Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

ISCHEMIC HEART DISEASE DAN STROKE ISCHEMIC

LOGO UMP

NURROKHMAN 1208010044

AHMAD ZUL HAZMI A.M 1208010124

AFIF RACHMAN HIDAYAT 1208010130

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2015
BAB 1

PENDAHULUAN

Ischemic Heart Disease atau Penyakit jantung iskemik (PJI) menjelaskan suatu
kompleks gejala dan tanda yang diakibatkan oleh porfusi jaringan, hantaran oksigen,
dan pengeluaran metabolit yang tidak adekuat pada miokardium. Penyakit jantung
koroner (PJK) adalah penyakit jantung iskemik akibat penyakit arteri koronaria (PAK).

PJI merupakan penyebab utama penyakit jantung di Amerika Serikat. Bersama


dengan penyakit kardiovaskular lain, PJI merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas dan menempati urutan kedua setelah kecelakaan dan trauma sebagai
penyebab-penyebab utama kehilangan tahun-tahun kehidupan sebelum usia 65.
Seperempat dari semua kunjungan ke praktik dokter adalah karena PJI.
I. Epidemiologi '
II. Faktor Resiko
A. Faktor-faktor risiko yang tak dapat dimodifikasi
1. Usia. Insidens PJI meningkat dengan pertambahan usia pada wanita dan
pria.
2. Jenis kelamin. Angka PJI pada wanita kira-kira separuh dari pria.
Perbedaan ini paling besar pada usia di bawah 50 dan menghilang kira-kira
sepuluh tahun setelah usia 50, yaitu usia rata-rata menopause.
3. Riwayat keluarga. Individu-individu dengan riwayat PJK sebelum usia
55 pada kerabat tingkat pertama dalam keluarga memiliki risiko dua
hingga lima kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan mereka
yang tanpa riwayat ini. Akan tetapi, sebagian besar kasus PJK di AS terjadi
pada individu-individu di atau usia 55 tanpa riwayat PJK dini dalam
keiuarga, dan individu-individu tanpa riwayat keluarga jangan terburu-
buru diyakinkan akan rendahnya risiko.
B. Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1. Merokok. Perokok mengalami peningkatan insidens serangan PJK dua


