Anda di halaman 1dari 2

Hukum Laut Internasional

 Pengertian Hukum Laut Internasional:


Hukum laut internasional adalah asas-asas atau kaedah-kaedah yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara yang berkenaan dengan laut, baik laut yang
berada di dalam wilayah maupun laut di luar wilayah atau laut lepas, baik dalam aktivitas
pemanfaatannya maupun akibat negatif dari pemanfaatannya.

 Perkembangan Hukum Laut Internasional


Bagian terbesar dari wilayah dunia terdiri dari perairan, terutama perairan laut. Dari aspek
geografi, permukaan bumi yang luas 200 juta mil persegi, 70 % atau 140 juta mil persegi terdiri
dari air. Dalam wilayah yang luas ini terkandung berbagai sumber daya. Salah satu unsur negara
adalah wilayah negara pantai maupun negara buntu, mempunyai beberapa hak yang dijamin
dalam hukum laut internasional.

 Sejarah perkembangan hukum laut internasional mula-mula sebelum Imperium Roma dalam
puncak kejayaannya menguasai seluruh tepi lautan tengah.
Kerajaan-kerajaan Yunani, Phoechia dan Rhodes mengklaim kekuasaan atas laut Peraturan
hukum laut Rhodes yang berasal dari abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi, berpengaruh pula
terhadap orang-orang Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan Imperium Roma seluruh laut
tengah (Mediteranean) berada di bawah kekuasaannya.
Persoalan kelautan pada masa ini tidaklah memerlukan pengaturan karena tidak ada pihak lain
yang menentang dan menggugat kekuasaan mutlak Roma atas lautan tengah. Dasar pemikiran
penguasaan Romawi atas laut pada waktu itu, karena laut merupakan suatu res communis
omnium atau hak bersama seluruh umat, hal ini menjadi asas yang digunakan dalam mengatasi
persoalan kelautan dan merupakan suatu konsepsi penggunaan laut bebas atau terbuka bagi
setiap orang.
Asas res communis omnium bagi setiap orang ini, mula–mula digunakan dalam arti hak bersama
umat manusia untuk menggunakan laut sebagai sarana pelayaran yang bebas dari gangguan
perompak (bajak laut), tetapi penggunaan laut semakin berkembang seperti untuk menangkap
ikan, asas ini juga dijadikan dasar kebebasan menangkap ikan. pada masa ini dikenal pula
pemikiran yang menganggap laut sebagai res nullius yaitu menganggap laut dapat dimiliki,
sehingga siapapun yang dapat menguasai, menduduki dan memilikinya. Asas res
nullius didasarkan pada konsepsi accupatio dalam hukum perdata Romawi
Perkembangan hukum laut ini semakin pesat setelah runtuhnya Imperium Romawi, beberapa
negara sekitar Laut Tengah menuntut pembagian laut yang berbatasan dengan pantainya dengan
alasan yang bermacam-macam, seperti Venetia mengklaim sebagian besar dari laut Adriatik,
suatu tuntutan yang diakui oleh Paus Alexander ke–III dalam Tahun 1177 yaitu dengan
memungut bea terhadap setiap kapal yang berlayar di sana. Selain itu, Genoa mengklaim
kekuasaan atas laut Liguria dan sekitarnya dan melakukan tindakan-tindakan untuk
melaksanakan penguasaannya. Begitu pula yang dilakukan oleh Pisa yang mengklaim dan
melakukan tindakan–tindakan penguasaan atas laut Thyrhenia
Setelah Perang Dunia II lahirlah negara merdeka, khususnya di Asia dan Afrika yang berbatasan
dengan laut.Bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan rakyat serta diiringi pula
dengan pesatnya kemajuan teknologi, menimbulkan kesadaran dari negara-negara merdeka untuk
mengatur suatu tatanan baru masalah laut.
Perwujudan keinginan negara-negara ini, kemudian pada Tanggal 24 Februari sampai tanggal 27
April 1958, dilaksanakan Konperensi Hukum Laut di Jenewa yang dihadiri wakil-wakil 86
negara. Dalam konperensi ini dihasilkan empat konvensi, yaitu:
 Konvensi I tentang Laut Teritorial dan Jalur Tambahan (Convention on the Teritorial Sea and
Contigous Zone), mulai berlaku 10 September 1964.
 Konvensi II tentang Laut Lepas (Convention on the High Seas), mulai berlaku 30 September
1962.
 Konvensi III tentang Perikanan dan Perlindungan Kekayaan Hayati Laut Lepas (Convention on
Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas), mulai berlaku 20 Maret
1966.
 Konvensi IV tentang Landas Kontinen (Convention on the Continental Shelf), mulai berlaku 10
Juli 1964.
Dalam konperensi ini, walaupun telah berhasil merumuskan 4 konvensi, tetapi juga tidak
disepakati tentang penetapan lebar laut teritorial, Akibatnya masing-masing negara menetapkan
lebar laut teritorialnya menurut caranya sendiri.
Tahun 1960 diadakan Konperensi Hukum Laut II, yang membahas lebar laut wilayah, namun
konperensi ini gagal menghasilkan konvensi. Beberapa konsepsi hukum laut modern yang diatur
dalam hukum laut yang berlaku saat ini merupakan penyempurnaan dari apa yang diatur dalam
Konvensi Jenewa 1958.
 Pada tahun 1974 Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali menyelenggarakan Konperensi
Internasional Hukum Laut III yang sedianya diadakan di Chili tahun 1973, tetapi baru
terlaksana tahun 1974 di Ibu Kota Venezuela, Caracas;
 Konperensi hukum laut III ini merupakan konperensi terbesar selama abad XX, karena
tidak saja dihadiri 160 negara peserta dan sekitar 5000 delegasi yang berlatar belakang
dari berbagai disiplin ilmu, tetapi juga memakan waktu terlama yaitu selama 9 tahun,
yaitu dari tahun 1973 sampai tahun 1982.
 Montego Bay (Jamaika)
 UNCLOS 1982
 mulai berlaku pada tahun 1994, disebabkan adanya syarat berlakunya yaitu apabila telah
didepositkannya Piagam Ratifikasi oleh 60 negara ke Sekretariat Jenderal PBB.
 Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai