Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

UPAYA KESEHATAN KERJA

PANEN MANIA (PROGRAM PENYULUHAN PERILAKU


AMAN UNTUK MENCEGAH BAHAYA KIMIA PESTISIDA)
PADA GAPOKTAN DESA GAUM KECAMATAN
TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh:
Kelompok 7
1. Ade Maharani R0216002
2. Ahkamil Hakim Fashli R0216006
3. Anita Setyaningrum R0216014
4. Cep Ahmad Muladi R0216020
5. Duwa Nanda Brenade R0216028
6. Farahma Azkiya M. R0216038
7. Intan Riski C . R0216048
8. Marisha Putri W. R0216062
9. Rizky Oktaviana R0216084
10. Syifa Devi Adityas R0216094
11. Zulfifa Nita R0216108

PROGRAM STUDI D IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2019
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
UPAYA KESEHATAN KERJA

PANEN MANIA (PROGRAM PENYULUHAN PERILAKU


AMAN UNTUK MENCEGAH BAHAYA KIMIA PESTISIDA)
PADA GAPOKTAN DESA GAUM KECAMATAN
TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh:
Kelompok 7
1. Ade Maharani R0216002
2. Ahkamil Hakim Fashli R0216006
3. Anita Setyaningrum R0216014
4. Cep Ahmad Muladi R0216020
5. Duwa Nanda Brenade R0216028
6. Farahma Azkiya M. R0216038
7. Intan Riski C . R0216048
8. Marisha Putri W. R0216062
9. Rizky Oktaviana R0216084
10. Syifa Devi Adityas R0216094
11. Zulfifa Nita R0216108

PROGRAM STUDI D IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2019

i
PERSETUJUAN
Proposal Praktek Kerja Lapangan Upaya Kesehatan Kerja dengan judul:

Panen Mania (Program Penyuluhan Perilaku Aman untuk Mencgah Bahaya


Kimia Pestisida) pada Gapoktan Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu,
Kabupaten Karanganyar

Disusun oleh:

Kelompok 7:
1. Ade Maharani R0216002
2. Ahkamil Hakim Fashli R0216006
3. Anita Setyaningrum R0216014
4. Cep Ahmad Muladi R0216020
5. Duwa Nanda Brenade R0216028
6. Farahma Azkiya M. R0216038
7. Intan Riski C . R0216048
8. Marisha Putri W. R0216062
9. Rizky Oktaviana R0216084
10. Syifa Devi Adityas R0216094
11. Zulfifa Nita R0216108

Telah disetujui dan disahkan oleh:


Dewan Pembimbing PKL UKK
Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari...................... Tanggal.................. 20..........

Pembimbing Prodi Pembimbing Puskesmas Tasikmadu

Ratna Fajariani, S.ST, M.KKK dr. IBNU RIDHWAN


NIK. 1990032020161001 NIP. 19700125.200312.1003

Mengetahui: Kepala Program Studi


D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK UNS

Dr. Isna Qadrijati, dr., M.Kes.


NIP. 196701301996032001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan ridhonya
kelompok PKL-UKK Puskesmas Tasikmadu mampu menyusun proposal
penyuluhan yang berjudul “Panen Mania (Program Penyuluhan Perilaku Aman
untuk Mencegah Bahaya Kimia Pestisida) pada Gapoktan Desa Binaan Puskesmas
Tasikmadu” ini dengan baik.
Proposal ini disusun sebagai rancangan awal rencana kegiatan penyuluhan
kepada industri rumah tangga di desa binaan Puskesmas Tasikmadu. Penyusunan
proposal ini disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan di dalam penyusunan proposal ini, Oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 12 November 2019

Tim PKL-UKK

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Landasan Teori ..................................................................................... 6
B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 22
BAB III. METODELOGI ................................................................................ 23
A. Persiapan ............................................................................................. 23
B. Lokasi ................................................................................................... 23
C. Waktu……………………………………………………………... .... 23
D. Sasaran ................................................................................................. 24
E. Metode.................................................................................................. 24
F. Media.................................................................................................... 25
G. Analisis Data ........................................................................................ 26
H. Anggaran Dana..................................................................................... 27
I. Jadwal................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dalam pekerjaannya, petani
banyak menggunakan bahan kimia, seperti pestisida untuk meningkatkan hasil
panen. Petani terpapar pestisida pada saat proses pencampuran dan
penyemprotan pestisida. Penggunaan pestisida memiliki potensi bahaya yang
berdampak bagi kesehatan petani dan dapat mengakibatkan penyakit akibat
kerja, seperti gangguan kulit, gangguan pada pernapasan bahkan keracunan
(Rahmawati, 2014).

Menurut hasil pemeriksaan aktivitas cholinesterase yang dilakukan


UPT Balai Hiperkes dan KK Provinsi Bali pada tahun 2013, prevalensi petani
di Bali yang mengalami keracunan pestisida sebesar 41%. Selain kasus
keracunan, gangguan pada kulit juga dapat terjadi pada petani. Menurut
Kementerian Kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI, 2009), penyakit kulit masih merupakan
penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke-3 di Indonesia. Pada Studi
epidemologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah
dermatitis kontak, di mana 66,3% diantaranya dermatitis kontak iritan dan
33,7% dermatitis kontak alergi (Hudoyono, 2008). Dermatitis kontak iritan
akibat kerja banyak terjadi pada petani. Sekitar 30% okupasi pada petani
adalan dermatitis kontak iritan (National Institute Of Health, 2009). Menurut
pekerjaannya, petani juga memiliki prevalensi penderita penyakit saluran
pernapasan (Depkes RI, 2008). Hal ini sejalan dengan data dari survei work-
related disease (2010) yang menunjukkan bahwa dari 43.000 pekerja di sektor
pertanian, 27.000 petani mengalami keluhan pada saluran pernafasan.

Munculnya angka penyakit akibat kerja pada petani disebabkan karena


lemahnya pengetahuan dan tingkat pendidikan para petani terhadap potensi
bahaya dan faktor risiko yang berada di lingkungan kerja sektor pertanian.

5
Lemahnya pengetahuan menjadi salah satu faktor para petani tidak
mengetahui bahwa yang dilakukan dapat membahayakan kesehatan dan
keamanan dalam bekerja (work related disease, 2010).
Kecamatan Tasikmadu merupakan salah salah kecamatan di
Kabupaten Karanganyar yang memiliki luas wilayah 2759,73 ha, di mana
57,3% wilayahnya merupakan lahan sawah (BPS Karanganyar, 2015).
Sehingga mayoritas dari masyarakat di sana bekerja sebagai petani. Untuk
meningkatkan kualitas dan kemampuan para petani di Kecamatan Tasikmadu,
maka dibentuk suatu gabungan kelompok tani (gapoktan) pada setiap desa.
Salah satunya adalah Gapoktan Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu,
Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada petani di Desa
Gaum, Tasikmadu, Karanganyar didapat bahwa seluruh petani menggunakan
pestisida untuk menunjang hasil panen. Namun, sebagian dari para petani
tersebut belum mengetahui dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan. Hal
ini disebabkan karena selama penggunaan pestisida petani tidak pernah
mengalami keluhan, baik pada kulit maupun pencernaan. Keluhan yang
sering dialami adalah pada pernapasan, sehingga para petani selalu memakai
masker saat penggunaan pestisida, baik pada proses pencampuran maupun
penyemprotan. Selain itu, para petani pun hanya mengetahui masker sebagai
APD yang digunakan dalam penggunaan pestisida. Sehingga para petani
masih kurang memahami tentang perilaku yang aman dalam penggunaan
pestisida. Hal ini disebabkan karena tidak adanya program penyuluhan
mengenai dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan dan perilaku aman
penggunaan pestisida.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tim PKL UKK Kelompok 7
berencana membuat suatu program dengan naman PANEN MANIA
(Program Penyuluhan Perilaku Aman, Mencegah Bahaya Pestisida) sebagai
upaya promotif dan preventif mengenai penggunaan pestisida yang ditujukan
pada Gapoktan Desa Gaum, Tasikmadu, Karanganyar.
B. Rumusan Masalah

6
1. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan petani Gapoktan Desa Gaum
Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar mengenai dampak
penggunaan pestisida bagi kesehatan?
2. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan petani Gapoktan Desa Gaum
Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar mengenai perilaku K3
dalam penggunaan pestisida?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan para petani Gapoktan Desa Gaum
Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar mengenai dampak
penggunaan pestisida bagi kesehatan dan perilaku K3 dalam penggunaan
pestisida melalui program penyuluhan perilaku K3 dalam penggunaan
pestisida sebagai upaya pencegahan penyakit akibat kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan contoh penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai dalam penggunaan pestisida pada petani Gapoktan Desa
Gaum Tasikmadu, Karanganyar.
b. Untuk memberikan cara mencuci tangan yang baik dan benar setelah
penggunaan pestisida pada petani Gapoktan Desa Gaum Tasikmadu,
Karanganyar.
c. Untuk mengetahui pengaruh program penyuluhan pada tingkat
pengetahuan petani Gapoktan Desa Gaum Tasikmadu, Karanganyar.

D. Manfaat
1. Bagi Petani
a. Dapat meningkatkan perilaku K3 dalam penggunaan pestisida pada
petani Gapoktan Desa Gaum Tasikmadu, Karanganyar..
b. Dapat mencegah penyakit akibat kerja yang timbul akibat
penggunaan pestisida.
2. Bagi Puskesmas

7
a. Program penyuluhan ini dapat menjadi referensi dan sumber data
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program untuk
mencegah penyakit akibat kerja akibat penggunaan pestisida.
b. Dapat terjalin kerja sama yang baik antara Puskesmas Tasikmadu
dan Prodi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNS.
3. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah wawasan dalam hal merencanakan kegiatan,
melaksanakan kegiatan, dan menerapkan ilmu K3, khususnya dalam
bidang kesehatan kerja di sektor informal.
b. Dapat menambah pengalaman sebagai bekal dalam penyelesaian
masalah di sektor informal.
4. Bagi Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Dapat menambah referensi kepustakaan Prodi D4 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam disiplin ilmu kesehatan kerja di sektor
informal.
b. Dapat dijadikan pertimbangan untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya
khususnya mengenai keluhan kesehatan akibat penggunaan pestisida.
c. Menjalin kerja sama yang baik antara prodi D4 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan puskesmas dan pekerja di sektor informal.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pestisida
a. Definis dan Fungsi
Pestisida menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 adalah semua zat kimia atau
bahan lainnya serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1) Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang
merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil- hasil pertanian
2) Mengendalikan rerumputan
3) Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4) Mengendalikan atau mencegah hama- hama luar pada hewan
peliharaan atau ternak.
5) Mengendalikan atau mencegah hama- hama luar pada hewan
peliharaan atau ternak.
6) Mengendalikan hama- hama liar.
7) Mengendalikan atau mencegah binatang- binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu
dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, air.
Sedangkan berdasarkan SK Menteri Nomor
434.1/Kpts/TP.207/7/2001 tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian.
2) Memberantas rerumputan.
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan.

