Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Disusun Oleh :

MUHAMMAD BENI SEPTIMA

NIM. 1808437033

Pembimbing :

dr. ARIMAN SYUKRI Sp.THT-KL


KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

2019

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah peradangan pada mukosa


telinga tengah yang berlangsung lebih dari 2 bulan dan ditandai dengan adanya
perforasi pada membran timpani dan keluarnya cairan secara terus menerus atau
hilang timbul dari liang telinga.1

Otitis media supuratif kronis merupakan salah satu penyakit terbanyak di


dunia terutama di negara berkembang sedangkan di negara maju seperti Inggris
0,9% dan di Israel hanya 0,0039%.2,3 Menurut world health organization (WHO),
diperkirakan OMSK memiliki angka kejadian sebanyak 65-330 juta di seluruh
dunia, 60% diantaranya mengalami gangguan pendengaran.3

Insiden OMSK bervariasi di setiap negara berkembang. Secara umum,


insiden dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras dan faktor sosioekonomi.
Kehidupan sosie-ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan
serta gizi yang buruk merupakan faktor resiko yang mendasari peningkatan
prevalensi OMSK di negara berkembang.3

Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan berakibat muncul komplikasi


yang dapat meningkatkan angka kematian.2 Komplikasi dapat terjadi karena adanya
infeksi, inflamasi, jaringan granulasi dan pembentukan kolesteatom yang terus

1
menerus. Komplikasi OMSK ini terdiri dari komplikasi intrakranial dan
ekstrakranial.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan kronik telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
lebih dari dua bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul.2,3 Sekret yang
timbul mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.4,5 Otitis media
supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata, dalam kehidupan
sehari-hari disebut congek.5
Perjalanan penyakit otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran
timpani menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK) apabila prosesnya sudah
lebih dari dua bulan. Bila proses infeksi kurang dari dua bulan disebut otitis media
supuratif subakut. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK

2
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi dan daya tahan tubuh yang rendah serta higiene buruk.1

II. KLASIFIKASI

Secara klinis, otitis media supuratif kronik (OMSK) dibagi menjadi dua
tipe, yaitu:

a. Tipe benigna (tipe aman, tipe mukosa, penyakit tubotimpani)


Tipe ini memiliki proses peradangan yang hanya terbatas pada mukosa saja
dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe benigna ditandai oleh adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi tergantung pada luas dan
keparahan penyakit. Tipe ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain patensi
tuba eustakhius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi
yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Perkembangan tipe
ini juga dipengaruhi oleh adanya campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan
derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa.

b. Tipe maligna (tipe bahaya, tipe tulang, penyakit atikkoantral)


Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe
ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida.
Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi
tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatom.5

3
Gambar 1. Jenis otitis media supuratif kronik6

Perbedaan antara penyakit tubotimpani dan penyakit atikkontral dapat


dilihat pada tabel di bawah ini.5

Tabel 1. Perbedaan antara penyakit tubotimpani dan penyakit atikkontral7

Kriteria Penyakit tubotimpani Penyakit atikkoantral

Serumen Banyak, mukus, tidak Sedikit, purulent, berbau


berbau busuk

Perforasi Sentral Atik atau marginal

Granulasi Jarang Sering

Polip Pucat Merah dan besar

Kolesteatoma Tidak ada Ada

Komplikasi Jarang Sering

Audiogram Tuli konduktif ringan Tuli konduktif atau


sampai sedang campuran

4
Kolesteatom adalah tumpukan dari pengelupasan lapisan keratin epitel dalam
kavum timpani atau kavum mastoid (gambar 2). Kolesteatom dapat dibagi atas dua
tipe yaitu:
1. Kolesteatom kongenital
Kolesteatom yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga
dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatom
biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angel.
2. Kolesteatom didapat (kolesteatom akuisital)

Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:

a. Primary acquired cholesteatoma (kolesteatoma akuisital primer)


Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani. Kolesteatom timbul akibat terjadi proses invaginasi dari
membrane timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga
tengah akibat gangguan tuba (teori invaginasi).
b. Secondary acquired cholesteatoma. (Kolesteatoma akuisital sekunder)
Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah
(teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia).5,7,8

