Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
(Skripsi)
Oleh
RIZKY FITRIANINGSIH D
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Rizky Fitrianingsih D
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi produk bihun tapioka di Provinsi
Lampung dalam daur hidup produk (Product Life Cycle), mengetahui persepsi
produsen terhadap pengembangan usaha bihun tapioka dan motif konsumen dalam
pembelian bihun tapioka. Metode penelitian yang digunakan adalah sensus pada
agroindustri bihun tapioka. Responden penelitian adalah pemilik atau pengelola
agroindustri dan konsumen bihun tapioka. Pengumpulan data pada bulan Februari
sampai April 2018. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif
dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Agroindustri Sinar
Jaya, Agroindustri Monas Lancar, dan Agroindustri Moro Seneng berada pada Tahap
Pertumbuhan, sedangkan Agroindustri Sinar Harapan dan Agroindustri Bintang Obor
berada pada Tahap Kedewasaan. Pengembangan usaha dipersepsikan sebagai hal
yang penting oleh produsen, namun sulit untuk dilakukan karena strategi pemasaran
yang belum tepat. Motif konsumen dalam pembelian bihun tapioka adalah karena
keterjangkauan harga dan kemudahan mengolah.
By
Rizky Fitrianingsih D
Oleh
RIZKY FITRIANINGSIH D
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Sekolah Dasar (SD) di SDN 4 Metro Timur pada tahun 2008, Madrasah
Tsanawiyah (MTs) di MTs Muhammadiyah Metro pada tahun 2011, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMAN 5 Metro pada tahun 2014. Penulis diterima di
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Ilir
Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan
Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis melaksanakan
Praktik Umum (PU) di Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung pada bidang
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan selama 40 hari kerja efektif. Selama masa
surveyor dalam kegiatan survai konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia
periode Juli- Desember 2018, serta aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu
Bismillahirahmannirrahim,
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan suri teladan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua mendapatkan
Lampung” tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan,
nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis,
nasihat, arahan, motivasi, ilmu yan bermanfaat dan perhatian yang telah
diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan dan selama
4. Ibu Ani Suryani., S.P., M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Kedua atas
penyelesaian skripsi.
5. Bapak Dr. Ir. Raden Hanung Ismono, M.P., selaku Dosen Pembahas atas
tanpa kenal lelah untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang,
pengorbanan, dukungan baik moril dan materil yang tiada henti serta do’a
7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Ayi, Kak Tunjung,
Mba Iin, Mas Boim, dan Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah
Yohana,, Oci, Kiki Marliani, Cindi, Dwi, Ara, Novia, Yols, Vidya, Yudi,
Matski, Hafia, Intan, Devira, Ine, Inggit, Kayesh, Gesti, Shelma, Uuk, Sintia,
Selvi, Vanda,, Alvita, Ayu, Deta, Sita, Rosita Septi, Siska, Yani, Othi, Cece,
Adek, Aurora, Faakhira, Surveyor BI dan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, terimakasih atas waktu, bantuan, dan kebersamaan
10. Atu dan kiyai Agribisnis 2011, 2012, 2013 serta adinda Agribisnis 2015 atas
11. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
Rizky Fitrianingsih D
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
15. Hasil perhitungan dengan rumus Polli and Cook Agroindustri Bihun
Tapioka .............................................................................................. 69
20. Data penjualan produk bihun tapioka dalam kurun waktu 5 tahun (kg) 92
28. Motif konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka .................. 101