9
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tanaman tidak termasuk pupuk.
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-
hewan piaraan dan ternak.
6) Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-
jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat
pengangkutan dan/atau.
8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur
tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat
lain-lain yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman
atau bagian tanaman (SNI 7313:2008; Pedum Kajian Pestisida,
2012).
b. Jenis – Jenis Pestisida
Klasifikasi Pestisida berdasarkan organisme target menurut
organ targetnya pestisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Insektisida
Insektisida berfungsi untuk membunuh atau
mengendalikan serangga, seperti nyamuk, kecoa, kutu busuk,
rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Contoh
insektisida antara lain diazinon, tiodan, basmion, basudin,
propoksur, diklorovinil dimetil fosfat, timbel arsenat, dan
magnesıum fluorosilikat.
2) Herbisida
Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma, seperti
eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Contoh herbisida
antara lain gramoxone, totacol, pentaklorofenol, dan amonium
sulfonat.
3) Fungisida

10
Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan, seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar
daun. Contoh fungisida yaitu timbel (I) oksida, carbendazim,
organomerkuri, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.
4) Akarisida
Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu,
Tungau adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm
berkaki 8 dan berkulit lunak. Bagian tanaman yang diserang
adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserangnya
akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul,
atau buah rontok sebelum waktunya.
5) Bakterisida
Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan
bakteri, Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang
digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang
tanaman jeruk.
6) Lavarisida berfungsi untuk membunuh larva,
7) Molusksisida berfungsi unntuk membunuh siput,
8) Nematisida berfungsi untuk membunuh cacing,
9) Ovisida berfungsi untuk membunuh telur,
10) Pedukulisida berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma,
11) Piscisida berfungsi untuk membunuh ikan,
12) Rodentisida
Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang
pengerat, misalnya tikus. Umumnya diberikan sebagai umpan
yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung.
Penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan hewan
ternak yang memakannya. Contoh rodentisida adalah warangan
(senyawa arsen) dan thalium sulfat.
13) Predisida berfungsi untuk membunuh pemangsa atau predator
14) Termisida berfungsi untuk membunuh rayap.
c. Dampak bagi Kesehatan

11
Penggunaan pestisida bisa mengontaminasi pengguna
melalui 3 jalur, yakni melalui pernapasan, kulit dan pencernaan.
Melalui kulit dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan, melalui
pernapasan pestisida dapat menimbulkan ISPA, dan melalui
pencernaan dapat menimbulkan keracunan.
1) Melalui kulit menimbulkan dermatitis kontak iritan
a) Definisi
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi
peradangan kulit non imunologik yang disebabkan karena
bahan yang bersifat iritan, sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan kulit tanpa didahului proses sensitisasi.
Dermatitis kontak iritan dapat diklasifikasikan menjadi 3
jenis, yaitu (Djuanda et al., 2016):
(1) Dermatitis kontak iritan akut
Dermatitis kontak iritan akut adalah dermatitis
yang terjadi setelah kontak dengan bahan-bahan iritan
kuat, misalnya larutan asam sulfat.
(2) Dermatitis kontak iritan akut lambat
Dermatitis kontak iritan akut lambat adalah
dermatitis yang baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih,
setelah terjadi kontak dengan dengan bahan iritan, seperti
antalin, podofilin.
(3) Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)
Dermatitis kontak iritan kumulatif adalah
dermatitis iritan yang terjadi karena terlalu sering terjadi
kontak dengan bahan iritan lemah, seperti detergen.
b) Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan merupakan salah satu
penyakit kulit yang banyak terjadi pada pekerja yang
melakukan kontak langsung dengan bahan-bahan kimia.
Salah satunya adalah petani, dimana petani menggunakan
pestisida yang berbahan utama bahan kimia. Akan tetapi,

12
banyak dari pekerja yang mengalami keluhan ringan memilih
untuk tidak berobat karena dianggap tidak serius dan masih
bisa ditahan. Menurut Biro Statistik Amerika Serikat, 24%
dari 100% penyakit akibat kerja yang dilaporkan adalah
penyakit kulit. Dalam survei tahunan yang dilakukan oleh
The National Institute of Occupational Safety Hazards
(NIOSH), angka kejadian dermatitis akibat kerja lebih tinggi
sekitar 20-50 kali lebih tinggi dari yang telah dilaporkan
(Lestari & Utomo, 2008).
Menurut Perdoski (2009), 97% dari 389 kasus di
Indonesia adalah dermatitis kontak. Dimana 66,3%
diantaranya dermatitis kontak iritan dan 33,7%dermatitis
kontak alergi (Rahmatika A, 2019).
c) Tanda dan Gejala
Saat kulit terpapar oleh bahan iritan, kulit akan
meradang, membengkak dan berwarna kemerahan. Lalu
berubah menjadi vesikel kecil atau disebut dengan papul
yang jika terkelupas, papul mengeluarkan air. Tepat pada
bagian papul akan terasa gatal, perih dan terbakar. Inflamasi
yang akan terjadi bermacam-macam, dari gejala awal seperti
membengkak dan timbul papul hingga luka dan nekrosis di
kulit. Jika kontak dengan bahan iritan dihentikan, gejala akan
berkurang. Untuk paparan bahan iritan secara kronis, kulit
akan mengkerut, membesar, hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi hingga terjadi penebalan (Rahmatika A,
2019).
Kulit yang paling banyak mengalami dermatitis
adalah bagian yang sering terlihat dan tidak terlindungi,
seperti tangan, wajah, punggung, dll. Tanda dermatitis yang
paling banyak terjadi adalah batas jelas dari lesi (Rahmatika
A, 2019). Tanda dan gejala yang umum terjadi pada penderita
dermatitis sebagai berikut (Maharani, 2015):

