Anda di halaman 1dari 85

Laporan Kerja Praktek

PPSDM MIGAS CEPU 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
semakin menuntut lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan metode
pengajaran dan pendidikannya. Universitas Lambung Mangkurat khususnya
Program Studi S-1 Teknik Kimia sebagai salah satu akademis yang berorientasi
pada ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan diri agar mampu mengakomodasi
perkembangan yang ada. Salah satu sistem yang digunakan adalah dengan
memasukkan program kerja praktek pada kurikulum sebagai kegiatan yang wajib
diikuti oleh mahasiswa.
Kerja praktek merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,
kemampuan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah untuk dibawa kedunia
kerja yang sesungguhnya. Kerja praktek merupakan salah satu syarat wajib untuk
menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-1 Teknik Kimia di Universitas
Lambung Mangkurat. Melalui kerja praktek ini mahasiswa akan mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ilmu pengetahuan
dan juga menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah pada
dunia kerja yang sesungguhnya. Selain itu juga dengan adanya kerja praktek
diharapkan dapat menambah ide-ide yang berguna untuk kemajuan dunia kerja
nanti serta dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa.
Program Studi S-1 Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat
merupakan salah satu jurusan yang menyiapkan sumber daya manusia yang dapat
berperan dalam bidang dunia perminyakan khususnya pengolahan minyak dan
gas. Maka mahasiswa Program Studi S-1 Teknik Kimia diwajibkan melaksanakan
Kerja Praktek dengan tugas khusus dalam rangka mempelajari kondisi dunia
kerja di industri. Oleh karena itu, penulis melaksanakan Kerja Praktek di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas.

1
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum Kerja Praktek di PPSDM Migas adalah:
1. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Program Studi S-1 Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang penerapan ilmu atau teori yang
selama ini diperoleh melalui bangku kuliah dan membandingkannya
dengan kondisi nyata yang ada di lapangan.
3. Memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman serta mendapat
peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam industri, yang
akan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu
yang ditekuni selama ini.
4. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya
sehingga dapat membangun etos kerja yang baik.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan Khusus Kerja Praktek di PPSDM Migas adalah:
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian proses
produksi pada PPSDM Migas.
2. Mengetahui spesifikasi bahan baku, produk dan cara menganalisa bahan
yang digunakan dalam proses produksi PPSDM Migas.
3. Mengetahui spesifikasi peralatan yang digunakan di unit kilang PPSDM
Migas.
4. Menganalisa heat exchanger 2 di Unit Kilang PPSDM Migas.
5. Mengevaluasi kinerja heat exchanger 2.

2
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman dan pengetahuan pada industri minyak dan gas.
b. Membandingkan disiplin ilmu yang diperoleh di kampus dengan
kenyataan di lapangan dan menerapkannya untuk menemukan solusi
atas masalah yang sering muncul di industri minyak dan gas.
c. Melatih mahasiswa untuk beradaptasi, berinteraksi dan bekerjasama
dengan orang lain dalam ruang lingkup sosial yang baru.
2. Bagi PPSDM Migas
a. Sebagai sarana meningkatkan sumber daya manusia di bidang industri
minyak dan gas.
b. Hasil analisa dapat dijadikan rekomendasi bagi instansi untuk
menentukan kebijakan di masa yang akan datang.
c. Sebagai sarana penghubung kerja sama antara instansi terkait dengan
lembaga Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan.
3. Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan
industri minyak dan gas di Indonesia.
b. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum
yang ada dengan perkembangan pada dunia industri.
c. Mempersiapkan serta mencetak mahasiswa yang siap melangkah di
dunia kerja dengan keterampilan serta kejujuran dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaannya.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : 01 Juli 2019 s/d 31 Juli 2019
Tempat : PPSDM MIGAS, Jalan Sorogo No.1 Cepu, Kode Pos: 583151

3
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Penjelasan Umum


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Nomor 13 tahun 2016, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
(PPSDM) Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.

2.2 Tugas Pokok dan Fungsi PPSDM Migas


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Nomor 13 tahun 2016, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut :
1. Tugas pokok
“Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan
gas bumi”
2. Fungsi
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangansumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi.
b. Penyusunan program, akuntabilitas kinerja, dan evaluasi serta pengolahan
informasi pengembangan sumber daya manusia dibidang minyak dan gas
bumi.
c. Penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber daya
manusia dibidang minyak dan gas bumi.
d. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dibidang minyak dan gas bumi.
e. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan
sumber daya manusia dibidang minyak dan gas bumi.
f. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas pendidikan dan
pelatihan dibidang minyak dan gas bumi.

4
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

g. Pelaksanaan administrasi pusat Pendidikan dan Pelatihan minyak


dan gas bumi.

2.3 Lokasi PPSDM Migas


Pusat Pengembangan Sumber Daya manusia Minyak dan Gas Bumi
berlokasi di Jalan Sorogo No. 1, Kelurahan Karangboyo, Kecamatan Cepu,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dengan areal sarana dan prasarana
pendidikan dan pelatihan seluas 120 hektar. Ditinjau dari segi geografis dan
ekonomis, lokasi tersebut cukup strategis karena didukung oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Lokasi pabrik
Lokasi PPSDM Migas berdekatan dengan lapangan minyak milik
Pertamina, Exxon Mobil Cepu Limited, Petrochina, tambang rakyat Wonocolo
serta singkapan-singkapan geologi, sehingga memudahkan peserta diklat untuk
melakukan field study.
2. Sarana transportasi
Kota Cepu dilewati oleh jalur kereta api yang Surabaya – Jakarta dan jalan
raya yang menghubungkan kota-kota besar di sekitarnya, sehingga memudahkan
untuk bepergian.
3. Letaknya yang berbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur

Gambar 2.1. Peta Lokasi PPSDM Migas

5
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2.4 Struktur Organisasi dan Kepegawaian

KEPALA PUSAT
PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA DAN GAS
KEPALA BAGIAN
BUMI
TATA USAHA
MINYAK DAN GAS BUMI

KEPALA SUB KEPALA SUB BAGIAN


BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN
KEUANGAN UMUN

UMUM

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


KEPALA BIDANG
PERENCANAAN DAN PENYELENGGARAA
PROGRAM DAN
STANDARDISASI N SARANA DAN
EVALUASI
PENGEMBANGAN SDM PRASARANA DIKLAT

SDM PRASARANA DIKLAT

KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KELOMPOK


KEPALA SUB
PERENCANAAN PENYELENGGARAAN JABATAN
BIDANG
PENGEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN FUNGSIONAL
PROGRAM SDM SDM

KEPALA SUB
KEPALA SUB
KEPALA SUB BIDANG BIDANGPRA SARANA
BIDANG
STANDARISASI PENGEMBANGAN
EVALUASI PENGEMBANGAN SDM SDM DAN INFORMASI

SUBBIDANG
STANDARDISASI
Gambar 2.2 Struktur Organisasi
PENGEMBANGAN

SDM

6
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Struktur organisasi di PPSDM Migas ditetapkan berdasarkan Peraturan


Menteri ESDM No.13 Tahun 2016. Bentuk dan susunan organisasi di lingkungan
PPSDM MIGAS dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh tiga orang Kepala Bidang dan satu orang Kepala Bagian
Tata Usaha berserta kelompok fungsional dibawah ini :
1. Bagian Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian,
kerumah tanggaan, ketatausahaan, dan keuangan PPSDM Migas. Bagian tata
usaha terdiri dari 2 sub bidang yaitu:
a. Kepegawaian dan Umum
Bertugas untuk melakukan urusan ketatausahaan,kearsipan, pelaksanaan
manajemen perubahan, hukum hubungan masyarakat, serta keprotokolan.
b. Keuangan
Bertugas untuk melakukan urusan keuangan dan administrasi barang milik
negara.
2. Bidang Perancanaan dan Standarisasi Pengembangan SDM
Bidang Perencanaan dan Standarisasi Pengembangan SDM mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perencanaan pengembangan, peyusunan pedoman,
norma, standar, prosedur, dan kriteria pengembangan sumber daya manusia di
bidang pengembangan sumber daya manusia subsektor minyak dan gas bumi.
Bidang ini terdiri dari 2 sub bidang, yaitu:
a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan SDM
Bertugas untuk melakukan penyiapan bahan rencana penyusunan standar
kompetensi jabatan dan pengembangan sumber daya manusia subsektor
minyak dan gas bumi.
b. Sub Bidang Standarisasi Pengembangan SDM
Bertugas untuk melakukan penyiapan bahan penyusunan pedoman,
norma,standar, prosedur, dan kriteria pengembangan sumber daya manusia
serta pelayanan sertifikasi kompetensi tenaga subsektor minyak dan gas
bumi.
3. Bidang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Diklat

7
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Bidang sarana dan prasarana diklat mempunyai tugas peyelenggaraan dan


pemantauan serta pengelolaan sarana dan prasarana teknis pengembangan
sumber daya manusia di bidang pengembangan sumber daya manusia
subsektor minyak dan gas bumi. Bidang Sarana dan Prasarana Diklat terdiri
dari 2 sub bidang, yaitu :
a. Sub Bidang Penyelenggaraan Pengembangan SDM
Bertugas untuk melakukan penyiapan penyelenggaraan dan pemantauan,
pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan sumber Bertugas untuk
melakukan penyiapan pengelolaan dan pelayanan jasa sarana prasarana
teknis pengembangan sumber daya manusia dan informasi subsektor
minyak dan gas bumi.
b. Sub Bidang Sarana Prasarana Pengembangan SDM dan Informasi
Bertugas untuk melakukan penyiapan pengelolaan dan pelayanan jasa
sarana prasarana teknis pengembangan sumber daya manusia dan
informasi subsektor minyak dan gas bumi.
4. Bidang Program dan Evaluasi
Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan melaksanakan
penyiapan penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan, dan
pelaksanaan kerja sama, evaluasi, dan akuntabilitas kinerja di bidang
pengembangan sumber daya manusia subsektor minyak dan gas bumi. Bidang
Program dan Kerjasama terdiri dari:
a. Sub Bidang Program
Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan pengelolaan rencana,
program, anggaran, pelaporan, dan pelaksanaan kerja sama di bidang
pengembangan sumber daya manusia subsektor minyak dan gas bumi.
b. Sub Bidang Evaluasi
Bertugas untuk melakukan penyiapan bahan evaluasi, dan akuntabilitas
kinerja di bidang pengembangan sumber daya manusia subsektor minyak
dan gas bumi.
5. Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional terdiri dari Widyaiswara yang diberi tugas oleh pejabat

8
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

yang berwenang pada unit Pendidikan Latihan Instansi Pemerintah untuk


mendidik, mengajar, dan melatih secara penuh. Berdasarkan ruang lingkup
bidang tugasnya, maka kelompok ini terbagi atas beberapa bidang:
a. Widyaiswara Bidang Pendidikan
b. Widyaiswara Bidang Teknologi dan Industri
c. Widyaiswara Bidang Manajemen/Umum

2.5. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja pada PPSDM Migas adalah Pegawai Negeri Sipil, dimana
bila masa kerjanya selesai mereka mendapat pensiun. Tenaga kerja di
PPSDM Migas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tenaga Shift
Tenaga shift diperlukan pada bagian kilang yang memerlukan kerja rutin
selama 24 jam dibagi dalam 3 shift, yaitu:

Shift I : 08.00-16.00 WIB

Shift II : 16.00-24.00 WIB

Shift III : 24.00-08.00 WIB


Pergantian shift tiap 5 hari sekali dan mendapatkan 2 hari libur. Setiap
penggajian karyawan disesuaikan dengan pegawai negeri sipil lainnya, yaitu
menerima gaji pokok sesuai pangkat dan golongan. Jam kerja dalam
seminggu adalah 40 jam dan selebihnya dihitung sebagai lembur.
2. Tenaga Non-Shift
Karyawan bekerja pada hari Senin sampai hari Jumat.
a. Hari Senin – Kamis jam kerja mulai pukul 07.30 – 16.00 WIB
b. Hari Jumat jam kerja mulai pukul 07.30 – 16.30 WIB

2.6. Tata Tertib PPSDM Migas


1. Peserta PKL atau penelitian harap hadir sesuai waktu yang ditentukan,
misalnya mengisi absen dan menjaga ketertiban

9
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi


(PPSDM Migas) tidak menyediakan fasilitas, akomodasi, transportasi,
makan, kesehatan dan biaya lain.
3. Selama PKL atau penelitian wajib menggunakan almamater.
4. Perserta PKL wajib mengisi biodata dan menyerahkan pas foto ukuran
3x4 cm.
5. Peserta PKL atau penelitian diwajibkan sopan dan mampu bergaul
dengan dosen, rekan, instruktur maupun pembimbing.
6. Peserta PKL atau penelitian wajib menjauhkan diri dari perbuatan
tercela, pencurian barang dan mengancam dosen atau pembimbing.
7. Peserta PKL atau penelitian dilarang membuat keributan atau berkelahi
dengan siapapun selama di ruang lingkup PKL atau penelitian.

2.7. Sarana dan Fasilitas


2.7.1. Humas
Keberadaan humas sangat dibutuhkan dan penting untukmembangun dan
menjaga adanya saling pengertian antara organisasi dengan stakeholder dan
masyarakat umum, dengan tujuan menyangkut tiga hal yaitu reputasi, citra dan
komunikasi mutual benefit relationship.
Untuk berkomunikasi dengan publik, Humas PPSDM Migas menyediakan
layanan informasi berupa Call Center yang diperuntukkan bagi stakeholder
ataupun masyarakat umum yang ingin menyampaikan keluhan dan pertanyaannya
di bidang layanan organisasi. Call Center PPSDM Migas dapat dihubungi melalui
nomor 081390107701 telpon (jam kerja), sms atau WA. Humas PPSDM Migas
juga menyediakan informasi mengenai perkembangan organisasi terkini melalui
Buletin Patra yang terbit setiap 3 bulan sekali.

2.7.2. Keamanan
Mengingat kompleksnya kegiatan yang terdapat di PPSDM Migas baik
proses industri, kegiatan pengajaran dan segala jenis kegiatan lainnya, unit
keamanan PPSDM Migas memiliki peran yang penting untuk menjaga keamanan

10
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

dan stabilitas kerja di PPSDM. Secara umum, unit keamanan memiliki 4 macam
objek pengamanan yaitu pengamanan personil, pengamanan material,
pengamanan informasi dan pengamanan operasional.

2.7.3. Fire Safety


Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi segala sesuatu yang
menyebabkan kecelakaan kerja yang mempengaruhi terhadap proses produksi,
sehingga sumber-sumber produksi dapat digunakan secara efisien dan produksi
dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti. Unit K3LL PPSDM
Migas mempunyai tugas yang meliputi:
1) Tugas rutin
a. Menyusun rencana pencegahan terhadap kecelakaan kerja.
b. Melakukan inspeksi secara berkala atau khusus.
c. Melakukan pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran.
d. Mengadakan safety trainning, baik kepada personil pemadam api
maupun pegawai biasa.
2) Tugas Non Rutin
a. Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja di luar
PPSDM Migas.
b. Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang sama.
c. Menanamkan kesadaran kepada semua pegawai akan pentingnya
pencegahan kebakaran dan keselamatan kerja.
d. Melakukan kampanye keselamatan kerja kepada para pegawai.
3) Tugas Darurat
a. Memberikan pertolongan dan penanggulangan terhadap terjadinya
kecelakaan kerja.
b. Memadamkan api jika terjadi kebakaran baik dilingkungan PPSDM
Migas maupun diluar.

11
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2.7.4. Water Treatment Plant


Unit pengolahan air bersih atau WTP (Water Treatment Plant) merupakan
unit pengolahan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
untuk menunjang kebutuhan operasi dari pabrik.Untuk itu diperlukan air yang
bersih, jernih dan bebas dari kuman penyakit. Air mudah didapat dari permukaan
bumi, tetapi air yang mutunya sesuai dengan mutu penggunaannya masih sulit
untuk diperoleh.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka PPSDM Migas mengambil air
dari sungai Bengawan Solo yang kemudian diolah sehingga dapat memenuhi
berbagai kebutuhan, seperti air minum, air pendingin, air umpan ketel uap dan
pemadam kebakaran. Unit water treatment memiliki kapasitas sebesar 105.090
m3 .

2.7.5. Power Plant


Power plant adalah unit di PPSDM Migas yang menangani penyediaan
tenaga listrik menggunakan tenaga diesel. Bahkan, bahan bakar untuk unit power
plant menggunakan solar yang merupakan produk kilang PPSDM Migas. Dengan
adanya unit power plant, PPSDM Migas tidak bergantung dengan PLN
(Perusahaan Listrik Nasional) dikarenakan tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit
ini cukup besar. PLTD (Perusahaan Listrik Tenaga Diesel) di PPSDM Migas
mulai didirikan pada tahun 1973.

2.7.6. Boiler
Secara umum boiler dapat kita artikan sebagai sebuah pesawat untuk
menghasilkan steam (uap). Boiler dibuat dari baja dengan bentuk bejana tertutup
yang didalamnya terdapat air dan air tersebut dipanasi dari hasil pembakaran
residu untuk menghasilkan uap. Boiler plant adalah unit yang bertugas:
a. Menyediakan steam (uap) untuk proses kilang
b. Menyediakan udara bertekanan
c. Menyediakan air pendingin (cooling water)
d. Menyediakan air lunak

12
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2.7.7. Unit Kilang


Unit kilang berfungsi sebagai unit untuk proses destilasi crude oil dengan
pemisahan fraksi-fraksi crude oil tersebut berdasarkan titik didihnya sesuai
dengan spesifikasi yang dikehendaki.Crude Oil sendiri memiliki pengertian
campuran yang sangat kompleks dari senyawa hirokarbonsebagai penyusun
utamanya dan sedikit unsur belerang, nitrogen, oksigen, logam dan mineral.
Sebelum proses di kilang, bahan atau mineral ikutan tersebut harus dipisah
terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi produksi yang
dihasilkan. Minyak mentah (crude oil) yang digunakan pada PPSDM Migas
adalah campuran dari crude oil Kawengan dan crude oil Ledok. Produk yang
dihasilkan berupa Pertasol (CA, CB, CC), solar dan residu. Sistem pengolahan yang
digunakan oleh PPSDM Migas yaitu dengan cara Destilasi Atmosferik.
Laboratorium PPSDM Migas
PPSDM Migas memiliki laboratorium dasar atau yang biasa disebut dengan
laboratorium pengujian. Laboratorium yang tersedia diantaranya:
1. Laboratorium Kimia
2. Laboratorium Migas
3. Laboratorium Sipil
4. Laboratorium Geologi
5. Laboratorium Lindungan Lingkungan

2.7.8. Perpustakaan PPSDM Migas


Perpustakaan PPSDM Migas mempunyai sistem pelayanan terbuka (open
access) yang meliputi:
1. Pelayanan reguler
2. Pelayanan non reguler
Koleksi perpustakaan antara lain: buku–buku diklat, majalah ilmiah, laporan
penelitian, skripsi, e-book, laporan kerja praktek dan bahan audio visual.Sejarah
berdirinya perpustakaan PPSDM Migas erat kaitannya dengan berdirinya
AKAMIGAS yang pada awalnya terkenal dengan nama AMGB (Akademi
Minyak dan Gas Bumi). AKAMIGAS yang berdirinya pada tahun 1967 sebagai

13
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

salah satu wadah untuk membina kader-kader perminyakan nasional yang siap
pakai. Adapun tugas–tugas perpustakaan PPSDM Migas yaitu:
a. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi, yang mencakup buku,
majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja praktek, diklat/
hand-out serta bahan audio visual.
b. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigrasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filling.
c. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa
Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah
d. Layanan kerjasama antara perpustakaan dan jaringan informasi nasional.

2.8. Hubungan Kerjasama


Dalam rangka mensukseskan berbagai proyek diklat, PPSDM Migas
menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan pihak
perguruan tinggi seperti UGM, ITB, ITS, ITN Malang, UNDIP, UMS, UPN
Surabaya, UPN Veteran Yogyakarta, UNBRAW Malang dan sebagainya. Tujuan
kerjasama tersebut adalah saling memberikan bantuan dalam hal-hal tertentu yang
menguntungkan kedua belah pihak.

2.9. Sejarah Singkat PPSDM Migas


Lapangan minyak yang ada di Indonesia termasuk cukup banyak
diberbagai daerah, salah satunya yang sudah lama adalah lapangan minyak di
daerah Cepu. Cepu merupakan suatu daerah yang terletak diperbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Pada awal tahun 1870, ditemukan minyak di daerah
Cepu dan sekitarnya oleh BPM (Bataafche Petroleum Maatschappij) yang
merupakan perusahaan minyak dan gas yang ditemukan berjumlah 24 buah dan
sekarang hanya tinggal 2 buah saja, yaitu lapangan minyak Kawengan dan Ledok.
Sejarah mencatat perkembangan perminyakan di Cepu dapat diuraikan
dalam 3 periode , yaitu :
1. Periode Zaman Hindia Belanda (Tahun 1886-1942)
Pada zaman ini tercatat peristiwa penemuan rembesan minyak di daerah

14
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Jawa yaitu Kuwu, Mrapen, Watudakon, Mojokerto, serta penemuan minyak dan
gas di Sumatera dan Jawa. Eksplorasi minyak bumi di Indonesia dimulai tahun
1870 oleh P. Vandijk, seorang insinyur belanda di daerah Purwodadi, Semarang,
melalui pengamatan rembesan minyak dipermukaan.
Di daerah Cepu Jawa Tengah terdapat konsesi minyak, yaitu suatu kota kecil di
tepi Bengawan Solo, yang bernama Panolan, diresmikan pada tanggal 28 Mei
1893 atas nama AB. Verseegh. Kemudian beliau menyewakannya kepada
perusahaan DPM (Dordtsche Petroleum Maatschappij) di Surabaya dengan
membayar ganti rugi sebesar F.10000 dan F.0,1 untuk setiap peti (37,5 liter
minyak tanah dari hasil pengilangannya). Penemuan sumur minyak bumi bermula
di desa Ledok oleh Mr.Adrian Stoop pada Januari 1893, ia menyusuri Bengawan
Solo dengan rakit dari Ngawi menuju Ngareng (Cepu), dan akhirnya memilih
Ngareng (Cepu) sebagai tempat pabrik penyulingan minyak dan sumurnya di bor
pada Juli 1893. Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu.
Selajutnya berdasarkan akta No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih
oleh BPM (Bataafsche Petroleum Maarschappij), yaitu perusahaan minyak
Belanda.
2. Periode zaman Jepang (Tahun 1942 - 1945)
Pada periode jaman Jepang dulu terjadi suatu peristiwa penyerbuan tentara
Jepang ke Indonesia pada perang Asia Timur, yaitu keinginan Jepang untuk
menguasai daerah-daerah yang kaya akan minyak. Untuk keperluan perang dan
kebutuhan minyak di Jepang. Pada saat itu terjadi perebutan kekuasaan Jepang
terhadap Belanda, para pegawai perusahaan minyak belanda di tugaskan untuk
menangani taktik bumi hangus instalasi penting, terutama kilang minyak yang di
tujukan untuk menghambat laju serangan Jepang. Namun akhirnya Jepang
menyadari bahwa pemboman atas daerah minyak segera dibangun bersama oleh
tenaga sipil Jepang, tukang-tukang sumur tawanan perang dan tenaga Indonesia
yang berpengalaman dan ahli dalam bidang perminyakan,serta tenaga kasar
diambil dari penduduk Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah yang besar.
Lapangan minyak Cepu masih dapat beroperasi secara maksimal seperti biasa,
pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran baru dilapangan minyak

15
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.


