan artikular antara lain penurunan konten proteoglikan superfisial,
penurunan fibril kolagen superfisial, dan peningkatan kadar air.
Hilangnya proteoglikan dan kolagen menyebabkan berkurangnya
kekakuan tulang rawan [31]. Kondrosit lalu meningkatkan sintesis protein matriks
tulang rawan, penghancuran komponen dalam matriks ekstraseluler meningkat,
dan ketebalan tulang rawan dapat meningkat. Pada saat yang sama, kalsifikasi
tulang rawan dan subkondral menjadi lebih tebal sebagai respons terhadap
peningkatan pembentukan dan resorpsi tulang subkondral [32].
Pada akhirnya, konsentrasi proteoglikan dan fibrilasi kolagen menurun
karena berkurangnya kemampuan perbaikan kondrosit. Proses ini menyebabkan
pemisahan tulang rawan hingga ke tulang keras. Degenerasi tulang rawan yang
disertai gangguan pada jaringan kolagen mengakibatkan kegagalan regenerasi,
hal ini menyebabkan jaringan tidak dapat pulih kembali [32]. Di sisi lain [33],
terdapat postulat yang mengatakan bahwa beban impulsif berulang dapat
menyebabkan fraktur mikro trabekuler di tulang subkondral pertama kali. Menurut
teori ini, perbaikan berikutnya akan meningkatkan kekakuan dan ketebalan tulang
subkondral sehingga dapat meredam kekuatan tumbukan, namun karena hal ini,
tulang rawan atasnya dapat menjadi kelebihan beban dan hancur sehingga
menyebabkan degenerasi dan kehilangan tulang rawan.
Faktor Risiko
OA lutut adalah penyakit multifaktorial. Penyebab OA masih belum
diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko utama, seperti usia, obesitas,
trauma sendi, dan beban kerja berat [34]. Faktor risiko dapat dibagi menjadi
sistemik (misalnya usia, jenis kelamin, genetika, dan kelebihan berat badan) dan
faktor biomekanik lokal, seperti cedera sendi dan malalignment, kelebihan berat
badan, serta kelemahan otot [35]. Beban mekanis abnormal pada aktivitas
olahraga atau selama kerja berat dapat mengaktifkan kaskade biokimiawi yang
mengarah pada degenerasi dan nyeri sendi. Hal ini juga dapat terjadi pada beban
mekanis normal jika kartilago terganggu [35].
Penuaan adalah faktor risiko paling signifikan untuk OA lutut [36]. OA lutut
lebih sering terjadi pada sesorang dengan obesitas [37], misalnya wanita gemuk
dengan indeks massa tubuh (BMI) 30-35kg/m2 memiliki risiko empat kali lebih
tinggi mengalami OA lutut daripada wanita non-obesitas [38]. Perbandingan
serupa pada pria adalah 4,8 kali. Obesitas juga merupakan faktor risiko utama
untuk kejadian OA lutut bilateral, sedangkan faktor mekanik lokal lebih sering
dikaitkan dengan OA unilateral [38]. Obesitas pada OA dapat meningkatkan beban
mekanis lutut dan pinggul yang menyebabkan kerusakan tulang rawan pada sendi
penahan beban. Obesitas juga dikaitkan dengan OA tangan, yang memunculkan
hipotesis bahwa faktor mekanik dan metabolik dapat memunculkan efek obesitas
pada persendian [39].
Cedera persendian meningkatkan risiko OA lutut [40]. Setelah cedera lutut,
wanita berisiko tiga kali lipat dan pria berisiko lima hingga enam kali lipat
mengalami OA dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Cedera pada ligamentum
cruciatum anterior paling banyak berkaitan dengan kejadian OA lutut (15-20%).
Sebanyak 50-70% pasien dengan ruptur ligamentum cruciate anterior komplit
disertai dengan cedera meniskus atau ligamen lainnya, menunjukkan gambaran
radiografi OA lutut setelah 15-20 tahun [41]. Setengah dari pasien cedera
ligamentum cruciatum anterior atau cedera meniskus akan mengalami OA lutut
simptomatik setelah 10 hingga 20 tahun [42]. Total menisektomi setelah robekan
meniskus terisolasi menjadi faktor risiko signifikan terjadinya OA lutut, risiko relatif
menjadi 14,0 setelah usia 21 tahun [43]. Menisektomi parsial juga dapat
berkontribusi pada perkembangan OA lutut [44].
Aktivitas fisik dan beban kerja yang berat merupakan faktor risiko penting
pada OA lutut [45]. Aktivitas fisik berat dapat meningkatkan risiko OA, terutama
pada individu dengan obesitas [46]. Di sisi lain, latihan fisik teratur dan sedang
telah terbukti menurunkan kejadian OA lutut [47], sebagian besar studi klinis atau
epidemiologis telah menyimpulkan bahwa olahraga jogging dengan intensitas
sedang atau aktivitas fisik rekreasional tidak meningkatkan risiko OA lutut atau
pinggul, asalkan sendi yang menahan beban belum terluka [48]. Meningkatnya
risiko OA lutut juga terkait dengan pekerjaan yang memerlukan penekukan lutut
berkepanjangan atau berulang [49].
Malalignment lutut dilaporkan berkaitan dengan perkembangan terjadinya
OA lutut [50, 51]. Selain itu, tingkat keparahan malalignment dapat dijadikan
prediksi penurunan fungsi fisik. Faktor genetik tampaknya juga berkaitan dengan
OA lutut dalam rentang 39-65%, sesuai dengan faktor perancu lingkungan atau
demografis yang diketahui [52]. Hal ini menunjukkan bahwa tulang rawan artikular
pada beberapa individu secara genetik lebih rentan terhadap keausan mekanis.
Pencegahan OA masih menjadi tantangan meskipun telah banyak bukti tentang
faktor-faktor risiko penyebab yang pasti, seperti obesitas, cedera sendi, dan beban
kerja.