13
(1) Rasa panas dan dingin berlebihan di kulit.
(2) Gatal, terlebih pada malam hari.
(3) Lepuhan kecil dan sisik pada kulit yang keras di
permukaan kulit dan disertai pembengkakan
(4) Penularan cepat pada kulit area lain.
d) Gambaran Klinik
Penyebaran dermatitis kontak iritan mula-mula hanya
pada bagian kulit yang terpapar bahan iritan, kemudian
menjalar ke sekitarnya. Akan tetapi, bagian yang mengalami
kontak dengan durasi terlama adalah bagian terparah.
Biasanya penderita dermatitis kontak iritan merasakan gatal
dan tidak jarang nyeri. Pada penderita akut, tampak
kemerahan pada kulit, bengkak dan muncul papul. Pada tahap
subakut, tampak krusta, skuama atau tampak bersisik dan
pengeringan pada kulit. Sedangkan pada tahap kronik,
tampak likefinikasi, hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan
tidak jarang pecah-pecah pada kulit (Rahmatika A, 2019).
2) Melalui saluran pernafasan menimbulkan ISPA
a) Definisi
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran
pernapasan akut yang seringkali disalahartikan sebagai
infeksi saluran pernapasan atas. ISPA dibedakan menjadi
atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari
(Depkes RI, 2016).
ISPA masih sering sekali dikhawatirkan sebagai
kejadian pandemi atau epidemi di Indonesia (WHO, 2008).
ISPA juga merupakan salah satu dari sekian banyak
penyakit akibat kerja. Salah satu jenis yang pekerjaan yang
berpotensi mengalami ISPA adalah petani. Salah satu
penyebab ISPA pada petani yaitu penggunaan pestisida. Jika

14
seorang petani terjangkit ISPA maka dapat menurunkan
kinerja dan produktivitasnya (Rahmayani D, 2017).
b) Klasifikasi
ISPA dibagi menjadi dua yaitu, ISPA bagian atas
dan bagian bawah. Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI
(2000) sebagai berikut:
(1) Bukan pneumonia dengan gejala batuk pilek (common
cold) yang tidak diikuti oleh gejala frekuensi napas dan
tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kea rah dalam.
(2) Pneumonia berat dengan gejala batuk pilek dan disertai
kesulitan bernapas atau peningkatan napas cepat.
c) Tanda-tanda Klinis
Menurut Wahyuningsih S, dkk (2017) seseorang
yang terjangkit ISPA biasanya mengalami beberapa gejala,
yaitu:
(1) Demam/panas.
(2) Tenggorokan sakit dan nyeri saat menelan.
(3) Pilek.
(4) Batuk kering ataupun berdahak.
3) Melalui saluran penceranaan menimbulkan keracunan
Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara
sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa
pula berakibat racun akut bila jumlah pestisida yang masuk ke
tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Dalam hal ini,
keracunan bisa dikelompokkan menjadi keracunan akut dan
kronis.
a) Keracunan akut
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan
pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika
setelah aplikasi pestisida. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya
hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak

15
langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata,
hidung, tenggorokan, dan kulit. Efek akut sistemik, terjadi
apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan
mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida
ke seluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-
syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun
kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah
secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak
normal).
b) Keracunan kronis
Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak
segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang
spesifik. Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau
pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis.
Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan
syaraf dan perilaku (bersifat neurotoksik) atau mutagenitas.
Gejala keracunan kronis pestisida sangat beragam. Gejala
tersebut muncul bergantung pada sistem organ mana yang
dipengaruhinya. Adapun gejala-gejala keracunan kronis,
yaitu:
(1) Gejala pada sistem syaraf: masalah ingatan yang gawat,
sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian,
kelumpuhan, kehilangan kesadaran, dan koma;
(2) Gejala pada hati: hepatitis;
(3) Gejala pada perut: Muntah-muntah, sakit perut dan diare
adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak
orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan
langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun,
mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan
pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk
pada perut dan tubuh secara umum.
(4) Gejala pada sistem kekebalan: alergi, kemampuan daya

16
tahan tubuh terhadap infeksi be rkurang;
(5) Gejala pada sistem hormonal: beberapa pestisida
mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat
menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria dan
pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita serta
pelebaran tiroid yang menyebabkan terjadinya kanker
tiroid (Pamungkas, 2016)
Tingkat keracunan pestisida dapat ditunjukkan oleh
aktivitas cholinesterase dalam darah. Salah satu cara pemeriksaan
cholinesterase darah adalah dengan tintometer tes. Berdasarkan
berat ringannya efek keracunan pestisida terhadap tubuh maka
tingkat keracunan dapat dibagi menjadi 3 tingkatan (Depkes RI,
2003):
a) Keracunan ringan : aktivitas cholinesterase 75 – 50 %
mungkin telah terjadi over exposure perlu diuji ulang, jika
responden lemah agar istirahat dan tidak kontak dengan
pestisida selama dua minggu diuji ulang sampai sembuh
b) Keracunan sedang : aktivitas cholinesterase 50 – 25 %, over
exposure yang serius, perlu dikaji ulang, jika benar, istirahat
dari semua pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida dan
jika sakit rujuk ke pemeriksaan medis
c) Keracunan berat : aktivitas cholinesterase 25 – 0 %, over
exposure yang sangat serius dan berbahaya, perlu diuji ulang,
harus istirahat dari semua pekerjaan, jika perlu rujuk untuk
pemeriksaan medis.
2. Perilaku K3
Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam penggunaan
pestisida perlu diperhatikan, terlebih pada penggunanya, khususnya pada
petani. Jika penggunaan pestisida dalam bertani masih sering diremehkan
akan menimbulkan kesalahan fatal. Beberapa perilaku K3 dalam
penggunaan pestisida adalah:
a. Penggunaan APD

17
Di dalam pertanian terdapat beberapa resiko pekerjaan yang
berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan serta dapat
berpotensi menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja antara
lain, pada pencampuran pestisida, penyemprotan pestisida dan pada
saat pengisian dan pencucian tangki pestisida.
Petani sebagai aplikator pestisida memiliki risiko yang cukup
tinggi akan paparan pestisida kimiawi. Paparan tersebut bisa masuk
melalui kulit (dermal), mata (ocular), mulut (oral), dan pernafasan
(inhalasi). Kulit merupakan jalur masuk yang sangat mudah dan
berbahaya karena seluruh tubuh manusia ditutupi oleh kulit. Dengan
demikian dibutuhkan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari
paparan tersebut.
1) Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective
Equipment adalah alat-alat atau perlengkapan yang wajib
digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja
saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau
resiko kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko
pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai
penggunanya.
Alat pelindung diri adalah alat-alat yang mampu
memberikan pelindung terhadap bahaya-bahaya kecelakaan
(Sumamur, 1991). Alat pelindung diri harus mampu melindungi
pemakainya dari bahaya- bahaya yang mungkin ditimbulkan,
oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat
memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan. Menurut
ketentuan balai hiperkes, syarat-syarat pelindung diri adalah:
a) APD harus dapat memberikan pelindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh petani
penyemprotan pestisida.
b) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut

18
tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang
berlebihan.
c) Alat harus dipakai secara fleksibel.
d) Bentuknya harus cukup menarik.
e) Alat pelindung tahan untuk pemakaiaan yang lama.
f) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi
pemakai yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak
tepat atau karena salah menggunakannya.
g) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi
sensoris pemakainya suku cadangannya harus mudah
didapat guna mempermudah pemeliharaannya
(Sumamur, 1994).
APD berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja akibat
paparan langsung pestisida yang akan berdampak pada
kesehatan. APD harus digunakan petani tidak hanya waktu
aplikasi saja, tetapi dimulai saat mencampur pestisida, mengisi
tangki dan mencuci peralatan setelah aplikasi selesai.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida. Pasal 2 ayat (2)
menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi (boot), sarung tangan, kacamata pelindung
atau pelindung muka dan pelindung pernafasan. Tenaga kerja
yang menggunakan pekerjaan menyemprotkan pestisida
khususnya petani harus melakukan prosedur kerja yang standar
juga harus memakai alat pelindung diri.
Untuk melindungi badan dari pemaparan pestisida, kita
harus mempergunakan pakaian pelindung yang terdiri dari:
a) Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan- lipatan

19
terlalu banyak, kalau perlu tidak usah diberi kantong atau
lipatan lengan erat leher harus di ikat menutup leher.
b) Celana panjang tidak boleh ada lipatan karena lipatan-
lipatan itu akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan
partikel-partikel pestisida.
c) Pakaian terusan (Wepaak) merupakan pakaian kerja yang
diinginkan karena bentuknya yang dapat menutupi
seluruh tubuh praktis dan lebih khusus lengan bajunya
harus lengan panjang.
d) Sarung tangan (Gloves) bila pekerja menangani pestisida
yang mempunyai konsentrasi tinggi (highconcentrate)
maka diperlukan sarung tangan neoprene. Syarat-syarat
sarung tangan yang digunakan bagi pekerja penyemprot
adalah:
(1) sarung tangan harus panjang sehingga menutupi
bagian pergelangan tangan.
(2) Sarung tangan untuk menangani pestisida tidak boleh
terbuat dari kulit karena pestisida yang melekat akan
sukar dicuci.
(3) Sarung tangan harus dipakai menutupi lengan baju
bagian bawah. Agar kemungkinan masuknya
pestisida ke dalam tubuh melalui tangan dapat
dicegah, atau kemungkinan mengalirnya pestisida
dapat dihindari.
e) Topi (hat) untuk mencegah masuknya racun melalui kulit
kepala, maka diperlukan topi penutup kepala. Beberapa
persyaratan topi yang diperlukan adalah:
(1) Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan (li
kuidproof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.
(2) Topi yang digunakan sedapat mungkin harus
melindungi bagian kepala (tengkuk, mulut, mata, dan
muka) oleh karena itu topi harus berpinggiran lebar.

20
(3) Topi yang diperlukan harus bersifat kedap air dan
tidak boleh terasa bila dipakai di bawah terik
matahari.
f) Sepatu boot (boots) sepatu boot sangat penting bila
pekerja dengan jenis pestisida yang bersifat debu (dust)
atau manyemprot residual. Sepatu boot dapat terbuat dari
neoprene.
g) Pelindung muka (fase shield) pelindung muka merupakan
suatu pelindung yang terbuat dari bahan transparan yang
anti api tergantung pada ikatan kepala yang dapat
disesuaikan, juga dapat dengan mudah diturun naikkan
didepan muka. Alat tersebut ringan dan dapat dipakai
untuk bekerja penyemprotan pestisida. Pelindung muka
berguna untuk melindungi muka dari penetrasi pestisida.
Biasanya google ini terbuat dari bahan yang anti air,
sehingga muka tidak terkena partikel dan pestisida.
b. Personal hygiene
Personal hygiene merupakan cara perawatan diri manusia
untuk memelihara kesehatan mereka merupakan kebersihan
perorangan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan
(Rahmatika, 2019). Salah satu faktor yang merupakan penyebab
masalah kesehatan akibat peptisida adalah personal hygiene. Hal yang
menjadi perhatian adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan
mencuci tangan ini seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab
penyakit akibat kerja yang disebabkan bahan kimia yang menempel
setelah bekerja, meskipun potensi masalah kesehatan masih ada.
Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu
penyebabnya.
Cuci tangan pakai sabun atau CTPS merupakan suatu kegiatan
sanitasi untuk membersihkan kedua tangan sampai jari-jemari
menggunakan sabun yang bertujuan untuk memutuskan rantai bakteri
dan kuman. Mencuci tangan dapat menjadi upaya pencegahan

