Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ghani Nurfiana Fadma Sari

Nim : SBF 051310065


Semester : 2 ( S2_USB)

A. Judul
Optimasi Formula Tablet Orodispersibel Captopril Dengan Kombinasi Sodium Starch
Glycolate, Crospovidone, dan Croscarmellose Sodium Menggunakan Metode Desain
Faktorial

B. Latar belakang Masalah


Captopril merupakan senyawa obat yang aktif sebagai penghambat Angiontensin
Converting Enzyme (ACE inhibitor) yang banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi dan
gagal jantung karena mempunyai efektifitas yang baik dan toksisitasnya yang rendah.
Captopril mempunyai sifat mudah larut dalam air dan mempunyai waktu paruh 1-3 jam
dengan dosis sekali pakai 12,5-25 mg dua sampai tiga kali sehari, dosis maksimum 150 mg
sehari. Captopril merupakan obat yang mempunyai rasa pahit dan kebanyakan dari penderita
hipertensi dan gagal jantung adalah orangorang lanjut usia yang terkadang sulit untuk
menelan tablet konvensional dan membutuhkan obat dengan dengan aksi yang cepat. Melihat
dari masalah yang timbul dari tablet konvensional, sediaan tablet orodispesibel captopril
merupakan salah satu alternatif yang tepat agar obat dapat digunakan dengan nyaman dan
cepat menimbulkan efek 1.
Tablet orodispersibel merupakan tablet konvensional yang dimodifikasi agar cepat
hancur atau terdisintegrasi dimulut ketika kontak dengan air ludah dalam waktu kurang dari
60 detik 3. Sediaan tablet orodispersibel sangat menguntungkan bagi pasien yang sedang
terbaring ditempat tidur, pasien pediatric, cacat mental, geriatric, dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan tablet konvensional. Cara pemberian sediaan tablet orodispersibel berbeda
dengan sediaan tablet konvensional, sehingga pada proses formulasi dan pengembangannya
harus memperhatikan beberapa hal seperti waktu disintegrasi, kekerasan tablet dan rasa yang
menyenangkan 3.
Ada beberapa cara yang dilakukan agar tablet orodispersibel yang dihasilkan
memenuhi kriteria sebagai tablet orodispersibel yang baik. Salah satunya adalah dengan
melakukan optimasi formula tablet orodispersibel dengan menggunakan kombinasi
superdisintegrant. Superdisintegrant adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi agar
menghasilkan suatu bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan disintegrasi
merupakan faktor yang sangat penting, karena tablet orodispersibel yang baik harus
terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 60 detik. Dengan adanya kombinasi
superdisintegrant diharapkan mampu meningkatkan kecepatan disintegrasi dari tablet.
Superdisintegrant yang digunakan adalah croscarmellose sodium, crospovidone, dan SSG
(Sodium Starch Glycolate) menggunakan metode kempa langsung 2.
Croscarmellose sodium atau yang biasa disebut Ac-Di-Sol adalah bahan penghancur
yang digunakan dalam formulasi sediaan oral seperti kapsul, tablet dan granul dengan metode
kempa langsung dengan konsentrasi 2% b/b atau granulasi basah dengan konsentrasi 3% b/b.
Ac-Di-Sol mempunyai 2 mekanisme yang menyebabkan obat dapat terdisintegrasi secara
cepat, yaitu penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat (rapid swelling)
7
. Crospovidone juga mempunyai mekanisme yang hampir sama Ac-Di-Sol, namun struktur
dari crospovidone sangatlah berpori dan tidak membentuk gel saat kontak dengan air.
Crospovidone merupakan bahan penghancur yang mudah larut dalam air dan digunakan
dalam formulasi pada konsentrasi 2-5% dengan metode kempa langsung atau granulasi basah.
Ukuran partikel dari crospovidone sangat berpengaruh terhadap kecepatan disintegrasi dari
obatobat antihipertensi 7. SSG (Sodium Starch Glycolate) merupakan bahan penghancur yang
digunakan dalam formulasi kapsul dan tablet pada konsentrasi 2-8% dengan metode kempa
langsung atau granulasi basah 7.
Penggabungan mekanisme dari croscarmellose sodium, crospovidone, dan SSG
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kecepatan disolusi dari tablet orodispersibel.
Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi formula tablet orodispersibel captopril
menggunakan metode desain faktorial. Prosedur ini digunakan untuk menentukan proporsi
relatif bahan-bahan yang membuat suatu formulasi paling baik mengenai variabel atau hasil
yang ditentukan. Penerapan suatu rancangan desain faktorial dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam farmasetik yang terjadi jika komponen formula diubah-ubah
untuk mengoptimalkan variabel. Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan, yaitu
memiliki efisiensi yang maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon, keuntungan utamanya bahwa metode ini memungkinnkan untuk
mengidentifikasi efek masing-masing faktor. Metode ini ekonomis dalam arti mampu
mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara
terpisah 4.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh kombinasi superdisintegrant croscarmellose sodium, crospovidone,
dan SSG terhadap kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio
absorpsi air dan kecepatan disolusi tablet orodispersibel captopril dengan metode kempa
langsung.
2. Mendapatkan perbandingan kombinasi superdiintegrant croscarmellose sodium,
crospovidone, dan SSG untuk formula optimum tablet orodispersibel captopril.