Diagnosis
Nyeri adalah gejala dominan OA lutut. Nyeri umumnya meningkat seiring
penggunaan sendi dan berkurang saat istirahat. Ketika OA semakin progresif,
nyeri menjadi persisten dan dapat dirasakan saat istirahat serta di malam hari.
Pada pasien simtomatik, kesulitan tidur menurunkan ambang nyeri sehingga
menyebabkan kelelahan dan mengurangi kenyamanan [53]. Tingkatan nyeri
biasanya sebanding dengan derajat keparahan gambaran radiografi OA, meski
tidak selalu demikian [54]. Nyeri subyektif berkorelasi kuat dengan status
psikologis, seperti depresi dan kecemasan [55]. Dalam praktik klinis, nyeri
subyektif dapat diperkirakan dengan skala analog visual (VAS) dari skala 0 – 10
[56].
Mekanisme nyeri pada OA masih tidak jelas. Perjalanan penyakit OA dapat
mempengaruhi seluruh jaringan intrakapsular dan periartikular persendian sinovial
sehingga mengarah menyebabkan lebih banyak sumber nyeri. Tulang rawan
artikular adalah jaringan aneural dan vaskular, namun terdapat banyak persarafan
sensorik di jaringan sendi lainnya [53]. Beberapa proses tulang dan/ atau tulang
subkondral berperan dalam terjadinya nyeri sendi, contohnya proses peningkatan
tekanan intraosseus, edema sumsum tulang, perubahan struktural, dan
peregangan periosteal [57]. Di sisi lain, reseptor mekanik kapsular dapat
distimulasi oleh hipertensi intraartikular dan iskemia yang disebabkan oleh sinovitis
ringan dapat mengaktifkan nosiseptor. Salah satu faktor yang berperan adalah
kelemahan otot. Kelemahan dalam QFM telah terbukti menjadi determinan nyeri
dan kecacatan yang lebih baik daripada gambaran radiografi [58]. Dengan
demikian, struktur periartikular sering menimbulkan rasa nyeri pada OA di sendi
besar [53].
Ciri khas lain pada OA lutut adalah kekakuan pagi hari yang berlangsung
singkat, hal ini membedakannya dari karakteristik artritis reumatoid. Kekakuan
pagi hari diyakini terkait dengan proses peradangan. Pasien dengan OA lutut
menggambarkan kekakuan ini sebagai kesulitan untuk bangkit dari kursi,
lambatnya gerakan, atau kekakuan yang berlanjut hingga siang hari [59].
OA lutut berkontribusi besar terhadap penurunan kemampuan fungsional
pasien. Kecacatan bersifat luas meliputi, keterbatasan gerak, kesulitan dalam
aktivitas sehari-hari dan isolasi sosial. Kontributor utama dalam hal ini adalah rasa
nyeri, keterbatasan rentang gerak, dan kelemahan otot [53, 60]. Baru-baru ini,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada OA lutut stadium akhir, yang
berperan utama pada kecacatan adalah nyeri, obesitas, dan kelemahan antero-
posterior (A-P) pada sendi lutut. Efek komorbiditas pada kualitas hidup juga cukup
besar [61]. Fungsi fisik subyektif dapat diperkirakan secara kualitatif menggunakan
Western Ontario dan McMaster Osteoarthritis Index (WOMAC) dan kuesioner
Lequesne [62].
Gejala klinis

