Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT ILMU

“AKSIOLOGI”

OLEH

ANDI RISDA FITRIANTI ABUDARDA


(L012191023)

PRODI ILMU PERIKANAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
A. Definisi
1. Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Sehingga,
aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
2. Aksiologi dalam Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi atas tiga bagian, yaitu tindakan moral, ekspresi keindahan, dan
kehidupan social politik.
4. Dalam Encyclopedia of Philosophy, aksiologi disamakan dengan value and valuation.
B. Ilmu dan Moral
Sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait masalah-masalah moral namun dalam perspektif
yang berbeda. Ketika Copernicus (1473 – 1543) mengajukan teorinya tentang kemestaan alam dan
menemukan bahwa “bumi yang terputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang
dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada
ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana
adanya, sedangkan di pihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasar kepada pernyataan-pernyataan
(nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan di antaranya agama.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam mengahadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat yaitu sebagai berikut :
1. Golongan pertama
- Menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun
aksiologis.
- Menginginkan melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada waktu era Galileo
2. Golongan kedua
- Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan
adanya dua Perang Dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan.
- Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih
mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan
- Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan
teknik perubahan sosial.
C. Tanggungjawab Sosial Ilmuwan
Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang
dilakukan. Sering dikatakan orang bahwa ilmu itu terbebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netral dan
ilmuwanlah yang memberinya nilai. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan dalam hal ini adalah
memberikan perspektif yang benar : untung dan ruginya, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang
obyektif dapat dimungkinkan.
Seorang ilmuwan terpanggil dalam tanggung jawab sosial mengenai hal ini karena dia mempunyai
kemampuan untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dia miliki karena
seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Seorang
ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pemikiran yang cermat.
Disinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan cara berpikir seorang awam.
D. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung
tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur
berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Kemanusiaan bagi seorang ilmuwan tidak
terikat oleh ruang dan bahkan tidak oleh waktu.
Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan ilmuwan untuk
bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan. Pengetahuan bisa merupakan berkah
dan mungkin merupakan kutukan tergantung bagaimana manusia memanfaatkan pengetahuan tersebut.
Bila ilmu pengetahuan digunakan tidak sebagaimana mestinya, tidak membawa berkah kepada
kemanusiaan sebagaimana yang diharapkan dan bahkan merupakan kutukan, maka dalam hal ini ilmuwan
wajib bersikap dan tampil ke depan. Oleh karena itu, ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual
tetapi juga keluhuran moral.
E. Revolusi Genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini
ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa
sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, namun
penelaahan ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak membidik secara
langsung manusia sebagai obyek penelaahan.

Anda mungkin juga menyukai