3. Periode Kemerdekaan RI
Pada zaman kemerdekaan, kilang minyak cepu mengalami beberapa
perkembangan sebagai berikut :
a. Periode 1945- 1950
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, kilang minyak
Cepu diambil alih oleh Indonesia. Pemerintah kemudian mendirikan
Perusahaan Tambang dan Minyak Nasional (PTMN) berdasarkan
Maklumat Menteri Kemakmuran No. 5. Pada bulan Desember 1949
menjelang 1950 setelah adanya penyerahan kedaulatan, pabrik minyak
Cepu dan lapangan Kawengan diserahkan dan diusahakan kembali oleh
BPM.
b. Periode 1950-1951
Kilang Cepu dan lapangan minyak Kawengan dikuasai oleh BPM.
Namun, lapangan minyak lain seperti Ledok, Nglobo dan Semanggi tetap
dipertahankan oleh pemerintah RI yang pelaksanakaannya dilakukan oleh
ASM (Administrasi Sumber Minyak), tetapi pada tahun 1951 diserahkan
kembali kepada pemerintah RI.
c. Periode 1951 – 1957
Pada tahun 1951 perusahaan minyak lapangan Ledok, Nglobo,
Semanggi diserahkan kepada pemerintah sipil oleh ASM. Untuk
kepentingan tersebut dibentuk panitia kerja yaitu Badan Penyelenggaraan
Perusahaan Negara di bulan Januari 1951, yang kemudian melahirkan
Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI).
d. Periode 1957-1961
Tahun 1961 PTMRI berganti menjadi Tambang Minyak Nglobo CA
(Combie Anexis) dan mengalami banyak kemajuan.
e. Periode 1961-1966
Pada tahun 1961, Tambang Minyak Nglobo CA diganti menjadi
PERMIGAN (Perusahaan Minyak dan Gas Negara). Permurnian minyak
dilapangan minyak Ledok dan Nglobo dihentikan. Pada Tahun 1962,

16
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

kilang Cepu dan Lapangan Kawengan dibeli oleh perusahaan RI dari Shell
dan diserahkan ke PN PERMIGAN.
f. Periode 1966-1978
Rangkaian peristiwa pada Gerakan 30 September 1965 menyebabkan
PN PERMIGAN dibubarkan. Dalam perkembangannya fasilitas kilang dan
lapangan minyak di sekitar Cepu ditetapkan sebagai Pusat Pendidikan dan
Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas (PUSDIKLAP Migas)
dan ditempatkan di bawah. Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS).
Pada tanggal 7 Februari 1967 berdiri Akademi Minyak dan Gas
(AKAMIGAS) angkatan pertama.

g. Periode 1978-1984
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal
26 Desember 1977, LEMIGAS diubah menjadi bagian dari Direktorat
Jendral Minyak dan Gas dan berganti nama menjadi Pusat Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS (PPTMGB LEMIGAS).
PPTMGB LEMIGAS mengalami kesulitan-kesulitan dalam memasarkan
produk berupa naphta, filter oil dan residu.
h. Periode 1984-2001
Keberadaan PPT MIGAS ditetapkan berdasarkan Kepres No. 15/1984
tanggal 18 Maret 1984 dan struktur organisasinya ditetapkan berdasarkan
surat keputuan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 tanggal 15
November 1984.Kedudukan PPT MIGAS dibawah direktorat Jendral
Minyak dan Gas Bumi, Departemen Pertambangan dan Energi, yang
merupakan pelaksana teknis Migas di bidang pengembangan tenaga
perminyakan dan Gas Bumi
i. Periode 2001 – 2016
Dengan adanya perubahan struktur di lingkungan pemerintah,maka
berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
No.150 tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001 maka PPT Migas berganti nama
menjadi PUSDIKLAT MIGAS yang bertanggung jawab langsung kepada

17
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Bidan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral dan telah diperbarui
dengan Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2010 tanggal 22
November 2010.
j. Periode 2016 – Sekarang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tahun 2016, dan di
Undangkan pada tanggal 24 Mei 2016. Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, maka Pusdiklat Migas
berganti nama menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi.

2.10. Uraian Proses Produksi


Pengolahan minyak bumi di PPSDM Migas menggunakan unit distilasi
atmosferik. Unit distilasi atmosferik adalah suatu unit yang bertugas
melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pemisahan minyak mentah (crude oil)
menjadi produk-produk minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih
komponen pada tekanan 1 atm. Proses pemisahan secara distilasi terjadi
menurut tiga tahap operasi, yaitu proses penguapan atau penambahan sejumlah
panas ke dalam larutan yang akan dipanaskan, proses pembentukan fase
seimbang dan proses pemisahan kedua fase setimbang. Ketiga tahap operasi
tersebut dilakukan dalam suatu kolom distilasi jenis bubble cap tray tower yang
dioperasikan pada suhu puncak kolom ± 129oC dan suhu dasar kolom ± 270oC
dengan tekanan 1 atm.

2.10.1. Proses Pengolahan pada Unit Kilang


2.10.1.1. Persiapan Bahan Baku
Crude oil yang baru saja ditambang pada dasarnya masih mengandung
kotoran. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan bahan baku agar kadar air
yang terikut dalam crude oil bisa berkurang. Kadar maksimal air yang diizinkan
adalah 0,2% volume. Crude oil dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan (T-101
atau T-102) dan didiamkan selama 24 jam. Hal tersebut dimaksudkan untuk

18
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

menghilangan kotoran, terutama kandungan airnya. Kapasitas untuk tangki T-101


adalah 2000 kl sedangkan untuk tangki T-102 adalah 1900 kl.
a. Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan adalah campuran minyak mentah Kawengan
(HPPO = High Pour Point Oil) yang bersifat parafinis dan minyak mentah Ledok
(LPPO = Low Pour Point Oil) yang bersifat aspaltis, dengan perbandingan 70%
bagian minyak mentah Kawengan dan 30% bagian minyak mentah Ledok. Disini
dilakukan pencampuran dengan maksud agar proses pengolahan akan lebih
efisien dibandingkan jika dilakukan secara terpisah. Apabila dilakukan
pengolahan secara terpisah maka dibutuhkan dua kondisi operasi yang berbeda
pada pemanasan.
1) Lapangan Kawengan
Minyak Mentah dari lapangan Kawengan merupakan minyak HPPO (High
Pour Point Oil) bersifat parafinis, yaitu mengandung lilin, alkana rantai lurus
dan nilai oktan rendah. Karakteristik Crude Oil Kawengan:

- Specific Gravity : 0,8530 – 0,8540

- oAPI Gravity : 34,4


- Viscositas Kinematis (100 oF), Cs : 5,17
- Viscositas Kinematis (120 oF), Cs : 3,64
- Pour Point, oF : 80
- Flash Point, oF : 35
- Kadar Air, %volume : 0,18
- Kadar Belerang, %berat : 0,231
- Kadar Malam, %berat : 14,4
- Kadar Aspal, %berat : 0,28
- Kadar Abu, %berat : 0,28
- Angka Asam total, %KOH/garam : 0,084

2) Lapangan Ledok
Minyak Mentah bersifat aspaltis, yaitu mengandung Aspal, struktur rantai

19
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

tertutup, nilai oktan tinggi. Minyak mentah Ledok sering disebut minyak
LPPO (Light Pour Point Oil). Seiring dengan meningkatnya produksi sumur
minyak maka untuk bahan baku crude oil yang digunakan adalah merupakan
crude oil campuran antara Kawengan dan Ledok. Oleh karena itu, spesifikasi
dari crude oil ini dapat kita lakukan uji densitiy, pour point dan uji distilasi
ASTM D-86 untuk mengetahui sifat volatility dari crude oil. Karakteristik
Crude Oil Ledok :
- Specific Gravit : 0,8520-0,8530

- oAPI Gravity : 39,9


- Viskositas kinematis (100 oF), Cs : 3,46
- Viskositas kinematis (120 oF), Cs : 2,23
- pour Point, oF : 20
- Flash Point, oF : 35
- Kadar Air, %vol : 0,15
- Kadar Belerang, %berat : 0,099
- Kadar Malam, %berat : 0,366
- Kadar Aspal, %berat : 0,346
- Kadar Abu, %berat : 0,026
- Angka Asam total, %KOH/garam : 0,246

b. Bahan Baku Pembantu


Bahan baku pembantu diperlukan dalam proses treating yang berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak bumi yang dapat menurunkan
mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses pengolahan. Bahan
tambahan yang biasa digunakan untuk menghilangkan kotoran-kotoran tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Amonia (NH3)
Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi peralatan
proses, karena dapat mengikat gas H2S dalam minyak dan
menetralkan senyawa-senyawa asam yang dapat menyebabkan
korosi khlorida misalnya senyawa HCl yang terbentuk akibat
20
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

hidrolsa garam khlorida.