D. Variabel Penelitian

Variabel utama dalam penelitian ini adalah variabel yang sengaja direncanakan untuk

diteliti pengaruhnya terhadap variabel tergantung.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah mutu fisik tablet orodispersibel meliputi

kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan

kecepatan disolusi yang dihasilkan. Uji mutu fisik dilakukan untuk mengetahui kualitas tablet

orodispersibel.

Variabel kendali dalam penelitian ini adalah variabel yang dianggap berpengaruh

terhadap variabel tergantung selain variabel bebas, sehingga perlu ditetapkan kualifikasinya

agar hasil yang didapatkan tidak tersebar dan dapat diulang dalam penelitian lain secara tepat.

Variabel kendali dalam penelitian ini adalah proses pencetakan tablet orodispersibel dengan

metode kempa langsung dan tekanan pada saat mencetak tablet.

Variabel tergantung adalah titik pusat persoalan yang merupakan kriteria penelitian

ini. Variabel tergantung penelitian ini adalah karakteristik tablet orodispersibel dengan

proporsi bahan penghancur croscarmellose sodium, crospovidone, dan SSG.


E. Metode Penelitian
 Tablet Orodispersibel
Tablet orodispersibel adalah tablet yang ditempatkan dimulut, hancur atau melarut
kurang dari 60 detik oleh cairan saliva tanpa membutuhkan air dan memberikan aksi yang
cepat. Sebagian obat akan terabsorpsi di mulut, pharynx dan oesophagus, sebagian lagi akan
turun bersama saliva 3.
a. Keuntungan dan kerugian
Menurut Bhowmik dkk (2009) tablet orodispersibel memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian yaitu
Keuntungan :
1. Dapat dengan mudah digunakan kapanpun dan dimanapun meski tidak adanya air.
2. Nyaman dalam penggunaan, terutama untuk pasien geriatric dan pediatric yang
mempunyai masalah dalam menelan.
3. Sangat bermanfaat untuk pengobatan yang membutuhkan onset cepat.
4. Bioavailibilitas yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet konvensional.
5. Merupakan gabungan keuntungan dari bentuk sediaan padat dalam hal stabilitas, dan
sediaan cair dalam hal bioavailibilitas.
Kerugian :
1. Stabilitas fisik dari tablet orodispersibel sering menjadi masalah, sehingga diperlukan
penangan yang hatihati.
2. Tablet orodispersibel dapat memberikan rasa yang tidak menyenangkan dan
meninggalkan residu di mulut jika tidak diformulasi dengan baik.

 Metode Pembuatan
Ada berbagai macam metode pembuatan tablet orodispersibel , yaitu :
1. Sublimation
Pada metode ini dibutuhkan bahanbahan yang bersifat sangat mudah menguap.
Bahanbahan yang sangat mudah menguap seperti ammonium bikarbonat, mmonium karbonat
dan asam benzoat dicampur dengan bahanbahan lainnya lalu dikempa menjadi tablet. Bahan-
bahan yang sangat mudah menguap tersebut dihilangkan dengan proses sublimasi sehingga
menghasilkan struktur tablet yang sangat berpori. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini
biasanya terdisintegrasi dalam waktu 1020 detik 3.

