Anda di halaman 1dari 23

KRISPI LUMUT SRI DEMPOK

(INTERPREANUR SMADIGA)
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
biologi tentang krispi lumut sri dempok Adapun karya tulis ilmiah tentang krispi lumut sri
dempok ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan karya ilmiah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki karya
tulis ilmiah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari karya tulis ilmiah tentang krispi lumut
sri dempok ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Bungah,

TIM SRI DEMPOK


ABSTRAK

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan agroindustri


semakin luas dan produk yang dihasilkan semakin beraneka ragam. Pangan merupakan
suatu permasalahan vital karena menyangkut kebutuhan gizi seseorang. Guna menunjang
hal tersebut diperlukan makanan yang memiliki nutrisi baik dan tentunya didukung oleh
teknologi pengolahan pangan yang tepat. Adanya beraneka ragam produk yang beredar di
pasar membuat masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan, sehingga muncul trend untuk
kembali menggunakan bahan-bahan alami (back to nature).
Tanaman lumut sri dempok dewasa ini merupakan salah satu komoditas pertanian
daerah tropis yang mempunyai peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia
sebagai usaha agroindustri.
Lumut sri dempok mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap antara lain vitamin,
mineral, asam amino dan enzim. Banyak kelebihan dan potensi sebagai bahan pangan
karena semua bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan.. Potensi ini sebenarnya sudah
mulai dikembangkan dari zaman dulu namun sampai saat ini belum termanfaatkan secara
maksimal. Berdasarkan hasil penelitian tanaman sri dempok mempunyai begitu banyak
manfaat untuk kesehatan seperti anti kanker dan anti virus , maka penggunaan lumut sri
dempok yang semakin bervariasi akan meningkatkan nilai ekonomi dan selera konsumen.
Salah satu pengolahan tersebut ialah dengan membuat makanan ringan yang diminati yaitu
mengolahnya menjadi krispi sri dempok.
Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan krispi pada umumnya ialah
bahan yang digunakan, tekstur, rasa, dan penampilan krispi. Oleh karena itu perlu adanya
usaha dan ketelitian dalam pemilihan bahan baku yang baik, lama waktu penggorengan, dan
penambahan perisa makanan agar rasa yang dihasilkan lebih enak dan penampilan lebih
menarik sehingga lebih mengundang minat konsumen untuk mengkonsumsinya.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menciptakan produk makanan ringan
yang menyehatkan dan bermanfaat bagi konsumen serta untuk membuka peluang usaha
agroindustri baru bagi masyarakat secara umum dan khususnya untuk masyarakat bungah
gresik yang produk hasil olahannya mampu bersaing dengan produk-produk olahan lainnya.
Dengan begitu, penulis berharap kepada masyarakat bungah dan sekitarnya supaya
tanaman lumut sri dempok yang kaya akan nutrisi ini tdk hanya sebagai tanaman yang
hanya di biarkan tumbuh liar , melainkan juga dikembangbiakkan untuk diambil manfaatnya
sebagai bahan baku olahan produk obat dan makanan yang menyehatkan.
Penulis telah melakukan penelitian dan percobaan mengenai pembuatan krispi sri
dempok hingga mendapatkan hasil berupa krispi yang renyah dan tak kalah rasa dengan
krispi dari bahan baku lainnya yang beredar di pasaran.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alam pada dasarnya menyediakan sumberdaya agar dapat dimanfaatkan oleh