MgCl + H2O MgOH + HCl


HCl + NH3 NH4Cl + H2O

Spesifikasinya adalah sebagai berikut:


- Wujud : Gas
- Specific Gravity : 0,690
- Min. Ammonia content, %wt : 99,95
- Boiling Point : -33,4 oC
- Freezing Point : -77,7 oC
- Critical Temperature : 133 oC
- Critical Pressure : 1657 psi
- Max. Water content, ppm by wt : 5000
- Max. Oil content, ppm by wt :5
b. Kaustik Soda (NaOH)
Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir dari senyawa-senyawa
belerang dan menghilangkan Merchaptan (RSH) yang dapat mengakibatkan
korosi terhadap alat dengan cara mencuci hasil pemisahan crude oil dan dapat
juga digunakan untuk proses treating yang bertujuan untuk memisahkan
hidrogen dan sulfur dalam fraksi gasoline. Spesifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Kenampakan : Tidak berwarna
2. Wujud : Cair
3. Densitas (20 oC) :1,2541

2.10.1.2 Produk yang Dihasilkan


Produk utama dari pengolahan minyak mentah di PPSDM Migas adalah
sebagai berikut:
1. Pertasol CA

21
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Pertasol ini merupakan campuran hidrokarbon cair yang merupakan trayek


didih 30 – 200 oC. Pertasol atau nafhta merupakan produk yang terpenting karena
digunakan sebagai solvent/pelarut, pembersih dan lain-lain. Spesifikasi pertasol
CA yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada tanggal 06 Februari
2012 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun kegunaan Pertasol CA, yaitu:

a. Industri cat, lacquers dan varnish.


b. Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen.
c. Industri cleaning dan degreasing.
d. Sebagai komponen dalam proses : sebagai pembuatan bahan karet
pada pabrik ban, vulkanisir, bahan adhesive (lem), dan dalam.
industri farmasi

Tabel 2.1 Spesifikasi Pertasol CA

Metode Spek. Pertasol CA


ASTM/
No Parameter Uji Satuan Lain BARU
. Min. Maks
1. Density at 15 oC kg/m3 D-1298 720 735
2. Distilasi: D-86
IBP oC 45

End Point oC 150

Warna
3 Saybolt D-156 +25
Korosi Bilah
Tembaga
4 D-130 No. 1
2 hrs. / 100 oC
5 Doctor Test D-4925 Negative
Aromatic
6 Content %volume D-1319 20
Sumber: Pertamina (2012)

22
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2. Pertasol CB
Spesifikasi pertasol CB yang ditetapkan oleh Pertamina dalam
hasil rapat pada tanggal 06 Februari 2012 di Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Spesifikasi Pertasol CB

Metode Spek. Pertasol


ASTM/ CB
Parameter Uji Satuan Lain BARU
No. Min. Maks
1 Density at 15 oC kg/m3 D-1298 765 780
2 Distilasi: D-86
IBP oC 100

End Point oC 200

3 Warna Saybolt D-156 +18


Korosi Bilah
4 Tembaga D-130 No. 1
2 hrs. / 100 oC
5 Doctor Test D-4925 Negative
6 Aromatic Content %volume D-1319 25
Sumber: Pertamina (2012)

23
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

3. Pertasol CC
Produk pertasol CC diproduksi di unit Kilang PPSDM Migas dalam
waktu-waktu tertentu saja dalam artian hanya memproduksinya secara on
demand. Pertasol CC memiliki spesifikasi yang ditetapkan oleh Pertamina dalam
hasil rapat tanggal 06 Februari 2012 terdapat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Spesifikasi Pertasol CC

Metode Spek. Pertasol


ASTM/ CB
Parameter Uji Satuan Lain BARU
No. Min. Maks
1 Density at 15 oC kg/ D-1298 765 780
m3
2 Distilasi: D-86
IBP oC 100

End Point oC 200

3 Warna Saybolt D-156 +18


Korosi Bilah
4 Tembaga D-130 No. 1
2 hrs. / 100 oC
5 Doctor Test D-4925 Negative
6 Aromatic Content %volume D-1319 25
Sumber: Pertamina (2012)

24
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

4. Solar atau Gas Oil


Solar atau gas oil mempunyai trayek didih 250 – 350 oC. BBM jenis solar
48 memiliki spesifikasi berdasarkan ketentuan Dirjen Migas yang terdapat dalam
Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Solar

Batasan Metode
SNIMinyak Uji
No Karakteristik Satuan Solar 48
Min. Maks. ASTM
1. Bilangan setana angka setana 48 D613
atau indeks setana 45 D4737
2. Berat jenis (pada suhu 15 ºC) kg/m3 815 870 D4052/
D1298
3. Viskositas (pada suhu 40 ºC) mm3/s 2.0 4,5 D445
0,351)
0,302)
4. Kandungan sulfur % m/m - 0,253) D4294/
0,054) D5453
0,0055)
5. Distilasi: 90% vol. Penguapan ºC - 370 D86
6. Titik nyala ºC 52 - D93
7. Titik kabut ºC - 18 D2500
8. Titik tuang ºC 18 D97
9. Residu karbon % m/m - 0,16) D189
10. Kandungan air mm/kg - 500 D6304
11. Kadungan FAME % v/v - 207 D7806/
D7371
12. Korosi bilangan tembaga - Kelas 1 D130

25
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

13. Kandungan abu % m/m - 0,01 D482

14. Kandungan sedimen % m/m - 0,01 D473

15. Bilangan asam kuat Mg,KOH/g - 0 D664

16. Bilangan asam total Mg, KOH/g - 0,6 D664

17. Penampilan visual Jernih dan terang -


18. Warna No.ASTM - 3,0 D1500
19. Lubricity (HFRR wear scar Micron - 4608) D6079
din.@60 ºC
Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2016)

5. Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik
didih paling tinggi yaitu 350 oC dan merupakan hasil bawah dari residue stripper.
Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik karena mempunyai
heating value yang tinggi.
Produk residu di Kilang PPSDM Migas dikenal dengan nama Minyak Bakar Cepu
(MBC). MBC memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Minyak dan Bumi pada tanggal 15 Agustus 2011 dapat dilihat di Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Spesifikasi Minyak Bakar Cepu (Residu)

No. Parameter Uji Satuan Metode Hasil Uji


ASTM
1 Nilai Kalori MJ/kg D-240 42,23
2 Density pada 15 oC kg/m3 D-1298 934,4
3 Viskositas mm2/det D-445 129,58
4 Kinematic % m/m D-1552 0,124
5 Kandungan Sulfur oC D-97 45

26
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

6 Titik Tuang oC D-93 130

7 Titik Nyala % vol D-95 0,15

8 Kandungan Air mm/kg D6304 500

Sumber: PPSDM Migas (2015)

2.10.1.3. Operasi Distilasi


Proses pengolahan dengan distilasi atmosferis bertujuan untuk
memisahkan crude oil menjadi produk hasil pemisahan pada berbagai fraksi,
yaitu Pertasol CA, Pertasol CB, Pertasol CC, solar, PH solar dan residu. Produk
dihasilkan dari beberapa tahapan yaitu pemanasan, penguapan dan pemisahan,
pengembunan dan pendinginan serta pemisahan.
1. Pemanasan Awal pada Heat Exchanger
Pemanasan awal dimaksudkan untuk membantu kerja furnace dalam
mencapai temperatur optimum sehingga fraksi berat dan ringan dapat
dipisahkan dengan baik di evaporator. Umpan berupa crude oil dari T-101
atau T-102 dengan menggunakan Pompa Sentrifugal P-100/3 atau P-100/4
dipompakan menuju alat penukar panas (Heat Exchanger). Terdapat 5 buah
exchanger yaitu HE-1, HE-2, HE-3 HE-4 dan HE-5.
2. Pemanasan pada Furnace
Dari HE minyak mentah kemudian dialirkan menuju ke furnace (dapur
pemanas) untuk dipanaskan lebih lanjut sehingga temperaturnya mencapai
330oC. Crude oil sebelumnya distabilkan melalui stabilizer agar aliran dan
tekanannya stabil serta terkontrol. Unit kilang PPSDM Migas memiliki 6 buah
dapur pemanas, tetapi yang beroperasi hanya dua buah, yaitu furnace 1 dan
furnace 3 dengan bahan bakar berupa fuel oil (residu).
3. Proses pada Evaporator (V-1)
Dari furnace minyak mentah masuk ke dalam evaporator V-1. Proses
yang terjadi adalah proses pemisahan fraksi berat dan fraksi ringannya.

27
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Minyak mentah masuk evaporator pada suhu sekitar 320oC. Di dalam


evaporator tersebut, dengan adanya injeksi steam stripping dan pemanasan
maka senyawa hidrokarbon yang telah sampai titik didihnya akan berubah
menjadi fase uap dan yang belum akan tetap menjadi cairan. Untuk
meningkatkan efesiensi penguapan, maka aliran feed dibuat serong mendekati
dinding bagian dalam kolom. Sehingga luas permukaan penguapan semakin
besar dan aliran menjadi turbulen.
Di samping itu, dari bawah evaporator diinjeksikan steam (steam
stripping), yang berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial hidrokarbon
sehingga titik didihnya menurun dan akan menguap. Fraksi ringan akan keluar
sebagai hasil atas kolom evaporator pada suhu ±310oC dan tekanan
±0,175 kg/cm2.
4. Proses pada Kolom Stripper (C-5)
Dari bottom evaporator, fraksi cair tersebut diumpankan ke residue
stripper (C-5) untuk mengambil kembali fraksi ringan yang terbawa oleh
aliran dengan bantuan steam stripping. Dari residue stripper, hasil bottom
berupa residu temperaturnya masih cukup tinggi berkisar 270 oC, sebelum
didinginkan produk residu dialirkan ke HE-5 yang dimanfaatkan sebagai
bahan pemanas. Kemudian minyak tersebut dialirkan ke box cooler untuk
didinginkan dan selanjutnya ditampung pada tangki 122, 123 dan 104 sebagai
produk residu. Bagi fraksi uap yang keluar dari top residue stripper akan
diumpankan pada kolom fraksinasi C-1.
5. Proses pada Kolom Fraksinasi I (C-1)
Kolom fraksinasi C-1 terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble
cap tray dengan 21 tray. Adapun umpan yang masuk ke kolom fraksinasi C-1
adalah:

- Top produk dari evaporator yang masuk ke plate paling bawah.


- Top produk dari residue stripper (C-5) yang masuk ke plate paling bawah.
- Top produk dari solar stripper (C-4) yang masuk ke plate 13.
- Reflux naphta.

28
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Dari kolom fraksinasi C-1, fraksi berupa uap selalu naik ke atas. Dengan
bantuan alat kontak bubble cap, uap dibelokkan arahnya sehingga menembus
cairan. Pada saat kontak dengan cairan, terjadilah transfer panas dan massa.
Proses ini akan meninggalkan fraksi berat dan menguap kembali bersama-
sama fraksi ringan yang ada di tray tersebut menuju ke tray berikutnya. Pada
tray yang lain, mengalami proses yang sama dan begitu seterusnya. Semakin
ke atas, fraksi akan lebih ringan dan semakin ke bawah, fraksi akan lebih berat.
Temperatur top C-1 berkisar 130 oC, fraksi yang mampu keluar dari top
merupakan gabungan dari fraksi pertasol CA, pertasol CB dan naptha. Hasil
dari kolom fraksinasi C-1 adalah:
- Top produk yang menjadi umpan ke kolom fraksinasi C-2
- Side stream berupa solar yang keluar dari side stream 4, 6, 8, 10, dan 12
yang menjadi umpan ke solar stripper
- Side stream berupa Pertasol CC yang keluar dari side stream ke-18
- Bottom produk berupa PH solar di masukkan produk solar.
6. Proses pada Kolom Stripper (C-4)
Side stream dari tray 4-12 diumpankan ke dalam solar stripper C-4 pada
suhu yang berkisar 160oC. Solar stripper C-4 berfungsi untuk mengambil fraksi
solar dengan bantuan steam stripping. Dari solar stripping, hasil bottom berupa
solar yang suhunya masih tinggi berkisar 210oC. Oleh karena itu, sebelum
didinginkan produk bottom C-4 dialirkan ke dalam HE-2 untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pemanas. Kemudian produk bottom dialirkan ke box cooler untuk
didinginkan dan ditampung pada tangki 106, 111, 120, 124, 125, 126 dan 127.
Produk top solar stripper C-4 diumpankan kembali ke dalam kolom fraksinasi C-
1 melalui plate ke-13.