21
penyakit karena tangan seringkali menjadi sumber bakteri patogen
dari satu orang ke orang lain baik secara kontak langsung maupun
tidak langsung dengan benda-benda disekitar. Tangan menjadi organ
yang kontak langsung dengan kotoran hewan dan manusia ataupun
cairan tubuh manusia terkontaminasi. Saat tidak mencuci tangan pakai
sabun ini dapat memindahkan bakteri, parasit, virus pada orang lain
(Irawan, 2014).
Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dapat
memutuskan penyebaran rantai kuman dan bakteri yang melekat pada
jari-jemari. Mencuci tangan adalah mencuci tangan dari segala
kotoran baik kuman, bakteri maupun virus dimulai dari ujung jemari
sampai dengan siku sesuai dengan kebutuhan. Melalui berbagai riset,
penelitian, risiko penularan penyakit dapat dikurangi dengan upaya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat
diintervensikan kesehatan yang murah dan efektif dibandingkan cara
yang lain melalui perilaku mencuci tangan. Cuci tangan merupakan
kegiatan membuang debu dan kotoran dengan mekanis dengan sabun
dan air dari kulit kedua tangan (Ananto, 2006).
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi
jumlah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.
Pencegahan penularan mikroorganisme dan pengurangan frekuensi
infeksi nosokomial dapat dilakukan melalui kesehatan kebersihan
tangan yang baik. (Irawan, 2014). Penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan cuci tangan pakai sabun.
1) Infeksi saluran pernafasan
Langkah pengurangan angka infeksi saluran pernafasan
melalui mencuci tangan dengan sabun dapat dilakukan dengan:
a) Menghilangkan pathogen-patogen pernafasan yang terdaoat
pada tangan dan permukaan telapak tangan.
b) Penghilangan pathogen lainnya. Telah ditemukan bukti-bukti
bahwa kegiatan penerapan kesehatan dan kebersihan tangan
dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%.

22
2) Infeksi mata, infeksi kulit dan infeksi cacing
Penelitian sbelumnya menunjukkan bahwa perilaku
menjaga kesehatan dan kebersihan tangan dapat mengurangi
kejadian ascariasis dan trichuriasis.
3) Diare
Penyakit ini seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,
namun juga harus diperhatikan tentang penangangan kotoran
manusia baik tinja maupun cairan urin yang menjadi vector
penyakit diare. Bakteri pembawa penyakit ini dapat masuk ke
tubuh manusia melalui aktivitas menyentuh koran manusia,
minum air yang terkontaminasi, perlatan makan ytang tidak dicuci
terlebih dahulu atau dengan makan makanan yang mentah
(Apriany, 2012).
Teknik cuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan
sabun adalah mencuci tangan haruslah dengan air yang mengalir
baik menggunakan gayung atau langsung dari kran, menggunakan
sabun standart serta mengeringkan handuk ataupun setelah selesai
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Penggunaan jenis sabun
dapat menggunakan segala jenis sabun karena sebenarnya cukup
efektif dalam mengurangi dan membunuh kuman pathogen.
Langkah-langkah cuci tangan yang baik adalah sebagai berikut:
a) Basahi kedua tangan dengan air yang mengalir.
b) Ambil sabun secukupnya, lebih baik jika sabun mengandung
antiseptic.
c) Gosokan pada kedua tangan sampai ujung jari.
d) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri
ataupun sebaliknya dengan jari-jari saling mengunci antara
tangan dan tangan kiri.
e) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya
dan saling mengunci.

23
f) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung ajri lainnya
dengan gerakan saling memutar, lakukan hal yang sa,a
dengan ibu jari tangan kiri.
g) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan
satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar.
Lakukan pada kedua tangan.
h) Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan lakukan
gerakan memutar. Ulangi pada tangan kanan.
i) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air yang mengalir.
j) Keringkan kedua tangan dengan handuk ataupun kertas
tissue.
Hindari mencuci tangan di Waskom yang berisi air
walaupun sudah diberi zat antiseptic, karena mikrooganisme
dapat bertahan dan tumbuh berkembang biak pada larutan ini.
Mikroorganisme mampu tumbuh dan berkembangbiak di
lingkungan yang lembab dan basah serta di air yang menggenang,
karena hal tersebut apabila menggunakan sabun batangan harap
menyediakan sabun batangan dengan ukuran yang kecil dalam
tempat sabun yang kering. Apabila menggunakan sabun cair,
hindari menambahkan sabun cair kedalam wadah lagi untuk
menghindari kontaminasi bakteri pada sabun yang baru
dimasukkan (Irawan, 2014).

24
B. Kerangka Berpikir

Penggunaan
Pestisida

Dampak bagi
kesehatan

Dermatitis ISPA Keracunan


Kontak Akibat
Kerja

Pencegahan
PAK

Perilaku K3

Penggunaan Penggunaan CTPS


Pestisida yang APD
aman

25
BAB III
METODELOGI

A. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari rangkaian kegiatan PKL
UKK yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam tahap ini disusun hal-hal yang
harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pelaksanaan
kegiatan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Dropping mahasiswa ke Dinas Kesehatan Karanganyar.
2. Dropping kelompok PKL UKK ke Puskesmas Tasikmadu, Karanganyar
bersama dosen pembimbing.
3. Melakukaan koordinasi dengan pihak puskesmas.
4. Mahasiswa menentukan topik bersama pembimbing lapangan.
5. Mahasiswa melakukan survei awal dengan melakukan wawancara
dengan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Gaum,
Tasikmadu, Karanganyar.
6. Mahasiswa melakukan observasi langsung ke lapangan, yaitu dengan
melakukan wawancara dengan petani yang sedang bekerja di sawah.
7. Mahasiswa merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang ada di
lapangan.
8. Mahasiswa merencanakan jadwal dan program kegiatan.
9. Mahasiswa melakukan validasi proposal kepada dosen dan pembimbing
lapangan.