penghuninya untuk kelangsungan hidup. Manusia sebagai salah satu penghuni alam itu
diketahui paling mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimana ia tinggal
dibanding dengan makhluk lainnya. Hal ini nampak jelas tergambarkan pada
masyarakat kabupaten Gresik yang memanfaatkan tumbuhan yang ada di lingkungannya,
yaitu lumut sri dempok sebagai bentuk penyesuaian diri.
Sri dempok dikenal masyarakat Gresik sebagai bahan sayuran yang dikonsumsi dengan
sayuran lainnya dalam olahan "urap-urap". Menurut mereka, jenis sayuran ini disukai
karena teksturnya yang kenyal dan rasanya gurih. Biasanya sri dempok banyak dijual di
pasar tradisional dalam keadaan masih belum diolah. Lumut sri dempok yang diolah dalam
bentuk siap dikonsumsi, banyak dijumpai di warung-warung kecil terutama di desa Petiken
kab. Gresik.
Sampai saat ini masyarakat setempat memanfaatkan lumut ini dengan cara mengambil
begitu saja di tanah- tanah kosong yang tidak produktif, terutama tanah yang sudah tidak
ditanami padi. Selanjutnya lumut ini dijual atau dikonsumsi sendiri. Di habitatnya, lumut sri
dempok berbentuk lembaran berwarna hijau kebiruan yang tumbuh mendatar di atas tanah
yang lembab. Lumut ini tumbuh meluas di atas tanah dan nampak berlimpah pada saat
musim hujan.

Bagi masyarakat setempat sri dempok dianggap sebagai sayuran, walaupun mereka
meyakininya sebagai lumut. Lumut sri dempok dikenal masyarakat setempat secara turun
temurun dan dari mulut ke mulut berdasarkan cerita penduduk yang sudah mengenalnya
terlebih dahulu.
Dari hasil pengamatan di habitatnya, diketahui bahwa ciri-ciri botani lumut tidak terdapat
pada lumut sri dempok. Pada permukaan bawah talus sri dempok tidak dijumpai rizoid
maupun sisik yang melekat pada substratnya, sedangkan permukaan atas tidak nampak
"pertulangan" dan alat reproduksi seksual. Dengan demikian nampak bahwa nama lumut
yang diberikan penduduk Gresik memang benar-benar nama awam bukan lumut dalam
ilmu botani. Dari pengamatan singkat diketahui bahwa sri dempok memiliki kemiripan ciri
dengan alga antara lain warna biru hijau, berlendir, berbentuk lembaran tanpa organ lain
pada talusnya. Ciri lain yang umum dijumpai pada alga terutama alga biru yaitu kelompok
makhluk hidup ini dapat memfiksasi nitrogen. Dengan demikian kemungkinan pada talus
sri dempok banyak mengandung protein. Demikian pula dengan tanah sebagai substrat
hidupnya kemungkinan kandungan nitratnya tinggi. Terkait dengan kandungan protein dan
nitrat maka informasi ini bisa digunakan sebagai dasar pemanfaatan sri dempok sebagai
bahan makanan secara optimal dan usaha pelestariannya oleh masyarakat setempat.
Pangan merupakan suatu permasalahan vital karena menyangkut kebutuhan gizi
seseorang. Guna menunjang hal tersebut diperlukan makanan yang memiliki nutrisi baik
dan tentunya didukung oleh teknologi pengolahan pangan yang tepat. Adanya beraneka
ragam produk yang beredar di pasar membuat masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan,
sehingga muncul trend untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami (back to nature).
Salah satu pengolahan dengan membuat makanan ringan yang diminati yaitu
mengolahnya menjadi krispi sri dempok.
Hasil pemaparan di atas menunjukan fakta – fakta yang melatar belakangi penelitian, antara
lain :
1)      Semakin bervariasinya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan pangan.
2)      Banyaknya makanan bergizi rendah dan membahayakan kesehatan yang beredar
dipasaran.
3)      Adanya keinginan untuk kembali menggunakan produk-produk yang alami karena
dianggap lebih menyehatkan.
4)      Membuka usaha agroindustri baru untuk menciptakan produk yang mampu bersaing
dipasaran.
Hal-hal tersebut di atas, menjadi dasar mengapa penulis tertarik untuk memanfaatkan
lumut sri dempok sebagai bahan baku pembuatan krispi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan data-data yang penulis paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, antara lain :
1.)    Apakah lumut sri dempok dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan produk
makanan?
2.)    Bagaimana cara pembuatan krispi yang baik dan benar?
3.)    Mampukah krispi sri dempok menjadi produk pilihan para konsumen?