Gambar 2. Jaringan granulasi dan kolesteatoma pada kavum timpani.1

5
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, OMSK dibagi menjadi:
a. OMSK aktif
Tipe aktif ditandai dengan adanya sekret pada telinga. Biasanya kuman
masuk melalui liang telinga luar setelah sebelumnya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius atau setelah berenang. Sekret
bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
b. OMSK tenang (pasif)
Tipe pasif ditandai dengan perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam
telinga.4,5,9

III. PATOFISIOLOGI

Secara umum, patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi


patogenesis utama dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut
(OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret
yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa
kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.9

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani antara lain infeksi saluran


nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis, pembesaran adenoid pada
anak, tonsilitis kronis, mandi dan berenang dikolam renang, mengorek telinga
dengan alat yang terkontaminasi, malnutrisi, serta otitis media supuratif akut yang
berulang.7

OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan

6
dan sosial ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah
dikarenakan struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan
tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas
atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut
(OMA).5

Respon inflamasi pada fase awal yang timbul adalah berupa udem mukosa.
Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam
menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang
pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika
lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan
granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya.3 Perbedaan
patofisiologi tipe benigna dengan tipe maligna adalah terletak dari pembentukan
kolesteatom. Pada tipe benigna, kolesteatom tidak terbentuk.5

Proses patogenesis telinga tengah yang terjadi pada OMSK maligna sudah
melewati periosteum tulang pada atik, antrum mastoid sehingga menyebabkan
destruksi tulang atau osteomielitis. Jaringan patologik yang sering ditemukan
adalah kolesteatoma, jaringan granulasi dan granuloma kolesterol. Kolesteatoma
adalah suatu struktur kistik yang dibungkus oleh lapisan sel-sel epitel berlapis
gepeng yang mengalami keratinisasi. Jaringan granulasi adalah suatu jaringan ikat
yang bervaskularisasi dan menunjukkan reaksi inflamasi. Granuloma kolesteol
adalah reaksi terhadap benda asing dari hasil pemecahan darah ( kristal kolesterol)
didalam telinga tengah.10

Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang


paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun
lokal sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin
yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,
tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat
menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat hiperproliferatif,
destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan
mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang.

7
Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh
pembusukan bakteri.7,8

Mekanisme pengrusakan tulang oleh kolesteatoma dilakukan mungkin oleh


retraksi imunologik yang timbul, juga oleh karena penekanan debris yang
menumpuk bersama dengan retraksi asam yang timbul karena dekomposisi bakteri.
Proses tersebut menyebabkan erosi perlahan-lahan pada tulang disekitarnya. Erosi
tulang ini akhirnya akan merusak sel-sel mastoid, bahkan dapat terus merusak ke
arah korteks mastoid menyebabkan abses retroaurikular. Perjanalan infeksi ke
superior menyebabkan abses ekstradural, meningitis atau abses otak. Ke medial
menyebabkan labirinitis, kelumpuhan nervus facialis dan petrositis. Ke posterior
menyebabkan sinus lateral.10

IV. DIAGNOSIS

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dari anamnesis dan


pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui gangguan pendengaran. Untuk
mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan
audiometric nada murni, audiometri tutur (speech audiometric), dan pemeriksaan
BERA (brainstem evoked response audiometric) bagi pasien anak yang tidak
koperatif dengan pemeriksaan audiometrik nada murni.5

V. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan OMSK tipe benigna adalah konservatif atau


dengan medikamentosa sedangkan prinsip terapi OMSK maligna adalah
pembedahan, yaitu mastoidektomi.5

VI. KOMPLIKASI

8
Otitis media supuratif dapat memiliki komplikasi yang sangat mengancam
kesehatan dan dapat menyebabkan kematian sehingga mempunyai potensi untuk
menjadi serius. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna,
dan jarang ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe benigna.5,11,12 Komplikasi
otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur disekitarnya. Jalan
penyebaran suatu infeksi dapat melalui:
1. Penyebaran hematogen
2. Penyebaran melalui erosi tulang
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.5
Komplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi ekstrakranial, intrakranial
dan intratemporal, tergantung dari tingkat keparahan penyakit.5,7,12 Komplikasi
ekstrakranial yang dapat terjadi antara lain abses retroaurikular, abses Bezold’s dan
abses zigomatikus. Komplikasi intrakranial yaitu abses ekstradura, abses subdura,
abses otak, meningitis, trombofleibitis sinus lateralis dan hidrosefalus otikus.
Komplikasi intratemporal yaitu berupa paresis nervus fasialis, petrositis,
mastoiditis, labirinitis dan tuli saraf.2,7,11