29. Perbandingan antara bihun tapioka dengan bihun yang lain............... 111
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
19. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Sinar Jaya..... . 71
20. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Sinar Harapan 72
21. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Monas Lancar 73
22. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Bintang Obor . 74
23. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Moro Seneng . 75
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketergantungan pada beras seperti yang terjadi saat ini, sangat tidak
penduduk Indonesia sangat besar dengan cakupan geografis yang luas dan
beras dari negara lain. Oleh karena itu, pemerintah dalam mewujudkan
dari komoditas lokal bernutrisi dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu bahan
2
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup
produksi mencapai 7,74 juta ton di urutan pertama (Badan Pusat Statistik,
berbagai macam jenis agroindustri yang berbahan dasar ubi kayu. Jumlah
Jumlah Jumlah
No. Kabupaten/Kota agroindustri ubi agroindustri
kayu (unit) ubi kayu (%)
1 Lampung Barat 0 0,00
2 Tanggamus 0 0,00
3 Lampung Selatan 1 0,81
4 Lampung Timur 70 56,91
5 Lampung Tengah 6 4,88
6 Lampung Utara 0 0,00
7 Way Kanan 11 8,94
8 Tulang Bawang 21 17,07
9 Pesawaran 2 1,63
10 Pringsewu 0 0,00
11 Mesuji 0 0,00
12 Tulang Bawang Barat 0 0,00
13 Pesisir Barat 0 0,00
14 Bandar Lampung 0 0,00
15 Metro 12 9,76
Lampung 123 100,00
pertanian) ubi kayu di Provinsi Lampung sebanyak 123 unit. Ubi kayu dapat
dijadikan berbagai macam olahan makanan, salah satu olahan ubi kayu adalah
bihun tapioka. Bihun tapioka merupakan bihun atau mi yang terbuat dari
bahan dasar ubi kayu. Olahan ubi kayu banyak dikenal oleh masyarakat,
Lampung yang terdapat agroindustri ubi kayu yang diolah menjadi bihun
bihun tapioka, yaitu Kecamatan Metro Timur dan Kecamatan Metro Utara.
Lokasi agroindustri bihun tapioka di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 2.
sudah berdiri sejak lama, namun permintaan bihun tapioka oleh konsumen
Nama
No Tahun Merek produk Lokasi agroindustri
Agroindustri
1 Monas Jaya 1988 Cap Monas Jalan Abri 34, Iring Mulyo
Lancar Metro Timur
2 Sinar Jaya 1984 Cap Bulan Banjar Sari, Metro Utara
3 Bintang Obor 1976 Cap Motor Jalan Bedeng, Karang
Rejo, Metro Utara
4 Sinar Harapan 1985 Cap Dua Jalan Dewi Sartika, Banjar
Jangkar Sari, Metro Utara
produsen bihun tapioka di Kota Metro masih pasif dalam melakukan strategi
tapioka lebih banyak dilakukan oleh distributor. Hasil penelitian ini selaras
dengan hasil penelitian Bazai (2017) yaitu pada proses pendistribusian bihun
saja.
Hasil penelitian Sayekti et al. (2007) rata-rata jumlah konsumsi bihun tapioka
di Kota Metro oleh konsumen rumah tangga adalah sebanyak 733,87 gram
per rumah tangga per bulan dengan frekuensi pembelian 1-2 kali per bulan.
5
rumah tangga per bulan dengan frekuensi pembelian 2 kali per bulan. Data
mampu untuk membuat suatu strategi pemasaran yang sesuai untuk produk
bihun tapioka. Oleh karena itu, bihun tapioka hanya dikenal oleh masyarakat
Produsen bihun tapioka di Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur perlu
Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur dipilih sebagai tempat penelitian
kayu menjadi bihun tapioka. Produsen bihun tapioka yang pasif dalam
luas. Kotler (2000) menyatakan bahwa setiap tahap siklus hidup produk
daur hidup produk (Product Life Cycle) terdapat 4 (empat) tahapan yaitu
“Analisis Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) Bihun Tapioka di Provinsi
Lampung”.
B. Rumusan Masalah
(1) Bagaimana posisi produk bihun tapioka di Provinsi Lampung dalam daur
C. Tujuan Penelitian
(1) Mengetahui posisi produk bihun tapioka di Provinsi Lampung dalam daur
D. Manfaat Penelitian
(1) Bagi produsen, penelitian ini sebagai informasi bagi pelaku agroindustri
(2) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
(3) Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan
penelitian sejenis.