2. Freeze drying / lyophilization


Freeze drying adalah proses dimana air disublimasikan dari produk setelah
didinginkan sehingga menghasilkan struktur yang sangat berpori dan dapat terdisintegrasi
secara cepat. Zat aktif dilarutkan pada cairan yang terdapat di matriks, lalu ditimbang dan
dituangkan pada cetakan. Cetakan yang telah terisi dilewatkan pada terowongan pembekuan
yang terdiri dari nitrogen cair agar larutan dalam cetakan menjadi beku. Setelah itu cetakan
ditempatkan di lemari pendingin untuk melanjutkan proses pengeringan menggunakan udara
dingin. Setelah selesai dikeringkan, tablet dilepas dari cetakannya dan dikemas dengan
pengemas yang sesuai. Metode freeze drying dapat mempercepat absorpsi dan bioavailibilitas
dari obat, namun memiliki kerugian berupa biaya pembuatan yang mahal, waktu pembuatan
yang lama, dan stabilitas tablet yang buruk 3.
3. Spray drying
Dalam metode ini dapat digunakan gelatin sebagai matriks, manitol sebagai agen
pengembang dan superdisintegrant. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini dapat
terdisintegrasi kurang dari 20 detik dalam medium berair. Serbuk semprot kering yang
dikompresi menjadi tablet menunjukkan diintegrasi secara cepat dan dapat meningkatkan
disolusi 3.
4. Moulding
Proses moulding mempunyai dua metode yang dapat digunakan yaitu solvent
moulding method dan heat moulding method. Solvent moulding method adalah metode
dengan cara membasahi campuran serbuk dengan pelarut hydro alcohol yang diikuti dengan
pengempaan pada tekanan rendah dan menghasilkan masa yang basah. Setelah itu, cairan
pelarut dihilangkan dengan pengeringan udara. Tablet yang di produksi dengan metode ini
menghasilkan tablet yang kurang kuat, namun memiliki struktur yang berpori sehingga
mempercepat pelarutan. Heat moulding method adalah metode dengan cara membuat
suspensi yang mengadung agar dan gula, lalu suspensi tersebut dituangkan pada cetakan.
Proses pengerasan oleh agar dalam membentuk jelidan dikeringkan pada suhu 30 oC dibawah
tekanan hampa. Menutupi rasa yang kurang menyenangkan adalah masalah yang dihadapi
pada metode moulding. Namun jika dibandingkan dengan lyophilization, metode moulding
lebih mudah untuk dikembangkan di bidang industri 3.
5. Direct Compression
Metode kempa langsung merupakan teknik pembuatan tablet yang paling sederhana,
murah dan juga membutuhkan peralatan yang tidak rumit. Teknik ini dapat diterapkan pada
pembuatan tablet orodispersibel karena avaibilitas dari eksipien terutama superdisintegran
dan eksipien berdasar gula 3.
 Parameter Sifat Fisik Tablet Orodispersibel
a. Uji keseragaman bobot
Tablet yang tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot, keseragaman bobot
ablet ditentukan berdasarkan banyaknya tablet yang menyimpang dari ketentuan. Tablet
dengan bobot 26 mg sampai dengan 150 mg tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10% dari bobot ratarata tablet dan tidak boleh ada 1 tablet yang
bobotnya menyimpang lebih dari 20% dari bobot ratarata 20 tablet 8.
b. Uji kekerasan
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam elawat
tekanan mekanik seperti dalam melawan goncangan, pengikisan dan ketahanan tabet
dipengaruhi oleh tekanan kompresi, porositas, sifat dari bahan yang dikempa, banyaknya
bahan pengikat dan metode pengempaan. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan
hardness tester 5. Kekerasan tablet orodispersibel yang baik adalah 35kg/cm 8 .
c. Uji kerapuhan
Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik akibat
goncangan dan pengikisan selama proses pengemasan maupun transportasi. Adanya tekanan
dapat membuat tablet menjadi rusak, oleh karena itu tablet harus mampu menahan tekanan
agar tidak timbul kerusakan. Untuk dapat memprediksi kerapuhan dari suatu tablet
dilakukanlah pengujian kerapuhan untuk 20 tablet menggunakan friability tester. Nilai
kerapuhan dinyatakan sebagai % kerapuhan, yaitu tidak boleh lebih dari 1 % 9.
d. Uji waktu disintegrasi
Uji waktu disintegrasi dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh tablet
untuk dapat terdisintegrasi menjadi fine particle. Prosedur standar yang biasa dilakukan untuk
pengujian waktu disintegrasi pada tablet konvensional mempunyai beberapa keterbatasan,
terutama untuk obat yang mempunyai waktu disiintegrasi cepat seperti tablet orodispersibel.
Uji waktu disintegrasi yang dilakukan untuk tablet orodispersibel harusnya disesuaikan
dengan kecepatan disintegrasinya dan dilakukan tanpa air dan meniru disintegrasi di cairan
saliva 10.