VII. PROGNOSIS

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan semakin bahaya dan bersifat
fatal. Sehingga OMSK tipe maligna harus diobati secara aktif dan proses erosi
tulang berhenti.5

9
BAB III

LAPORAN KASUS

Status Pasien

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU - PEKANBARU

Nama Dokter Muda :M. Beni Septima Pembimbing : dr. Ariman Syukri,
Sp.THT-KL

Nim : 1808437033 Tanggal : 13 November 2019

STATUS PASIEN LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 19 tahun
10
Jenis Kelamin : laki laki

Alamat : Jl. Pepaya, Pangkalan Kerinci

Suku Bangsa : Melayu

ANAMNESA

Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

9 bulan SMRS pasien mengeluhkan telinga kanan kemasukan air dan


berdenging pada saat pasien berenang. Telinga berdenging dirasakan terus
menerus dan pasien selanjutnya mengkorek telinganya namun tidak hilang.
Pasien selanjutnya berobat ke RS Evarina dan diberikan antibiotik namun
keluhan tidak berkurang.

8 bulan SMRS pasien mengeluhkan telinga kanan keluar carian. Keluhan


dirasakan terus menerus pada setiap pagi. Cairan berwarna kuning, kental dan
berbau. Pasien juga mengeluhkan terlinga terasa nyeri dan berdenging. Pasien
selanjutnya berobat ke Santa Maria dan diberikan obat tetes telinga dan
antibiotik.

5 bulan SMRS pasien mengeluhkan telinga kanan masih keluar cairan.


Keluhan dirasakan setiap pagi dan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan batuk
dan pilek. Pasien selanjutnya berobat ke RSUD arifin ahmad dan diberikan obat
tetes telinga dan antibiotik.

Pasien datang ke Poli THT RSUD Arifin Achmad dengan keluhan keluar
cairan dari telinga kanan sejak tiga minggu sebelum datang ke Poliklinik THT-

11
KL RSUD Arifin Achmad. Keluhan dirasakan terus-menerus, cairan berwarna
kuning, kental dan berbau. Pasien juga mengeluhkan telinganya terasa
berdenging. Pasien mengaku pendengarannya juga berkurang. Keluhan tidak
disertai gatal, dan tidak ada pusing berputar.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang pernah memiliki keluhan yang sama.

Riwayat Alergi (-)

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

Pasien seorang wiraswasta. Merokok (-), Alkohol (-)

Pasien memiliki kebiasaan berenang

Kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : kompos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmhg

12
Frekwensi Nadi : 76 denyut per menit

Suhu Tubuh : 36, 5 derajat celcius

Pemeriksaan Sistemik

Kepala

Mata : Konjungtiva : Pucat -/-

Sklera : kuning -/-

Toraks : Jantung : S1 dan S2 Reguler

Paru : Vesikuler di seluruh lapangan paru

Abdomen : Bising usus (+) 9 kali permenit

Ekstremitas : Pitting udema (-)

STATUS LOKALIS THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Kel. Kongenital - -

Trauma - -

Daun Telinga Radang - -

Nyeri tarik - -

Nyeri tekan tragus - -

Lapang / sempit Lapang Lapang

Liang Telinga Hiperemis - -

13
Edema - -

Massa - -

Bau Berbau -

Sekret/Serumen Warna Kuning keputihan -

Jumlah Banyak Tidak ada

Membran Tympani

Warna Putih mutiara Putih mutiara

Refleks Cahaya Tidak ada Arah jam 5

Bulging Tidak Tidak

Retraksi Tidak Tidak

Atrofi Tidak Tidak

Jumlah perforasi 1 -

Jenis Sentral -

Perforasi Kwadran Antero superior -

Pinggir Rata -

Warna mukosa telinga tengah Sulit dinilai -

Gambar

14
Tanda radang/abses Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes Garpu Tala Rinne Negatif Positif

Weber Lateralisasi ke kanan

Schwabach Memanjang Sama dg pemeriksa

Kesimpulan Tuli konduktif Normal

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Deformitas Tidak Tidak

Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada

Hidung Luar Trauma Tidak ada Tidak ada

15
Radang Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus Paranasal

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Vestibulum Vibrise Ada Ada

Radang - -

Cavum Nasi Lapang /Cukup Lapang/Sempit Lapang lapang

Lokasi - -

Jenis - -

Sekret Jumlah - -

Bau - -

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Konkha Inferior Permukaan Licin Licin

