Anda di halaman 1dari 24

A.

Judul
Kecelakaan Kerja Laboratorium

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, tanggal : Selasa, 23 April 2018
Waktu : Pukul 14.40 WIB s.d. 16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Tumbuhan FPMIPA UPI

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
2. Untuk menegetahui penyebab dan akibat dari kecelakaan kerja di
laboratorium.
3. Untuk mengetahui penanganan kecelakaan kerjayang terjadi di laboratorium.
4. Untuk mengetahui cara untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di
laboratorium.

D. Dasar Teori
Kecelakaan merupakan suatu kejadian diluar kemampuan manusia,
terjadi dalam sekejap dn dapat menimbulkan kerusakan baik jasmani maupun
jiwa. Kegiatan yang membahyakan sering terjadi di laboratorium.
Salah satu hal penting yang diharapkan dari melakukan kegiatan dan
eksperimen adalah agar mahasiswa berhadapan langsung dengan suatu gejala
atau fenomena. Mahasiswa harus mengetahui tentang bahaya yang dapat terjadi
dalam melakukan suatu kegiatan laboratorium atau eksperimen sehingga mereka
dapat melakukannya dengan hati-hati. Dengan demikian bahaya terjadinya
kecelakaan dapat diminimalisir.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi daro
analisis terjadinya kecelakaan menunjukan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-
sebab terjadinya kecelakaan di laboratorium:

1
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan
proses serta perlatan yang diguankan dalam melakukan kegiatan
laboratorium.
2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan lab dan kurangnya pengawasan yang
diakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
laboratorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung
kegiatan lab
5. Tidak mengikuti petunjuk yang semestinya.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan.
7. Tidak berhati-hati dalam melakukan kegiatan.
Ada tiga hal mendasar yang harus diperoleh untuk mengidentifikasi
informasi tentang kecelakaan, yaitu:
1. Gambaran kecelakaan termasuk luka jika ada.
2. Sebab-sebab kecelakaan.
3. Gambaran tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali
kecelakaan.
Ada beberapa akibat yang terjadi pada kecelakaan kerjadi laboratorium
yaitu seperti luka bakar, luka karena benda tajam dan benda tumpul, cedera pada
mata, shock, pingsan, keracunan, dan lain-lain.

E. Alat

Tabel 1. Alat yang digunakan

No. Nama Alat Jumlah


1. Kamera 1 unit
2. Buku catatan 1 unit
3. Alat tulis 1 set

2
4. Autoclave 1 unit
5. Oven 1 unit

F. Langkah Kerja

Peralatan disiapkan

Kasus kecelakaan kerja dianalisis

Hasil kegiatan didokumentasikan

Laporan dan flowchart dari kasus kecelakaan di


buat

Bagan 1. Langkah Kerja Pengamatan Kecelakaan Kerja Laboratorium

G. Hasil Pengamatan

Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan Kecelakaan Kerja Laboratorium

No. Jenis Kecelakaan Penyebab Dampak


1.

Tidak menggunakan alat


Gb 1. Luka bakar saat pelindung, tidak berhati- Luka bakar pada bagian
menggunakan oven atau hati, dan tidak tertentu.
autoclave memperhatikan instruksi.
(https://hellosehat.com/pus
at-kesehatan/perawatan-
luka/pertolongan-pertama-

3
luka-bakar/ Adinda
Rudystina, 2017)
2.

Gb 2. Terkena zat yang Tidak menggunakan alat


bersifat asam kuat maupun pelindung, tidak berhati-
Luka melepuh pada kulit
basa kuat hati, dan tidak
(http://biologi1b2013.blogs memperhatikan instruksi.
pot.co.id/2013/09/simbol-
simbol-bahan-kimia-
berbahaya.html : test, 2013)
3.