8
A. Tinjauan Pustaka
1. Agroindustri
jadi atau barang jadi, yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam
pertanian.
industri yang usaha utamanya dari produk pertanian. Studi agroindustri pada
2000).
9
Menurut Zakaria (2007) agroindustri adalah suatu kegiatan atau usaha yang
mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan melalui proses
optimal dan efisien, serta mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
yang kuat baik dari industri hulunya sampai ke industri hilirnya, (b)
menggunakan sumberdaya alam yang ada (lokal) dan dapat diperbaharui, (c)
dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup
menjadi :
kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat
terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan produsen atau
pemilik industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota
10
sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif
kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau massih ada
industri rotan.
sampai 99 orang. Ciri industri sedang memiliki modal yang cukup besar,
d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun
industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Bank Indonesia, 2010).
dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari lingkungan sekitar
serta jumlah modal yang relatif terbatas. Tidak hanya itu, peralatan yang
digunakan pada agroindustri bihun tapioka ini masih terbilang tradisional dan
pemasaran. Ketiga kegiatan tersebut akan menjadi lebih efektif bila adanya
2. Bihun Tapioka
Menurut Astawan (2008) bihun berasal dari bahasa Cina, yang artinya tepung
beras (bie = beras, hun = tepung). Bihun tidak hanya dikenal di Indonesia,
seperti bihon, bijon, bifun, mehon, dan vermicelli. Bihun merupakan salah
satu jenis makanan yang termasuk dalam jenis mi. Bahan baku umum dalam
pembuatan bihun yang digunakan adalah tepung terigu, tepung tapioka, air,
Bihun sebagai makanan alternatif pengganti beras meskipun tidak selaku mi,
bihun masih termasuk diminati. Selama ini pemanfaatan bihun masih terbatas
goreng, serta sebagai bahan pengisi pada lumpia, buras, tahu isi, dan lain-
lainnya.
Proses pembuatan bihun dapat dilakukan secara sederhana dan tidak sulit.
Proses yang dilaksanakan dari tepung hingga menjadi bihun melalui tahap
digunakan adalah tepung tapioka atau dapat diganti beras dan jagung, air, dan
Bihun tapioka merupakan salah satu olahan dari ubi kayu. Menurut
Ubi Kayu
Tepung Tapioka
Penggilingan 1
Penggilingan 2
Pengepresan/cetak
Pengukusan 2 (± 2 jam)
Persiapan jemur
Pengemasan
Daur hidup produk (Product Life Cycle) merupakan perjalanan dari penjualan
dan keuntungan produk selama masa hidupnya (Kotler, 2000). Setiap produk
yang diciptakan dan dipasarkan pasti akan mengalami tahap daur hidup dan
selalu memiliki masa hidup yang berbeda-beda. Masa hidup suatu produk
produk. Daur hidup produk (Product Life Cycle) atau PLC untuk selanjutnya
ketiga istilah itu digunakan secara bergantian. Gambar daur hidup produk
Unit Penjualan
dan Laba
Penjualan
(+)
Laba
0
(-)
Waktu
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan
dan pasar. Konsep daur hidup produk dipandang sulit diterapkan. Hal ini
akurat dalam tahap mana persisnya sebuah produk berada pada periode
Masalah lainnya disebabkan oleh pola daur hidup yang bervariasi yaitu ada
sekitar 11 pola daur hidup yang disajikan pada Gambar 3 (Tjiptono, 2015).
Umur suatu produk tergantung dari strategi yang dijalankan oleh agroindustri.
Walaupun umur produk ada yang sangat singkat dan tidak sedikit juga produk
yang memiliki umur yang relatif panjang. Kehidupan suatu produk biasanya
di ukur dari tingkat penjualan dan laba yang diraih oleh produk tersebut.
diprediksi sebelumnya.