e. Uji waktu pembasahan


Uji waktu pembasahan sangat berkaitan dengan struktur dalam suatu tablet dan
hidrofilisitas dari eksipien. Sehingga dapat dilihat seberapa cepat tablet orodispersibel dapat
menyerap air, dimana kecepatan penyerapan air ini akan mempengaruhi kemampuan dan
kecepatan disintegrasi dari tablet. Semakin cepat waktu pembasahan, maka suatu tablet akan
memiliki kemampuan disintegrasi yang semakin cepat pula 5.
f. Rasio Absorpsi Air
Rasio absorpsi air merupakan parameter untuk mengetahui kemampuan tablet
menyerap dan menampung air di dalam matriksnya. Semakin besar rasio absorpsi air suatu
tablet, maka semakin besar jumlah air yang dapat ditampung dalam matriks tablet, hal ini
berarti akan semakin banyak jumlah air yang diperlukan untuk menyebabkan tablet
terdisintegrasi.Perhitungan rasio absorpsi air (R) dilakukan dengan cara melihat perbedaan
bobot sebelum 9.
g. UJi disolusi secara in-vitro
Disolusi adalah proses melarutnya zat aktif (bahan obat) dalam sediaan obat ke dalam
suatu medium. Setelah kontak dengan cairan badan, mulamula tablet akan mengalami proses
disintegrasi, yaitu hancurnya tablet menjadi suatu granul dan dilanjutkan denga hancurnya
agregat menjadi partikel penyusunnya. Uji disolusi mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk
optimasi formula dan kontrol rutin setelah fabrikasi. Uji disolusi juga merupakan salah satu
pengujian yang penting dilakukan, bertujuan untuk mengetahui profil dan kinetika pelepasan
obat dari bentuk sediaan yang selanjutnya dapat untuk mengetahui karakteristik suatu
formula dan mengevaluasi formula terbaik 9.

 Superdisintegrant
Superdisintegrant adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi agar
menghasilkan suatu bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat. Superdisintegrants
merupakan bahan utama dalam formulasi tablet orodispersibel. Superdisintegrants
ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet saat kontak dengan air.
Daya mengembang superdisintegrants sangat tinggi dan cepat sehingga mampu mendesak
kearah luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet cepat hancur. Superdisintegrant yang
sering digunakan adalah croscarmellose sodium (AcDiSol), sodium starch glycolate
(Primogel) dan crospovidone (Polyplasdone XL). Keuntungan dari superdisintegrant adalah
kadar yang digunakan lebih sedikit dan mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang lebih
tinggi dan lebih efektif secara intragranular 3.
 Mekanisme disintegrasi
Berikut adalah beberapa mekanisme disintegrasi dari superdisintegrant 5 :
1. Pengembangan (Swelling)
Mekanisme umum untuk sediaan tablet orodispersibel adalah swelling (mengembang) dimana
bahan penghancur yang berasal dari pati saat kontak dengan air, bahan penghancur yang ada
di dalam tablet akan mengembang dan mendesak bahanbahan lainnya yang ada di dalam
tablet menyebabkan tablet terpecah. Tablet dengan porositas rendah akan menghasilkan
disintegrasi yang bagus karena mempunyai kemampuan untuk mengembang .