Ada beberapa tanda pada OA lutut yang dapat diidentifikasi selama inspeksi klinis,
antara lain pola jalan pincang/ tertatih karena nyeri sendi, penurunan kecepatan
berjalan serta berkurangnya frekuensi dan panjang langkah [63]. Gerakan
berjongkok seringkali menjadi sulit bagi pasien yang menderita OA lutut.
Deformitas sendi lutut biasanya merupakan tanda untuk OA lutut lanjut.
Ketidakstabilan varus atau valgus yang dapat dideteksi secara klinis pada sendi
lutut dianggap sebagai tanda penyakit lanjut. Krepitus kasar merupakan indikasi
hilangnya kongruensi sendi [53].

Nyeri tekan dapat ditemukan pada palpasi sendi lutut. Nyeri tekan di sepanjang
garis-sendi hingga origo intra kapsular dan titik-nyeri yang jauh dari garis-sendi
merupakan indikasi lesi periartikular. Berkurangnya range of motion (ROM) yang
mudah diukur dengan goniometer dihubungkan dengan gangguan fisik.
Penurunan ROM terutama disebabkan oleh pembentukan osteofit, remodeling,
penebalan kapsuler dan dapat diperberat oleh pembengkakan jaringan lunak.
Atrofi otot dan kelemahan otot sulit untuk diperiksa tetapi dapat ditemukan pada
OA lutut. Tanda-tanda klasik peradangan, seperti panas, nyeri dan efusi
menunjukkan sinovitis OA lutut. Tes laboratorium tidak berperan dalam diagnosis
OA lutut tetapi dapat membantu dalam diagnosis banding [53].

Temuan Laboratorium

Presentasi klinis khas OA tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Tingkat


sedimentasi eritrosit (ESR) dan protein C-reaktif (CRP) biasanya normal. Hitung
darah lengkap normal. Faktor reumatoid dan antibodi antinuklear biasanya negatif.
Perhatikan bahwa antibodi ini mungkin positif rendah dan tidak bermakna pada
pasien usia lanjut dan dalam beberapa kondisi kronis. Analisis cairan sinovial
biasanya menunjukkan jumlah sel putih yang rendah <2000ul. Investigasi
laboratorium hanya boleh dilakukan jika penyebab sekunder OA dicurigai secara
klinis [64].

Temuan Radiologis
Radiografi konvensional berfungsi sebagai pemeriksaan utama dalam diagnosis
OA lutut, serta dalam menilai derajat keparahan penyakit. Keuntungan radiografi
antara lain: biaya-efektif, relatif aman dan ketersediaannya mudah diakse. Namun,
nyeri subjektif dan perubahan radiografi tidak selalu berkorelasi satu sama lain
[54].