15
F H
J
I K
Keterangan : A = Cycle-recycle
B = Cycle-half cycle
C = Increasing sales
D = Decreasing sales
E = High plateau
F = Low pleteau
G = Stable maturity
H = Growth maturity
I = Innovative maturity
J = Growth-decline-pleteau
K = Rapid penetration
berubah karena produk, pasar, dan pesaing berubah sepanjang daur hidup
(2) Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda dan setiap tahap
(3) Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup
produk.
Tahap daur hidup produk memiliki strategi pemasaran yang berbeda, agar
masing tahap daur hidup produk. Daur hidup produk (Product Life Cycle)
17
18
1) Tahap Perkenalan
Tahap pertama dalam daur hidup produk adalah tahap perkenalan. Ciri-
ciri umum dalam tahap ini adalah produk belum dikenal oleh konsumen
yang masih relatif kecil, tingkat kegagalan relatif tinggi (Tjiptono, 2015).
level promosi yang tinggi. Penetapan harga yang tinggi artinya agar
19
bisa diperoleh laba kotor yang tinggi per unit produk. Promosi yang
meskipun harga produk itu sendiri juga tinggi. Promosi ini untuk
sedikit promosi. Strategi harga tinggi agar diperoleh laba kotor yang
pemasaran tidak terlalu besar. Strategi ini berhasil apabila luas pasar
ini dapat berhasil apabila ukuran pasar sangat luas, pasar tidak
terhadap harga, ada indikasi persaingan yang hebat di pasar, dan harga
20
produksi.
Strategi ini dapat berhasil apabila pasar sangat luas, pasar sangat
2) Tahap Pertumbuhan
agroindustri sedang berada dalam posisi trade off yaitu harus memilih
21
apakah ingin memperoleh bagian pasar yang tinggi atau keuntungan yang
besar.
saat ini, serta berusaha meraih porsi penjualan dalam jumlah besar dari
para pelanggan baru yang membeli produk pertama kali. Kedua, tujuan
3) Tahap Kedewasaan
terkalahkan dan sat per satu para pesaing yang lemah mulai tersingkir.
Menurut Kotler (2000) tahap kedewasaan dibagi dalam tiga fase. Fase
turun, tidak ada saluran distribusi baru yang dapat diisi, dan beberapa
kedewasaan stabil, penjualan menjadi datar dalam basis per kapita karena
lain :
pasar untuk mereknya yang mapan dengan mengatur dua faktor yang
merek tersebut.
dan lain-lain.
4) Tahap Penurunan
cepat. Hal ini terjadi karena masuknya produk baru yang menggantikan
produk lama. Persaingan harga dari produk yang hampir mati semakin
lebih ketat, akan tetapi agroindustri yang memiliki merek yang kuat dapat
agroindustri lain.
Pada tahap ini konsumen akan meninggalkan dan tidak lagi mau
persaingan.
4. Persepsi
dan mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun
orang memandang suatu hal dari rangsangan yang sama tetapi dapat
dalam memilih.
berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada
lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lain
5. Pengembangan Usaha
motivasi, dan kreativitas. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh produsen
atau pengusaha, maka bersarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang
semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah skala besar.
sesuatu yang instan yang dapat membuat ide cemerlang pasti akan sukses
dipasarkan. Kemudian, tidak adanya jaminan bahwa usaha pasti akan sukses
a. Target pasar yang dituju terlampau kecil, sehingga penjualan tidak dapat
pemasaran.
d. Timing tidak tepat, dimana produk baru diluncurkan terlalu cepat, terlalu
lambat, atau bahkan pada saat selera konsumen telah berubah secara
drastis.
