Anda di halaman 1dari 12

PENGHARGAAN ILMU DAN GURU MENURUT AL QUR’AN DAN HADIST

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Tafsir dan Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Dr. Mat Sholikhin, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Rikza Nada Aulia


2. Muhammad Nor Ismail
3. Lila Fidya Elok Yamyuna

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan lancar dan
menyelesaikan tepat waktu. Selanjutnya shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
baginda Rasul Muhammad SAW yang dinantikan syafa’atnya kelak di yaumil qiyamah.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Fiqh dengan materi
pembahasan. Tentang penghargaan guru dan ilmu menurut Al qur’an dan Hadits Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan agar dapat mendapatkan informasi ilmu yang bermanfaat pada
pembaca.

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran yang
bersifat konsumtif sangat kami butuhkan demi lebih baiknya makalah kami di masa mendatang.

Semarang, 27 April 2019

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Penghargaan ilmu menurut Al Qur’an dan Hadits…………………………………….…..


1) Definisi Ilmu……………………………………………………………………
2) Urgensi Ilmu…………………………………………………………………
3) Keutamaan Ilmu…………………….……………………………………………
B. Penghargaan Guru Menurut Al Qur’an dan Hadits…………………………….
1) Definisi Guru…………………………………………………………
2) Syarat-syarat Guru…………………………………………………………….
3) Keutamaan Guru…………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB I
PEMBUKAAN

1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang saling menghargai ilmu, dalam pandangan Al Qur’an
manusia mempunyai potensi ilmu dan mengembangkannya. Oleh karena itu banyak ayat
yang memerintahkan manusia untuk menempuh berbagai cara untuk terwujudnya hal
tersebut. Begitu juga dengan guru, giri merupakan pendidik yang akan mendidik,magajari,
dan memberi pengetahuan yang luas bagi peserta didiknya untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu beribadah dan bertakwa kepada Allah SWT

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami buat adalah sebagai berikut:
1) Penghargaan Ilmu menurut Al Qur’an dan Hadits meliputi;
 Definisi Ilmu
 Urgensi Ilmu
 Keutamaan ilmu.
2) Penghargaan guru menurut Al Qur’an dan Hadits meliputi:
 Definisi Guru
 Syarat-syarat Guru
 Keutamaan Guru menurut Al Qur’an dan Hadits

3. Tujuan Rumusan Masalah


a. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang penghargaan ilmu, yang
meliputi definisi ilmu, urgensi ilmu, dan keutamaan ilmu
b. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang penghargaan guru, yang
meliputi definisi guru, syarat-syarat guru, dan Keutamaan Guru menurut Al Qur’an
dan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penghargaan Ilmu Menurut Al Qur’an dan Hadits

a) Definisi ilmu

Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab yaitu 'alima yang terdiri
dari huruf 'Ayn, lam, dan mim. Secara harfiah ilmu adalah tahu atau mengetahui. Secara
istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas
sesuatu.1

Dalam pandangan alquran ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan


manusia unggul atas makhluq lain guna menjaga fungsi kehalifahannya. Hal tersebut
tercermin dalam Firman Allah Surat Al Baqarah ayat 31,32 yang berbunyi:

َ ‫اء َٰ َهؤ ََُل ِء إِ أن ُك أنت ُ أم‬


َ)٣١( ‫صا ِدقِين‬ ِ ‫ض ُه أم َعلَى أال َم ََلئِ َك ِة فَقَا َل أ َ أنبِئُونِي بِأ َ أس َم‬
َ ‫َو َعلَّ َم آدَ َم أاْل َ أس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر‬

)٣٢(‫س أب َحانَكَ َل ِع أل َم لَنَا ِإ َّل َما َعلَّ أمتَنَا ۖ ِإنَّكَ أَ أنتَ أالعَ ِلي ُم أال َح ِكيم‬
ُ ‫قَالوا‬

Berbicara tentang ilmu pengetahuan dengan hubungannya dengan Al Qur’an, ada


presepsi bahwa Al Qur’an itu adalah kitab ilmu pengetahuan. Presepsi ini muncul atas
dasar isyarat-isyarat Al Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

Jika berangkat dari asumsi dasar bahwa Al Qur’an adalah Wahyu, sementara
Wahyu sangat erat hubungannya dengan masalah jiwa dan prilaku manusia yang dominan
bersifat psikis atau psikologis. Dalam hal ini maka hubungan Al Qur’an dengan ilmu
pengetahuan tidaklah hanya sekedar diukur dengan banyaknya ditemukan ilmu
pengetahuan yang berasal dari pengumpulan ayat, bukan pula dengan menunjukkan
kebenaran teori ilmiah terhadap isyarat ayat. Akan tetapi penjelasan tersebut hendaknya
diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al
Qur’an.2

