Anda di halaman 1dari 8

MODEL PEMBELAJARAN

ADVANCE ORGANIZER

Initiators : David Ausubel https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/

SKENARIO

Seorang pembelajar (pemandu) memulai tour ke museum seni dengan


sekelompok pebelajar sekolah menengah mengatakan, "Saya ingin memberikan
gambaran yang akan membantu Anda memahami lukisan dan patung akan kita lihat.
Gagasannya sederhana, bahwa kesenian adalah ekspresi pribadi, mencerminkan
banyak budaya dengan cara beragam ketika ia diciptakan. Hal ini akan lebih jelas jika
pertama kali melihat perbedaan-perbedaan antara seni timur dan seni barat. Namun,
perlu diingat bahwa dalam setiap kebudayaan sebagaimana sifat kebudayaan yang
selalu berubah maka seni pun mengalami perubahan. Perubahan tersebut sering
tercermin dalam teknik materi subjek, warna, dan gaya para seniman. Perubahan yang
terpenting sering kali direfleksikan dalam karya seni yang dilahirkan. “ Pemandu itu
kemudian menunjukkan contoh-contoh dari satu atau dua perubahan menurut
karakteristik-karakteristiknya. Pembelajar tersebut meminta pebelajar mengingat
kembali masa-masa SMP dan perbedaan-perbedaan dalam lukisan ketika mereka
sudah lebih dewasa. Pembelajar tersebut menganalogikan hal tersebut dengan
periode-periode pertumbuhan yang berbeda dengan kebudayaan yang berbeda pula.
Dalam tour berikutnya, saat mereka melihat lukisan dan patung, pembelajar tersebut
menunjukkan perbedaan-perbedahan yang dihasilkan karena perubahan zaman. “
Kalian lihat ini?” Dalam lukisan ini ada tubuh seseorang yang hampir secara
keseluruhan ditutupi oleh jubahnya, dan hampir tidak ada tanda-tanda bahwa dia
manusia. Pada zaman pertengahan, gereja mengajarkan bahwa tubuh tidak penting
dan jiwa adalah segalanya”. Kemudian pembelajar berkata,”Kalian lihat lukisan ini,
bagaimana kekekaran laki-laki menonjol dari balik bajunya dan bagaimana dia berdiri
dengan tegap di atas tanah. Ini merepresentasikan zaman Renaissance bahwa laki-
laki berada pada pusat alam semesta di mana tubuhnya, pemikiran dan kekuatannya
sangatlah penting”.
Pembelajar menggunakan advance organizer. Dalam hal ini sebuah konsep
yang dipakai oleh sejarawan seni. Organizer berisi gagasan-gagasan yang dapat
dihubungkan dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari objek seni yang dilihat.
Dalam skenario ini pembelajar menyediakan apa yang Ausubel sebut dengan
“intellectual scaffolding” pada pebelajar untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-
fakta yang mereka temui selama pembelajaran.

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 1


A. ORIENTASI MODEL

David Ausubel adalah teoritikus pendidikan yang luar biasa. Pertama, dia
secara langsung merumuskan tujuan pembelajaran. Kedua, dia menganjurkan
peningkatan metode-metode pembelajaran presentasional (ceramah dan membaca)
pada saat para teoritikus pendidikan dan sosial lain tengah menentang keabsahan
metode ini dan penemuan-pememuan yang mengkritik kepasifan pembelajaran
ekspositori. Berbeda dengan para teoritikus yang menyarankan metode penemuan
(discovery), pendidikan terbuka, dan pembelajaran berbasis pengalaman. Ausubel
tanpa rasa enggan tetap berpihak pada strategi pengusaan materi akademik melalui
presentasi. Teori Ausubel tentang pembelajaran verbal berhubungan dengan tiga hal
(1) bagaimana pengetahuan (materi kurikulum) dikelola, (2) bagaimana pikiran bekerja
memproses informasi baru, (3) bagaimana pembelajar dapat mengaplikasikan
gagasan-gagasan ini pada kurikulum dan pembelajaran ketika mempresentasikan
materi baru pada pebelajar.
Perhatian utama Ausubel adalah untuk membantu pembelajar menyampaikan
sejumlah besar informasi yang bermakna dan seefisien mungkin. Peran utama
pebelajar adalah untuk menguasai gagasan dan informasi. Advance organizer terlebih
dahulu memberikan konsep dan prinsip kepada pebelajar secara langsung sedangkan
pendekatan induktif memimpin pebelajar untuk menemukan atau menemukan kembali
konsep.
Model advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif
pebelajar, pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola,
memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Ausubel percaya
bahwa struktur kognitif merupakan faktor utama apakah materi baru akan bermanfaat
atau tidak dan bagaimana pengetahuan baru dapat diperoleh dan dipertahankan
dengan baik. Menurut Ausubel bermakna atau tidaknya materi lebih bergantung pada
persiapan pebelajar dan pengolahan materi sekedar menerapkan metode presentasi.
Jika pebelajar mengawali “persiapan” yang tepat dan materi dikelola dengan baik maka
akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Model advance organizer tidak
mengasumsikan pebelajar pasif hanya sebagai penerima, akan tetapi kewajiban
mereka adalah menghubungkan antara pengetahuan awal dengan struktur kognitif.
Tugas pembelajar adalah menciptakan suasana yang kondusif dan materi
pembelajaran yang mendukung. Namun hal tersebut tidak terjadi secara otomatis,
melainkan membutuhkan proses.