7. Proses pada Kolom Fraksinasi C-2


Selanjutnya fraksi tersebut diproses pada kolom fraksinasi C-2 yang
bentuknya hampir sama dengan C-1 hanya saja jumlah tray-nya lebih sedikit,
yaitu 16 buah. Pada kolom fraksinasi C-2, feed yang diumpankan adalah:
- Top produk dari kolom fraksinasi C-1.

29
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

- Side reflux CB.


- Reflux Pertasol CA.

2.10.1.4. Pengembunan dan Pendinginan


Produk-produk akhir dari proses distilasi yang berasal dari kolom
fraksinasi dan stripper dimasukkan ke dalam cooler yang berfungsi untuk
mengkondensasi dan mendinginkan produk-produk tersebut. Fase uap yang
diembunkan pada cooler adalah produk yang berasal dari:
1. Side stream dari kolom fraksinasi C-2 yang akan diumpankan kembali sebagai
reflux, didinginkan pada cooler CL-5 dan CL-9.
2. Side stream dari kolom fraksinasi C-1, yaitu Pertasol CC yang masuk ke C-4
(solar stripper).
3. Bottom produk dari kolom fraksinasi C-1, yaitu PH solar yang masuk ke cooler
CL-3 dan CL-4.

4. Bottom produk dari kolom fraksinasi C-2, yaitu Pertasol CB yang masuk ke
cooler CL-13 dan CL-14.
5. Bottom produk dari solar stripper C-4, yaitu solar yang didinginkan dalam
cooler CL-6, CL-10 dan CL-11.
Fase cair yang didinginkan di dalam box cooler adalah:

1. Top produk kolom fraksinasi C-2, yaitu Pertasol CA yang telah dikondensasi ke
dalam box cooler BC-3 sampai BC-8.
2. Bottom produk residue stripper C-5 masuk ke dalam box cooler BC-1.

2.10.1.5. Separating
Produk-produk yang telah didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam
tangki harus dipisahkan dari air dan gas yang terikut. Proses pemisahan ini
berlangsung di dalam separator dengan prinsip kerja memisahkan berdasarkan
perbedaan berat jenis. Produk yang berupa minyak akan berada di bagian atas,
sedangkan air dikeluarkan lewat bagian bawah. Gas-gas yang ringan yang tidak
mengembun kemudian dipakai sebagai fuel gas pada furnace.

30
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Produk Pertasol CA masuk ke dalam separator S-1 dan S-3 pada suhu
berkisar 38oC dan selanjutnya ditampung pada tangki T-114 sampai tangki T-117.
Pertasol CB masuk ke dalam separator S-4 pada suhu berkisar 45oC dan kemudian
ditampung pada tangki T-110. Pertasol CC masuk ke dalam separator S-8 dan
ditampung di dalam tangki T-112 dan T-113. Solar masuk ke dalam separator s-6
pada suhu berkisar 40oC dan ditampung di dalam tangki T-111, T-120 dan T-123.
PH solar dialirkan ke dalam separator S-7 pada suhu berkisar 82oC dan
dimasukkan ke dalam tangki T-118 dan T-119.

2.10.2. Proses Treating


Minyak bumi mengandung unsur-unsur pengotor antara lain Hidrogen
Sulfida (H2S), merchaptan (RSH), MgCl2 dan NaCl dalam jumlah tertentu.
Kotoran-kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi yang dapat merusak
peralatan dan menurunkan mutu produk. Maka dari itu kotoran-kotoran tersebut
harus dikurangi konsentrasinya di dalam proses pengolahan. Proses treating yang
dipakai antara lain dengan injeksi NH3 pada puncak kolom fraksinasi serta soda
treating:
1. Injeksi Amonia (NH3)
Injeksi amonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi. Reaksi yang
terjadi adalah:
1. MgCl2 + 2H2O→ Mg(OH)2 + HCl
2. HCl + NH3 → NH4Cl
Garam NH4Cl yang terbentuk di dalam air dipisahkan di dalam separator.
2. Soda Treating
Penambahan soda dilakukan untuk mengurangi merchaptan dan senyawa
belerang lainnya. Reaksi yang terjadi adalah:
1. RSH + NaOH → RSNa + H2O
2. H2S + NaOH → Na2S + 2H2O

Kadar larutan NaOH (soda kaustik) adalah 25% berat. RSNa dan Na2S
yangterbentuk akan larut dan dapat dipisahkan dengan cara settling dari Pertasol.

31
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Soda treating bertujuan untuk menghindari senyawa-senyawa belerang yang


terkandung di dalam Pertasol yang dapat mengakibatkan korosi di dalam pipa
maupun tanki.

2.11. Peralatan Utama Unit Kilang

Tabel 2.6. Alat Utama yang digunakan dalam Unit Kilang

Unit Nama Peralatan


Unit Kilang Heat Exchanger (HE-1, 2, 3, 4, 5)
Furnace (F-1, 2, 3, 4, 5, 6 )
Coloum Fractination (C-1A, C-2)
Evaporator (V-1)
Stripper (C3, 4, 5)
Main Condensor (CN-1, 2, 3, 4) dan Sub
Condensor (CN-5 s/d 12)
Cooler (CL-1 s/d 16) Box
Cooler (BC-1 s/d 6) Separator
(S-1 s/d 8) Pompa Feed
(P.100/03, P.100/04 P100/05).
Pompa Refluks (P.100/01, P.100/02, P.100/03,
P.100/04, P.100/05, P.100/06, P.100/07 dan P.100/08).

32
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

1) Heat exchanger
Jenis Heat Exchanger (HE) yang digunakan di PPSDM Migas adalah Shell
and Tube, dimana minyak mentah masuk pada bagian tube dan media pemanas
masuk dalam shell. Jumlah HE yang dimiliki PPSDM Migas ada 5 buah yang
dipasang secara seri, HE-1 dan HE-2 dibuat horisontal, sementara HE-3, 4, 5
dibuat vertikal. Heat Exchanger adalah alat yang digunakan untuk memanaskan
minyak mentah dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan produk kilang. Heat
Exchanger berfungsi sebagai pemanas awal minyak mentah dengan tujuan
efesiensitermal.
2) Furnace
Furnace adalah dapur yang digunakan sebagai pemanas minyak mentah dari
suhu + 130 – 300 oC dimana suhu ini sebagian besar mengandung fraksi dari
minyak mentah pada tekanan sedikit diatas 1 atm yang berwujud uap kecuali
residu. Perpindahan panas pada furnace yang terjadi secara tidak langsung dengan
media perantara pipa, dimana cairan yamg dipanaskan dialirkan, sedangkan
sumber panas didapat dari pembakaran bahan bakar. Jumlah furnace yang ada di
PPSDM Migas adalah 6 buah, tetapi yang beroperasi hanya 2 buah yaitu furnace 1
dan furnace 3. Sedangkan furnace yang lainnya sudah tidak berfungsi karena
tidak ada transisi masuk dan keluar sehingga proses pembakaran menjadi tidak
sempurna. Pemanas furnace berfungsi sebagai kelanjutan dari minyak mentah
yang sebelumnya telah mendapatkan pemanasan awal pada HE.
Spesifikasi
Furnace: F1 s/d F3
Fungsi : Memanaskan minyak mentah
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 330 m3/ hari
Type : Boxes

Tinggi : 10.000 mm
Panjang : 6.000 mm
Lebar : 3.990 mm

33
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Jumlah tube : 48 buah

Dimensi tube : ID = 104,8 mm; OD = 114,3 mm;


jarak antar tube : 250/330 mm
Bahan bakar : Fuel oil (residu) dan fuel gas

Material : Alloy Cr, Mo, Fe, Ni


Status : Beroperasi

3) Evaporator
Evaporator adalah alat untuk memisahkan fraksi ringan yang telah
bercampur dengan fraksi berat dalam minyak mentah dengan proses
penguapan. Wujud dari fraksi ringan adalah uap yang keluar menjadi hasil
atas pada evaporator dan residu menjadi fraksi berat yang keluar menjadi
hasil bawah dari evaporator.
Proses pemisahan dalam evaporator didasarkan pada perbedaan densitas
antar 2 fraksi dan dibantu dengan injeksi uap yang berfungsi untuk
menurunkan tekanan parsial komponen hidrokarbon sehingga penguapan
lebih mudah. Evaporator di PPSDM Migas terdapat 1 yang dipasang secara
vertikal. Kolom evaporator adalah kolom pemisah yng tidak memiliki plat.
Dibagian bawah terdapat cungkup (anchoring) untuk menahan cairan yang
akan meningggalkan evaporator.
Spesifikasi Evaporator:

Type : Vertical coloum


Volume : 184,756 m3
Dimensi : OD= 2017 mm; ID = 2010
mm
Material : Carbon Steel

Tinggi :6m
Tebal Shell : ¾ inch

Tekanan operasi : 0,2 kg/cm2


34
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Desain temperatur : 380 oC


Tipe head : Ellipse

Tebal head : ¾ inch

Temperatur operasi : 280 – 310 oC


Tekanan bawah : + 1,2 kg/cm2
Temperatur operasi : 265 – 295 oC
Jumlah : 1 buah
Status : Beroperasi

4) Kolom Stripper
Kolom stripper digunakan untuk menguapkan kembali fraksi yang dibawa
oleh fraksi berat. Pemisahan ini dilakukan dengan menginjeksikan uap dalam
kolom. Injeksi uap tersebut berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial
hidrokarbon, sehingga hidrokarbon yang memiliki titik didih rendah (fraksi
ringan) akan menguap dan terpisah dari fraksi berat. Terdapat 3 kolom stripper
yang digunakan yaitu stripper C-3, C-4, dan C-5.
Stripper Solar (C-4)

Kolom ini berfungsi untuk mengembalikan fraksi ringan yang masih


terkandung didalam produk solar. Fraksi ringan berwujud uap akan diuapkan dan
dikeluarkan dari stripper atas dan kembali ke dalam kolom fraksinasi C-1,
sehingga hasil bawah stripper yang keluar sebagai solar.
Spesifikasi Stripper Solar (C-4):

Jumlah : 1 buah
Tipe : Bubble cup tray

Jumlah tray : 6 buah

Dimensi : OD = 1000 mm; ID = 1018


mm
Jumlah cup : 15 cup/ tray

35
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Tinggi : 6130 mm
Tebal head : 9 mm

Tipe head : Ellipes

Tebal shell : 9 mm

Tray spacing : 940 mm

Kapasitas : 4,7205 m3
Material : Carbon stell

Pressure : 0,3 kg/ cm2


Status : Beroperasi
Stripper Residu (C-5)

Kolom ini berfungsi untuk mengembalikan fraksi ringan yang masih


terkandung dalam resdu, hasil bawah evaporator akan dipisahkan, fraksi ringan
akan keluar melalui bagian atas stripper dan menjadi umpan (feed) ke kolom C-1,
lalu hasil bawah stripper keluar menjadi residu.
Spesifikasi Stripper Residu (C-5):

Jumlah : 1 buah
Dimensi : OD = 1000 mm; ID = 1020
mm
Tinggi : 7100 mm
Jumlah plat : 6 buah
Tipe : Bubble cup tray

