A. Judul
Optimasi Formula Tablet Orodispersibel Captopril Dengan Kombinasi Sodium Starch
Glycolate, Crospovidone, dan Croscarmellose Sodium Menggunakan Metode Desain
Faktorial
D. Variabel Penelitian
Variabel utama dalam penelitian ini adalah variabel yang sengaja direncanakan untuk
Variabel bebas dari penelitian ini adalah mutu fisik tablet orodispersibel meliputi
kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan
kecepatan disolusi yang dihasilkan. Uji mutu fisik dilakukan untuk mengetahui kualitas tablet
orodispersibel.
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah variabel yang dianggap berpengaruh
terhadap variabel tergantung selain variabel bebas, sehingga perlu ditetapkan kualifikasinya
agar hasil yang didapatkan tidak tersebar dan dapat diulang dalam penelitian lain secara tepat.
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah proses pencetakan tablet orodispersibel dengan
Variabel tergantung adalah titik pusat persoalan yang merupakan kriteria penelitian
ini. Variabel tergantung penelitian ini adalah karakteristik tablet orodispersibel dengan
Metode Pembuatan
Ada berbagai macam metode pembuatan tablet orodispersibel , yaitu :
1. Sublimation
Pada metode ini dibutuhkan bahanbahan yang bersifat sangat mudah menguap.
Bahanbahan yang sangat mudah menguap seperti ammonium bikarbonat, mmonium karbonat
dan asam benzoat dicampur dengan bahanbahan lainnya lalu dikempa menjadi tablet. Bahan-
bahan yang sangat mudah menguap tersebut dihilangkan dengan proses sublimasi sehingga
menghasilkan struktur tablet yang sangat berpori. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini
biasanya terdisintegrasi dalam waktu 1020 detik 3.
Superdisintegrant
Superdisintegrant adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi agar
menghasilkan suatu bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat. Superdisintegrants
merupakan bahan utama dalam formulasi tablet orodispersibel. Superdisintegrants
ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet saat kontak dengan air.
Daya mengembang superdisintegrants sangat tinggi dan cepat sehingga mampu mendesak
kearah luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet cepat hancur. Superdisintegrant yang
sering digunakan adalah croscarmellose sodium (AcDiSol), sodium starch glycolate
(Primogel) dan crospovidone (Polyplasdone XL). Keuntungan dari superdisintegrant adalah
kadar yang digunakan lebih sedikit dan mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang lebih
tinggi dan lebih efektif secara intragranular 3.
Mekanisme disintegrasi
Berikut adalah beberapa mekanisme disintegrasi dari superdisintegrant 5 :
1. Pengembangan (Swelling)
Mekanisme umum untuk sediaan tablet orodispersibel adalah swelling (mengembang) dimana
bahan penghancur yang berasal dari pati saat kontak dengan air, bahan penghancur yang ada
di dalam tablet akan mengembang dan mendesak bahanbahan lainnya yang ada di dalam
tablet menyebabkan tablet terpecah. Tablet dengan porositas rendah akan menghasilkan
disintegrasi yang bagus karena mempunyai kemampuan untuk mengembang .
Masuknya air ke dalam tablet menyebabkan disintegrant mengembang hingga derajat tertentu
dan tekanan diseluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan pecah
sehingga tablet mengalami disintegrasi 5.
2. Perembesan (Wicking)
Wicking merupakan kemampuan menyerap air masuk ke dalam tablet. Ketika tablet
berada didalam medium cair, cairan akan berpenetrasi ke dalam tablet dan menggantikan
udara yang ada pada partikel sehingga akan melemahkan ikatan intermolekul dan membuat
tablet menjadi partikel yang halus. Crospovidon yang mempunyai kemampuan wicking
(penyerapan air ) yang lebih dominan. Dengan adanya kemampuan wicking tersebut,
crospovidon melakukan mekanisme penyerapan air yang cepat sehingga mendesak partikel
dalam tablet. Dengan adanya air yang sangat banyak masuk ke dalam tablet, maka tablet akan
pecah atau akan terlarut. Penyerapan air pada tablet tergantung pada hidrofilisitas dari obat /
eksipien dan kondisi saat pembuatan. Pada sediaan tablet orodispersibel, disintegran menjaga
struktur pori dan menurunkan tegangan antar muka pada cairan dengan membentuk jaringan
hidrofilik disekitar partikel obat sehingga membantu proses disintegrasi 5.
Gambar 2. Mekanisme perembesan (Niraj, 2013)
a. Faktor
Faktor merupakan variabel yang dapat mempengaruhi respon seperti konsentrasi,
temperatur, lubrikan, obat. Faktor dapat berupa kualitatif ataupun kuantitatif. Faktor
kuantitatif ditetapkan dengan angka, seperti contoh faktor konsentrasi dapat ditetapkan
dengan nilai 1%, 2%, dan 3%. Contoh faktor kualitatif yang ditetapkan dengan nama antara
lain obat, bahan, dan pelarut 4.
b. Level
Level atau aras adalah nilai yang ditetapkan untuk faktor. Factorial design perlu
ditetapkan level dari faktor meliputi level tinggi dan level rendah. Desain formula optimum
percobaan diketahui dari faktor yang dominan secara signifikan berpengaruh terhadap respon
yang dihasilkan. Metode desain faktorial dua level dan tiga faktor diperlukan delapan
percobaan (2n 23 = 8, angka dua menunjukkan level dan n menunjukkan faktor). Rumus
yang berlaku analisis factorial design dua level dan tiga faktor adalah:
Y= bo+ b1 (A) + b2 (B) + b3 (C) + b12 (A) (B) + b13 (A) (C) + b23 (B) (C) + b123 (A) (B) (C)
Dimana:
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(A) (B) (C) = level faktor A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1
bo, b1, b2, b3, b12, b13, b23, b123 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Nilai level harus berada dalam rentang baku -1 sampai +1, sehingga nilai
sesungguhnya harus diubah dahulu menjadi bentuk yang berada dalam rentang angka baku
tersebut. Cara pengubahan dengan menggunakan persamaan:
X=
Dimana:
X= Level dalam bentuk baku
X’= Nilai sesungguhnya
c. Respon
Respon adalah hasil terukur yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan. Perubahan
respon dapat disebabkan karena adanya variasi level 4. Respon yang ingin diukur harus dapat
dikuantitatifkan.
