Anda di halaman 1dari 2

MONUMEN RADIO PHB AURI PC-2

1. Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 sangat bersejarah bagi peristiwa
perang dalam mempertahankan kemerdekaan RI tahun 1949, ketika itu Ibukota RI
berada di Yogyakarta. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dapat dipancarkan
melalui Stasiun Radio PHB AURI PC-2 di Dusun Banaran, Desa Playen, Kecamatan
Playen, Gunungkidul, Yogyakarta. Berita tesebut disiarkan oleh Sersan Udara
Basukiharjo dan diterima oleh Sersan Udara Kusnadi sebagai operator Radio AURI
di Bidar Alam, Sumatera Barat, kemudian dipancarkan ke luar negeri, yaitu ke
Burma serta India dan selanjutnya diberitakan dalam sidang Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) oleh LN. Palar sebagai perwakilan RI di PBB.

2. Mengudaranya berita Serangan Umum 1 Maret 1949 sangat berarti bagi


perjuangan mempertahankan Kemerdekaan RI kala itu. Dengan tersiarnya berita
tersebut, akhirnya berhasil membuka mata dunia tentang perjuangan bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan membungkam propaganda
pemerintah Belanda yang mengatakan Republik Indonesia sudah hancur, berita
Serangan Umum 1 Maret 1949 menyiarkan bahwa RI masih berdiri seusai agresi
militer Belanda II pada akhir Desember 1948. Di monumen ini, selain menjulang
monumen setinggi 5 meter, dengan panjang kurang lebih 1,5 meter dan lebar
berkisar 60 centimeter, di kompleks monument tersebut juga terdapat rumah
berbentuk limasan sebagai ruang operator Radio, tepatnya di dapur rumah tersebut
dulunya Stasiun Radio PHB AURI PC-2 menyiarkan berita. Saat ini di dalam rumah
ini terdapat sejumlah foto pejuang dan beberapa dokumentasi yang dipajang dalam
sebuah pigura. Dokumentasi tersebut menjelaskan perjalanan Stasiun Radio PHB
AURI PC-2 dan kiprahnya semasa perang mempertahankan kemerdekaan RI.

3. Pengelola Monumen dalam hal ini Museum Pusat TNI AU Dirgantara


Mandala (Muspusdirla), menjelaskan bahwa dulunya stasiun radio tersebut
merupakan rumah warga setempat, yaitu rumah milik Bapak Pawirosetomo. Pada
masa agresi militer Belanda ke-II berlangsung, kediamannya dijadikan markas
pemancar radio oleh AURI. Tempat tersebut dijadikan Stasiun Radio sejak Januari
1949. Penggagasnya adalah Kepala Perhubungan AURI saat itu, Opsir Udara III
Boediardjo. Pengelola Monumen menerangkan bahwa ketika tidak dioperasikan
peralatan stasiun radio disembunyikan di sebuah lubang di bagian dapur. Agar
tidak diketahui tentara Belanda, lubang tersebut ditutupi tumpukan kayu bakar.
Setiap pagi hari peralatan (Stasiun Radio) selalu disembunyikan dan hanya
dioperasikan pada malam hari dalam kurun waktu yang cukup singkat. Selain itu,
untuk mengelabui pihak Belanda, maka alat pemancar radio oleh pihak AURI
dipasang di atas pohon kelapa yang berada di samping kediaman bapak
Pawirosetomo. Pemancar tersebut akhirnya luput dari pantauan Belanda, meski
mereka tatkala itu melakukan agresi besar-besaran.

4. Setelah pengakuan kedaulatan Pemerintah Republik Indonesia oleh Belanda


pada tanggal 27 Desember 1949, peralatan Stasiun Radio PHB AURI PC-2
dipindahkan ke kota Yogyakarta. Untuk mengenang bersejarahnya tempat ini,
kemudian dibangun monumen yang diresmikan langsung oleh Gubernur DIY, Sri
Sultan HB IX di tahun 1984. Setelah dibangun Monumen, warga setempat meminta
kepada pemerintah setempat untuk dibangunkan sebuah sekolah, sehingga daerah
sekitar monumen dapat terus dikunjungi dan dirawat dengan baik, maka pemerintah
daerah mendirikan TK Negeri 1 Maret persis di depan Monumen Stasiun Radio PHB
AURI PC-2.

Anda mungkin juga menyukai