Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit insomnia harus mendapatkan perhatian khusus dari berbagai

kalangan. Hal ini tentunya akan mendorong kualitas hidup seseorang.

Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut seperti

penyakit fisik seperti nyeri jangka panjang, kandung kemih atau prostat,

penyakit), faktor lingkungan,penggunaan obat- obatan, dan penyakit mental

seperti strees (Dewi,2015).

Beberapa faktor yang memyebabkan terjadinya insomnia yang

berbahaya yaitu penyakit stres. Karena penyakit stres akan sangat mudah

menyerang seseorang. Penyakit stres umumnya disebabkan oleh beberapa

penyebab, salah satunya ialah tuntutan dalam kehidupan. Misalnya tuntutan

ekonomi keluarga, tuntutan target pekerjaan dan sejenisnya. Menurut Dalami,

(2014) bahwa stres terjadi sebagai akibat dari adanya tuntutan dalam

kehidupan. Penyebab inilah yang dominan ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari khususnya pada lansia. Stres yang tidak segera diatasi dapat

menimbulkan kecemasan pada diri seseorang.

Menurut Sohat (2017), bahwa di Amerika terdapat 25%-30%

penduduk mengalami insomsia , sedangkan di Indonesia setiap tahun

diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa mengalami insomnia dan 17%

mengalami insomnia yang cukup serius. Prevalensi insomnia pada lansia


cukup tinggi yakni sekitar 67%. Insomnia menyerang 50 % orang berusia 65

tahun atau lebih dan tinggal dirumah, sedangkan 66% orang yang tinggal di

fasilitas perawatan jangka panjang. Sekitar 10 % dari jumlah penduduk yang

ada mengalami insomnia atau sekitar 283 juta penduduk Indonesia yang

mengalami insomnia.

Mahasiswa tingkat akhir seperti mahasiswa angkatan tahun 2017

program studi S1 Keperawatan di Stikes Maranatha Kupang merupakan

mahasiswa yang pada semester ini dituntun untuk menyelesaikan tugas akhir

yaitu proposal dan skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar serjana di

tambah dengan masalah- masalah akademik yang dihadapi. Sehingga

mahasiswa pada tingkat ini lebih sering mengalami stres .

Stresor yang dihadapi mahasiswa tidak hanya menyebabkan

mahasiswa rentan mengalami stres tetapi juga rentan mengalami gangguan

tidur. Ada terdapat tiga jenis gangguan tidur yaitu insomnia, syndrome henti

nafas saat tidur, syndrome kegelisahan saat tidur

Dampak negatif stres dan insomnia menjadi penghambat mahasiswa

tingkat akhir untuk meraih kesuksesan akademik yaitu lulus dengan IPK

tinggi. Mahasiswa yang beresiko mengalami gangguan tidur 22% juga

beresiko memilki batas nilai ketuntasan yang rendah atau Grade Point

Average rendah <2.0. prestasi akademik mahasiswa yang menggalami

gangguan tidur juga lebih rendah dari pada mahasiswa yang cukup tidur

(Wulandari, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian

Insomnia Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Stikes Maranatha Kupang

”.

Anda mungkin juga menyukai