Gambaran radiografi khas OA lutut adalah penyempitan ruang sendi, osteofit,


sklerosis tulang subkondral, pembentukan kista, badan osteokondral, dan
deformitas tulang. Hilangnya tulang rawan adalah gambaran awal dan kardinal OA
yang mengarah ke penyempitan ruang sendi [65]. Ketebalan tulang rawan artikular
bervariasi antara individu dan permukaan sendi [66]. Oleh karena itu, tidak ada
nilai referensi untuk ketebalan ruang antar sendi. Osteofit adalah ciri khas OA.
Osteofit terbentuk pada daerah perifer akibat osifikasi endokhondral. Osteofit
merupakan upaya perbaikan dan mengindikasikan redistribusi pemuatan sendi
yang abnormal. Kista juga merupakan temuan radiografi tipikal pada OA dan
terjadi terutama di dalam area sklerosis tulang di tempat peningkatan tekanan
transmisi. Disintegrasi permukaan sendi OA berakibat pada pembentukan fragmen
osteochondral. Fragmen-fragmen masuk ke dalam ruang sendi juga merupakan
salah satu karakteristik pasien OA [65].

Tatalaksana

Manajemen OA saat ini mencakup modalitas nonfarmakologis dan farmakologis


dengan tujuan utama pengendalian nyeri dan mengurangi keterbatasan
fungsional.

Terapi non-farmakologis
Edukasi
Edukasi pasien adalah bagian integral dan berkelanjunjutan. Klinisi harus
membahas aspek-aspek proses penyakit, manfaat dan risiko pilihan perawatan.
Memberdayakan pasien, dengan melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan bersama dan memberikan mereka keterampilan positif berdampak
pada perubahan gaya hidup dan sangat membantu meningkatkan kepatuhan
terapi [64].
Mengurangi faktor mekanik yang merugikan
Obesitas adalah faktor risiko untuk pengembangan dan perburukan OA di lutut dan
pinggul. Hal ini tetap menjadi salah satu faktor risiko terkuat yang dapat
dimodifikasi untuk OA dan pengurangan berat badan adalah strategi pencegahan
penyakit primer dan sekunder yang efektif. Penurunan berat badan memperbaiki
rasa sakit dan fungsi, terutama untuk OA lutut dan pada tingkat lebih rendah, OA
pinggul. Hal ini harus dicapai dengan kombinasi kebiasaan diet yang benar (makan
dengan benar, teratur dan sesuai) dan berolahraga. Banyak pasien OA memiliki
komorbid penyakit jantung dan metabolisme kronis lainnya sehingga manfaat
penurunan berat badan sangat besar. Semua pasien dengan OA ekstremitas
bawah harus diberitahu tentang alas kaki yang tepat. Sebaiknya gunakan sepatu
dengan sol tebal yang lembut dan tanpa hak tinggi. Sol yang menjepit sisi lateral
atau medial dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
fungsi pada pasien dengan OA tibiofemoral medial atau lateral.

Alat bantu
Penggunaan tongkat, frame, atau alat bantu jalan beroda pada pasien OA pinggul
atau lutut mengurangi beban mekanis dan rasa sakit. Pasien harus diedukasi
tentang penggunaan tongkat yang tepat. Tongkat atau tongkat penyangga harus
dipegang di tangan kontralateral untuk, dan digerakkan bersama dengan, anggota
badan yang terkena. Panjang total tongkat harus sama dengan jarak antara batas
atas trokanter yang lebih besar dari tulang paha dan bagian bawah tumit sepatu.
Ini akan menghasilkan fleksi siku sekitar 20 derajat.

Brace lutut dapat digunakan pada pasien OA dengan varus ringan atau
malalignment valgus. Penggunaan braces yang berlebihan dan tidak perlu
memperburuk ketidakstabilan sendi dan berkontribusi pada atrofi otot. Braces
harus digunakan hanya ketika ada peradangan untuk melindungi sendi selama
aktivitas yang tidak biasa dan ketika semua modalitas pengobatan lain telah gagal
[64].