28
dapat dilihat sebagai kebutuhan yang timbul, rangsangan atau gairah. Motif
Motivasi mempunyai dua arah, kita menentukan satu tujuan di atas tujuan
lainnya, dan intesitas energi yang kita gunakan untuk mengejar tujuan
(Kotler, 2009).
antara lain :
29
b. Aktivitas Kognitif
dan bernalar yaitu berfantasi atau berkhayal sebagai pemicu motif. Hal ini
terpuaskan.
dapat memicu dorongan. Hal ini dapat terjadi ketika situasi menarik
rasa haus.
d. Sifat Rangsangan
keingintahuan seseorang.
jasa dengan sikap yang secara relatif bebas dari emosi. Konsumen
dan model.
31
atau tidak langsung dengan bisnis tersebut dan telah menilai kontak
suatu toko atau outlet yang dipengaruhi oleh lokasi agroindustri yang
strategis, superior service atau pelayanan yang sangat baik, seleksi harga,
7. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
data dan metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data.
Tabel 4. Penelitian terdahulu mengenai yang berkaitan dengan analisis daur hidup produk dan bihun tapioka.
32
33
Lanjutan Tabel 4.
3. Vidyaningrum, Preferensi, pola permintaan dan Analisis deskriptif 1. Preferensi konsumen rumah tangga di Kecamatan
Sayekti, dan faktor-faktor yang kuantitatif dan analisis Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur terhadap
Adawiyah (2016). mempengaruhi permintaan regresi linier berganda. bihun tapioka berada pada kategori suka. Atribut-
konsumen rumah tangga atribut yang diinginkan konsumen bihun tapioka di
terhadap bihun tapioka di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur
Kecamatan Purbolinggo adalah harga murah, rasa enak, aroma tidak apek,
Kabupaten Lampung Timur. warna putih, tekstur kenyal, dan dapat selalu mudah
untuk diperoleh dipasaran.
2. Rata-rata pembelian bihun tapioka sebanyak 1,36
kg/bulan/rumah tangga dengan frekuensi pembelian
bihun tapioka adalah sebanyak 2 kalo dalam satu
bulan.
3. Permintaan bihun tapioka oleh konsumen rumah
tangga di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten
lampung Timur dipengaruhi oleh harga bihun
tapioka, harga mi, pendapatan, jumlah anggota
keluarga, suku, pendidikan SD dan pendidikan SMA.
4. Putriasih, Sayekti Pola Permintaan dan Loyalitas Analisis deskriptif statistic 1. Pola permintaan bihun tapioka oleh pedagang di
dan Adawiyah Pedagang Soto Terhadap Bihun dan analisis dekriptif Kecamatan Lampung Timur memiliki frekuensi
(2015). Tapioka di kecamatan dengan piramida loyalitas. pembelian 30 kali dalam waktu sebulan dengan
jumlah pembelian bihun tapioka sebanyak 16-30 kg
Purbolinggo Kabupaten
per bulan.
Lampung Timur. 2. Tingkat loyalitas pedagang terhadap bihun tapioka
oleh pedagang di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten
Lampung Timur berada pada tingkatan liking the
brand sebanyak 97,92 persen.
33
34
Lanjutan Tabel 4.
5. Rahmatulloh Analisis kinerja dan lingkungan 1. Metode analisis 1. Kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro
(2015). agroindustri bihun tapioka di kuantitatif dengan secara keseluruhan sudah baik.
Kota Metro. menggunakan 2. Identifikasi lingkungan internal dan eksternal
produktivitas, kapasitas, agroindustri bihun tapioka di Kota Metro diperoleh
dan pendapatan bahwa :
agroindustri. a. Kekuatan yang dimiliki adalah kebutuhan input
2. Metode deskriptif produksi mudah diperoleh, mutu baik, pembagian
kualitatif. tugas organisasi perusahaan jelas, lokasi usaha
strategis, dan system pemasaran yang tertata.
b. Kelemahan yang dimiliki adalah teknologi sulit
ditambah dan pendidikan yang dimiliki tenaga
kerja rendah.
c. Peluang yang dimiliki adalah bihun tapioka
diterima masyarakat khususnya Provinsi
Lampung, adanya teknologi untuk meningkatkan
produktivitas agroindustri, permintaan bihun
tapioka tidak terpengaruh musim dan cuaca.