Edema - -

Ukuran Eutrofi Eutrofi

16
Konkha Media Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema - -

Cukup lurus / deviasi Cukup lurus Cukup lurus

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Septum Spina - -

Krista - -

Abses - -

Perforasi - -

Lokasi Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukaan - -

Massa Warna - -

Konsistensi - -

Mudah digoyang - -

Pengaruh vasokonstriktor - -

Gambar

17
Orofaring / Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra

Simetris/ Tidak Simetris Simetris

Palatum Mole + Warna Merah muda Merah muda


Arkus Faring
Edema - -

Bercak/ Eksudat - -

Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin licin

Ukuran T1 T1

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin licin

Tonsil Muara kripti - -

Detritus - -

Eksudat - -

Perlengketan dengan pilar - -

Warna Merah muda Merah muda

Peritonsil Edema - -

Abses - -

Lokasi - -

Bentuk - -

Tumor Ukuran - -

Permukaan - -

Konsistensi - -

18
Gigi Karies / Radiks - -

Kesan Normal Normal

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra

Lidah Deviasi Tidak Tidak

Bentuk Normal normal

Tumor - -

Gambar

Pemeriksaan kelenjar Getah Bening Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer Limfe

Inspeksi :
lokasi..................................................................................................

Bentuk................................................................................................

Soliter/Multiple..................................................................................

Palpasi : Bentuk
..............................................................................................

Ukuran..............................................................................................

19
Konsistensi........................................................................................

Mobilitas...........................................................................................

RESUME ( DASAR DIAGNOSIS )

Anamnesis :

Keluhan Utama :

Keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan telinga kanan kemasukan air dan berdenging pada saat pasien
berenang.

Pasien mengeluhkan telinga kanan keluar carian berwarna kuning keputihan.

Terdapat batuk pilek pada pasien

Tidak ada riwayat alergi

Tidak ada pusing berputar

Tidak ada penurunan kesadaran

Tidak ada demam

Pemeriksaan Fisik

Telinga Kanan Kiri

Normal Normal

20
Daun Telinga

Terdapat serumen yang Normal


banyak
Liang Telinga

Perforasi sentral Normal

Membran Tympani

Gambar

Hidung Kanan Kiri

Rinoskopi Anterior Normal Normal

Vestibulum Normal Normal

Cavum Nasi Normal Normal

21
Konkha Inferior Normal Normal

Sekret Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Gambar

Rinoskopi Posterior - -

Laringoskopi Indirek - -

Epiglotis - -

Pita Suara - -

Gambar - -

22
Faring Normal Normal

Palatum Mole Normal Normal

Dinding Faring Normal Normal

Tonsil Normal Normal

Gambar

Diagnosis : Otitis media supuratif kronik tipe jinak fase aktif aurikula
dekstra

DD/ :Otitis media supuratif kronik tipe bahaya

Usulan pemeriksaan penunjang :

Audiometri

Kultur sekret telinga

Ct Scan

Terapi :

Ciprofloxacin tab 500 mg 2x1tablet/ hari

23
Ofloksasin tetes telinga 2x6 tetes/ hari

Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : dubia

Nasehat :

Hindari masuknya air kedalam telinga


Jangan membersihkan telinga dengan mengorek telinga secara berlebihan
Pemakaian obat dengan teratur.

BAB IV

24
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka dapat


ditegakkan diagnosis kerja adalah Otitis media supuratif kronik tipe jinak fase aktif
aurikula dekstra. Pasien mengeluhkan keluar cairan dari telinga kanan pertama kali
sejak 8 bulan yang lalu, cairan berwarna kuning, kental dan berbau. Keluhan juga
disertai telinga yang berdenging dan nyeri. Sebelumnya pasien mengatakan teliga
kemasukan air saat berenang dan mengkorek telinga. Pasien juga mengeluhkan
terdapat pilek, batuk dan demam. Pasien tidak ada keluhan pusing berputar, tiba-
tiba hilang kesadaran. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
gejala klinis dari OMSK adalah keluarnya cairan, telinga berdenging, nyeri telinga
dan vertigo. Pada pasien ini, ditegakkan diagnosis OMSK tipe benign ditandai
adanya perforasi pada sentral dari membran timpani.1 Selanjutnya OMSK pada
pasien dalam fase aktif dikarenakan terdapat otorea pada telinga kanan.