Gambar 1. Mekanisme mengembang (Niraj, 2013)

Masuknya air ke dalam tablet menyebabkan disintegrant mengembang hingga derajat tertentu
dan tekanan diseluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan pecah
sehingga tablet mengalami disintegrasi 5.
2. Perembesan (Wicking)
Wicking merupakan kemampuan menyerap air masuk ke dalam tablet. Ketika tablet
berada didalam medium cair, cairan akan berpenetrasi ke dalam tablet dan menggantikan
udara yang ada pada partikel sehingga akan melemahkan ikatan intermolekul dan membuat
tablet menjadi partikel yang halus. Crospovidon yang mempunyai kemampuan wicking
(penyerapan air ) yang lebih dominan. Dengan adanya kemampuan wicking tersebut,
crospovidon melakukan mekanisme penyerapan air yang cepat sehingga mendesak partikel
dalam tablet. Dengan adanya air yang sangat banyak masuk ke dalam tablet, maka tablet akan
pecah atau akan terlarut. Penyerapan air pada tablet tergantung pada hidrofilisitas dari obat /
eksipien dan kondisi saat pembuatan. Pada sediaan tablet orodispersibel, disintegran menjaga
struktur pori dan menurunkan tegangan antar muka pada cairan dengan membentuk jaringan
hidrofilik disekitar partikel obat sehingga membantu proses disintegrasi 5.
Gambar 2. Mekanisme perembesan (Niraj, 2013)

3. Perubahan bentuk (Deformasi)


Pada mekanisme ini, partikel disintegrant akan berubah bentuk saat dikempa menjadi
tablet. Pada saat ada kelembapan, partikel disintegrant akan kembali ke bentuk semula,
sehingga akan merubah bentuk (deformasi) dari tablet sehingga tablet pecah. Croscarmellose
mempunyai kemampuan swelling lebih dominan. Croscarmellose mampu mengembang
dengan cepat sehingga mampu merubah formasi dari tablet. Karena adanya perubahan
formasi yang begitu cepat di dalam tablet, sehingga tablet tidak mampu mempertahankan
bentuknya. Hal ini menyebabkan tablet akan terdisintegrasi 5.

Gambar 3. Mekanisme perubahan bentuk (Niraj, 2013)

4. Peregangan partikel (Repulsion)


Pada mekanisme ini, partikel tidak mengembang tetapi dengan adanya air yang masuk
melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet secara terus menerus maka partikel
akan tolak menolak sehingga akan saling memisahkan diri kemudian lepas dari susunannya di
dalam tablet. Proses ini akan menyebabkan tablet terdisintegrasi 5.
Gambar 4. Mekanisme peregangan partikel (Niraj, 2013)

 Parameter yang dioptimasi :