hingga tiga kali lebih sering dibandingkan bukan perokok. Risiko serangan
PJK berkurang pada pria dan wanita terhadap bukan perokok akan
berkurang dalam lima hingga sepuiuh tahun setelah berhenti merokok.
2. Tekanan darah. Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik (sistolik
dan diastolik) merupakan faktor-faktor risiko independen untuk PJI. Risiko
ini menjadi dua kali lebih besar pada individu dengan tekanan sistolik di
atas 150 mmHg dibandingkan individu dengan tekanan sistolik di bawah
130 mmHg dan pada individu dengan tekanan diastolik di atas 94 mmHg
dibandingkan mereka dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg.
Pengobatan hipertensi merendahkan risiko gangguan serebrovaskular dan
gagal jantung kongestif, tetapi tidak konsisten dalam mengurangi risiko
infark miokardium (IM).
3. Kolesterol. Individu-individu dengan kadar kolesterol total lebih dari 260
mg/dL memiliki risiko PJK dua kali lebih tinggi dibandingkan mereka
yang memiliki kadar kurang dari 180 mg/dL. Kolesterol lipoprotein
densitas rendah (LDL), llpcprotein B, dari lipoprotein (a) secara sendirl-
sendiri memiliki asosiasl positif dengan risiko PJK. Kolesterol lipoprotein
densitas tinggi (HDL) menunjukkan asosiasi negatif. Penurunan kolesterol
LDL dan peningkatan kolestrol HDL secara signifikan menurunkan risiko
PJK.
4. Diabetes melitus. Diabetes melitus dihubungkan dengan peningkatan dua
kali lipat insidens PJK. Optimlsasi kadar glukosa darah agaknya
menurunkan risiko ini.
5. Obesitas. Studi-studi jangka panjang bukan studi jangka pendek.
menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko independen PJK
meskipun lemah. Efek ini terjadi bahkan pada Individu-individu yang
mengalami peningkatan 10% berat relatif dalam jangka waktu yang
panjang.
6. Aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang aktual berkaitan secara independen
dengan penurunan risiko.PJI.
7. Pola perilaku. Pola perilaku tipe A, terutama komponen kekasaran dan
kemarahan yang tidak diekspresikan pada pria berkaitan dengan
peninggian risiko PJK baru dua hingga empat kali dibandingkan perilaku
tipe B
8. Hormon-hormon seks eksogen. Studi-studi yang dilakukan pada tahun
70-an menunjukkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi oral pada wanita
berkaitan dengan risiko IM yang 4,5 kali lebih besar pada bukan perokok
dan 39 kali lebih besar pada wanita perokok lebih dari 2 batang per hari
(dibandingkan dengan bukan perokok yang tidak menggunakan pil
kontrasepsi). Pil kontrasepsi oral yang digunakan pada waktu itu
meningkatkan kolesterol LDL secara bermakna dan menurunkan
kolesterol HDL. Sebaliknya, pil-pil dosis rendah yang kini banya
digunakan, mengandung progestin dengan lebih sedikit sifat androgenik
sehingga dapat meningkatkan kolesterol HDL dan tidak berpengaruh
buruk terhadap kolesterol LDL. Berdasarkan hasil-hasil Nurse Health
Study, pil-pil ini tidak meningkatkan risiko PJK pada bukan perokok.
9. Faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain yang terbukti menjadi factor- faktor
risiko PJK yang bermakna antara lain kadar insulin darah yang meningkat,
gangguan toleransi glukosa, peningkatan kadar fibrinogen darah, kelainan
dalam faktor-faktor pembekuan darah, asupan mineral mineral tertentu,
dan status oksidatif dari lemak darah.
III. Patofisiologi
Penebalan dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis merupakan penyebab
utama dari penyakit jantung iskemik AS. Lesi awal dari suatu aterosklerosis adalah
bercak lemak yang terbentuk oleh infiltrasi makrofag sarat lemak (sel busa) ke
dalam intima. Bercak lemak ini dapat mengalami regresi, menetap atau
berkembang menjadi pil, fibrosa yang mengandung makrofag, sel-sel otot polos,
dan jaringan ikat padat. Selanjutnya, sel-sel, otot polos dari tunika media akan
bermigrasi dalam intima dan mengumpulkan lemak pula. Bercak lemak dapat
ditemukan pada 90% atau lebih individu, kulit hitam atau putih, pria atau wanita,
setelah usia 20 tahun. Plak fibrosa dan lesi-lesi yang lebih lanjut ditemukan pada
arteri koronaria lebih dari 50% pria kulit putih pada usia 30 dan lebih dari 50%
wanita sebelum usia 40.
IV. Etiologi
Iskemia terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melampaui suplai lewat
aliran arteri koronaria. Episode-episode iskemia berulang dapat berakibat
kerusakan miokardium. Gambar 79—1 menunjukkan rangkaian kejadian pada
suatu episode iskemia miokardium.. Faktor-faktor yang mempengaruhi suplai dan
kebutuhan oksigen miokardium secara sendiri-sendiri atau borsama-sama
menentukan kemampuan hidup sel-sel miokardium. Kebanyakan pasien
mengalami penyakit aterosklerotik yang permanen maupun vasospasme. Faktor-
faktor tambahan dapat mempengaruhi penggunaan oksigen dan aspek-aspek
metabolisme lain dari sel-sel miokardium.
Faktor Contoh
A. Penurunan suplai oksigen
miokardium
Penurunan FIO2 Tempat tinggi
Penurunan oksigenasi atau kapaitas Penyakit paru-paru, anemia
angkut oksigen
Penurunan tekanan perfusi Hipotensi
Waktu perfusi yang tidak memadai Takikardia
Peningkatan resistensi terhadap
aliran darah
Kompresi ekstravaskular
Jembatan miokardium
Penebalan dinding vascular transkoroner
Spasme vascular Aterosklerosis
Penyempitan intraluminal Angina varian, angina campuran
Thrombosis, embolisme, agregasi
trombosit
B. Peningkatan kebutuhan oksigen
miokardium
Peningkatan tebal dinding Hipertrofi ventrikel kiri
Peningkatan ukuran ruang Gagal jantung kongestif
Peningkatan denyut jantung Aritmia jantung
Peningkatan tekanan akhir diastolic Gagal jantung kongestif, stenosis
ventrikel kiri aorta
Peningkatan kontraktilitas Digitalis