1.3. Tujuan Penelitian
Melalui penulisan karya ilmiah ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :
1)      Menemukan alternatif baru untuk memanfaatkan tanaman lumut sri dempok sebagai
bahan baku pembuatan produk makanan ringan,
2)      Menciptakan produk makanan ringan yang sehat, bernutrisi, dan bernilai jual tinggi,
3)      Membuka usaha agroindustri baru.
1.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Mengajak masyarakat untuk dapat mengelola atau membuat sendiri krispi lumut sri
dempok menjadi makanan ringan yang enak dan menyehatkan.

1.5. Kegunaan Penelitian


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberi manfaat yang luas, baik bagi penulis sendiri
maupun pembaca umumnya;
1.   Bagi penulis ;
Sebagai latihan pembuatan lomba karya ilmiah, penulisan karya ilmiah ini banyak
memberi manfaat, baik langsung maupun tidak langsung, diantaranya penulis
mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai tumbuhan lumut sri dempok yang
dapat diolah menjadi krispi yang enak dan menyehatkan. Disamping itu penulis merasa
dilatih untuk menulis dan menjadikannya sebagai bahan referensi dan kajian untuk
meningkatkan pembelajaran disekolah.
 2. Bagi pembaca ;
Tidak jauh beda dari yang penulis sampaikan diatas, diharapkan melalui tulisan ini dapat
memberikan pemahaman mengenai tumbuhan lumut sri dempok yang dapat diolah
menjadi krispi yang enak dan menyehatkan.
3.   Bagi instansi terkait ;
Memberikan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman lumut
sri dempokyang kaya manfaat.
4.   Bagi para pekerja argoindustri ;
Memberikan masukan untuk menciptakan produk makanan ringan baru yang lebih
menyehatkan.
5.   Bagi masyarakat ;
Memberikan informasi dan masukan untuk dapat mengelola atau membuat sendiri lumut
sri dempok menjadi makanan ringan yang enak dan menyehatkan.

1.6. Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1)      Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi melalui berbagai sumber tertulis
ataupun melalui sumber lisan dari narasumber yang berpengalaman.
2)      Percobaan
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan mempraktikannya sendiri
masalah yang dibahas.
3)      Jelalah Dunia Maya
Hal ini dilakukan untuk mencari data atau informasi yang tidak didapatkan pada waktu
studi pustaka dan penelitian.

1.7. Sistematika Penulisan


 BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi uraian mengenai latar belakang penulisan, identifikasi masalah, tujuan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan yang dilakukan penulis dalam menyusun karya tulis ini.
 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Berisi uraian mengenai deskripsi tanaman lumut sri dempok , penyebaran, manfaat,
dan pengolahan lidah buaya menjadi produk makanan berupa selai.
 BAB 3 METODE PENULISAN
Berisi uraian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu tempat dan
waktu penelitian, alat dan bahan, proses pengolahan, dan produk.
 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian mengenai pembahasan dari hasil produk yang dihasilkan tentang sifat
fisik yang dihasilkan dan hasil pengamatan akhir.
 BAB 5 PENUTUP
Berisi uraian mengenai kesimpulan dari percobaan yang dilakukan penulis dan saran-
saran penulis untuk masyarakat maupun pemerintah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Lumut sri dempok banyak dijumpai di kabupaten Gresik tepatnya desa Petiken dan
kabupaten Sidoarjo tepatnya kecamatan Wonoayu. Lumut ini nampak tumbuh subur dan
melimpah pada saat musim hujan. Tubuhnya berupa lembaran berwarna hijau tumbuh
mendatar berwarna biru kehijauan. Dari identifikasi singkat melalui pengamatan mikroskop,
lumut sri dempok bukan lumut dalam arti botani, namun termasuk kelompok alga biru. Sri
dempok merupakan kolonisasi taksa alga biru filament, masing- masing filamen dilengkapi
dengan heterosis.
Adapun ciri-ciri alga biru antara lain, sel prokariotik, mengandung pigmen fikosianin
dan fikoeritrin, klorofil a, cadangan makanan berupa glikogen, dinding sel tersusun atas
peptidoglikan. Bentuk tubuh alga biru bisa uniseluler dengan berbagai macam bentuk, koloni
bisa berbentuk bulat, tidak teratur, lembaran dan multiseluler berbentuk filamen. Berdasar
hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis, lumut sri dempok diklasifikasi sebagai
berikut:
Divisi : Cyanophyta Famili : Nostocaceae

Gambar 1. Makroskopis lumut sri dempok: bentuk lembaran berwarna biru kehijaun.
Wisanti dan Novita Kartika Indah 67

Marga : Nostoc

Spesies : Nostoc commune Vauch.

Nostoc commune (lumut sri dempok: nama daerah) tumbuh menempel pada permukaan
tanah liat alusol yang berwarna kuning, lembab. Makroskopis: kolonisasi berbentuk
lembaran, hijau tua, kecokelatan pada lembaran yang terlipat, panjang 10 cm, lebar 5 cm;
permukaan tubuh berlendir, licin. Mikroskopis: struktur sel prokariotik, bentuk tubuh
filamen, tidak bercabang, panjang 20–25μm, 15 sampai dengan 25 sel vegetatif, selubung
lendir ketebalan 1μm. Sel vegetatif berbentuk bulat, berwarna hijau biru, Ø 1μm. Sel
heterosis 1–2 sel tiap filament, terletak di ujung atau tersebar di tengah filament, bulat,
berwarna jernih, Ø 2μm.

Gambar 2. Mikroskopis lumut sri dempok: filament tersusun dalam koloni.

Tanah alusol. Adapun faktor lingkungan yang diperoleh ditunjukkan dalam Tabel 1.
Kajian nutrisi dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, yang dituangkan
dalam Tabel 2.

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis menunjukkan bahwa


lumut sri dempok tergolong Cyanophyta (alga biru). Ciri-ciri yang mendukung klasifikasi
tersebut antara lain secara makroskopis talus lumut sri dempok berbentuk lembaran tidak
dilengkapi dengan rhizoid ataupun organ lainnya, seperti lazimnya ciri-ciri lumut. Dengan
demikian bahwa penamaan "lumut" semata-mata hanya penamaan awam atau oleh
penduduk sekitar. Ciri lainnya dari pengamatan mikroskopis bahwa struktur selnya
prokariotik. Adapun ciri yang menguatkan bahwa lumut sri dempok tergolong Nostoc adalah
bentuk tubuh filamen tidak bercabang, menghasilkan heterosis. Filamen diselubungi lendir
membentuk struktur koloni bulat atau lembaran (Hoek et al, 1998).
Lumut sri dempok mempunyai syarat tumbuh ideal, sehingga kolonisasi taksa ini bisa
meluas dan tumbuh subur. Nostoc bersifat kosmopolit dan tersebar di perairan sebagai
plankton dan di daratan sebagai benthos (Hoek et al, 1998).
Sebenarnya alga biru cenderung hidup di habitat dengan lingkungan netral dan kurang
pada pH rendah. (Sze, 1986). Untuk habitat lumut sri dempok menunjukkan pH tanah
rendah. Dengan demikian walaupun tempat tumbuh lumut sri dempok dengan pH yang
rendah, taksa ini bisa hidup optimal.
Suhu juga merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuhnya lumut sri
dempok. Pada bulan Februari suhu rata-rata 28,6° C dan lumut sri dempok tumbuh dengan
subur. Sebaliknya pada musim kemarau (bulan Oktober) suhu rata-rata 30,6° C, lumut sri
dempok kering dan warnanya berubah kehitaman.
Namun demikian, koloni Nostoc biasanya tumbuh dengan baik dan subur setelah
terkena air hujan dan nampak sebagai lapisan berlendir (Gupta, 1981). Oleh karena itu,
jika dicermati data yang diperoleh menunjukkan bahwa air merupakan faktor lingkungan
yang sangat menentukan bagi kesuburan lumut sri dempok. Hal ini didukung oleh data

Tabel 1. Faktor lingkungan pertumbuhan lumut sri dempok.

Bulan Suhu Kelembaban pH tanah Keterangan


udara udara
Februari 28,6° C 35% 5,5 Lumut sri dempok tumbuh subur
Oktober 30,6° C 49% 5,7 Lumut sri dempom tidak optimal,
kering, kolonisasi menyempit.

Tabel 2. Hasil kajian nutrisi lumut sri dempok

Karbohidr Protein Serat Vitamin A Fosfor Besi


at mg/100gr
%/gram %/gram %/gram mg/ mg/100gr
100gr
40.50 31.88 15.45 140 410 35
bahwa hasil pengamatan saat musim hujan (bulan februari) lumut sri dempok tumbuh
sangat subur.

Hasil kajian nutrisi menunjukkan bahwa lumut sri dempok mempunyai kadar gizi yang
cukup baik. Kadar protein tinggi (31.88% per gram) disebabkan bahwa lumut sri dempok
mampu memfiksasi nitrogen melalui heterosis. Heterosis berfungsi mengubah nitrogen
menjadi amoniak dengan bantuan enzim nitroginase. Amoniak yang dihasilkan digunakan
untuk pembentukan glutamin. (Sze, 1986). Glutamin adalah asam amino yang paling
banyak dalam tubuh manusia dan lebih banyak terlibat dalam proses metabolisme
daripada asam amino lainnya. Sumber makanan alami yang merupakan sumber glutamin
meliputi sumber hewan seperti ikan, telur, susu, daging babi, daging sapi, unggas, yogurt,
dan keju. Kandungan nutrisi lainnya dari lumut sri dempok adalah karbohidrat 40,50% per
gram, serat 15.45% per gram, vitamin A 140 mg/100g, fosfor 410 mg/100 gr dan besi 35
mg/100 g. Dengan demikian lumut sri dempok dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan khususnya untuk sayuran. Kandungan nutrisi lumut sri dempok hampir sama
dengan kacang kedele kering, protein 34.9% per gram, dan karbohidrat sebesar 34,8% per
gram (Departemen Kesehatan, 1996).
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa lumut sri dempok
bukan lumut dalam arti botani tetapi termasuk alga prokariotik. Lumut sri dempok
diklasifikasikan dalam Cyanophyta, family Nostocaceae, marga Nostoc dan
diidentifikasi sebagai Nostoc commune. Lumut sri dempok memiliki potensi sebagai
bahan makanan dengan kandungan gizi yang baik, karena protein cukup tinggi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Proses pembuatan keripik lidah buaya ini dilakukan secara sederhana di sekolah.
waktu penelitian hingga pelaksanaanya dilakukan pada bulan januari 2021.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan selama proses pengolahan adalah sebagai berikut:
1. Kompor

2. Wajan
3. Alat Peniris Minyak

4. Timbangan

3.2 2 Bahan
1. lumut sri dempok
2. tepung krispi dan tepung kanji

3. minyak goreng

3.3 Metode Pembuatan Krispi Sri Dempok


Proses pembuatan krispi lumut sri dempok dilakukan secara sederhana agar mudah
di tiru oleh masyarakat. Langkah-langkah pembuatan keripik lidah buaya adalah sebagai
berikut :
a. Pengumpulan
Langkah awal untuk membuat sebuah produk adalah mengumpulkan alat dan bahan
yang diperlukan. Alat yang diperlukan antara lain, wajan,kompor, wadah magkok, timbangan
dan alat peniris minyak. Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain, lumut sri dempok,
tepung krispi, tepung kanji dan minyak.

b. Pengambilan lumut sri dempok

lumut biasanya tumbuh di tanah yang berbatu,kemudian lumut di panen, di pilih


kotorannya biar bersih, kemudian di diamkan di tempat wadah yang bersih.

c. pencucian dan pembersihan

Setelah dibersihkan, lumut di cuci dengan air mengalir selama 7 kali pencucian biar bersih
dan tidak berbau tanah.
d. pencampuran bahan

Dalam pencampuran ini menggunakan tepung krispi satu wadah kemudian tepung kanji
setelah kilo di campur jadi satu.