Kurangnya pengetahuan
dan pemahaman tentang
Gb 3. Tertelannya bahan
bahan kimia, tidak
kimia
menggunakan alat
(https://anhidrousvit.wordp
pelindung, tidak berhati-
ress.com/2012/12/19/arti- Menyebabkan keracunan
hati, dan tidak
dari-simbol-bahan-kimia-
memperhatikan instruksi.
berbahaya-di-sekitar-
kita/simbol-very-toxic-
sangat-beracun/ : Le
Anhidrousvit , 2012)
4.
Ketidak hati-hatian
mahasiswa dalam
kegiatan di lapangan.
Tidak bersikap hati-hati Panas dingin, bengkak di
Gb 4. Terpatuk Ular di dalam kegiatan area yang digigit
(https://mediskus.com/tips/ lapangan
pertolongan-pertama-
gigitan-ular : Ahmad

4
Muhlisin, 2018)

Kurangnya pengetahuan
dan pemahaman tentang
bahan kimia, tidak Tidak sadarkan diri, lemas,
5. menggunakan alat mual, pusing, dan juga sesak
Gb 5. Terhirupnya gas
pelindung, tidak berhati- napas.
beracun
hati, dan tidak
(http://eprahaar.in/three-
memperhatikan instruksi.
die-after-inhaling-toxic-
gas-in-up-2/ : PTI, 2015)
Bekerja pada jaringan
listrik hidup, Alat uji
yang tidak sesuai, Cedera setelah sengatan
Pemeliharaan alat yang listrik, Sindrom termal,
renda, Kegagalan untuk Serangan jantung ( fibrilasi
6. Gb 6. Tersengat listrik mengelola pekerjaan, ), Otot kaku dan kejang, dan
(http://www.firstaidforfree. Pekerja/individu yang Luka pada kulit.
com/first-aid-for-an- tidak kompeten, Kabel
electrical-shock/ : John listrik yang tidak
Furst, 2014) terisolasi.

Terkena bahan kimia yang


Kurangnya atensi dibawa, Dapat
terhadap apa yang terjadi membahayakan orang lain
di sekitar, Tidak yang berada dalam satu
mengantisipasi gerakan tempat yang sama apabila
orang lain yang berbalik bahan kimia yang terjatuh
Gb 7. Terjatuh ketika
7. atau berubah arah secara tergolong berbahaya,
berjalan membawa bahan
tiba-tiba, Kurang Penderita dapat membuat
kimia
persiapan dalam cara situasi dalam laboratorium
(http://poskotanews.com/20
memegang bahan rusuh.
16/12/13/zat-kimia-dibawa-
kimianya.
kapal-bocor-belasan-abk-
keracunan/ : Arif, 2016)

5
H. Pembahasan
1. Luka bakar saat menggunakan oven atau autoclave
a. Penyebab :
1) Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses,
dan alat yang digunakan.
2) Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh pengelola laboratorium.
3) Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4) Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.
5) Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium
b. Contoh kasus
Ada seorang peneliti yang sedang mensterilkan gelas - gelas kaca.
Kemudian saat uap nya sedang dikeluarkan, tak sengaja wajah nya terkena
uap tersebut. Sehingga menimbulkan luka bakar
c. Cara menangani :
1) Langkah pertama adalah mendinginkan luka bakar yang terjadi dengan
air biasa kira-kira selama 20-30 menit. Pastikan tidak memakai es, air
es, krim, atau bahan yang berminyak untuk mendinginkan luka bakar.
Es atau pun air es yang diterapkan secara langsung, bisa membuat luka
semakin parah.
2) Singkirkan pakaian atau pun aksesoris yang menutupi kulit yang
terbakar. Jika pakaian atau pun aksesoris yang ada sudah menempel
pada kulit yang terbakar, usahakan untuk tidak mengangkatnya.
3) Usahakan untuk mendudukkan penderita luka bakar dalam posisi tegak,
jika wajah atau matanya yang mengalami luka bakar. Sebab posisi
duduk tegak akan mengurangi resiko terjadinya pembengkakan.
4) Pastikan orang yang mengalami luka bakar tetap merasa hangat. Bisa
menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya, tapi jangan sampai
menggores bagian kulit yang mengalami luka bakar. Luka bakar bisa
ditutupi dengan plastik atau perban steril.