B. Lokasi
Lokasi penyuluhan berada di Balai Desa Gaum, Kecamatan Tasikmadu,
Kabupaten Karanganyar.

C. Waktu
Penyuluhan akan dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Rabu, 20 November 2019
Waktu : 19.30 WIB – 21.00 WIB

26
D. Sasaran
Gapoktan Desa Gaum, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar
yang berjumlah kurang lebih 50 orang. Namun, sasaran dalam program
penyuluhan ini sejumlah 30 petani.

E. Metode
Penyuluhan kesehatan dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan
kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan
dengan kesehatan (Azwar dalam Heri. D. J. Maulana, 2009). Penyuluhan
yang akan dilaksanakan dapat menggunakan beberapa metode, antara lain:
1. Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
Ceramah akan disampaikan secara lisan kepada Gapoktan Desa Gaum,
Tasikmadu, Karanganyar berupa materi terkait dampak penggunaan
pestisida bagi kesehatan dan perilaku K3 dalam penggunaan pestisida.
2. Demonstrasi
Demonstrasi merupakan suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide dan prosedur tentang suatu hal yang telah dipersiapkan
dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan atau adegan dengan menggunakan alat peraga. Demonstrasi
akan dilakukan oleh mahasiswa dengan cara memperagakan pemakaian
alat pelindung diri (APD) yang digunakan dalam penggunaan pestisida
kepada Gapoktan Desa Gaum, Tasikmadu, Karanganyar.
3. Simulasi (CTPS)
Metode simulasi merupakan metode yang diberikan kepada
sekelompok sasaran agar dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep,
dan strategi tertentu sesuai dengan materi yang disampaikan. Setelah

27
penyampaian materi, akan disimulasikan tentang cara mencuci tangan
yang baik dan benar setelah penggunaan pestisida sebagai upaya
peningkatan personal hygiene pada petani.
4. Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan metode untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh para petani mengenai materi perilaku K3 dalam
penggunaan pestisida. Sesi Tanya jawab ini akan dilaksanakan selama 10
menit.

F. Media
Media penyuluhan yang akan diberikan terkait dengan program
penyuluhan perilaku K3 dalam penggunaan pestisida pada Gapoktan Desa
Gaum, Tasikmadu, Karanganyar, yaitu:
1. Audio Visual
Audio visual merupakan alat pendukung yang dipilih untuk
menunjang program penyuluhan perilaku K3 dalam penggunaan pestisida
pada petani. Media penyuluhan yang digunakan adalah power point
presentation (PPT) dan video mengenai cara mencuci tangan yang baik
dan benar.
2. Program PANEN MANIA
Program PANEN MANIA merupakan singkatan dari Program
Penyuluhan Perilaku Aman, Mencegah Bahaya Pestisida. Program ini
merupakan suatu program promotif dan preventif yang ditujukan pada
petani Gapoktan Desa Gaum, Tasikmadu, Karanganyar yang berisi
informasi terkait dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan dan
perilaku K3 dalam penggunaan pestisida. Program tersebut
diimplementasikan melalui beberapa metode, yaitu:
a) Ceramah
Ceramah akan disampaikan secara lisan kepada kelompok petani
Desa Gaum Tasikmadu, Karanganyar terkait dengan program
tersebut, dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan, dan perilaku

28
K3 dalam penggunaan pestisida dengan media visual power point
presentation (PPT).
Materi tersebut mencakup dampak negatif penggunaan pestisida bagi
kesehatan dan upaya pencegahannya dengan menerapkan perilaku
K3. Penyampaian materi akan dilaksanakan selama 15 menit.
b) Demonstrasi
Demonstrasi akan disampaikan dengan memperagakan APD apa saja
yang diperlukan saat penggunaan pestisida selama 10 menit.
APD yang diperlukan berupa masker, sarung tangan, pakaian lengan
panjang, celana panjang, topi, dan sepatu untuk proses pencampuran
pestisida, serta masker, sarung tangan, pakaian lengan panjang,
celana panjang, dan topi untuk proses penyemprotan petisida.
Kegiatan demonstrasi akan dilaksanakan setelah penyampaian materi
dengan durasi selama 10 menit.
c) Simulasi
Simulasi akan disampaikan dengan pemutaran video berupa cara
mencui tangan yang baik dan benar. Saat simulasi berlangsung, para
petani juga ikut memperagakannya bersama mahasiswa.
Kegiatan simulasi ini akan mengajak para petani untuk
memperagakan cara mencuci tangan yang baik dan benar secara
bersama-sama dengan durasi selama 15 menit.

G. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada petani di Desa
Gaum, Tasikmadu, Karanganyar didapat bahwa sebagian dari para petani
belum mengetahui dampak kesehatan dalam penggunaan pestisida, karena
selama penggunaan pestisida petani tidak pernah mengalami keluhan, baik
pada kulit maupun pencernaan. Keluhan yang sering dialami adalah pada
pernapasan, sehingga para petani selalu memakai masker saat penggunaan
pestisida. Para petani pun hanya mengetahui masker sebagai APD yang
digunakan dalam penggunaan pestisida. Hal tersebut yang mendasari
mahasiswa dalam pembuatan program PANEN MANIA.