6. Sayekti et al Kajian Pemasaran Bihun Analisis deskriptif 1. Pemasaran bihun tapioka belum efisien.
(2007). Tapioka Dalam Rangka kualitatif. 2. Ketersediaan bihun untuk Kota Bandar Lampung dan
Pengembangannya Sebagai Kota Metro baik. Namun, di Kota Bandar Lampung
hanya tersedia bihun berbahan baku beras dan
Pangan Alternatif.
jagung.
3. Permasalahan dalam pemasaran bihun tapioka adalah
produsen pasif dalam memperluas pasar dan kualitas
produk yang kurang baik.
34
35
B. Kerangka Pemikiran
yang berasal dari non beras (seperti ubi kayu). Diversifikasi pangan saat ini
Salah satu upaya dalam usaha proses percepatan program diversifikasi pangan
tapioka. Penelitian ini akan fokus dalam membahas dimana posisi produk
tapioka.
Posisi produk bihun tapioka dilihat dari analisis daur hidup produk (product
life cycle). Analisis daur hidup produk dibagi menjadi empat tahap yang
diketahui posisi produk bihun tapioka melalui analisis daur hidup produk,
produk bihun tapioka. Hal ini menyebabkan bihun tapioka hanya dikenal
dianalisis posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk agar dapat
berpikir daur hidup produk (product life cycle) bihun tapioka di Provinsi
Diversifikasi Pangan
Lokal
Konsumen
Agroindustri Bihun Tapioka
di Provinsi Lampung
Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis daur hidup produk (product life cycle)
bihun tapioka di Provinsi Lampung.
38
(Sugiyono, 2008).
Provinsi Lampung yaitu di Kota Metro, Kecamatan Metro Timur dan Metro
petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh data yang
akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dan yang berhubungan dengan
penelitian.
dan mempunyai kaitan langsung dengan produksi pertanian yang akan diubah
menjadi barang jadi atau setengah jadi yang memiliki nilai tambah lebih
tapioka.
Daur hidup produk merupakan umur atau masa hidup suatu produk mulai saat
tidak disenanginya produk tersebut. Daur hidup produk terdiri dari tahap
Biaya merupakan jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen dalam
Laba merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih lebih antara harga
penjualan bihun tapioka yang lebih besar dan harga pembelian atau biaya
tapioka.
pendapatan.
harga serta seberapa besar harga yang ditawarkan oleh pihak agroindustri
bihun tapioka.
dalam menarik konsumen untuk membeli produk bihun tapioka dengan cara
ordinal.
menambah omzet dan kelangsungan usaha. Variabel ini akan diukur dengan
42
menggunakan skala likert dengan skor 1 untuk “sangat tidak penting”, skor 2
penting”.
dengan skor 1 untuk “sangat tidak sesuai”, skor 2 “tidak sesuai”, skor 3
dengan skor 1 untuk “sangat tidak tahu”, skor 2 “tidak tahu”, skor 3 “netral”,
rasional (motif yang berdasarkan alasan atau penilaian dari proses berpikir),
motif emosional (motif yang bedasarkan pada perasaan dan hasrat), dan motif
langganan.
43
tapioka serta konsumen yang membeli bihun tapioka. Data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data primer dan data sekunder.
posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk, persepsi produsen
berhubungan dengan penelitian dan data dari instansi terkait seperti Badan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Analisis daur hidup produk ini digunakan untuk menentukan posisi produk
metode Polli and Cook dan analisis karakteristrik daur hidup produk
(Product Life Cycle) (Kotler, 2000). Namun, metode dalam penelitian ini
Data yang digunakan dalam metode Polli and Cook yaitu berupa data
penjualan dan data harga per produk per tahun. Daur hidup produk bihun
kenaikan penjualan.