Mengolah Informasi : Struktur Disiplin dan Struktur Kognitif

Menurut Ausubel ada rangkaian antara cara materi pelajaran disusun dan
cara orang mengatur pengetahuan dalam pikiran (struktur kognitif). Dia
mengungkapkan pandangan bahwa setiap disiplin akademik memiliki struktur konsep-
konsep dan/atau proposisi yang diatur secara hirarki. Ausubel percaya bahwa konsep
struktural dari masing-masing disiplin ilmu dapat diidentifikasi dan diajarkan kepada
pebelajar, yang kemudian menjadi suatu sistem pengolahan informasi, yaitu menjadi
sebuah peta intelektual yang dapat digunakan pebelajar untuk menganalisis domain
tertentu dan untuk memecahkan masalah dalam domain-domain tertentu pula. Ausubel
menggambarkan pikiran sebagai suatu sistem pemrosesan informasi dan

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 2


penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan struktur konseptual dari
disiplin akademis. Ausubel berpendapat bahwa gagasan baru dapat bermanfaat
dipelajari dan dipertahankan hanya sejauh mereka dapat berhubungan dengan konsep
yang sudah tersedia.

B. IMPLIKASI PADA KURIKULUM

Gagasan Ausubel tentang mata pelajaran dan struktur kognitif memiliki


implikasi-implikasi penting dan langsung bagi pengelolaan kurikulum serta prosedur-
prosedur instruksional. Ada dua prinsip yang saling berhubungan, yaitu diferensiasi
progresif (progressive differentiation) dan rekonsiliasi integratif (integrative
reconsiliation). Diferensiasi progresif berarti gagasan-gagasan paling umum dari
suatu disiplin yang disajikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan perincian dan
ketelitian. Rekonsiliasi integratif berarti gagasan-gagasan baru secara sadar
dihubungkan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan penjelasan lain
menyatakan bahwa rangkaian kurikulum harus dikelola sehingga materi yang ada
secara berurutan terhubung dengan materi-materi yang telah disajikan sebelumnya.

C. IMPLIKASI PADA PEMBELAJARAN

Advance organizer adalah model untuk memperkuat struktur kognitif dan


meningkatkan retensi informasi baru. Tujuannya adalah untuk menjelaskan,
mengintegrasikan, dan saling menghubungkan materi dalam tugas belajar dengan
materi yang dipelajari sebelumnya (dan juga untuk membantu pebelajar membedakan
materi baru dari materi yang dipelajari sebelumnya). Contoh, Anda ingin pebelajar
untuk memperoleh informasi tentang masalah energi saat ini. Anda menyediakan
bahan belajar yang berisi data tentang sumber daya mungkin, informasi umum tentang
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan teknologi, dan kebijakan alternatif tentang
krisis energi dan perencanaan masa depan. Materi pembelajaran adalah dalam bentuk
artikel surat kabar, kuliah, dan mungkin sebuah film. Tugas pebelajar adalah untuk
menginternalisasi informasi, yaitu, untuk mengingat ide-ide sentral dan mungkin fakta-
fakta kunci. Sebelum memperkenalkan pebelajar untuk bahan belajar, namun Anda
memberikan materi pengantar dalam bentuk organizer untuk membantu mereka
berhubungan dengan data baru.
Organizer adalah konten penting yang perlu diajarkan. Ini mungkin sebuah konsep
atau pernyataan hubungan. Ada dua jenis advance organizer-ekspositori dan
komparatif. Exspository organizer menjadi dasar pada tingkat abstraksi atau mungkin
beberap konsep yang lebih kecil. Organizer ini merepresentasikan intellectual
scaffolding tentang bagaimana pebelajar akan “menggantungkan” informasi baru yang
mereka temui. Comparative organizer dirancang untuk membedakan antara konsep
baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh
kesamaan antar keduanya.