1. Croscarmellose sodium
Croscarmellose sodium merupakan hasil modifikasi dari carboxy methyl cellulose
sodium dan diproduksi oleh FMC Biopolymer. Bahan ini mempunyai beberapa sinonim
seperti crosslinked carbox-y methyl cellulose sodium, Explocel, Primellose, Solutab, dan
Vivasol. Croscarmellose sodium memiliki pemerian berupa serbuk yang tidak berbau,
berwarna putih atau putih keabuabuan. Croscarmellose sodium mempunyai mekanisme
ganda yaitu penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat cepat (rapid
swelling) banyak digunakan pada formulasi sediaan oral seperti tablet dan kapsul. Dalam
formulasi tablet, croscarmellose sodium dapat digunakan pada metode kempa langsung dan
granulasi basah. Ketika digunakan untuk metode granulasi basah, bahan penghancur harus
diberikan pada tahap intragranular dan ekstragranular. Croscarmellose sodium langsung dan
granulasi basah. Ketika digunakan untuk metode granulasi basah, bahan penghancur harus
diberikan pada tahap intragranular dan ekstragranular. Croscarmellose sodium dapat
digunakan sebagai bahan penghancur sampai dengan konsentrasi 5% b/b, namun pada
metode kempa langsung digunakan 2% b/b dan 3% b/b pada metode granulasi basah.
Croscarmellose sodium cukup stabil dalam penyimpanan walaupun bersifat
higroskopis, dibuktikan dengan uji disolusi. Tablet atau serbuk harus disimpan pada suhu
30oC selam 14 bulan, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada uji disolusi. Tablet
atau serbuk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dengan suhu sejuk ditempat kering.
Croscarmellose sodium tidak kompatibel dengan asam kuat, garam larut dari besi dan
beberapa logam lainnya seperti alumunium, merkuri dan seng 7.
2. Crosspovidone
Crospovidone menurut Rowe (2009) mempunyai nama kimia 1Ethenyl2pyrrolidinone
homopolymer yan. Crospovidone memiliki rumus empirik (C6H9NO)n dan bobot molekul
lebih dari 1.000.000. Bahan ini mempunyai beberapa sinonim seperti Crospovidonum;
Crospopharm; crosslinked povidone dan Kollidon CL. Crospovidone memiliki pemerian
berupa serbuk halus putih sampai cream, free flowing, terasa hambar, tidak berbau, bersifat
higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dengan suhu sejuk di tempat
kering. Dalam formulasi tablet, crospovidone biasa digunakan sebagai bahan penghancur
dengan konsentrasi 25% b/b untuk metode granulasi basah, kering dan kempa langsung.
Bentuk struktur yang sangat berpori dan tidak membentuk gel saat kontak dengan air akan
mempercepat waktu disintegrasi dari tablet. Crospovidone sangat dianjurkan pemakaiannya
pada obatobat anti hipertensi. Bahan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
12
obatobat yang kelarutannya buruk, dengan teknik co-evaporation . Obat akan teradsorpsi
oleh crospovidone dengan adanya pelarut yang sesuai, setelah itu barulah pelarutnya
diuapkan. Teknik ini menghasilkan kecepatan disolusi yang lebih baik pada obat yang
kelarutannya buruk.
3. Sodium Starch Glycolate (SSG)
Sodium Starch Glycolate merupakan serbuk putih yang free flowing atau mempunyai
sifat alir yang baik. SSG merupakan salah satu superdisintegrant yang efektif digunakan
12
dalam pembuatan tablet secara granulasi maupun kempa langsung . Bahan penghancur ini
sangat baik karena kemampuan mengembangnya yang cukup besar dan konsentrasi yang
dibutuhkan sangat sedikit yaitu 2-8% sehingga dapat membantu proses pecahnya tablet
orodispersibel 7.

 Metode Desain Faktorial


Metode factorial design merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas.
Factorial design digunakan dalam percobaan untuk menentukan efek-efek secara simultan
dan interaksi antar efek diperoleh dari analisis berupa persamaan matematika. Metode ini
dapat menentukan formula optimum suatu sediaan, sehingga dapat dilihat efek konsentrasi
tiap-tiap faktor dan hasil interaksi kedua faktor tersebut 4. Analisis desain faktorial dikenal
faktor, level atau aras, respon, efek, dan interaksi.

a. Faktor
Faktor merupakan variabel yang dapat mempengaruhi respon seperti konsentrasi,
temperatur, lubrikan, obat. Faktor dapat berupa kualitatif ataupun kuantitatif. Faktor
kuantitatif ditetapkan dengan angka, seperti contoh faktor konsentrasi dapat ditetapkan
dengan nilai 1%, 2%, dan 3%. Contoh faktor kualitatif yang ditetapkan dengan nama antara
lain obat, bahan, dan pelarut 4.
b. Level
Level atau aras adalah nilai yang ditetapkan untuk faktor. Factorial design perlu
ditetapkan level dari faktor meliputi level tinggi dan level rendah. Desain formula optimum
percobaan diketahui dari faktor yang dominan secara signifikan berpengaruh terhadap respon
yang dihasilkan. Metode desain faktorial dua level dan tiga faktor diperlukan delapan
percobaan (2n  23 = 8, angka dua menunjukkan level dan n menunjukkan faktor). Rumus
yang berlaku analisis factorial design dua level dan tiga faktor adalah:
Y= bo+ b1 (A) + b2 (B) + b3 (C) + b12 (A) (B) + b13 (A) (C) + b23 (B) (C) + b123 (A) (B) (C)
Dimana:
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(A) (B) (C) = level faktor A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1
bo, b1, b2, b3, b12, b13, b23, b123 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Nilai level harus berada dalam rentang baku -1 sampai +1, sehingga nilai
sesungguhnya harus diubah dahulu menjadi bentuk yang berada dalam rentang angka baku
tersebut. Cara pengubahan dengan menggunakan persamaan:

X=

Dimana:
X= Level dalam bentuk baku
X’= Nilai sesungguhnya
c. Respon
Respon adalah hasil terukur yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan. Perubahan
respon dapat disebabkan karena adanya variasi level 4. Respon yang ingin diukur harus dapat
dikuantitatifkan.
Konsep percobaan desain faktorial untuk dua level dan tiga faktor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Konsep percobaan desain faktorial untuk dua level dan tiga faktor (23) 7.

Level Interaksi
Faktor
A B C AB AC BC ABC
1 -1 -1 -1 +1 +1 +1 -1
A +1 -1 -1 -1 -1 +1 +1
B -1 +1 -1 -1 +1 -1 +1
AB +1 +1 -1 +1 -1 -1 -1
C -1 -1 +1 +1 -1 -1 +1
AC +1 -1 +1 -1 +1 -1 +1
BC -1 +1 +1 -1 -1 +1 -1
ABC +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1

d. Efek
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh berubahnya level faktor. Main
effect merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level
rendah 4 .
e. Interaksi
Interaksi dapat bersifat sinergis atau antagonis. Sinergis artinya hasil interaksi tersebut
mempunyai efek yang lebih besar (dominasi) dari penjumlahan efek masing-masing faktor,
sebaliknya antagonis memiliki arti hasil tersebut memiliki efek yang lebih kecil dari
penjumlahan masing-masing efek faktor 4.
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan, yaitu memiliki efisiensi yang
maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon, keuntungan
utamanya bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing
faktor. Metode ini ekonomis dalam arti mampu mengurangi jumlah penelitian jika
dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah 4.

 Alasan formula tablet orodispersibel captopril perlu dioptimasi :


Penggabungan mekanisme dari croscarmellose sodium, crospovidone, dan SSG
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kecepatan disolusi dari tablet orodispersibel.
Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi formula tablet orodispersibel captopril
menggunakan metode desain faktorial. Prosedur ini digunakan untuk menentukan proporsi
relatif bahan-bahan yang membuat suatu formulasi paling baik mengenai variabel atau hasil
yang ditentukan. Penerapan suatu rancangan desain faktorial dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam farmasetik yang terjadi jika komponen formula diubah-ubah
untuk mengoptimalkan variabel.
 Rancangan Formulasi Tablet Orodispersibel Captopril

Bahan Konsentrasi (mg)

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Captopril 50 50 50 50 50 50 50 50
Crospovidone 3 7,5 3 7,5 3 7,5 3 7,5
Croscarmellose
4,5 4,5 7,5 7,5 4,5 4,5 7,5 7,5
sodium
SSG 6 6 6 6 12 12 12 12
Avicel 69 64,5 66 61,5 63 58,5 60 55,5
Mg Stearat 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Aerosil 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Manitol 15 15 15 15 15 15 15 15
flavor
1 1 1 1 1 1 1 1
strowberry
Berat total 150 150 150 150 150 150 150 150

 Penentuan titik optimum berdasarkan pendekatan desain factorial :