1
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, Amzah (Jakarta; 2013) hlm 16.
2
Munir Ahmad, Tafsir Tarbawi, Sukses Offset (Yogyakarta; 2008) hlm 80.
b) Urgensi ilmu

Ilmu adalah anugrah yang sangat agung dari Allah. Seperti yang disebutkan
didalam Alquran surat Al Baqarah ayat 247-249

ُّ ‫علَ ْينَا َونَحْ نُ أ َ َح‬


ُ‫ق ِبا ْل ُم ْل ِك ِم ْنه‬ َ ُ‫ث لَ ُك ْم َطالُوتَ َم ِلكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ ا ْل ُم ْلك‬ َ َ‫َوقَا َل لَ ُه ْم نَ ِبيُّ ُه ْم إِنَّ هللاَ قَ ْد بَع‬
‫س ِم َوهللاُ يُ ْؤِتِي ُم ْل َكهُ َمن‬ ْ ‫علَ ْي ُك ْم َو َزا َدهُ بَس َطةً ِفِي ا ْل ِع ْل ِم َوا ْل ِِج‬ ْ ‫سعَةً ِمنَ ا ْل َما ِل قَا َل إِنَّ هللاَ ا‬
َ ُ‫ص َطفَاه‬ َ َ‫َولَ ْم يُ ْؤت‬
﴾٢٤﴿ ُُ ‫ع ِلي ُم‬
َ ‫س ٌع‬
ِ ‫َوا‬ ُ‫َوهللا‬ ‫يَشَآ ُء‬

َ ‫س ِكينَةٌ ِم ْن ََر ِب ُك ْم َوبَ ِِقيَّةٌ ِم َّما ِت َ ََرَكَ آ ُل ُمو‬


‫سى َوآ ُل‬ َ ‫َوقَا َل لَ ُه ْم نَ ِبيُّ ُه ْم ِإنَّ آيَةَ ُم ْل ِك ِه أ َ ْن يَأِْتِيَ ُك ُم التَّابُوتُ ِفِي ِه‬
﴿ َ‫ُم ْؤ ِمنِين‬ ‫ُك ْنت ُ ْم‬ ‫ِإ ْن‬ ‫َل ُك ْم‬ ً‫ََليَة‬ َ‫ِإنَّ ِفِي ذَ ِلك‬ ۚ ُ‫اَرونَ ِتَحْ ِملُهُ ا ْل َم ََلئِكَة‬ ُ ‫َه‬
﴾٢٤٨

‫َْس ِمنِي َو َم ْن لَ ْم يَ ْط َع ْمهُ ِفَ ِِإنَّهُ ِمنِي‬


َ ‫َب ِم ْنهُ ِفَلَي‬
َ ‫َّللاَ ُم ْبت َ ِلي ُك ْم ِبنَ َه ٍَر ِفَ َم ْن َش ََِر‬
َّ َّ‫ص َل َطالُوتُ ِبا ْل ُِجنُو ِد َقا َل ِإن‬ َ ‫َِف َل َّما َِف‬
َ‫او َز ُه ُه َو َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َم َعهُ َقالُوا ََّل َطاقَة‬ ً ‫غ َْرِفَةً بِيَ ِد ِه ۚ ِفَش ََِربُوا ِم ْنهُ ِإ ََّّل َق ِل‬
َ ‫يَل ِم ْن ُه ْم ۚ َِفلَ َّما َج‬ َ ‫ِإ ََّّل َم ِن ا ْغت َ ََر‬
ُ ‫ف‬
ۗ ِ‫َّللا‬ َ ِ‫غلَ َبْتْ ِفَِئ َةً َكِث‬
َّ ‫يَرًةً ِب ِِإ ْذ ِن‬ َّ ‫ظنُّونَ أَنَّ ُه ْم ُم ََلقُو‬
َ ‫َّللاِ َك ْم ِم ْن ِفَِئ َ ٍة قَ ِليلَ ٍة‬ ُ ‫لَنَا ا ْل َي ْو َم ِب َِجالُوتَ َو ُجنُو ِد ِه ۚ قَا َل الَّ ِذينَ َي‬
﴾٢٤٩ ﴿ َ‫صا ِب َِرين‬
َّ ‫َّللاُ َم َع ال‬
َّ ‫َو‬

Didalam ayat tersebut Allah mengangkat nilai ilmu pengetahuan melebihi nilai
seorang Raja. Ilmu berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang. Dengan ilmu,
jalan hidup ini alan menjadi terang. Sebaliknya, tanpa ilmu orang akan merasa hidup ini
dalam keadaan gelap gulita.