D. MODEL PEMBELAJARAN

Syntax

Model advance organizer memiliki tiga tahapan. Tahap pertama adalah


presentasi advance organizer. Tahap kedua, presentasi tugas atau materi

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 3


pemebelajaran. Tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Pada tahap ini
menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan yang ada untuk
menghasilkan pembelajaran aktif.

Tahap Pertama: Tahap Kedua:


Presentasi Advance Organizer Presentasi tugas atau materi
Pembelajaran

Mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran Menyajikan Materi


Menyajikan organizer-mengidentifikasi Mempertahankan perhatian
karakteristik Memperjelas pengolahan menjadi
 Karakteristik yang konklusif Memperjelas aturan materi pembelajaran yang
 Memberi contoh-contoh masuk akal
 Menyajikan konteks-mengulang
Mendorong kesadaran pengetahuan dan
pengalaman pebelajar
Tahap Ketiga:
Memperkuat Pengolahan Kognitif

Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif


Menggunakan pembelajaran resepsi aktif
Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran
Mengklarifikasi

1. Tahap Pertama
a. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran adalah salah satu cara untuk memperoleh
perhatian pebelajar dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan
pembelajaran.
b. Menyajikan organizer adalah sebuah gagasan yang harus dieksplorasi secara
terampil dan dibedakan dari pernyataan-pernyataan pengenalan.
c. Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman pebelajar artinya
meminta pebelajar mengingat kembali pengalaman personal dan mengakui
bahwa apa yang sedang dibahas mirip dengan situasi tersebut.

2. Tahap Kedua
Menyajikan materi dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimen, atau
membaca. Materi disajikan dengan jelas sehingga pebelajar memiliki indera
petunjuk (sense of direction) dan dapat melihat urutan materi tersebut. Untuk
mengemgangkan struktur hierarki dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan cara:
a. Diferensiasi progresif yaitu proses menguraikan masalah pokok menjadi
bagian yang lebih rinci dan khusus. Jadi, pembelajar dalam mengajarkan
konsep-konsep harus dari yang paling inklusif kemudian konsep yang kurang
inklusif setelah itu pembelajar memberikan yang khusus seperti contoh-contoh.
b. Rekonsiliasi integratif yaitu pengetahuan baru yang harus dihubungkan
dengan isi materi sebelumnya. Penyesuaian ini berguna untuk mengatasi atau
mengurangi pertentangan kognitif.

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 4


3. Tahap Ketiga
Tujuannya adalah melabuhkan materi pembelajaran baru kedalam struktur kognitif
pebelajar yang sudah ada. Ausubel mengidentifikasi menjadi empat aktivitas:
a. Menggunakan prinsip rekonsiliasi integratif dengan cara:
1) Mengingatkan pebelajar pada gambaran secara menyeluruh
2) Meminta ringkasan tentang sifat penting materi yang baru
3) Mengulang definisi-definisi yang tepat
4) Meminta perbedaan diantara aspek materi
5) Pebelajar mendeskripsikan bagaimana materi dapat mendukung konsep
pada organizer.
b. Pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan cara:
1) Meminta pebelajar mendeskripsikan hubungan materi baru dengan
organizer.
2) Pebelajar membuat contoh tambahan tentang konsep .
3) Pebelajar menjelaskan secara lisan esensi materi dengan bahasa sendiri.
4) Menguji materi dari sudut pandang lain.
5) Pebelajar mengaitkan materi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
c. Pendekatan kritis dalam pengetahuan dapat dilakukan dengan menanyakan
kepada pebelajar tentang asumsi-asumsi atau kesimpulan yang mungkin dibuat
dalam materi. Pembelajar memberikan pertimbangan atau tantangan terhadap
asumsi tersebut dan menyatukan kontardiksi apabila terjadi silang pendapat.
d. Klarifikasi kemungkinan munculnya banyak pertanyaan yang memperlihatkan
kekurangjelasan. Pembelajar melakukan klarifikasi dengan cara memberikan
tambahan informasi baru, mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau
contoh lain.