Jumlah cup : 15 cup/ tray

Tebal head : 9 mm

Tipe head : Ellipes

Tebal shell : 9 mm

36
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Tray spacing : 450 mm

Kapasitas : 5,720 m3
Material : Carbon stell

Pressure : 0,2 kg/ cm2

Status : Beroperasi

5) Kolom Fraksinasi
Kolom fraksinasi adalah kolom yang digunakan untuk memisahkan
fraksi yang diinginkan menurut titik didih dari setiap fraksi. Di PPSDM
Migas pada unit kilang mempunyai 2 buah kolom fraksinasi yang beroperasi
yaitu C-1A dan C-2.
Spesifikasi kolom Fraksinasi:
Kolom Fraksinasi C-1A
Fungsi : Memisahkan fraksi – fraksi minyak bumi
dari aliran sisi C-1 dan kolom atas stripper.
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 55,910 m3
Type : Bubble cup tray

Jumlah tray : 21 buah

Jumlah cup : 87 cup/ tray

Tinggi : 11150 mm
Diameter dalam : 2.025mm
Diameter luar : 2.044 mm
Tray spacing : 460 mm

Tebal head : 3/8 inches

Jenis head : Ellipse

Design temperatur : 400 oC


37
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Material : Carbon stell

Pressure : 0,3 kg/ cm2

Status : Beroperasi

Kolom Fraksinasi C-2

Fungsi : Memisahkan fraksi – fraksi minyak bumi


dari aliran sisi C-1 dan kolom atas
stripper.
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 24,947 m3
Tipe : Bubble cup tray

Jumlah tray : 16 buah

Jumlah cup : 57 cup/ tray

Tinggi : 10.000 mm
Diameter dalam : 1.800 mm
Diameter luar : 1.821 mm
Tray spacing : 422 mm

Tebal head : 3/8 inches

Jenis head : Ellipse

Design temperature : 400 oC

Material : Carbon steel

Pressure : 1,2 kg/cm2

Status : Beroperasi

38
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

6) Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mencairkan produk gas atau solvent uap
ringan (Pertasol CA) dari kolom atas C-2 dan juga mengubah fase uap
menjadi cair yang masih panas dengan menggunakan air sebagai media
pendingin. Terdapat 12 unit kondensor yang beroperasi.
Spesifikasi Kondensor:
Kondensor Utama (CN – 1, 2, 3, 4)
Fungsi : Mengkondensasikan uap pertasol CA
dari kolom fraksinasi 2 (C-2)
Jumlah : 4 unit
Tipe : 1,1 - shell and tube

Arah aliran : Conter current

Jenis : Kondensor Vertical

Tinggi : 4.890 mm
Dimensi shell : ID = 1.040 mm; OD = 1.052 mm
Dimensi tube : ID = 31,35 mm; OD = 38 mm
Jumlah tube : 223

Media pendigin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Sub Kondensor (CN – 5 s/d CN – 12)
Fungsi : Mengkondensasikan uap pertasol CA yang
tidak dapat terkondensasi pada kondensor
utama.
Jumlah : 8 unit
Tipe : 1,1 - shell and tube

Arah aliran : Conter current

Jenis : Kondensor vertical


39
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Tinggi : 3.182 mm
Dimensi shell : ID = 738 mm; OD = 770 mm
Dimensi tube : ID = 16 mm; OD = 19 mm

Jumlah tube : 275

Media pendingin : Air

Material : Carbon stell

Status : Beroperasi

7) Cooler
Cooler berfungsi untuk mendinginkan produk minyak yang keluar dari
stripper, fraksinasi heat exchanger, dan kondensor dengan air pendingin pada
temperature tertentu sebelum masuk pada tangki penampungan. Cooler yang
digunakan pada unit kilang ada 2 jenis yaitu:
a) Shell dan Tube
Cooler pada jenis ini terdiri dari shell dan tube, air pendingin berada pada
shell dan minyak pemanas berada pada tube, dengan arah berlawanan.

b) Box Cooler
Tube dilewati oleh fluida panas lalu masuk dalam kotak segi empat yang
berisi air pendingin, air di dalam box tersebut selalu disirkulasikan.
Spesifikasi Cooler:
Cooler (CL – 1, 2)
Fungsi : Mendiginkan produk pertasol CC
Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor vertikal


Tinggi : 3.186 mm / 3.250 mm
Diameter shell : 1.090 mm/1.245mm ;
Diameter Tube : 20 mm/ 38mm
Jumlah tube : 519/ 348
40
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Media pendingin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Cooler (CL – 3, 4)

Fungsi : Mendiginkan produk pertasol CA


Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor vertikal


Tinggi : 3.186 mm / 3.250 mm
Diameter shell : 1.090 mm/1.245mm
Diameter tube : 20 mm/ 38mm
Jumlah tube : 519/ 348

Media pendingin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Cooler (CL – 5, 9)

Fungsi : Mendiginkan produk pertasol CB


Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor vertikal


Tinggi : 1.900 mm
Diameter shell : 1.200 mm

Diameter tube : 38 mm

Jumlah tube 321


Media pendingin : Air
Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Cooler (CL – 6, 10, 11)

41
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Fungsi : Mendinginkan produk Solar


Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor vertikal


Tinggi : 1.900 mm
Diameter shell : 1.200 mm

Diameter tube : 38 mm

Jumlah tube 321

Media pendingin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Cooler (CL – 13, 14)

Fungsi : Mendinginkan produk bawah C-2


Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor horizontal


Tinggi : 4.900 mm
Diameter shell : 4.200 mm

Diameter tube : 25/26 mm

Jumlah tube : 308/250

Media pendingin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Box Cooler (BC – 1 s/d 6)

Fungsi : Mendinginkan produk minyak bumi


Jenis : Pipe Coil

Tinggi : 3.000 mm
42
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Diameter pipa : 4 in / 3 in / 2 in
Jumlah tube : 40 / 24 / 30 / 66 pipa
Media pendingin : Air
Material : Carbon stell

Status : Beroperasi

Cooler (CL – 13, 14)

Fungsi : Mendinginkan produk bawah C-2


Tipe : 1,1 - shell and tube

Jenis : Kondensor horizontal


Tinggi : 4.900 mm
Diameter shell : 4.200 mm

Diameter tube : 25/26 mm

Jumlah tube : 308/250

Media pendingin : Air


Material : Carbon stell

Status : Beroperasi
Box Cooler (BC – 1 s/d 6)

Fungsi : Mendinginkan produk minyak bumi


Jenis : Pipe Coil

Tinggi : 3.000 mm
Diameter pipa : 4 in / 3 in / 2 in
Jumlah tube : 40 / 24 / 30 / 66 pipa
Media pendingin : Air
Material : Carbon stell

Status : Beroperasi

43
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

8) Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang masih
terkandung dalam produk berdasarkan perbedaan massa jenis (density). Air
akan mengendap atau berada di bawah, hasil dari produk atas akan berada
diatas. Lalu gas akan dikeluarkan melalui puncak atas, dan ditampung pada
tangki penampung.
Spesifikasi Separator:
Separator (S – 1, 3)
Fungsi : Memisahkan produk pertasol CA dan air
Tipe : Silinder lurus
Volume : 4,6896 m3
Tinggi : 465 cm / 480 cm
Diameter dalam : 154 cm/ 110 cm
Tebal shell : 7,8 – 8,6 mm

Temperatur maksimum : 70 oC
Temperatur normal : 50 oC
Material : Carbon steel

Status : Beroperasi
Separator (S – 2, 4)
Fungsi : Memisahkan produk naftha (S-2) dan
pertasol CB
Tipe : Silinder lurus
Volume : 1,3296 m3
Tinggi : 465 cm / 480 cm
Diameter dalam : ID = 570 cm/ OD = 617 cm
Tebal shell : 10 – 12 mm

Temperatur maksimum : 70 oC
Temperatur normal : 50oC
Material : Carbon steel

44
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Status : Beroperasi

9) Pompa Feed (P.100/04)


Fungsi : Memompakan crude oil dari tangki ke
Heat Exchanger

Pompa merek : Ebara

Jenis / tipe : Centrifugal

Head : 70 m/ 87 m

Kapasitas : 25 m3/jam
Putaran : 2.930 rpm/3.000 rpm
Jumlah : 2 buah
Motor Merek : Thosiba
Jenis : Motor induksi 3 fase
Tegangan : 380 Volt
Kuat arus : 22,1 A/ 29,5 A
Daya : 5,5 Kw
Putaran : 2.880 rpm
Frekuensi : 50 Hz
Buatan : Jepang

10) Pompa Refluks ( P.100/01, P.100/02 )


Pompa Merk : Ebara

Jenis/ tipe : Centrifugal


Head : 87 m

Kapasitas : 25 m3/jam
Motor Merk : Thosiba

Jenis : Motor induksi 3 fase


Tegangan : 380 Volt

45
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Kuat arus : 19 A/ 26 A
Daya : 2,2 Kw
Jenis pole :2

Kecepatan putaran : 3.000 rpm


Frekuensi : 50 Hz

46
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

BAB III
LAPORAN KEGIATAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : 1-31 Juli 2019
Tempat : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dab Gas
Bumi (PPSDM MIGAS) Cepu
Alamat : Jalan Sorogo No. 1, Cepu, Jawa Tengah, Indonesia
58315
Waktu pelaksanaan kegiatan di atas adalah waktu sebenarnya pelaksanaan
kerja praktek berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan PPSDM MIGAS.

3.2 Tahapan Kegiatan


Berikut merupakan tahapan kegiatan dalam proses pelaksanaan
kerja praktek di PPSDM Migas:
1. Orientasi Umum
Metode ini dilakukan observasi pada semua unit yang ada di PPSDM
Migas.
2. Orientasi Khusus
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data di industri sesuai
dengan data terbaru yang berada di lapangan.
3. Diskusi
Metode ini digunakan untuk menambah informasi yang sebelumnya
telah diperoleh melaui metode observasi.
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan salah satu metode yang sangat efektif dalam
rangka mencari informasi-informasi yang dibutuhkan.