Sehubungan dengan perbandingan ilmu dengan harta, ali bin abu thalib berkata "
Ilmu lebih baik dari harta. Ilmu dapat menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang
menjaganya. Ilmu berkuasa sedangkan harta dikuasai. Harta itu berkurang apabila
dibelanjakan, sedangkan ilmu itu bertambah jika disiarkan atau diamalkan"
Oleh sebab itu, seharusnya umat islam berusaha keras untuk mencari ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya, baik untuk kepentingan pribadi maupun sosial, juga
untuk dunia maupun akhirat.3

c) Keutamaan Ilmu
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang mendorong manusia ntuk mencari dan memiliki
ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Penghargaan Al Qur’an terhadap ilmu adalah
sebagai berikut.4
1. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, dan dibedakannya manusia dengan
makhluk lain disebabkan karena ilmu yang dimiliki terdapat dalam surat Al
Baqarah ayat 31-32.
2. Pada hakekatnya manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Maka ilmu disetai iman adalah ukuran
derajad manusia, sehingga manusia yang ideal adalah yang mencapai
ketinggian ilmu dan iman, seperti dalam surat Al Mujadalah ayat 11
3. Al Qur’an diturunkan oleh Allah dan hanya dapat direnungkan maknaya oleh
orang-orang yang berilmu. Untuk memperoleh petunjuk Al Qur’an bukan saja
diperlukan ketakwaan, dan keimanan melainkan juga dengan ilmu
pengetahuan. Seperti yang terdapat dalam surat Ar Rum ayat 22.
4. Al Qur’an memberi isyarat bahwa yang berhak memimpin umat adalah orang
yang memiliki ilmu pengetahuan.
5. Allah melarang manusia mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmunya tentang
sebagaimana dia menegur Nabi Nuh ketika ia memohon sesuatuyang ia tiak
ketahui surat Al Isra ayat 36
6. Allah memberikan contoh bagaimana orang awam yang tertarik dengan
kemewahan dunia seperti, Qarun karena hanya orang yang berilmu yang tahu
bahwa kemewahan dunia bukanlah sesuatu yang bernilai abadidan segala-
galanya. Terdapat pada surat Al Qashas ayat 80.

3
Bukhori Umar,Hadits Tarbawi, Amzah (Jakarta; 2012) hlm 24
4
Munir Ahmad, Tafsir Tarbawi… hlm. 103-105
B. Penghargaan Guru menurut Al Qur’an dan Hadits

a. Definisi Guru
Kata guru dalam bahsa Indonesia bersal dari bahsa Sansekerta yang berarti orang
yang digugu dan ditiru fatwa dan perkataannya. Dalam Bahasa arab guru disebut Muallim,
murabbi, mudarris.5 Istilah Muallim yang diartikan kepada guru menggambarkan sosok
orang yang mempunyai kompetensi keilmuan yang sangat luas, sehingga ia layak menjadi
seorang yang membuat orang lain (muridnya) berilmu.
Kata murabbi, sering diartikan kepada pendidik, maka guru sebagai murabbi berarti
mempunyai peranan dn fungsi membuat pertumbuhan, perkembangan, serta menyuburkan
intelektual dan jiwa peserta didik. yang terakhir adalah mudarris yang juga diartikan
kepada guru, dalam hal ini guru mempunyai tugas dan kewajiban membuat bekas dalam
jiwa peserta didik, bekas tersebut merupakan hasil pembalajaran ang berwujud perubhan
perilaku, sikap, dan penambaha atau pengembangan imu pengetahuan mereka.

b. Syarat-syarat Guru (Pendidik)6


1) Pendidik Harus beriman
Maksudnya adalah seorang pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
membimbing anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu beriman dan
bertakwa kepada Allah, agar tujuan ni bisa tercapai maka hendaknya pendidik
terlebih dahulu harus beriman.
2) Pendidik Harus Berilmu
Maksudnya adalah orang yang mengajar harus berilmu pengetahuan,
termasuk dalam hal ini adalah Guru atau pendidik. Apabila pendidik tidak
berilmu pengetahuan maka, maka murid-murid yang diajarnya aka sesat.
Dengan kata lain dalam Bahasa kependidikan apabila guru tidak professional,
mengakibatkan proses pembalajaran yang sia-sia.
3) Pendidik harus mengamalkan ilmunya

5
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi…. Hlm 62-63
6
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi…. Hlm 76-80
Tugas tersebut adalah salah satu yang dikerjakan oleh seorang pendidik atau
Guru jadi, seorang guru harus mengamalkan ilmunya kepada peserta didiknya
agar terhindar dari siksa Allah.
4) Pendidik atau Guru harus Adil.
Maksudnya adalah keadilan terhadap peserta didik mencakup dalam
berbagai hal, seperti memberikan perhatian, kasih saying, bimbingan,
pengajaran, dan pemberian nilai. Apabila sifat tersebut tidak dimiliki oelh
seorang guru maka ia tidak akan disenagi oleh peserta didiknya dan apabila
terjadi proses pembelajaran, maka tidak akan mendapatkan hasil yang optimal.
5) Pendidik harus berniat Ikhlas,
Seorang guru atau pendidik hendaknya membebaskan niatnya,
semata-mata untuk Allah dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, disamping
mendapat pahala dan keridhoan Allah ikhlas dalam perkataan dan perbuatan
adalah sebagian dari asas iman dan keharusan Islam. Karena Allah tidak
akan menerima perbuatan hambanya tanpa dikerjakan secara ikhlas.7
Perintah ikhlas juga tercantum pada surat Al bayyinah ayat 5
Selain bersifat ikhlas seorang guru jugs harus mengajari muridnya
untuk berbuat ikhlas, baik dalam perlaku sehari-hari maupun saat proses
pembelajaran.