∑χ
µ
45
Keterangan :
µ = rata-rata dari persentase perubahan penjualan
χ = persentase perubahan penjualan per tahun
n = banyaknya tahun yang diteliti
² χ ²
σ² ∑ χ ²
√∑ χ ²
sebagai berikut :
Rating Scale (LSRS) dimana setiap pilihan jawaban diberi skor. Persepsi
Skala penilaian berkisar 1-5. Rentang skala pada penelitian ini dihitung
sebagai berikut :
tradisional di Kota Metro. Kota Metro merupakan kota yang terletak pada
bagian tengah Provinsi Lampung. Kota Metro memiliki luas wilayah seluas
61,79 km². Ibu Kota dari Kota Metro adalah Metro Pusat. Kota Metro secara
utara.
menjadi 22 kelurahan.
dengan cakupan wilayah paling luas yaitu 19,64 km². Kepadatan penduduk
di Kota Metro tahun 2016 mencapai 2.338 jiwa/ km², rata-rata jumlah
Kecamatan Metro Pusat dengan kepadatan sebesar 4.340 jiwa/ km² dan posisi
Kota Metro merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang terdapat
Kecamatan Metro Utara merupakan salah satu lokasi penelitian yaitu pada
Utara adalah 19.64 km². Jumlah penduduk Kecamatan Metro Utara sebesar
27.514 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.908 jiwa adalah penduduk
Dengan demikian sex ratio untuk Kecamatan Metro Utara adalah sebesar
Kota Metro No. 25 Tahun 2000 tentang pemekaran kelurahan dan kecamatan
wilayah Kecamatan Metro Timur adalah 11,78 km². Kecamatan Metro Timur
(1,22 km²), dan Kelurahan Yosodadi (3,36 km²) (BPS Kota Metro, 2017).
51
permukaan laut.
Kabupaten Lampung Timur terjadi di bulan Maret 2016 yaitu mencapai rata-
rata 316,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September
2016 dengan rata-rata 78,1 mm. Kabupaten Lampung Timur terdiri dari
24 wilayah kecamatan dan 264 desa. Pada tahun 2016, jumlah dusun dan
dari tiga pasar, satu kelompok pertokoan, satu minimarket, 606 toko/ warung
dari satu Pasar Tradisional Daerah Rumbia (BPS Kecamatan Rumbia, 2017).
tapioka yang masih aktif melakukan proses produksi. Produk bihun tapioka
pada kelima agroindustri ini cukup diminati oleh masyarakat umum yang
53
54
sudah sejak lama, namun latar belakang pendirian kelima agroindustri terdapat
Jaya, Sinar Harapan, Monas Lancar, Bintang Obor dan Moro Seneng sama yaitu
dikarenakan peluang potensi singkong yang baik terlihat dari jumlah produksinya
produk bihun tapioka karena cara produksi bihun yang cukup mudah serta
Modal awal kelima agroindustri bihun tapioka merupakan milik pribadi sekitar
untuk permodalan.
pembagian kerja dan tanggung jawab para tenaga kerja lebih jelas dan teratur pada
organisasi kelima agroindustri bihun tapioka ini termasuk struktur organisasi lini
dikarenakan sesuai dengan ciri struktur organisasi lini menurut (Hasibuan, 1994).
Ciri struktur organisasi lini tersebut yaitu organisasi relatif kecil, jumlah karyawan
relatif sedikit dan saling mengenal, hubungan atasan dan bawahan masih bersifat
begitu tinggi dan alat-alatnya tidak beraneka ragam. Struktur organisasi pada
Agroindustri Sinar Jaya, Sinar Harapan, Monas Lancar, Bintang Obor dan Moro
55
Pemilik
Erike Levani R
Pengelola
Simking
Pemilik
Ajen
Pemilik
Sartik
Pemilik
Hermanjuntak
Pemilik
Hi Darmawaan
Pengelola
Yudi
Proses produksi bihun tapioka pada kelima agroindustri yang dilakukan sebagai
berikut :
1) Tepung tapioka dibersihkan dengan cara diayak agar tepung terpisah dari
kotoran yang terbawa, serta agar tepung yang masih tergumpal menjadi halus.