Es dan Panas

Aplikasi periodik panas atau dingin superfisial adalah pengobatan yang relatif
aman dan murah yang dapat direkomendasikan tunggal atau dengan kombinasi
dengan perawatan lain untuk pasien dengan OA lutut [67]. Es sangat penting
selama fase nyeri akut dan juga berguna setelah berolahraga. Terapi es
menyebabkan vasokonstriksi kapiler dengan penurunan aliran darah serta
penurunan aktivitas metabolisme. Edema inflamasi yang menurun membantu
mencegah kerusakan lebih lanjut dan akan memberikan efek analgesia [68]. Ini
adalah "obat" antiinflamasi teraman tetapi keberhasilan terapi membutuhkan
disiplin. Menerapkan es selama 10-20 menit setelah aktivitas dapat
direkomendasikan pada pasien [69].

Aplikasi panas menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler dan peningkatan


permeabilitas seluler, yang mengakibatkan peningkatan pembengkakan dan
edema. Oleh karena itu, aplikasi panas harus digunakan setelah fase
pembengkakan dan edema awal telah stabil. Efek panas meningkatkan aliran
darah dan aktivitas metabolisme lokal dengan relaksasi otot [68].

Terapi Manual
Taping
Taping lutut, khususnya patela adalah strategi perawatan fisioterapi yang
direkomendasikan dalam terapi OA lutut dengan beberapa pedoman klinis [70].
Taping lutut melibatkan penggunaan pembalut kaku pada patela dan / atau struktur
jaringan lunak terkait. Mekanisme yang menjelaskan bagaimana taping dapat
mengurangi rasa sakit masih tidak jelas, tetapi diduga dapat menyebabkan
perubahan alignment patella [71] dan peningkatan fungsi serta aktivasi otot [72].
Elektroterapi
Stimulasi saraf listrik transkutan (TENS) direkomendasikan dalam sebagian besar
pedoman sebagai modalitas tambahan yang aman untuk menghilangkan rasa
sakit. Meskipun, akupunktur dapat memberikan manfaat kepada beberapa pasien,
dukungan universal untuk penggunaannya masih kurang [64].

Latihan Terapi
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak penelitian yang telah
menunjukkan efektivitas latihan dan aktivitas fisik untuk individu dengan
osteoarthritis lutut (OA) [73]. Meskipun program latihan dan aktivitas fisik telah
terbukti bermanfaat, efek keseluruhan dari intervensi ini telah ditemukan
menghasilkan efek kecil hingga sedang yang terbaik bagi individu dengan OA lutut
[74]. Misalnya ulasan sistematis tentang efektivitas olahraga untuk mengurangi
rasa sakit dan memperbaiki disabilitas.

Latihan fisik adalah bentuk aktivitas fisik dengan tujuan terapi tertentu. Aktivitas
fisik yang teratur berhubungan dengan tingkat kematian yang lebih rendah pada
orang dewasa muda dan lanjut usia. Selain itu, latihan fisik terkait dengan
penurunan risiko berbagai penyakit dan kondisi, seperti penyakit kardiovaskular,
osteoporosis, resiko jatuh, kanker, diabetes, tekanan darah, dan osteoartritis.
Alasan utama untuk latihan fisik secara umum meliputi (1) mencapai tujuan
terapeutik, (2) meningkatkan kesehatan umum dan mengurangi disabilitas
sekunder, dan (3) memodifikasi faktor risiko yang mungkin dalam perkembangan
penyakit [75]. Manfaat dari aktivitas fisik dan olahraga pada OA sebagai berikut:

1. Meminimalkan atau memperlambat proses patologis yang terjadi pada


sendi OA. Latihan fisik meningkatkan nutrisi tulang rawan dan renovasi,
meningkatkan aliran darah sinovial, mengurangi pembengkakan, dan
meningkatkan kekuatan otot. Dengan demikian, efek patologis dari latihan
dapat memperlambat proses degenerasi tulang rawan, mengurangi
kekakuan tulang, mengurangi efusi sendi dan meningkatkan kekuatan otot.