c. Keutamaan Guru.
Berikut adalah keutamaan seorang guru (pendidik).8
I. Terbebas dari Kutukan Allah
Sehubung dengan ini terdapat hadits yang berbunyi;

‫عن أبي هَريَرًة يِقول سمعْت َرسول هللا صلى هللا عليه وسلم يِقول أَل إن الدنيا‬
‫أو‬ ‫وعالم‬ ‫واَله‬ ‫وما‬ ‫ذكَرهللا‬ ‫إَّل‬ ‫ِفيها‬ ‫ما‬ ‫ملعون‬ ‫ملعونة‬
‫متعللم‬

7
Abdullah Nashih Uluwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang. Asy-Syifa), jilid 2, hlm. 177
8
Bukhori Umar,Hadits Tarbawi, Amzah (Jakarta; 2012) hlm. 73-75
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rosullah bersabda,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk,
kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang
tahu (Guru) atau orang yang belajar. (HR. At-Tirmidzi)
Dalam haidts ini ditegaskan bahwa Guru atau seorang pendidik
adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan
yang sangat berharga. Dari hadits ini pula dapat dipahami bahwa tidak
semua orang yang berpredikat sebagai guru dijamin rosullah selmata dari
kutukan. Guru yang beliau maksud adalah guru yang berilmu,
mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya dengan ikhlas hanya untuk
mendapat keridhoan Allah semata.
II. Didoakan Oleh Penduduk Bumi
Allah memberikan Rahmat dan berkah kepada guru, selain itu
malaikat malaikat juga penduduk langit dan bumi temasuk semut yang
berada dalam sarang, ikan yang berada dalam laut juga mendoakan
kebaikan guru yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Ini semua
merupakan keutamaan yang diberikan oleh-Nya kepada guru.
III. Mendapat Pahala Yang Berkelanjutan
Seperti yang tercantum didalam hadits berikut:
‫عن أبي هَريَرًة أن َرسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا مات اإلنسان إنِقطع عمله إَّل من ثَلثة من صدقة‬
‫صالح‬ ‫وولد‬ ‫به‬ ‫ينتفع‬ ‫وعلم‬ ‫جاَرية‬
‫يدعوله‬

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rosullah Bersabda; “Apabila manusia telah


meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan (orang tua)nya. (HR. Muslim, Ahmad, An-
Nasai, Tirmidzi, Al Baihaqi).

Dalam hadits diatas disebutkan ilmu yang bermanfaat, artinya ilmu yang diajarkan
seorang guru atau alim kepada orang lain, maka pahala berkelanjutan merupakan salah satu
keutamaan yang diperoleh oleh pendidik (guru).
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
 Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab yaitu 'alima
yang terdiri dari huruf 'Ayn, lam, dan mim. Secara harfiah ilmu adalah tahu atau
mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami
hukum yang berlaku atas sesuatu. Penghargaan Al Qur’an terhadap ilmu adalah
sebagai berikut. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, Al Qur’an diturunkan
oleh Allah dan hanya dapat direnungkan maknaya oleh orang-orang yang berilmu,
dsb.
 Kata guru dalam bahsa Indonesia bersal dari bahsa Sansekerta yang berarti
orang yang digugu dan ditiru fatwa dan perkataannya. Dalam Bahasa arab guru
disebut Muallim, murabbi, mudarris, syarat-syarat guru diantaranya harus berilmu,
beriman dan harus adil terhadap peserta didik. Sedangkan keutamaan guru adalah
terbebas dari kutukan Allah, didoakan oleh penduduk bumi dan mendapat pahala
yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, Amzah (Jakarta; 2013)

Abdullah Nashih Uluwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang. Asy-
Syifa).
Bukhori Umar,Hadits Tarbawi, Amzah (Jakarta; 2012)
Munir Ahmad, Tafsir Tarbawi, Sukses Offset (Yogyakarta; 2008)
Ulil Amri, syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, Rajagravindo persada
(Jakarta;2012)
Nata, abudin, Tafsir ayat-ayat Pendidikan, Rajagravindo persada (Jakarta;2012)

Anda mungkin juga menyukai