29
Program PANEN MANIA dilakukan melalui ceramah, demonstrasi,
dan simulasi. Input dari program penyuluhan PANEN MANIA adalah
sebelum demonstrasi dan simulasi dilakukan pre-test mengenai dampak
penggunaan pestisida bagi petani dan perilaku K3 dalam penggunaan petani.
Setelah dilakukan demonstrasi dan simulasi, dilakukan post-test terkait materi
penyuluhan yang disampaikan. Output dari program PANEN MANIA adalah
para petani Gapoktan Desa Gaum, Tasikmadu, Karanganyar mengetahui dan
memahami mengenai dampak penggunaan pestisida bagi kesehatan dan
upaya pencegahannya dengan perilaku K3. Sehingga, untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari program penyuluhan tersebut, maka perlu perhitungan dan
perbandingan dari hasil pre-test dan post-test.

H. Anggaran Dana
No Jenis Barang Jumlah Harga Total
1. Masker 2 box Rp 25.000 Rp 50.000
2. Sarung tangan 2 box Rp 50.000 Rp 100.000
3. Sembako 35 pcs Rp 15.000 Rp 525.000
a. Mie
b. Minyak goring
c. Kopi sachet
4. Doorprize 1 Rp 50.000 Rp 50.000
5. LCD (sewa) 1 - -
6. Cetak undangan 30 lembar Rp 300 Rp 9.000
7. Konsumsi (snack) 40 dus Rp 5.000 Rp 200.000
- Arem-arem
- Risol mayo
- Agar2
8. Uang kebersihan Rp 50.000 Rp 50.000
9. Tas (totebag) 40 pcs Rp 2.000 Rp 80.000
10. Teh + Gula 1 Rp 15.000
TOTAL Rp 1.079.000

30
I. Jadwal
Jadwal kegiatan PKL UKK Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
sebagai berikut:

31
DAFTAR PUSTAKA

Alavanja, Michael C R., Hoppin, Jane A., Kamel., Freya. 2009. Health Effects of
Chronic Pesticide Exposure: Cancer and Neurotoxicity Annual Review of
Public Health, volume 25;pp 155-97.
Ananto, P. (2006). Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah dasar dan MAdrasah
Ibtidaiyah. Bandung: Yrama Widya.
Apriany, D. (2012). Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 64.
Azwar, F. (2005). Sikap Manusia dan Pengaturannya Edisi Ke 2. Yogyakarta:
Pustaka Keluarga.
Badan Standarisasi Nasional SNI 7313: 2008. Batas Maksimum Residu
Pestisida Pada Hasil Pertanian.
Darwandi, Susmiati, Lutfhfi EI. 2017. Hubungan antara kontak pupuk dengan
dermatitis pada petani di Desa Sekaran Kabupaten Tuban tahun 2017.
Universitas Kediri.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat (2008). Strategi Nasional Kesehatan Kerja
Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2000. Informasi tentang ISPA pada Anak Balita. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita:Jakarta.
Depkes RI. (2003). Pedoman Pelatihan PHBS di Rumah Tangga. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan.
Dinkes. (2006). Profil Kesehatan Sumatera Utara. From www.depkes.go.id
(diakses pada 31 Oktober 2019)
Dinkes Lampung. (2003). Pengembangan PHBS di 5 Tatanan . From Dinas
Kesehatan Lampung Web SIte: http://dinkes-lampung.go.id (Diakses pada
31 Oktober 2019)

32
Djuanda A, Suriadiredja ASD, Sudharmono A, Wiryadi BE, Kurniati DD, Daili
ESS, et al., 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Ferdian, R. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
DermatitisKontak pada Pekerja Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan

33
Ciputat dan Ciputat Timur. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Hudoyono. (2008). Laporan dermatitis kontak iritan. Denpasar.
Hanum ZN. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitiskontak
pada stylist dan kapster di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun
2012[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Irawan, V. R. (2014). Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru Dan Sarana
Prasarana Dengan Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa
Tunarungu (Di SLB Dharma Pendidikan Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo tahun 2014). Surakarta: DIgital Library UNS (Thesis) Diakses
pada 30 Oktober 2019 .
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Pestisida Pertanian dan
Kehutanan2016.http://psp.pertanian.go.id/assets/file/2016/Pestisida%
20Pertanian% 20dan%20Kehutanan %20Tahun%202016.pdf (diakses
tanggal 30 Oktober 2019)
Lestari F, Utomo HS. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT. Inti Pantja Press Industri. Makara
Kesehatan, 11(2):61-68p.
Maharani A. Penyakit Kulit. 2015. Perawatan, Pencegahan, Pengobatan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 55-56.
Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan
Manusia. Bioedukasi Volume XIV No. 1, 27.
Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Syarat Dan Tatacara Pendaftaran Pestisida
http://ifccksk.org/documents/documents/regulation/PERMENTAN%20P
ESTISIDA%2007-2007.pdf diakses pada (30 Oktober 2019)
Rahmatika A. 2019. Analisis Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Kontak Pada
Petani Di Kecamatan Punduh Pedada [Skripsi]. Universitas Lampung.
Rahmayani D. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani
Pengguna Pestisida dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada Petani di Nagari Batu Bajanjang Kecamatan Lembang Jaya
Kabupaten Solok Tahun 2017 [Skripsi].

34
Rini, Petunjuk Penggunaan Pestisida, Penerbit Swadaya, Jakarta, 5,2001
SK Menteri Nomor 434.1/Kpts/TP.207/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pestisida
Suma’mur PK., 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Penerbit
CV.Haji Masagung, Jakarta.
Suma’mur PK., 1986.Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit CV.Haji
Masagung, Jakarta.
Wahyuningsih S, dkk. 2017. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita
di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. 98 p.
Week et al. 2010. Preventing Occupational Disease and injury. Washingtong DC :
American Public Health Association.
WHO. 2008. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi
Epidemi dan Pandemi. Jakarta: 2008.

35

Anda mungkin juga menyukai