E. SISTEM SOSIAL

Dalam model ini pembelajar harus mempertahankan control pada stuktur


intelektual, hal ini untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer dan
membantu pebelajar membedakan materi baru dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pada tahap tiga idealnya situasi pembelajaran lebih interaktif.
Keberhasilan materi akan bergantung pada kemampuan pebelajar mengintegrasikan
dengan materi sebelumnya melalui kemampuan kritis, presentasi pembelajar dan
pengolahan informasi.

F. PERAN PEMBELAJAR

1. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran.


2. Membedakan materi yang baru dengan yang lama.
3. Membuat materi relevan dengan pembelajar secara personal.
4. Membantu pebelajar berpikir kritis sehingga timbul pertanyaan dan merespon
penentuan makna.

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 5


G. SISTEM PENDUKUNG

Materi yang disusun dengan baik merupakan syarat utama. Efektivitas advance
organizer bergantung pada hubungan terpadu dan cocok antara pelaksana konseptual
dengan materi. Model ini memberikan petunjukdalam membangun (atau menyusun
kembali) materi pengajaran.

H. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 6


PENERAPAN ADVANCE ORGANIZER PADA PEMBELAJARAN IPA

Jenjang Pendidiksn : Sekolah Dasar


Mata Pelajaran : SAINS
Kelas/Semester : IV/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Materi : Energi Panas

Tahap 1 : Presentasi Advance Organizer

1. Mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran


a. Melalui tanya jawab pebelajar dapat menyebutkan dua sumber energi panas
dengan tepat
b. Melalui percobaan pebelajar dapat membedakan tiga cara rambat energi panas
dengan tepat
c. Melalui diskusi pebelajar dapat menyimpulkan tiga cara rambat energi panas
dengan tepat
2. Menyajikan organizer-mengidentifikasi karakteristik
a. Pembelajar menjelaskan bahwa ada dua sumber energi panas
b. Energi dapat merambat melalui medium
3. Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman pebelajar
a. Pembelajar membangun dengan pertanyaan:
“Apakah yang kalian rasakan ketika berada di tengah terik matahari?”
“Apakah yang kalian rasakan ketika mencelupkan sendok ke dalam air panas?”
“Apakah yang kalian rasakan ketika memegang panci tanpa gagang plastik
yang panas tidak menggunakan alas?”

Tahap 2 : Presentasi Tugas atau Materi Pembelajaran

Pada tahap 2 ini pebelajar melakukan eksperimen tentang sumber energi panas dan
cara rambatnya. Media yang digunakan adalah media yang sering ditemukan sehari-
hari.
Contoh : lilin, sendok, gelas berisi air panas, panci, kompor kecil, dan lain-lain.

Tahap 3 : Memperkuat Pengolahan Kognitif

1. Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif.


Pembelajar meminta pebelajar membuat ringkasan:
a. Sumber energi panas terbesar adalah matahari.
b. Energi panas dihasilkan oleh dua benda yang bergesekan.
c. Energi panas merambat melalui radiasi, konveksi, konduksi.
2. Menggunakan pembelajaran resepsi aktif
a. Matahari merupakan sumber energi panas.
b. Selain matahari, api juga merupakan sumber energi panas.
c. Kita telah mempelajari sumber energi panas dan juga cara rambatnya (dengan
bahasa pebelajar sendiri).

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 7


d. Pebelajar mengaitkan dengan konsep lain dan dapat dikaitkan dengan
pertanyaan: “Apa yang terjadi ketika kalian menjemur pakaian di bawah terik
matahari?”
Pada pertanyaan di atas terdapat konsep matahari sebagai sumber energi
panas dan air menguap ketika terkena panas.
3. Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran.
Pembelajar memberikan pertanyaan: “Mengapa peralatan memasak banyak
terbuat dari alumunium disbanding besi?”
4. Mengklarifikasi
Pembelajar memberikan informasi baru jika ada yang kurang jelas (berdasarkan
pertanyaan pebelajar di kelas)

DAFTAR PUSTAKA

Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd). USA: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar:

BAHRUR ROSYIDI | ADVANCE ORGANIZER 8

Anda mungkin juga menyukai