2) Tepung tapioka dicampur dengan air dan diaduk agar menjadi seperti bubur,
kemudian bubur tersebut dipress agar kandungan air kurang lebih dari 40
yang disebut cake. Lama pencampuran air dan pengepresan kurang lebih
dari 1 jam.
4) Pellet dikukus dengan menggunakan suhu 100˚C selama kurang lebih satu
5) Pelet yang telah masak tersebut digiling lagi dengan screw extruder. Lubang
keluar dari extruder yaitu berupa benang yang disebut bihun basah.
Pembagian tugas tenaga kerja kelima agroindustri sa ma yaitu dibagi sesuai jenis
kelamin. Jam kerja tenaga kerja pada kelima agroindustri antara tenaga kerja laki-
Keterangan
Waktu Jenis Pekerjaan
L P
03.30 - 05.30 WIB Pengucekan √
06.30 - 08.00 WIB Mengaduk tepung aci √
08.15 - 09.15 WIB Memadatkan tepung aci √
09.15 - 10.30 WIB Membentuk tepung aci menjadi bihun √
tapioka
10.35 - 11.40 WIB Memotong-motong bihun tapioka √
11.45 - 15.30 WIB Mengoven dan menjemur bihun tapioka √
07.30 - 11.45 WIB Pengemasan bihun tapioka √
13.00 - 17.45 WIB Pengemasan bihun tapioka √
19.45 - 21.45 WIB Pengepinan √
bihun tapioka, mengoven, dan menjemur bihun tapioka, sedangkan tenaga kerja
produksi bihun tapioka pada kelima agroindustri ini dilakukan setiap hari.
Bangunan pabrik yang dipakai untuk proses produksi bihun tapioka kelima
besar daripada laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar yang
rumah tangga, pedagang atau penjual bakso, gorengan, soto dan catering.
orang yang datang ke toko yang menjual bihun tapioka di pasar membeli
mengunjungi toko hanya satu atau dua yang membeli bihun. Hal tersebut
A. Kesimpulan
1) Posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk (Product Life
Tahap Kedewasaan.
yang tepat.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Bazai, F.I. 2017. Penerapan strategi pemasaran dan aksesibilitas rumah tangga
terhadap bihun tapioka di Kota Metro. Skripsi. Agribisnis. Fakultas
Petanian. Universitas Lampung.
Bank Indonesia. 2010. Kajian Akademik Pemeringkat Kredit bagi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah di Indonesia. http;//www.bi.go.id/. Diakses pada
tanggal 23 Januari 2018.
BPS Kota Metro. 2017. Kota Metro dalam Angkat Tahun 2017. BPS Kota
Metro. Indonesia.
BPS Kabupaten Lampung Timur. 2017. Lampung Timur dalam Angka Tahun
2017. BPS Kabupaten Lampung Timur. Indonesia
BPS Kecamatan Rumbia. 2017. Rumbia dalam Angka Tahun 2017. BPS
Kecamatan Rumbia. Indonesia.
88
BPS Provinsi Lampung. 2017. Lampung dalam Angka Tahun 2017. BPS
Provinsi Lampung. Indonesia.
Cindy dan Devie. 2013. Analisis hubungan antara size, product life cycle, dan
market position dengan penggunaan balanced scorecard pada sektor
industri manufaktur. Business Accounting Review. Vol. 1. Hlm 1-10.
Polli, Rolando dan Victor Cook. 1996. Validity of the Product Live Cycle. The
Journal of Business. The University of Chicago Press. Vol. 42 No. 4.
Hlm. 385-400.
Umar, Z.A. 2010. Analisis Daur Hidup (Product Life Cycle) Produk Ikan Tuna
Olahan. Jurnal Inovasi. Vol. 7 No. 3 September 2010 ISSN 1693-9034.
Hlm 1-8.