Konsep percobaan desain faktorial untuk dua level dan tiga faktor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Konsep percobaan desain faktorial untuk dua level dan tiga faktor (23) 7.
Level Interaksi
Faktor
A B C AB AC BC ABC
1 -1 -1 -1 +1 +1 +1 -1
A +1 -1 -1 -1 -1 +1 +1
B -1 +1 -1 -1 +1 -1 +1
AB +1 +1 -1 +1 -1 -1 -1
C -1 -1 +1 +1 -1 -1 +1
AC +1 -1 +1 -1 +1 -1 +1
BC -1 +1 +1 -1 -1 +1 -1
ABC +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1
d. Efek
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh berubahnya level faktor. Main
effect merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level
rendah 4 .
e. Interaksi
Interaksi dapat bersifat sinergis atau antagonis. Sinergis artinya hasil interaksi tersebut
mempunyai efek yang lebih besar (dominasi) dari penjumlahan efek masing-masing faktor,
sebaliknya antagonis memiliki arti hasil tersebut memiliki efek yang lebih kecil dari
penjumlahan masing-masing efek faktor 4.
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan, yaitu memiliki efisiensi yang
maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon, keuntungan
utamanya bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing
faktor. Metode ini ekonomis dalam arti mampu mengurangi jumlah penelitian jika
dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah 4.
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Captopril 50 50 50 50 50 50 50 50
Crospovidone 3 7,5 3 7,5 3 7,5 3 7,5
Croscarmellose
4,5 4,5 7,5 7,5 4,5 4,5 7,5 7,5
sodium
SSG 6 6 6 6 12 12 12 12
Avicel 69 64,5 66 61,5 63 58,5 60 55,5
Mg Stearat 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Aerosil 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Manitol 15 15 15 15 15 15 15 15
flavor
1 1 1 1 1 1 1 1
strowberry
Berat total 150 150 150 150 150 150 150 150
F. Cara Analisis
Formula optimum diperoleh dari proporsi croscarmellose sodium, crospovidone, dan
SSG dengan konsentrasi pada formula I croscarmellose sodium : crospovidone : SSG (3:5:4),
formula II (3:15:4), formula III (10:5:4), formula IV (3:15:4), formula V (3:5:12), formula VI
(10:15:12), formula VII (10:5:12), dan formula VIII (10:15:12) dengan metode desain
faktorial dapat digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh dari pengamatan
terhadap perubahan kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio
absorpsi air dan kecepatan disolusi kemudian dipilih formula optimumnya. Untuk validasi
formula optimum, dilakukan uji-t antara formula optimum terpilih secara prediksi dan secara
percobaan. Untuk mengetahui perbedaan antar formula dapat dilakukan secara statistik
dengan menggunakan metode anava satu jalan dengan taraf kepercayaan ( signification level)
95%, jika ada perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey. Pengujian menggunakan
program SPSS versi 18.
G. Daftar Pustaka
1) Hadisuwignyo L, Pratiwi M. 2010. Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat Kaptopril
Menggunakan Metode Desain Factorial. Majalah Farmasi Indonesia., 21(4) : 285-289
2) Dumbare A.S. Shelke P. V., Gadhave M.V., Gaikwad D.D. 2012. Formulation And
Evaluation Of Mouth Dissolving Tablets Of Captopril. International Journal of Universal
Pharmacy and Life Sciences, vol 2(3)
3) Bhowmik D, B.Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, R.Margret Chandira. 2009. Fast
Dissolving Tablet: An Overview. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research.,
1(1): 163-177
4) Bolton, S, Charles Bon, 2010. Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical
Application, 5th edition. Now York: Informa Healthcare. page : 239-247
5) Niraj, Pandey Shweta, Gupta M.M, Chauhan B.S. 2013. Recent Trends With Present And
Future Prospects Of Fast Dissolving Tablet: A New Venture In Drug Delivery.
International Journal Of Universal Pharmacy and Bio Sciences., 2 (3).
6) Mishra D.N, Bindal M, Singh S.K, V. Sengodan. 2006. Spray Dried Excipient Base: A
Novel Technique for the Formulation of Orally Disintegrating Tablets. Chem Pharm
Bull., 54(1) 99—102.
7) Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn M,E. 2009. Hand Book of Pharmaceutical
Excipient 6thedition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical
Association. Page : 206-209, 663-664.
8) Deepak Sharma. 2013. Formulation Development and Evaluation of Fast Disintegrating
Tablets of Salbutamol Sulphate for Respiratory Disorders. ISRN Pharmaceutics.
9) Vikram Gharge V, Sharma P, Gonjari I. 2014. Application Of Surface Response
Methodology For Spray Dried- Fluid Bed Processed Technology Of Mouth Dissolving
Platform For Sildenafilcitrate In Pulmonary Hypertension. International Journal Of
Pharmaceutical Sciences And Research Vol. 5(3): 928-941
10) Patel A, Prajapati. 2010. D Fast Dissolving Films (Fdfs) As A Newer Venture In Fast
Dissolving Dosage Forms. International Journal of Drug Development & Research. Vol. 2
| Issue 2 | ISSN 0975-9344.