6
5) Dan terakhir, penderita disarankan untuk minum obat pereda rasa sakit
seperti parasetamol atau ibuprofen jika sakit mengganggu atau terasa
tidak tertahankan. Bacalah petunjuk dan peringatan yang terkandung di
bungkus obat sebelum mulai mengonsumsinya.
2. Terkena zat bersifat asam kuat maupun basa kuat
a. Penyebab
1) Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses,
dan alat yang digunakan.
2) Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh pengelola laboratorium.
3) Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4) Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.
5) Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium
b. Contoh kasus
Seorang mahasiswa sedang melakukan percobaan reaksi kimia, tiba
tiba tabung reaksi yang berisi cairan asam dan basa tersebut jatuh dan
mengenai kaki nya.
c. Cara menangani :
1) Luka karena asam. Asam yang mengenai kulit hendaknya segera
dihapus dengan kapas atau lap halus, kemudian dicuci dengan air
mengalir sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan larutan 1%
Na2CO3, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi dengan
salep levertran.
2) Luka akibat basa. Kulit hendaknya segera dicuci dengan air sebanyak-
banyaknya, kemudian bilas dengan larutan asam asetat 1%, cuci
dengan air, kemudian keringkan dan olesi dengan salep boor.

3. Kejadian Tertelannya Bahan Kimia


a. Penyebab
Menurut Osha staff, 2017 Terjadinya kecelakaan kerja dapat
disebabkan oleh beberapa hal, tetapi analisis terjadinya kecelakaan kerja

7
menunjukan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya
kecelakaan kerja di laboratorium :
1) Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia dan
proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan.
2) Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga
kurangnya pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan
labolatorium.
3) Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang
melakukan kegiatan labolatorium.
4) Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan perlindungan kegiatan labolatorium.
5) Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang
semestinya harus ditaati.
6) Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya
digunakan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7) idak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
b. Akibat
Menurut Amrilina, 2016 resiko atau potensi yang disebabkan oleh
keracunan bahan kimia bergantung dari jenis bahan kimia yang masuk atau
tertelan. Berikut ini tabel potensi bahaya bagi kesehatan bila terkena bahan
kimia.
1) HCl. Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan
kepekatan tinggi. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh.
Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
2) H2S. Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Menghirup bahan ini
dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.
c. Upaya
1) Jika penderita sadar, beri minum air atau susu 2-4 gelas untuk
menetralisir racun yang tertelan Kemudian panggil dokter.

8
2) Bila penderita tidak muntah rangsanglah agar muntah dengan cara
menekan tenggorokannya dengan jari.
3) Teruskan perangsangan ini sampai muntahnya jernih. Jangan
merangsang terjadinya muntah pada keracuanan asam kuat, basa kuat
dan hidrokarbon, atau jika korban dalam keadaan kejang. Jika
kekejangan berikan pertolongan seperti pertolongan untuk shock
kemudian panggil dokter dengan segera. Jika keracunan disebabkan
oleh asam kuat atau basa kuat, berikan putih telur, air susu, atau minyak
mineral.
4) Mempersiapkan penetral racun merupakan upaya pertolongan pertama
yang dapat dilakukan. Direkomendasikan pada klinik atau rumah sakit
terdekat lingkungan kerja mengetahui bahan kimia yang digunakan
agar dapat memiliki persediaan penetral racun (Vivahealth, 2017).
4. Dalam Kegiatan Lapangan Mahasiswa Terpatuk Ular

a. Penyebab

1) Ketidak hati-hatian mahasiswa dalam kegiatan di lapangan.

2) Tidak bersikap hati-hati di dalam kegiatan lapangan.

b. Akibat

Jika tergigit ular biasanya rasa panik akan memenuhi kepala karena
khawatir ada bisa beracun dari gigitan reptil itu. Ketika korbannya itu
panik, detak jantung semakin cepat. Aliran darah juga jadi akan makin
cepat, itu nanti mempercepat penyebaran bisa ke seluruh tubuh. Jika ular
yang menggigit memiliki bisa efeknya ke seluruh badan. Panas dingin,
bengkak di area yang digigit. (Tio, 2014).

c. Upaya
1) Tyo shelter dari Yayasan Sioux Ular Indonesia, 2014 membagi tips
bagaimana cara yang benar dalam penanganan gigitan ular yaitu