V. Gejala dan tanda


Tanda-tanda iskemia jantung hampir selalu tidak ditemukan pada praktik rawat
jalan, namun dapat berupa perubahan hemodinamik seperti bunyi jantung ketiga
dan keempat, impuls apeks diskinetik, bising sistolik sementara di apeks akibat
insufisiensi mitralis, atau suatu bising diastolik yang diduga akibat aliran turbulen
melalui arteri koronaria yang mengalami stenosis selama episode iskemik.
Penyebab PJI non-koroner dapat ditunjukkan oleh bising kardiomiopati hipertrofik
atau stenosis aorta. Perubahan arteriolar retina, penurunan denyut perifer, dan bruit
arteri menunjukkan penyakit vaskular yang difus.
Penurunan rasio aliran/kebutuhan miokardium regional
Penurunan kritis P02 regional

Perubahan metabolik miokardium regional

Perubahan hemodinamik

Penurunan aliran darah subendokardium

Perubahan elektrokardiografik

Resolusi (episode iskemik Manifestasi Minis (Nyeri


tersembunyi) Dada, Infrak miokardium,
Aritmia, Kematian)

Gejala-gejala dari PJI termasuk angina pektoris, nyeri dada atipik, dan
ekuivalen angina, IM akut, gagal jantung kongestif, kematian mendadak, dan
disritmia jantung juga dapat terjadi. Kata "angina" berarti nyeri spasmodik,
mencekik, atau sesak. Angina pektoris digambarkan sebagai nyeri atau perasaan
berat yang dalam di dada terletak retrosternal, prakordial, atau pada epigastrium
dan seringkaii menyebar ke lengan,leher, tenggorok, atau rahang, yang seringkali
disertai sensasi sesak atau panik dan memiliki pola menguat-melemah.

Nyeri dada atipik memperlihatkan sebagian namun tidek semua ciri-ciri dari
angina pektoris dan seringkaii lebih sulit diramalkan sifatnya. Ekuivalen angina
termasuk kelelahan, lemah, mual, dispnea, palpitasi, penurunan toleransi latihan,
perasaan kacau, gamang, atau pingsan. Angina pektoris atau nyeri dada atipik
ditemukan pada 70—80% paslen dengan PJI sebelum usia 80 tetapi kurang dari
50% kasus setelah usia 80 tahun. Setelah usia 80 tahun, ekuivalen angina
merupakan keluhan utama pada PJI.
Pola angina yang lazim antara lain angina kronik stabil, angina tak stabil, angina
varian, angina campuran, dan sindrom X. Angina kronik stabil menjelaskan bagian
dari perjalanan angina pektoris akibat PJI yang terdiagnosis, dengan nyeri dada
bersifat intermiten dan tidak bermakna dalam hal perubahan sifat, intensitas,
durasi, frekuensi, atau tingkat aktivitas yang diperlukan untuk mencetuskan nyeri
dada. Angin tak stabil ditandai oleh (1) peningkatan frekuensl, keparahan, ataupun
lamanya episode angina, berlangsung dalam beberapa bulan, minggu atau hari
(angina kresendo); (2) suatu penurunan bermakna dari tingkat faktor-faktor
presipitasi yang diperlukan untuk memulai gejala (misalnya angina saat istirahat);
atau (3) awitan baru dari angina yang berat dan sering pada beban kerja yang
rendah. Angina varian ditandai oleh nyeri dada yang terutama terjadi saat istirahat,
biasanya tidak pada saat beraktivitas fisik, dan seringkaii pada malam hari atau
saat bangun (irama sirkadian). Angina ini sering disertai disritmia. Angina
campuran memiliki ciri-ciri angina klasik akibat penyakit arteri koronaria
permanen maupun angina varian akibat vasospasme. Sindrom X ditandai oleh
nyeri dada yang konslsten dengan iskemia tetapi terjadi tanpa adanya bukti-bukti
PAK atau vasospasme pada angiografi.

Anda mungkin juga menyukai