Anda di halaman 1dari 1

Tari Caci

Epik dan Opik adalah sahabat karib dari sebuah pulau di Flores, Nusa Tenggara Timur. Keakraban mereka
sudah terjalin sejak mereka sekolah di bangku dasar. Epik kala itu dihadiahkan Ayahnya sebuah sepeda atas
keberhasilnya sebagai juara kelas di bangku dasar kelas 3. Sepeda itu sering mengantarkan mereka ke sekolah
ataupun tempat-tempat permainan di desa mereka. Epik membonceng dan Opik berdiri di atas jalu yang di
pasangkannya untuk menyanggah berdirinya si Opik di atas roda belakang.

Persahabatan mereka sudah berlangsung 10 tahun, Sepeda selalu setia menemani mereka kemana pun
hendak dituju. Alam seperti selalu menakdirkan mereka untuk terus bersama. Seregama putih abu mereka tetap
satu emblem yaitu SMA 01 Flores, Nusa Tenggara Timur. Musim Libur sudah di pelupuk mata mereka yang baru
saja selesai mengerjakan ulangan akhir semester pada hari terakhir.

“Hoy Epik, Opik, mau sampai kapan kalian berdiam di kelas?” celetuk Okto

kawan mereka yang tinggal di desa sebelah tempat mereka tinggal.

“ya okto, Kami masih memikirkan mau kemana lagi kita habis dari sini” timpal Epik dan memegang lengan
Opik untuk segera ke luar dari kelas mereka yang sudah kosong menyisakan bangku, meja dan papan tulis di depan
sambil menghampiri okto yang menunggu di depan kelas mereka.

“Mau jadi penunggu kelas kalian rupanya?” Okto meledek

“ah kami masih bingung, mau kemana setibanya di rumah?” jelas Opik.

“Loh biasanya kalian suka main-main bola di pinggir pantaikan sama anak-anak desa kalian?” Okto penasaran
dengan kebingungan Opik.

“Iya, biasanya kita suka main-main sama anak-anak desa. Tapi masalahnya kami sudah mulai bosan bermain itu-
itu saja.” Gumam Epik yang langsung mengambil sepedanya yang terparkir dekat bawah pohon beringin di sudut
Sekolah mereka. Opik berjalan menyusulnya.

“Epik, Opik Tunggu!”

“ ada apalagi sih To! Saya sama opik sudah mau pulang nih!”

“halah, tadi kalian diam saja di kelas, sekarang kalian mau buru-buru pulang ke rumah, memangnya kalian sudah
tau mau ngapain kalau sudah sampai di rumah?” teriak okto untuk menahan.

“eh benar juga tuh kata si Okto, memangnya nanti kamu mau main kemana setelah pulang”

Anda mungkin juga menyukai