9
korban ditenangkan terlebih dahulu. Setelah korban ditenangkan,
pihak yang membantu penanganan harus mengidentifikasi jenis ular
yang menggigit. Untuk mengetahui ular itu berbisa atau tidak bisa
dilihat dari bekas gigitan. Jikar bentuk gigitan seperti tapal kuda atau
dengan titik-titik luka yang banyak, itu artinya ular tidak berbisa. Jika
berbisa bekas gigitan hanya dua karena ular yang berbisa hsnys
memiki 2 taring dan terletak di atas. Korban tidak diperkenankan
meminum alkohol, kopi dan sejenisnya karena akan mempercepat
detak jantung. Jika sudah sampai organ dalam maka akan susah
ditangani untuk jenis yang berbisa tinggi.
2) Setelah itu, korban bisa dipakaikan perban di tangan atau bagian
tubuh yang terkena gigitan. Fungsinya, untuk menghambat laju bisa.
Jika digigit oleh ular berbisa, semakin cepat penanganannya semakin
bagus. Bisa sedapat mungkin harus segera dikeluarkan. Pakai pisau
bedah atau pisau apapun bisa asal steril dan tajam agar tidak
menyiksa. Disayat atau buat luka baru untuk mengeluarkan darah
yang sudah terkontaminasi dengan bisa. Darah yang mengandung
bisa warnanya gelap atau merah tua. Keluarkan terus sampai darah
yang keluar sudah cerah kembali. Itu artinya bisa sudah keluar (Tyo,
2014).
3) Tidak disarankan dihisap dengan mulut karena beberapa bisa ular
seperti kobra sifatnya tidak hanya Neurotoxin tapi juga Haemotoxin
yang menyerang darah. Jika di dalam mulut ada luka misalnya gusi
luka bisa lebih parah. Sama saja memindahkan bisa itu tadi. Justru
lebih cepat nyerangnya karena mulut dekat dengan otak. (Tyo, 2014).
4) Untuk mengeluarkan darah yang sudah terkontaminasi dengan bisa
dapat menggunakan alat ekstraktor. Bisa juga dengan cara ditekan-
tekan dan darah didorong hingga keluar dari bagian luka.
Menggunankan air panas untuk mengeluarkan darah juga dapat
dilakukan untuk mengurangi penggumpalan darah pada bekas gigitan

10
ular. Fungsi membuat sayatan luka baru adalah untuk ini. (Tyo,
2014).
5. Terhirupnya gas beracun
a. Penyebab :
1) Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses,
dan alat yang digunakan.
2) Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh pengelola laboratorium.
3) Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4) Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.
5) Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja dilaboratorium.
b. Akibat :
Akibat yang ditimbulkan dari menghirup gas beracun sangat beragam,
tergantung dari jenis zatnya. Ada beberapa zat beracun yang kasusnya
paling umum diantaranya :
1) Carbon monoksida ( CO ).
Menghambat pasokan oksigen untuk tubuh : Afinitas karbon
monoksida (CO) dengan hemoglobin (Hb) 200 kali lebih cepat dari
pada afinitas oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). Proses ini akan
membentuk karboksihemoglobin (COHb). Reaksi ini yang
menghambat pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Jantung dan otak
merupakan organ yang butuh oksigen dalam jumlah yang cukup.
Mengganggu fungsi saraf : Ketika kadar COHb dalam darah
berkisar 2-5% akan mengganggu fungsi saraf sentral, mengganggu
fungsi indra tubuh, dan penglihatan akan kabur.
Mengganggu fungsi jantung : Fungsi jantung akan mengalami
perubahan ketika kadar COHb >5%. Tubuh juga mengalami gangguan
pulmonary atau paru-paru.
Dalam jumlah banyak : Seseorang yang mengalami keracunan
CO dengan kadar tinggi dapat tidak sadarkan diri, lemas, mual, pusing,
dan juga sesak napas. Lebih dari itu dapat mengalami kematian.

11
2) Carbon Dioksida ( CO2 )
Dalam konsentrasi rendah, karbon dioksida sebenarnya tidak
beracun. Namun saat seseorang berada dalam ruangan tertutup tanpa
sirkulasi udara yang baik, konsentrasi gas ini akan terus mengalami
peningkatan. Sistem pernapasan manusia secara terus menerus akan
mengubah oksigen atau O2, menjadi gas karbon dioksida.
Tanpa ada sirkulasi udara yang baik, peningkatan konsentrasi
karbon dioksida berarti juga penurunan kadar oksigen yang
dibutuhkan oleh sistem pernapasan manusia. Dampak terparah dari
keracunan zat ini adalah kematian karena tubuh tidak mendapat asupan
oksigen yang cukup. Kemampuan untuk bertahan dengan kadar
oksigen yang terus menipis pada masing-masing orang tidak selalu
sama. Banyak faktor yang berpengaruh, termasuk kondisi kesehatan
dan fungsi paru-parunya.
3) H2S
a) Konsentrsasi Rendah
- Mata seperti terbakar
- Sakit kepala atau pusing
- Kelelahan
- Hilangnya kemampuan penciuman
- Rasa kering pada hidung, tenggorokan, dan dada
- Batuk-batuk
- Kulit terasa perih
- Untuk penderita asma mungkin mengalami kesulitan bernapas
b) Konsentrasi tinggi
- Kelumpuhan syaraf pusat di otak yang memgontrol paru-paru
sehingga seketika paru-paru berhenti bekerja.
- Kematian
c. Upaya