2. Mengurangi disabilitas OA dengan mengurangi faktor perburukan utama.


Latihan membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan kekuatan dan daya
tahan, meningkatkan ROM dan elastisitas jaringan ikat.

3. Mengurangi batasan fungsional dengan meningkatkan kecepatan berjalan,


gaya berjalan, dan aktivitas fisik, serta mengurangi depresi dan kecemasan.

Karena kelemahan otot memainkan peran penting dalam pengembangan OA,


semakin jelas bahwa olahraga memainkan peran penting dalam pengelolaan
kondisi tersebut. Meskipun, pasien OA cenderung menghindari aktivitas fisik,
olahraga adalah pengobatan non-farmakologis yang efektif untuk OA lutut [76].
American College of Rheumatology (ACR) telah menyetujui olahraga teratur
sebagai pendekatan terapi untuk manajemen OA lutut [77]. Ulasan sistematis
intervensi non-farmakologis telah mendokumentasikan efektivitas latihan dalam
mengurangi rasa sakit dan disabilitias [74]. Bukti menunjukkan bahwa
peregangan, penguatan dan latihan aerobik mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan kekuatan otot, kemampuan fungsional dan kesejahteraan
psikologis [78]. Olahraga meningkatkan daya tahan otot, meningkatkan ketajaman
proprioseptif, dan mengurangi penghambatan otot artrik paha depan [79].

Kelemahan quadriceps adalah salah satu gangguan paling umum pada individu
dengan osteoarthritis lutut (OA) [80]. Kekuatan paha depan dan paha belakang
yang memadai, baik isometrik maupun dinamis, sangat penting untuk melakukan
aktivitas dasar kehidupan sehari-hari seperti berdiri dan berjalan [81]. Evaluasi
kekuatan otot telah mengungkapkan bahwa 25% hingga 45% pasien OA
kehilangan kekuatan ekstensi lutut [82] dan 19% hingga 25% kehilangan kekuatan
fleksi lutut [83], dibandingkan dengan kontrol yang berusia sama. Ada 3 faktor yang
diduga berkontribusi terhadap ekstensi lutut dan kelemahan fleksi pada pasien OA
lutut: atrofi otot, kegagalan aktivitas otot volunter, dan penurunan inhibisi artogenik
otot kuadrisep[84].

Kekuatan otot
Latihan kekuatan otot biasanya dianjurkan. Pasien dengan OA lutut
cenderung mengalami penurunan kekuatan otot sebagai konsekuensi dari
penurunan aktivitas fisik dan penghambatan rasa sakit [85]. Kuadrisep adalah
kelompok otot terbesar yang melewati sendi lutut dan memiliki potensi terbesar
untuk menghasilkan dan menyerap kekuatan di lutut. Banyak studi klinis telah
menunjukkan peningkatan yang konsisten dalam kekuatan ekstensi lutut setelah
pelatihan, serta penurunan rasa sakit dan cacat fisik pada orang dengan OA lutut
[86].
Memperkuat otot hamstring telah ditemukan dapat meningkatkan
kemampuan fungsional dari lutut [87]. Hal ini mungkin karena fakta adanya
peningkatan keseluruhan kekuatan otot hamstring dan quadriceps, dan
peningkatan rasio hamstring ke quadriceps (H: Q), subluksasi anterior-lateral tibia
dapat diminimalkan [83].