47
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

3.3 Uraian Kegiatan Selama Kerja Praktek


Adapun uraian kegiatan kerja praktek yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juli
sampai 31 Juli 2019 di PPSDM MIGAS dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Uraian Kegiatan Selama Kerja Praktek
Tanggal Uraian Kegiatan
1 Juli 2019 Orientasi umum dan observasi lapangan
2 Juli 2019 Orientasi umum dan observasi lapangan
3 Juli 2019 Orientasi umum dan observasi lapangan
4 Juli 2019 Pengenalan dengan pembimbing lapangan dan
mencari referensi tugas khusus
5 Juli 2019 Mencari referensi tugas khusus
8 Juli 2019 Pengambilan data untuk tugas khusus
9 Juli 2019 Pengambilan data untuk tugas khusus
10 Juli 2019 Pengambilan data untuk tugas khusus
11 Juli 2019 Pengambilan data untuk tugas khusus
12 Juli 2019 Pengambilan data untuk tugas khusus
15 Juli 2019 Penyusunan laporan bab 1-bab 3
16 Juli 2019 Penyusunan laporan bab 1-bab 3
17 Juli 2019 Penyusunan laporan bab 4-bab 5
18 Juli 2019 Penyusunan laporan bab 4-bab 5
19 Juli 2019 Penyusunan laporan bab 4-bab 5
22 Juli 2019 Konsultasi dengan pembimbing lapangan
23 Juli 2019 Konsultasi dengan pembimbing lapangan
24 Juli 2019 Konsultasi dengan pembimbing lapangan
25 Juli 2019 Konsultasi dengan pembimbing lapangan
26 Juli 2019 Melengkapi administrasi laporan akhir
29 Juli 2019 Melengkapi administrasi laporan akhir
30 Juli 2019 Penjilidan laporan akhir
31 Juli 2019 Selesai

48
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

BAB IV
PEMBAHASAN TOPIK KERJA PRAKTEK

4.1 Latar Belakang


Alat penukar kalor atau biasa disebut heat exchanger sangat
berpengaruh dalam industri. Heat exchanger menentukan keberhasilan dari
keseluruhan rangkaian proses. Kegagalan operasi alat tersebut baik dalam
kegagalan mekanikal maupun opersional dapat menyebabkan berhentinya
operasi unit. Maka suatu alat penukar kalor (Heat Exchanger) dituntut untuk
memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang maksimal serta
dapat menunjang penuh terhadap suatu operasional unit. Salah satu
karakteristik untuk kerja dari penukar panas ini adalah efektivitas penukar
panas.
Salah satu pengaplikasian heat exchanger yaitu di kilang PPSDM
Migas Cepu. Di PPSDM Migas Cepu terdapat 5 buah heat exchanger dengan
jenis shell and tube yang disusun secara seri dimana shell dilalui oleh fluida
panas yaitu naphta pada HE-1, solar pada HE-2 dan HE-3 dan residu pada HE-
4 dan HE-5, sedangkan tube dilalui oleh fluida dingin yaitu crude oil. Dalam
heat exchanger ini terjadi transfer panas dari fluida panas yaitu naphta, sebagai
pemanas pendahuluan sebelum crude oil masuk ke dalam furnace. Heat
exchanger ini juga berfungsi untuk menurunkan temperatur dari naptha, solar
dan residu sebelum masuk cooler. Heat exchanger bila telah dioperasikan
dalam waktu tertentu maka akan mengalami penurunan efisiensi. Hal ini bisa
disebabkan oleh terbentuknya solar dan residu ke fluida dingin (crude oil)
sebagai umpan.

49
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1. Pengertian Perpindahan Panas

Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, tetapi hanya


dapat diubah bentuknya dari suatu bentuk ke bentuk lain atau dapat
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu bentuk energi
adalah panas. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan suhu suatu zat atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan
kelistrikan.
Panas merupakan bentuk energi yang dapat ditransfer dari suatu
sistem ke sistem lain sebagai akibat dari perbedaan suhu. Analisa
termodinamika berkaitan dengan jumlah perpindahan panas karena suatu
sistem mengalami suatu proses dari suatu keadaan kesetimbangan ke
keadaan yang lain. Ilmu yuang mempelajari penentuan tingkat transfer
energi tersebut adalah perpindahan panas. Perpindahan energi dari panas
selalu dari medium bersuhu lebih tinggi ke yang suhu lebih rendah, dan
perpindahan panas berhenti ketika kedua medium mencapai suhu yang
sama. Panas dapat ditransfer dalam tiga cara berbeda : konduksi,
konveksi dan radiasi. Semua cara perpindahan panas memerlukan adanya
perbedaan suhu.
Perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi.
1. Perpindahan panas secara konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antara satu dengan yang lain dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul
benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan dengan molekul-
molekul benda yang bergetar dalam keadaan dingin. Getaran-getaran
yang cepat ini tenaganya dilimpahkan kepada molekul disekeliling nya
sehingga dapat menyebabkan getaran yang lebih cepat yang akan
memberikan panas.
2. Perpindahan panas secara konveksi

50
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Konveksi berasal dari bahasa latin yang artinya bersama dan vehere yang
memiliki arti membawa, jadi konversi diartikan sebagai perpindahan
energi termal bulk bersama fluida. Konveksi adalah proses transport
energi dari molekul yang bersuhu tinggi ke molekul yang bersuhu rendah
dengan disertai aliran massa. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan zat padat dan cair atau
gas.
Contoh konveksi ialah perpindahan entalpi oleh pusaran aliran
turbulen dan oleh arus udara panas yang mengalir melintas dan menjauhi
radiator. Contoh lain dari perpindahan panas secara konveksi adalah
aliran yang dipanaskan dalam belanga. Kalor yang dipindahkan secara
konveksi dinyatakan dengan persamaan Newton tentang pendinginan
(Holman, 1986)

q = - hAΤ

dimana : q = kalor yang dipindahkan


h = koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = luas bidang permukaan perpindahan panas
T = temperatur
Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II termodinamika,
sedangkan panas yang dipindahkan akan selalu mempunyai tanda-tanda
positif (+). Berdasarkan gaya ke penyebab arus aliran fluida.
3. Perpindahan panas secara radiasi
Proses perpindahan radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi pada
suatu zat atau benda karena menerima pancaran (radiasi) gelombang
elektromagnetik berupa panas. Besarnya panas yang yang dapat
dipindahkan dari satu benda ke benda yang lain tidaklah dipengaruhi oleh
jauh dekatnya sumber penerima radiasi melainkan lebih dipengaruhi oleh
kemampuan atau kekuatan suatu benda menerima menyerap panas
radiasi (handoyo, 2000).

51
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

4.2.2 Heat Exchanger


Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang
lain. Dimana fluida panas yang akan digunakan dengan fluida dingin
yang akan dipanaskan agar memudahkan pemanas atau pendingin dialat
berikutnya (coulson and Richardsons,2005).
Heat exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk
perpindahan panas antara dua atau lebih fluida. Banyak jenis heat
exchanger yang dibuat dan digunakan dalam pusat pembangkit tenaga
unit pendingin, unit pengkondisian udara, proses di industri, sistem turbin
gas, dll. Dalam heat exchanger tidak terjadi pencampuran seperti halnya
suatu mixing chamber. Perpindahan panas dalam heat exchanger
didominasi oleh konveksi dan konduksi dari fluida panas ke fluida
dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh dinding. Perpindahan panas
secara konveksi sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri heat exchanger
dan tiga bilangan tak berdemensi, yaitu bilangan Reynold, bilangan
Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar kecepatan aliran fluida
menentukan jenis aliran, yaitu aliran laminer atau turbulen. akibat
tingginya kecepatan aliran dapat memperbesar bilangan Reynold dan
bilangan Nusselt yang kemudian meningkatkan perpindahan panas secara
konveksi.
Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi pertukaran panas:
1. Luas perpindahan
2. Kecepatan aliran fluida
3. Fouling dalam tube
4. Diameter pipa
Heat exchanger dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan
aliaran fluida, berdasarkan kontruksi dan berdasarkan mekanisme
perpindahan panas.
Berdasarkan jenis aliran fluida heat exchanger dapat dibedakan menjadi

52
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

3 yaitu:
1. Pararel flow
Dalam pararel flow heat exchanger fluida panas dan dingin masuk pada
ujung yang sama, mengalir ke arah yang sama, dan keluar pada ujung
yang sama.

Gambar 4.1 Parallel-Flow heat exchanger

2. Counter flow
Dalam counter flow heat exchanger, fluida masuk pada ujung yang
berlawanan, mengalir pada arah yang berlawanan, dan keluar pada ujung
yang berlawanan.

Gambar 4.2 counter flow heat exchanger

3. Cross Flow
Dalam cross flow heat exchanger, fluida dapat bergerak dalam aliran
silang (saling tegak lurus), seperti yang ditunjukkan pada finned dan

53
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

unfinned tubullar heat exchanger dari gambar 4.3 dan gambar 4.4. Dua
konfigiurasi biasanya dibedakan oleh idealisasi yang memperlakukan
gerakan cairan di atas tabung sebagian tidak dicampur atau dicampur.
Pada gambar 4.3 fluida dikatakan tidak dicampur karena sirip
menghambat gerakan kearah (y) yang melintang kearah aliran utama (x).
Dalam hal ini suhu fluida bervariasi dengan x dan y. Sebaliknya, pada
gambar 4.4 fluida dikatakan tercampur karena tidak terdapat sirip yang
menghambat.

Gambar 4.3 Finned Tubular Heat Exchanger

Gambar 4.4 unfinned Tubular Heat Exchanger


Untuk tipe cunter current flow ini memberikan panas yang lebih baik bila
dibandingkan dengan aliran searah partikel. Sedangkan pass (lapisam)
juga berpengaruh terhadap efektifitas dari alat penukar panas yang
digunakan.

54
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Berdasarkan kontruksinya, beberapa jenis heat exchanger diantaranya


adalah :
1. Double pipe
Doublle pipe (concentric tube) heat exchanger terdiri dari satu pipa
yang ditempatkan secara konsentris di dalam pipa lain yang berdiameter
lebih besar dengan ujung yang tepat untuk mengarahkan aliran dari satu
bagian berikutnya. Double pipe (consentric tube) heat exchanger adalah
bentuk yang paling sederhana. Fluida panas dan fluida dingin dapat
mengalir dalam arah aliran yang sama atau berlawanan, sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 4.1 dam Gambar 4.2.
2. Shell and Tube
Shell and Tube heat-exchanger adalah jenis penukar panas yang
fleksibel. Shell and Tube heat-exchanger memberikan rasio area
perpindahan panas yang relatif besar terhadap volume dan berat jenis dan
dapat dengan mudah dalam hal maintenace. Alat ini terdiri dari sebuah shell
(tabung atau slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bundle
(bekas) pipa dengan diameter yang relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir di
dalam pipa-pipa, sedangkan fluida lain mengalir dibagian luar pipa
(Budiman, 2014).
Dalam shell and tube heat exchanger, biasanya terpasang baffle.
Fungsinya adalah untuk meningkatkan koefisien konveksi dan fluida
dibagian shell dengan cara menghasilkan turbulensi dan aliran cross-flow.
Selain itu, baffle juga berfungsi sebagai support untuk tube, mengurangi
getaran tube akibat aliran fluida.

Gambar 4. 5. Shell and tube Heat Exchanger

55
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Berdasarkan standar TEMA (tubular Exchanger Manufacturer


Association), heat exchanger dapat dibagi ke dalam beberapa kelas diantaranya
adalah:
1. Kelas R
Kelas R adalah heat exchanger yang didesain untuk kebutuhan petrolium
dan proses –proses terkaitnya.
2. Kelas C
Kelas C adalah heat exchanger yang didesain untuk kebutuhan proses-
proses general dan komersial.
3. Kelas B
Kelas B adalah heat exchanger yang didesain untuk kebutuhan chemical.
Selain pembagian dalam kelas, TEMA memili standar special design
untuk shell and tube heat exchanger yang berdasarkan tipe shell dan tipe
head.