12
1) Segera jauhi tempat yang diduga menjadi sumber gas tersebut,
misalnya knalpot mobil. Bawa ke tempat terbuka yang banyak udara
segar. Hindari ruangan tertutup.
2) Jika korban tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti tidak
bergerak, bernapas, atau batuk, segera lakukan resusitasi jantung
(CPR).
3) Jika korban muntah, miringkan kepalanya ke samping untuk mencegah
tersedak.
4) Bila keadaan masih memburuk segera bawa korban ke rumah sakit
untuk mendpatkan penanganan yang lebih tepat.
6. Tersengat listrik
a. Penyebab :
Menurut Health and Safety Executive yang merupakan salah satu lembaga
kesehatan di Inggris, ada 12 penyebab kecelakaan kerja tersengat listrik
(http://www.hse.gov.uk/) , yaitu :
1) Sistem pekerjaan yang tidak aman
2) Informasi yang tidak memadai
3) Tidak adanya pelatihan
4) Isolasi yang tidak memadai
5) Aturan kerja yang tidak aman
6) Control yang rendah terhadap aktivitas kerja
7) Bekerja pada jaringan listrik hidup
8) Alat uji yang tidak sesuai
9) Pemeliharaan alat yang rendah
10) Kegagalan untuk mengelola pekerjaan
11) Pekerja/individu yang tidak kompeten
12) Kabel listrik yang tidak terisolasi

b. Akibat
1) Luka pada kulit ( terbakar )

13
Luka yang terjadi merupakan luka bakar dan umumnya sangat
merusak struktur kulit, bahkan kadang membuat kulit sampai berlubang
hingga ke jaringan bagian bawah kulit.
2) Otot kaku dan kejang
Masuknya arus listrik besar dari luar tubuh memberikan dampak
pada ‘arus listrik’ normal di dalam tubuh akibatnya kerja sel terganggu.
Pada otot, efek dari arus listrik yang masuk, menyebabkan terjadinya
kontraksi berlebihan. Kontraksi harus diimbangi dengan kebutuhan akan
oksigen untuk metabolisme. Sayangnya kontraksi terus-menerus tanpa
oksigen menyebabkan otot menjadi kaku hingga menyebabkan kerusakan
sel akibat kekurangan oksigen.
3) Serangan jantung ( fibrilasi )
Sengatan listrik mempengaruhi kinerja otot jantung. Dampak dari
tegangan listrik adalah terjadi perubahan ritme jantung. Penyebab
gangguan ritme jantung (Disritmia) yang tidak teratur disebabkan akibat
tidak teraturnya perpindahan ion-ion tubuh. Dalam waktu yang singkat
dapat terjadi gagal fungsi dari bagian jantung hingga akhirnya terjadi
fibrilasi ataupun henti jantung
4) Sindrom termal
Sindrom ini merupakan kelainan atau perubahan suhu tubuh yang
terjadi diluar suhu tubuh normal. Pada orang dengan sengatan listrik,
terjadi peningkatan dan pembakaran yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu. Pada orang dengan sengatan yang lebih besar
menyebabkan luka bakar yang parah dan ternyata dapat memberikan
perubahan suhu yang berbahaya setelah terbakar.
5) Cedera setelah sengatan listrik
Dampak dari hal tersebut brupa benturan yang diterima tubuh
setelahnya. Pada tubuh dapat berupa memar hingga tulang yang patah.
Selain itu, benturan dapat terjadi pada kepala yang dapa menyebabkan
terjadinya perdarahan otak. Perdarahan otak menyebabkan stroke dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.

