Anda di halaman 1dari 5

Pengolahan trites (makanan khas karo) sebagai sajian bergizi bagi masyarakat

karo

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses pembuatan trites sebagai makanan khas karo di gang
purba, no. 14, padang bulan, medan?
2. Apa khasiat trites sebagai makanan khas karo bagi kesehatan masyarakat ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan trites sebagai makanan khas karo di
gang purba, no. 14, padang bulan, medan.
2. Untuk mengetahui trites sebagai makanan khas karo bagi kesehatan
masyarakat.
1.4. Manfaat
1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan ilmiah


khususnya bagi program pendidikan antopologi sebagai referensi dalam
matakuliah antropologi kesehatan.

2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah bagi
mahasiswa mengenai pengolahan makanan trites khas karo sebagai
sajian bergizi.
b. Bagi masyarakat umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
informasi mengenai pengolahan makanan trites khas karo sebagai
sajian bergizi.
c. Bagi penulis
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
tugas serta mendapatkan nilai dan menyelesaikan matakuliah
antropologi kesehatan, serta dapat memahami pengolahan makanan
trites khas karo sebagai sajian bergizi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian terdahulu

Penelitian ini tentang pengolahan makanan trites khas karo sebagai sajian
bergizi bagi masyarakat. Untuk menghindari plagiarisme peneliti mencantumkan
beberapa penelitian terdahulu sebagai acuan dari penelitian ini. Rujukan yang
diambil penulis yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh (meliono, 2004) yang berjudul


“dimensi etis terhadap budaya makan dan dampak pada masyarakat”. Dalam
penelitian ini menjelaskan tentang dimensi terhadap pola perilaku makanan yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari dan ternyata pola makanan tersebut terbentuk
dari latar belakang budaya yang dimiliki. Berdasarkan hail penelitian menunjukan
bahwa perilaku makan seseorang berkaitan dengan pandangan masyarakat melihat
tentang yang baik dan buruk dalam proses pembuatan dan pemasaran makanan
dan pada akhirnya munculnya masyarakat konsumtif.

2.2. Kerangka teori

2.3. Kerangka konseptual

2.3.1. Pengertian makanan tradisional

Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh


masyarakat tertentu, dengan memiliki cita rasa yang khas yang diterima oleh
masyarakat tertentu. Menurut Prof. Murdijati gardjito, guru besar teknologi
pangan dari ugm, makanan tradisional merupakan makanan tradisional yang
diolah dari bahan pangan hasil peroduksi setempat, dengan proses yang telah
dikuasai masyarakat dan hasilnya adalah produk yang cita rasa, bentuk dan cara
makannya dikenal, digemari, dirindukan, bahkan menjadi penciri kelompok
masyarakat tertentu.

Makanan tradisional merupakan semua jenis makanan yang dibuat dan


diolah dengan menggunakan bahan lokal dan dengan cara pengolahan yang
beragam dan bervariasi, serta memiliki ciri khas daerah setempat, mulai dari
makanan utama, makanan selingan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat daerah tersebut. Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa
dimakan sejak beberapa generasi, terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera,
tidak bertentangan dengan kepercayaan masyarakat setempat dan terbuat dari
bahan makanan serta bumbu-bumbu yang tersedia di daerah setempat
(Sastroamidjojo,1995).

Makanan tradisional indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan makanan


masyarakat dan menyatu didalam sistem sosial budaya berbagai golongan etnis di
daerah-daerah. Makanan tersebut disukai, karena rasa, tekstur dan aromanya
sesuai dengan seleranya. Demikian juga denga kebiasaan makanan khas daerah
umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan pindah ke
daerah lain.

Adapun ciri-ciri makanan tradisional menurut sosrodiningrat (dalam


marwanti, 2000: 113) adalah sebagai berikut :

1. Resep makanan yang diperoleh secara turun temurun dari generasi


pendahulunya.
2. Penggunaan alat tradisional tertentu didalam pengolahan masakan
tersebut.
3. Teknik olah masakan merupakan cara pengolahan yang harus dilakukan
untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari suatu makanan.

2.3.2. Trites kuliner khas karo

Trites merupakan makanan khas suku karo yang sering disebut juga
sebagai pagit-pagit atau pahit-pahit. Trites biasa disajikan pada saat pesta budaya,
seperti perayaan merdang merdem (pesta tahunan), pesta pernikahan, pesta panen,
dan pesta memasuki rumah baru. Masakan ini merupakan menu favorit dan
suguhan pertama yang diberikan kepada orang yang dihormati.

Bahan utama trites adalah rumput yang ada dilambung sapi. Tetapi bukan
rumput yang dari lambung itu yang kita makan, melainkan air perasannya.
Rumput itu diperas kemudian disaring berulang kali dengan kain tipis. Dengan
begitu tidak ada serat rumput yang masuk. Air perasan rumput tersebut kemudian
direbus 2-3 jam perebusan untuk menghasilkan kaldu. Untuk menghilangkan bau
amis kaldu rebusan biasanya masyarakat karo mencampurnya dengan kulit pohon
tertetu. Masyarakat karo menyebutnya pohon cingkam. Trites biasanya dimasak
dengan tulang lembu, kerbau, kambing atau kikil. Untuk sayurnya dicampur
dengan daun ubi dan juga rimbang.

2.3.3. Sajian bergizi

2.4. Kerangka berfikir

Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa trites merupakan salah satu makanan
khas karo, sajian makanan khas karo ini memiliki keunikan dari segi bahan pokok
dan pengolahan makanan trites. Dengan bahan pokok rumput yang ada dilambung
sapi, biasanya bahan pokok trites tersebut sedikit sulit didapatkan, dan untuk
mendapatkannya harus dipesan dahulu dengan jangka waktu yang cukup lama
dengan seseorang penjual atau pemotong daging sapi. Untuk pengolahannya
rumput yang ada dilambung sapi tersebut diperas berkali-kali menggunakan kain
tipis sampai ampas rumput tidak masuk kedalam hasil perasan, selanjutnya Air
perasan rumput tersebut kemudian direbus 2-3 jam perebusan untuk menghasilkan
kaldu. Untuk menghilangkan bau amis kaldu rebusan biasanya masyarakat karo
mencampurnya dengan kulit pohon tertetu. Trites biasanya dimasak dengan tulang
lembu, kerbau, kambing atau kikil. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian
disajikan sebagi sajian yang bergizi bagi masyarakat karo, sajian ini juga sangat
baik bagi kesehatan dan dapat menyembuhkan penyakit, salah satunya penyakit
mag.

Anda mungkin juga menyukai