Berdasarkan hasil penelitian pengemanan, dkk pada tahun 2018, didapatkan


usia 18-40 tahun yang paling panyak menderita OMSK, dari keluhan yang
menyebabkan pasien datang ke pelayanan kesehatan paling banyak mengeluhkan
otore diikuti kurangnya pendengaran, otalgia, dan nyeri kepala.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan liang telinga kiri mengalami perforasi


jenis bening. Pada tes penala didapatkan Rinne telinga kanan negatif dan kiri positif,
Weber lateralisasi ke kanan dan Swabach memanjang pada telinga kanan dan pada
telinga kiri Swabach sama dengan pemeriksa, dengan kesan tuli kondutif. Hasil tes
penala pasien yaitu tuli konduktif telinga kanan dimana pada pasien OMSK dapat
ditemukan tuli konduktif ringan hingga sedang.1

Penatalaksanaan yang diberikan adalah pemberian antibiotik oral


ciprofloxacin dan tetes telinga. Penatalaksanaan OMSK pada pasien ini sesuai
dengan teori dimana pada OMSK diberikan antibiotik oral dan topikal berupa
tetes telinga. Idealnya, antibiotik yang diberikan yaitu antibiotik yang sesuai
dengan bakteri penyebab. Untuk itu diperlukan pemeriksaan kultur sekret telinga.

25
Sebagai edukasi, pasien disarankan untuk menghindari masuknya air ke
dalam telinga dan tidak membersihkan telinga secara berlebihan. Prognosis pada
pasien untuk Quo ad vitam adalah bonam sedangkan Quo ad sanam adalah Dubia
karena OMSK merupakan penyakit yang berulang. OMSK memiliki berbagai
komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, dan
jarang ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe benigna.1

26
KESIMPULAN

OMSK adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari dua bulan, baik terus
menerus maupun hilang timbul dan dapat disertai dengan turunnya pendengaran
atau tuli konduktif. Penyebab OMSK sering kambuh yaitu adanya perforasi
membran timpani yang permanen, terdapat sumber infeksi pada saluran napas atas,
serta gizi dan higiene pasien yang kurang.
Penatalaksanaan OMSK bergantung pada tipe OMSK tersebut. Prinsip
penatalaksanaan OMSK tipe aman (benigna) ialah konservatif atau dengan
medikamentosa sedangkan pada OMSK tipe bahaya (maligna) ialah pembedahan.
Prognosis kesembuhan OMSK adalah dubia karena OMSK merupakan penyakit
yang berulang.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi Tujuh.
Jakarta: FKUI, 2011. p: 62-7

2. Sari Jenny, Edward Yan, Rosalinda Rossy. Otitis media supuratif kronis tipe
kolesteatom dengan komplikasi meningitis dan paresis nervus fasialis perifer.
Jurnal kesehatan andalas. 2018;7: p: 88-95

3. Pangemanan Debora, Palandeng Oraetlabora, Pelealu Olivia. Otitis media


supuratif kronik di poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. kandou Manado.
Jurna e-clinic. 2018 ;6. p : 31-5

4. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management
options. Child and Adolescent Health and Development Prevention of
Blindness and Deafness. Geneva Switzerland. 2004. p. 9-46.

5. Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana terkini otitis media supuratif kronis


(OMSK). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bagian THT Rumah
Sakit Abdoel Moeloek Lampung: 2016. p : 1-38.

6. Michael et al. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Adams GL, Boies
LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta; EGC; 1997. p : 88-
119.

7. Ludman H. Discharge from the ear. In: Ludman H, Bradley PJ. ABC of Ear,
Nose and Throath. Fifth Edition. Blacwell Publishing: 2007. p : 7-9

28
8. Dhingra PL, Dhingra S. Cholesteatoma and Chronic Otitis Media. In: Disease
of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. Sixth Edition. Elsevier:
2014. p. 69-74

9. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap


beberapa antibiotika di bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan.
Medan: FK USU. 2003. p: 1-38

10. Ganong, william. Pendengaran dan keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 22. Jakarta: EKG;2008. p: 179-85.

11. Rehman HU et al. Attico-antral vs. tubo-tympanic chronic suppurative otitis


media. Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC): 18(2). 2014. p : 257-
9.

12. Ballenger, John jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck, Lea &
Febiger 14th edition. Philadelphia. P : 340-52

29

Anda mungkin juga menyukai