14
c. Cara menangani
Berikut ini adalah yang harus Anda lakukan saat menghadapi situasi di
mana seseorang tersengat listrik.
1) Matikan sumber arus listrik atau cabut kabel yang menyebabkan sengatan,
jika aman.
2) Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban dengan alat yang
tidak menghantarkan listrik, misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu.
Gunakan alas kaki atau berdirilah di atas bahan yang tidak menghantarkan
listrik seperti matras karet atau tumpukan koran.
3) Hubungi klinik kesehatan terdekat.
4) Setelah pasien aman, cek pernapasan dan denyut jantung pasien. Jika
ditemukan henti napas atau jantung, lakukan pertolongan pertama sesuai
kemampuan.
5) Tetap bersama pasien sampai bantuan kesehatan tiba.
Anda mungkin saja bermaksud baik dan ingin membantu, namun
perhatikan juga hal-hal berikut ini supaya upaya pertolongan tidak akan
malah berakibat fatal bukan saja bagi korban, tapi juga bagi Anda yang
menolongnya.
1) Hindari posisi terlalu dekat dengan korban jika tersengat oleh kabel
listrik tegangan tinggi.
2) Jangan menarik atau mendorong korban dengan tangan kosong,
handuk basah, atau bahan logam jika korban masih berkontak dengan
arus listrik.
3) Jangan memindahkan korban setelah arus dimatikan, kecuali ada risiko
kebakaran atau ledakan. Sengatan listrik dapat menimbulkan
komplikasi berupa kerusakan saraf atau patah tulang, sehingga
mengubah posisi korban dapat memperparah komplikasi yang ada.
7. Terjatuh ketika berjalan membawa bahan kimia
a. Penyebab

15
1) Kurangnya atensi terhadap apa yang terjadi di sekitar. Sebagai contoh,
apabila tidak berhati-hati, lantai yang licin dapat menyebabkan
pembawa bahan kimia terjatuh di dalam laboratorium.
2) Tidak mengantisipasi gerakan orang lain yang berbalik atau berubah
arah secara tiba-tiba.
3) Kurang persiapan dalam cara memegang bahan kimianya.
b. Akibat
1) Penderita dapat terkena bahan kimia yang dibawa.
2) Penderita dapat membahayakan orang lain yang berada dalam satu
tempat yang sama apabila bahan kimia yang terjatuh tergolong
berbahaya.
3) Penderita dapat membuat situasi dalam laboratorium rusuh.
c. Upaya
1) Ketika terantuk atau terjatuh ketika membawa bahan kimia, usahakan
untuk melemparnya menjauhi diri anda dan orang lain.
2) Hindari memindahkan bahan kimia melalui koridor ruangan pada saat
banyak orang berlalu-lalang.
3) Menggunakan alat pengangkut yang lebih memadai (alat pengangkut
botol, kereta dorong atau wadah sekunder) ketika memindahkan
bahan kimia yang disimpan dalam kemasan bisa pecah melalui
koridor atau antar gedung untuk menghindari kejadian yang
dimaksud.
4) Orang yang membawa bahan kimia harus mengetahui bahaya dari
bahan kimia yang dibawa dan cara penanganan jika terjadi tumpahan.
5) Ketika membawa silinder gas, gas silinder harus terikat apda kereta
dorong dan katupnya dilindungi dengan tutup.
6) Pindahkan bahan kimia melewati elevator khusus barang, bukan
elevator untuk orang; jika tersedia.
7) Simpan bahan kimia dalam kemasan aslinya ketika memindahkannya;
jika memungkinkan.

16
d. Contoh kasus
Seorang mahasiswa sedang mengambil bahan kimia di ruang
penyimpanan, kemudian mahasiswa tersebut keluar dan menuju
laboratorium untuk melanjutkan percobaan reaksi kimia. Ketika berjalan,
mahasiswa tersebut tidak memperhatikan lantai yang dipijaknya, dimana
terdapat genangan air sehingga mahasiswa terjatuh dan bahan kimia
tersebut mengenai kulit dan pakaiannya.
Cara menangani :
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam kondisi terpapar bahan kimia.
Semua insiden harus dilaporkan kepada kepala laboratorium, pembimbing
atau peneliti utama.
Bahan kimia di kulit atau pakaian :
1) Segera bilas dengan air tidak kurang dari 15 menit (kecuali untuk
Asam Flourida, padatan flammable atau phenol > 10%). Untuk
paparan yang banyak harus digunakan safety shower.
2) Ketika membilas secepatnya tanggalkan pakaian dan perhiasan yang
terkontaminasi. Setiap detik menentukan.
3) Hati-hati ketika melepas kaos atau sweater tanpa kancing, untuk
mencegah kontaminasi pada mata.
4) Baca MSDS untuk mengetahui adanya akibat yang akan timbul
kemudian.
5) Buang pakaian yang terkontaminasi atau cuci secara terpisah dari
pakaian lain. Bahan dari kulit tidak bisa didekontaminasi dan harus
dibuang.