Penentuan formula optimum tablet orodispersibel captopril diperoleh berdasarkan
sifat fisik tablet . Penentuan titik optimum ini menggunakan program Design Expert 8,0,6.
Dari persamaan Y= bo+ b1 (A) + b2 (B) + b3 (C) + b12 (A) (B) + b13 (A) (C) + b23 (B) (C) + b123
(A) (B) (C) kemudian dibuat countour plot tiap parameter yang digunakan, Pembuatan
counter plot didasarkan pada perhitungan persamaan desain factorial. Pada counter plot
masing-masing uji sifat fisika tersebut ditentukan area optimum untuk memperoleh hasil
seperti yang dikehendaki. Counter plot dari parameter-parameter uji tersebut digabungkan
sehingga diperoleh overlay plot superimposed digunakan untuk mendapatkan komposisi
optimum dari ketiga faktor yaitu croscarmellose sodium, crospovidone, dan SSG yang
merupakan parameter yang akan diteliti pengaruhnya terhadap sifat fisik tablet seperti
kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan
kecepatan disolusi yang kemudian disebut respon.

F. Cara Analisis
Formula optimum diperoleh dari proporsi croscarmellose sodium, crospovidone, dan
SSG dengan konsentrasi pada formula I croscarmellose sodium : crospovidone : SSG (3:5:4),
formula II (3:15:4), formula III (10:5:4), formula IV (3:15:4), formula V (3:5:12), formula VI
(10:15:12), formula VII (10:5:12), dan formula VIII (10:15:12) dengan metode desain
faktorial dapat digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh dari pengamatan
terhadap perubahan kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio
absorpsi air dan kecepatan disolusi kemudian dipilih formula optimumnya. Untuk validasi
formula optimum, dilakukan uji-t antara formula optimum terpilih secara prediksi dan secara
percobaan. Untuk mengetahui perbedaan antar formula dapat dilakukan secara statistik
dengan menggunakan metode anava satu jalan dengan taraf kepercayaan ( signification level)
95%, jika ada perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey. Pengujian menggunakan
program SPSS versi 18.

G. Daftar Pustaka
1) Hadisuwignyo L, Pratiwi M. 2010. Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat Kaptopril
Menggunakan Metode Desain Factorial. Majalah Farmasi Indonesia., 21(4) : 285-289
2) Dumbare A.S. Shelke P. V., Gadhave M.V., Gaikwad D.D. 2012. Formulation And
Evaluation Of Mouth Dissolving Tablets Of Captopril. International Journal of Universal
Pharmacy and Life Sciences, vol 2(3)
3) Bhowmik D, B.Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, R.Margret Chandira. 2009. Fast
Dissolving Tablet: An Overview. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research.,
1(1): 163-177
4) Bolton, S, Charles Bon, 2010. Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical
Application, 5th edition. Now York: Informa Healthcare. page : 239-247
5) Niraj, Pandey Shweta, Gupta M.M, Chauhan B.S. 2013. Recent Trends With Present And
Future Prospects Of Fast Dissolving Tablet: A New Venture In Drug Delivery.
International Journal Of Universal Pharmacy and Bio Sciences., 2 (3).
6) Mishra D.N, Bindal M, Singh S.K, V. Sengodan. 2006. Spray Dried Excipient Base: A
Novel Technique for the Formulation of Orally Disintegrating Tablets. Chem Pharm
Bull., 54(1) 99—102.
7) Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn M,E. 2009. Hand Book of Pharmaceutical
Excipient 6thedition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical
Association. Page : 206-209, 663-664.
8) Deepak Sharma. 2013. Formulation Development and Evaluation of Fast Disintegrating
Tablets of Salbutamol Sulphate for Respiratory Disorders. ISRN Pharmaceutics.
9) Vikram Gharge V, Sharma P, Gonjari I. 2014. Application Of Surface Response
Methodology For Spray Dried- Fluid Bed Processed Technology Of Mouth Dissolving
Platform For Sildenafilcitrate In Pulmonary Hypertension. International Journal Of
Pharmaceutical Sciences And Research Vol. 5(3): 928-941
10) Patel A, Prajapati. 2010. D Fast Dissolving Films (Fdfs) As A Newer Venture In Fast
Dissolving Dosage Forms. International Journal of Drug Development & Research. Vol. 2
| Issue 2 | ISSN 0975-9344.

Anda mungkin juga menyukai