Peregangan
Peregangan harus dilakukan bersamaan dengan latihan penguatan. Jika
dilakukan restriksi kelompok otot tertentu, lebih banyak penekanan dapat
ditempatkan pada daerah-daerah ini tetapi harus terdapat peregangan semua
kelompok otot utama tungkai bawah, karena semua otot memiliki efek pada
biomekanik lutut. Pasien harus diinstruksikan untuk menahan regangan selama
20-30 detik agar efektif [58].
Peregangan termasuk paha depan, otot hamstring, iliotibial band (ITB), dan
tendon Achilles [88]. Keadaan kencang pada ITB dapat memengaruhi eksursi
patela yang normal. Serat ITB distal menyatu dengan serat superfisial dan dalam
retinakulum lateral, dan keadaan kencang ITB dapat berkontribusi pada
kemiringan patela lateral dan tekanan berlebihan pada patela lateral. Karena ITB
adalah jaringan yang sangat padat dan berserat, efektivitas peregangan
dipertanyakan [89].
Sebuah ulasan Cochrane baru-baru ini mengidentifikasi 32 percobaan
yang menyelidiki berbagai program latihan terapi darat [86]. Hasil meta-analisis
menunjukkan manfaat perawatan rata-rata untuk nyeri lutut dan fungsi fisik.
Meskipun telah ada penelitian yang kurang kuat tentang efek olahraga air, efek
kecil hingga sedang pada fungsi dan efek kecil hingga sedang pada kualitas hidup
telah dilaporkan dalam ulasan Cochrane yang relatif baru [90]. Perubahan
fisiologis yang khas sebagai hasil dari gabungan latihan yang efektif dapat
mencakup peningkatan kekuatan otot, kontrol neuromuskuler dan rentang gerak,
stabilitas sendi dan kebugaran [91].

Obat anti-inflamasi non-steroidal


Tujuan pengobatan simtomatik OA lutut adalah untuk mengendalikan nyeri
sendi dan meningkatkan fungsi sendi. Pendekatan farmakologis yang terkenal
untuk pengobatan simtomatik meliputi pemberian parasetamol oral, OAINS,
opioid, dan injeksi kortikosteroid intraartikular. Meskipun parasetamol harus
diresepkan sebagai analgesik oral pilihan, telah dilaporkan bahwa mayoritas
pasien dengan OA akan lebih memilih NSAID daripada parasetamol [92].

Operasi
Rujukan untuk operasi penggantian sendi harus dipertimbangkan pada pasien
yang mengalami nyeri persisten dan fungsi berkurang yang refrakter terhadap
terapi non-bedah, serta yang berdampak besar pada kualitas hidup pasien [93,
94]. Operasi artroplasti sendi total atau parsial adalah prosedur yang sangat
invasif, membutuhkan reseksi bedah semua atau bagian dari sendi dan
pemasangan prosthesis. Banyak pasien yang menjalani artroplasti lutut total (TKA)
mengalami perbaikan fungsi dan penurunan gejala, tetapi beberapa diantaranya
tetap mengalami nyeri yang berkelanjutan. Investigasi terbaru pasca-TKA
melaporkan nyeri kronis pada 88% pasien yang telah menjalani operasi [92]. Studi
saat ini tidak mendukung artroskopik lavage dan / atau debridemen sebagai bagian
dari terapi OA lutut [95, 96]. Beberapa opsi bedah tersedia untuk OA yang berat
ketika terapi konservatif gagal [97].

Kesimpulan

Osteoartritis lutut (OA) adalah masalah kesehatan utama di seluruh dunia dan
salah satu penyebab utama disabilitas kronis pada orang dewasa yang lebih tua.
Tatalaksana pencegahan tergantung pada identifikasi faktor-faktor risiko OA lutut.
Gejala-gejalanya sering dikaitkan dengan gangguan fungsi yang signifikan, serta
tanda dan gejala peradangan, termasuk rasa sakit, kekakuan, dan kehilangan
mobilitas. Perawatan konservatif mendokumentasikan efektivitas latihan fisik
dalam mengurangi rasa sakit dan disabilitas. Studi menunjukkan bahwa latihan
peregangan, dan kekuatan otot mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot,
kemampuan fungsional dan kesejahteraan psikologis. Olahraga meningkatkan
daya tahan otot, meningkatkan ketajaman proprioseptif, dan mengurangi inhibisi
artrogenik otot kuadrisep.

Anda mungkin juga menyukai