17
8. Flowchart penanganan kecelakaan lab
a. Akibat luka bakar pada saat sterilisasi

Cuci bagian tubuh yang terkena luka


menggunakan air.

Jangan tarik/menarik pakaian yang melekat


di luka

Jangan memberi minyak gosok, pelumas,


odol atau antiseptik

Bila korban sadar berikan Bila korban luka semakin


minum larutan garam (1/4 parah jangan pernah bertindak
sendok teh tiap gelas 200cc) sendiri, hubungi dokter.

18
b. Akibat tertelannya bahan kimia

Encerkan racunà korban diberi air


minum atau larutan penyelamat
Bila mungkin buatlah
(air bersih, susu, larutan putih
penderita muntah pada kasus
telur), lakukan ini sebelum
racun yg tertelan
mendapatkan alat penawar khusus
racun.

Cegah muntah
masuk paru2: dgn
cara letakkan
Jangan sekali-kali Zat penawar yg
korban dipangkuan
memberi minum umum: larutan sirup
tengkurap. Pada
pada korban yg Ipecac, larutan hangat
korban dewasa
setengah sadar, garam
letakan kepala dan
tidak sadar atau dapur menyebabkan
perut lebih rendah
saat kejang muntah2
dari panggul,
posisi kepala
miring ke satu sisi

c. Akibat terhisapnya gas kimia di lab

Segera angkat atau seret korban (jangan biarkan


korban berjalan) ke tempat udara segar.

Bukalah semua pintu dan jendela

Bila ada henti nafas lakukan Bila korban kejang, taruhlah di


resusitasi jantung paru. Hati2 bila ruang yang agak gelap dan tidak
membuat resusitasi pernafasan bising
buatan, udara dari mulut/hidung
korban jangan sampai terisap
penolong

Lindungi diri sendiri dari kemungkinan


bahaya keracunan.

19
d. Kecelakaan kerja yang ditimbulkan patukan ular saat kegiatan

jangan pernah menghisap


darah dari bekas luka patukan.
Jika terpatuk, langsung
Selain beresiko jika ada luka
gunakan pembalut atau bahan
pada mulut penolong, juga
lain yang serupa dan ikatkan
tidak terlalu efektif dalam
dengan kencang.
mengurangi jumlah bisa yang
masuk.

Segera bawa ke rumah sakit


atau puskesmas terdekat.
Jangan pernah memperlebar Informasikan kepada dokter
luka bekas gigitan karena mengenai penyakit yang
dapat menyebabkan infeksi diderita pasien seperti asma
dan trauma pada korban dan alergi pada obat-obatan
tertentu, atau pemberian
antivenom sebelumnya

e. Terhisapnya bahan beracun di laboratorium

Angkat korban ke tempat


yang lebih aman, yaitu bawa
ke tempat dengan udara
segar.

Untuk mencegah hal yang lebih


parah, bukalah jendela dan
pintu lab.

udara segar.
Bila korban kejang bawalah ke Bila terhenti nafas, lakukan pertolongan nafas
tempat yang tenang. Lindungi diri buatan. Hati-hati dalam melakukan pernafasan
sendiri juga menggunakan masker. buatan, jangan sampai udara dari si korban terhisap
penolong.
udara segar.
udara segar.

Untuk perlakuan lebih lanjut, dapat


menghubungi dokter.

udara segar.

20
f. Terkena strom dari aliran listrik di laboratorium

tenangkanlah terlebih
Amankanlah saluran
dahulu dan beri air
listrik
minum.

Bila terjadi luka bakar, Jauhkan aliran listrik


segera berikan tersebut dari air yang
pertolongan pertama dapat membuatnya
untuk luka tersebut. konslet.

9. Cara meminimalisir kecelakaan


Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat dikurangi sampai tingkat
paling minimal dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Mengetahui tanggung jawabnya. Berikut adalah orang yang seharusnya
bertanggung jawab terhadap keamanan laboratorium.
1) Lembaga atau staf laboratorium bertanggung jawab atas fasilitas
laboratorium yaitu perlengkapannya, pemeliharaannya, dan kemanan
laboratorium.
2) Dosen atau guru bertanggung jawab di dalam memberikan semua
petunjuk yang diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk di
dalamnya aspek keamanan.
3) Mahasiswa atau siswa bertanggung jawab untuk mempelajari aspek
kesehatan dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya,
baik yang digunakan maupun yang dihasilkan dari suatu reaksi, dan
keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan dilakukannya.
Dengan demikian mahasiswa dapat mengurangi bahaya kecelakaan.
b. Aturan-aturan yang ditaati. aturan-aturan umum yang berkaitan dengan
keamanan laboratorium yaitu sebagai berikut :

21
1) Penataan ruangan yang baik seperti ditata dengan rapi, berikan tempat
untuk jalan lewat, dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2) Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata, dll.
3) Gunakan perlengkapan kemanan bila sedang melakukan eksperimen,
seperti jas laboratorium (jaslab), pelindung lengan, sepatu pengaman,
layar pelindung, pelindung mata, dan bawa perlengkapan lain seperti
respirator.
4) Sebelum mulai bekerja kenalilah terlebih dahulu kemungkinan bahya
yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahya
tersebut.
5) Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau kedaan
tertentu.
6) Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang. Bekerja sendirian di
laboratorium juga perlu dicegah.
7) Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk susa pelarut, pecahan
gelas, kertas, dsb.
8) Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

I. KESIMPULAN
1. Kecelakaan yang dapat terjadi pada laboratorium diantaranya: dalam
kegiatan pemanasan sterilisasi menggunakan oven atau autoclave mungkin
terjadi luka bakar, penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan luka oleh
asam atau basa keras, kejadian tertelannya bahan kimia, terhisapnya gas
beracun, terkena strom aliran listrik, terjatuh ketika berjalan membawa
bahan kimia, atau dalam kegiatan lapangan mahasiswa terpatuk ular.
2. Penyebab terjadinya kecelakan di laboratorium oleh beberapa faktor
seperti tidak menggunakan alat pelindung, tidak berhati-hati, tidak
memperhatikan instruksi, dan kurangnya pemahaman tentang bahan-bahan
atau alat-alat laboratorium sehingga mengakibatkan terjadinya cedera

22
seperti luka bakar, mual, pingsan, bahkan apabila masalahnya seirus dapat
mengakibatkan kematian.
3. Penanganan di laboratorium disesuaikan dengan jenis kecelakaan yang
terjadi, seperti pada kasus tertelannya zat kimia berbahaya maka
penanganannya ialah menyuruh korban meminum susu untuk menetralkan
racun yang masuk ke tubuh, dsb.
4. Cara untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium
ialah dengan mengetahui tanggung jawab masing-masing terhadap
laboratorium dan mentaati aturan yang ada serta memahami apa yang ada
di laboratorium.

23
DAFTAR PUSTAKA

Wirjosoemarto, Koesmadji dkk. (2004). Teknik Laboratorium. Bandung: JICA.


Amrilina, Rency. 2016. Keracunan Bahan Kimia. Tersedia di :
https://www.scribd.com/document/350519680/keracunan-bahan-kimia. (14
Mei 2018).
Osha staff. (2017). Kecelakaan Kerja di Laboratorium. Tersedia di:
http://www.safetyshoe.com/tag/penyebab-kecelakaan-kerja-di-laboratorium/
(14 Mei 2018).
Tyo. (2014). Perhatikan! Ini Penanganan Pertama Saat Digigit Ular Berbisa.
Tersedia di: https://news.detik.com/berita/2679460/perhatikan-ini-
penanganan-pertama-saat-digigit-ular berbisa (17 Mei 2018)
Vivahealth. 2017. Pertolongan Pertama Jika Terpapar Zat Kimia Berbahaya.
Tersedia di: https://vivahealth.co.id/article/detail/11166/pertolongan-pertama-
ketika-terpapar bahan-kimia-berbahaya (14 Mei 2018).

24

Anda mungkin juga menyukai