0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Dibahas pula hubungan antara ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuwan, pilihan moral ilmuwan terhadap penemuan nuklir, serta dampak revolusi genetika terhadap manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Dibahas pula hubungan antara ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuwan, pilihan moral ilmuwan terhadap penemuan nuklir, serta dampak revolusi genetika terhadap manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Dibahas pula hubungan antara ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuwan, pilihan moral ilmuwan terhadap penemuan nuklir, serta dampak revolusi genetika terhadap manusia.
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 A. Definisi 1. Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Sehingga, aksiologi adalah “teori tentang nilai”. 2. Aksiologi dalam Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi atas tiga bagian, yaitu tindakan moral, ekspresi keindahan, dan kehidupan social politik. 4. Dalam Encyclopedia of Philosophy, aksiologi disamakan dengan value and valuation. B. Ilmu dan Moral Sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait masalah-masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473 – 1543) mengajukan teorinya tentang kemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang terputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasar kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan di antaranya agama. Dihadapkan dengan masalah moral dalam mengahadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat yaitu sebagai berikut : 1. Golongan pertama - Menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis. - Menginginkan melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada waktu era Galileo 2. Golongan kedua - Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua Perang Dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan. - Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan - Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial. C. Tanggungjawab Sosial Ilmuwan Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan orang bahwa ilmu itu terbebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netral dan ilmuwanlah yang memberinya nilai. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang benar : untung dan ruginya, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang obyektif dapat dimungkinkan. Seorang ilmuwan terpanggil dalam tanggung jawab sosial mengenai hal ini karena dia mempunyai kemampuan untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dia miliki karena seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan cara berpikir seorang awam. D. Nuklir dan Pilihan Moral Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Kemanusiaan bagi seorang ilmuwan tidak terikat oleh ruang dan bahkan tidak oleh waktu. Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan ilmuwan untuk bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan. Pengetahuan bisa merupakan berkah dan mungkin merupakan kutukan tergantung bagaimana manusia memanfaatkan pengetahuan tersebut. Bila ilmu pengetahuan digunakan tidak sebagaimana mestinya, tidak membawa berkah kepada kemanusiaan sebagaimana yang diharapkan dan bahkan merupakan kutukan, maka dalam hal ini ilmuwan wajib bersikap dan tampil ke depan. Oleh karena itu, ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual tetapi juga keluhuran moral. E. Revolusi Genetika Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, namun penelaahan ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak membidik secara langsung manusia sebagai obyek penelaahan.