e. penggorengan

Dalam penggorengan ini ada tehnik tertentu di pembuatan krispi yaitu pencampuran
tepung di lakukan setelah minyak yang di panaskan sdh mendidih sehigga krispi yang di
dapatkan lbh renyah, kemudian lama penggorengan tergantung krispi klu minyak sdh
bening dan tdk terlihat busa berarti krispi sdh bs di angkat.
f. peniris minyak

peniris ini adalah alat untuk memisahkan minyak pada krispi, krispi di masukkan wadah
peniris kemudian di putar selama 2 kali, setiap kali peniris sekitar 10 menit, Kemudian di
ambil minyaknya tujuan peniris ini adalah agar minyak pada krispi tdk banyak dan
menguranggi lemak di makanan.
g. pengepakan

Setelah proses peniris, krispi di diamkan dulu agar dingin kemudian di kemas di wadah
sesuai pesanan dan di beri perisai(rasa) seperti balado, sapi panggang, balado pedas
manis tergantung pemesanan ada jg yang original tanpa rasa.
3.4 Pengamatan hasil Produk

Dari percobaan yang dilakukan, penulis dapat mengetahui tekstur, penampilan, aroma,
dan rasa yang dihasilkan dari produk yang dihasilkan. Berikut adalah hal-hal yang diperoleh
dari hasil pengamatan:

3.4.1 Tekstur dan Penampilan Krispi


     Hasil produk olahan krispi lumut sri dempok yang alami ( tanpa pewarna dan perisa
makanan, kecuali garam) akan menghasilkan warna kuning keemasan. Apabila
menginginkan warna lain, kita dapat menambahkan pewarna makanan dan perisa makanan
secukupnya setelah penggorengan.

3.4.2 Rasa
     Setelah melalui beberapa percobaan, dapat di simpulkan bahwa rasa yang dihasilkan
oleh krispi lumut sri dempok sangat dipengaruhi oleh kadar tepung krispi dan lama
penggorengan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.    Sifat Fisik Hasil Olahan
            Setelah melakukan percobaan tersebut dapat diketahui sifat-sifat dari hasil olahan
krispi lumut sri dempok tersebut. Sifat tersebut antara lain:

 Krispi yang dihasilkan berwarna kuning keemasan apabila tidak dicampur dengan
pewarna dan perisa makanan.
 Teksturnya renyah dan krispi.
 Rasanya sesuai dengan perisa makanan yang ditambahkan.

4.2.    Hasil Pengamatan Akhir

                 Setelah melakukan percobaan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembuatan


krispi lumut sri dempok dapat dilakukan secara sederhana. Hal inilah yang membuat penulis
yakin bahwa masyarakat mudah untuk mempraktikanya sendiri di rumah. Hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan produk ini adalah ketelitian dan perpaduan kadar zat yang
harus sesuai agar menghasilkan produk yang baik. Hal-hal yang diamati adalah peran
tepung krispi dan tepung kanji, lama penggorengan dan perisa makanan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian manfaat tanaman lumut sri dempok menjadi krispi ini, dapat
penulis simpulkan sebagai berikut :

 Dalam pembuatannya diperlukan ketelitian dalam penggunaan zat. Hal ini telah
dibuktikan melalui percobaan yang telah penulis lakukan. Dengan perbandingan yang
tepat, krispi hasil olahannya akan baik dan diminati para konsumen.
  Krispi lumut sri dempok memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh kita.
 Pemanfaatan lumut sri dempok menjadi produk olahan seperti krispi sri dempok ini
sangat memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri baru bagi
produsen. Karena selain rasanya yang enak, krispi sri dempok ini juga bernutrisi tinggi
dan kaya manfaat.
5.2.    Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka upaya peningkatan pengelolaan
perpustakaan :

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat lebih meningkatkan kualitas produk
yang baik.
2. Perlu diperhatikan penggunaan bahan dan zat dalam proses pembuatannya agar
mampu menghasilkan produk yang baik dan tetap (cita rasa selalu terjaga).
3. Pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat mengembangkan lumut sri dempok
sebagai bahan pembuatan produk makanan.

Anda mungkin juga menyukai