Special design dari TEMA dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 TEMA special design

56
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Sebagai contoh exchanger dengan single tube pass dan conical heads
dapat digambarkan sebagai tipe BEM dengan conical heads.
Berdasarkan mekanisme perpindahan panas heat exchanger dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Single-phase convection on both sides
2. Single phase convection on one side, two-phase convection on other
side
3. Two-phase convection on both sides

4.3. Bagian Utama Heat Exchanger Shell and Tube


1. Tube
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam actual dalam ukuran inci,
dengan toleransi yang sangat tepat. Tube dapat diubah dari berbagai jenis
logam, seperti besi, tembaga, muniz metal,perunggu, 70-30 tembaga –
nikel, alumunium perunggu, alumunium dan stainless stell. Ukuran
ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut
Birmingham wire Gauge (BWG). Ukuran pipa secara umum biasanya
digunakan mengikuti aturan-aturan yang telah baku. Semakintebal
bilangan BWG, maka semakin tipis tubenya.

Gambar 4. 7. Pola Susunan Tube dalam Shell

Lubang-lubang pipa pada penampang shell and tube tidak disusun secara
begitu saja mengikuti aturan tertentu. Jumlah pipa dan ukurannya harus
disesuaikan dengan ukuran shell-nya, ketentuan ini mengikuti aturan baku

57
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

dan lubang-lubang pipa disusun berbentuk persegi atau segitiga ini disebut
dengan tube pitch.
Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah:
1. Square pitch
2. Triangular pitch
3. Square picth rotated
2. Shell
Biasanya, shell berbentuk bulat memanjang (silinder) yang berisi tube
bundle sekaligus sebagai wadah mengalirkan zat atau fluida. Untuk
kemungkinan korosi, tebal shell sering diberi kelebihan 1/8 in.
3. Baffle
Baffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas.
Kondisi kecepatan aliran baik dalam shell maupun tube dapat diatur oleh
baffle. Fungsi baffle adalah untuk membuat aliran turbulen sehinggaa
perpindahan panas menjadi lebih baik, dimana harga koefisien
perpindahan panas yang didapat besar. Luas baffle kurang lebih 75%
penampung shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter
shell karena apabila terlalu dekat akan dapat kehilangan tekanan yang
besar.
4. Channel
Komponen alat ini berfungsi untuk membalikkan arah aliran fluida dalam
tube pada jenis tube fix exchanger.
5. Nozzle
Komponen alat yang merupakan saluran masuk dan keluar fluida ke
dalam shell dan tube.

4.4. Pemilihan Fluida yang Dilewatkan Tube dan Shell


1. fluida kotor yang dilewatkan
 Melalui tube karena tube-tube dengan mudah dapat dibersihkan.
 Melalui shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau sejumlah besar
cokes atau reruntuhan ada yang terkumpul di shell dan dapat

58
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

dihilangkan melalui tempat pembangunan pada shell.


3. Fluida bertekanan tinggi,korosif dan air dilewatkan pada tube karena
ketahanan terhadap korosif relatif lebih murah juga karena kekuatan
dari small diameter tube melebihi shell.
4. Fluida yang memiliki volume besar dilewatkan melalui tube karena
dapat di pasang baffle untuk menambah laju perpindahan tanpa
menghasilkan kelebihan pressure drop.
5. Fluida yang viskos atau memiliki laju rendah, dilewatkan melalui shell
karena dapat digunakan baffle.

4.5. Pencegahan Terjadinya Fouling


Untuk mencegah fouling harus diperhitungkan / diusahakan supaya
panas yang diberikan pada penukar panas tersebut setelah jangka waktu
tertentu masih tetap sama dengan panas yang diserap.
Beberapa hal tentang penceegahan fouling yang perlu diperhatikan pada
saat merancang alat penukar panas :
1. Terjadinya fouling tidak terlalu besar pada suhu dibawah 250O F
2. Kemungkina terjadinya fouling pada pemanasan hidrokarbon adalah
lebih besar dari pada pendingin.
3. Terjadinya penguapan dalam penukar panas dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya fouling
4. Kecepatan yang semakin besar dapat mengurangi fouling.
4.6. Pembersihan Heat Exchanger
Biasanya Heat Exchanger dihitung faktor pengotornya setelah
beberapa periode, maka jika sudah mendekati periode tersebut, HE akan
bekerja tidak maksimal karena adanya kotoran-kotoran yang melekat
pada dinding shell atau tube. hal ini dapat diatasi dengan berhenti sejenak
kemudian dilakukan pembersihan HE tersebut.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan heat
exchanger, seperti menggunakan air bertekanan tinggi, zat kimia, bola
spon dan lain-lain. Membersihkan fouling dengan air bersih bertekanan

59
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

tinggi itu dilakukan dengan air yang disemprotkan dengan alat steam
(seperti pencuci mobil) biasanya hal ini dilakukan untuk membersihkan
bagian luar dari heat exchanger. Sedangkan cara membersihkan dengan
zat kimia yaitu dengan menambahkan zat kimia ke dalam air yang
disemprotkan ke dalam heat exchanger. Metode bola besi juga banyak
digunakan, cara kerjanya dengan memasukkan bola dengan diamter
dibawah diameter tube lalu bola besi tersebut didorong dengan bantuan
air bertekanan tinggi, sehingga bola dapat mengenai bagian tube
tersebut dan membawa fouling yang terdapat pada heat exchanger.

4.6.1. Tinjauan Umum Heat Exchanger pada Proses Awal di PPSDM


Migas
Heat exchanger yang digunakan di unit kilang PPSDM Migas
berjumlah 5 buah jenis shell and tube dengan arah aliran counter current
flow berfungsi untuk:
1. Mendinginkan produk dari kilang (solar dan residu)
2. Memberikan pemanasan awal pada minyak mentah (crude oil)
3. Mengurangi beban panas pada furnace
4. Menghemat energi (bahan bakar)
Di PPSDM MIGAS Cepu terdapat 5 buah heat exchanger dimana shell
dilalui oleh fluida panas naptha pada HE-1, solar pada HE-2 dan HE-3 dan residu
pada HE-4 dan HE-5, sedangkan tube dilalui oleh fluida dingin yaitu crude oil.
Dalam heat exchanger ini terjadi transfer panas dari fluida panas yaitu naptha,
solar dan residu ke fluida dingin (crude oil) sebagai umpan. Heat exchanger
digunakan sebagai pemanas pendahuluan sebelum crude oil masuk ke dalam
furnace. Heat exchanger ini juga berfungsi untuk menurunkan temperatur dari
naptha, solar ataui residu sebelum masuk cooler. Heat exchanger bila telah
dioperasikan dalam waktu tertentu maka akan mengalami penurunan efesiensi.
Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi, kebocoran, maupun
aliran fluida yang menyebabkan friksi terhadap dinding alat. Penurunan efesiensi
ini bisa dilihat dari parameter-parameter seperti pressure drop tinggi, serta dirt

60
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

factor (Rd) melebihi batas yang diijinkan. Untuk mengetahui seberapa besar
penurunan kemampuan heat exchanger tersebut, maka perlu dilakukan analisa
dengan perhitungan yang akan dibahas lebih lanjut. Berdasarkan pada
pertimbangan di atas maaka diperlukan proses perawatan terhadap HE untuk
meningkatkan efesiensinya dan mengevaluasi untuk kerja alat penukar panas ini
secara periodek.

4.7 Metodologi
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam mengevaluasi kinerja heat exchanger 2 di unit
kilang PPSDM MIGAS ini diperoleh dari:

a. Data Lapangan
• Data suhu masuk dan suhu keluar tube.
• Data suhu masuk dan suhu keluar shell.
b. Control Room
• Data kapasitas crude oil dan bahan bakar (residue) yang
dibutuhkan.
• Data spesifikasi heat exchanger 2 dan bagian shell dan tube.
c. Laboratorium Unit Kilang
• Data densitas crude oil dan residue.
d. Buku Literatur
• Berupa langkah-langkah perhitungan (process heat transfer -
D.Q. Kern).
2. Pengolahan Data
Untuk mengevaluasi kerja dari kinerja heat exchanger dan cooler maka
parameter-parameter yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Heat Balance
Bila panas yang diterima fluida kecil dari panas yang dilepaskan
fluida panas berarti panas yang hilang besar dan ini mengurangi
perfomance suatu heat exchanger.

61
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Q = W.Cp.∆T
Dimana :
Q = jumlah panas yang dipindahkan,
Btu/jam
W = laju alir fluida, lb/jam
Cp = specific heat fluida, Btu/lb

∆T = perbedaan temperatur yang masuk dan keluar

b. LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Pada aliran sejajar, dua fluida masuk bersama-sama dalam alat
penukar kalor, begerak dalam arah yang sama dan keluar bersama-
sama pula. Sedangkan pada aliran berlawanan dua fluida bergerak
dengan arah yang berlawanan, dan pada aliran menyilang, dua fluida
bergerak saling tegak lurus. Sehingga :
• Untuk aliran sejajar
(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD= (𝑡1−𝑡1)
𝑙𝑛
(𝑇2−𝑡2)

• Untuk aliran berlawanan


(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD= (𝑡1−𝑡1)
𝑙𝑛
(𝑇2−𝑡2)

• Untuk heat exchanger tipe 2 pass ataupun multiple pass maka nilai
LMTD sebenarnya akan didapatkan dengan mengalikannya dengan
corection factor (F). Nilai F dapat dicari dengan menentukan nilai
temperatur efficiency (P) dan heat capacity (R).
(𝑇1−𝑇2) (𝑇2−𝑇1)
R=(𝑇2−𝑇1) S=(𝑇1−𝑇2)

c. Menghitung Flow Area


𝐼𝐷𝑥𝐶𝑥𝐵
Shell side as= 144𝑥𝑃𝑡

Dimana :

62
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

as = flow area shell side, ft


ID = inside diameter shell, in
C = Tube Clearance, in (Pt-OD)
B = baffle spacing, in
Pt = pitch tube ,in

d. Laju Alir Massa Fluida pada Shell Side

𝑾𝒔
Gs= 𝒂𝒔

Dimana :
Gs = mass velocity per cross cestion area shell, lb/jam.ft2
Ws = laju alir fluida pada shell side, lb/ jam
as = flow area shell side, ft2

e. Menghitung Bilangan Reynold pada Shell Side

𝐷𝑒𝑥𝐺𝑠
Re= 𝜇

Dimana :
Re = bilangan reynold fluida dalam shell
De = diameter ekivalen shell side,
Gs = mass velocity per cross section area shell side, lb/jam.ft2
μ = viscosity fluida shell side pada temperatur tc,
lb/jam.ft

f. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Konveksi


Outside
1
𝑘 𝑐𝑥𝜇 3 𝜇 0,14
ho= jH 𝐷𝑒 x ( 𝑘 ) x (𝜇𝑊)

Dimana:
ho = koefisien perpindahan panas outside, Btu/jam.ft2. oF

63
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

jH = faktor perpindahan panas


De = diameter ekuivalen shell side, ft
k = thermal conductivity fluida shell, Btu/ jam.ft2. oF
= viscositas fluida shell side pada temperatur Tc, Btu.lbm. oF

g. Menghitung Flow Area

tube side at=

Dimana :
at = flow area tube side, ft2
a’t = flow area pertube, ft2
Nt = jumlah tube
n = jumlah pass tube side, ft2

h. Menghitung Laju Alir Massa Fluida pada Tube

𝑊𝑡
Gt = 𝑎𝑡

Dimana :
Gt = mass velocity per cross section area tube, lb/jam.ft2
Ws = mass flow padatube side, lb/jam
as = flow area tube, ft2

i. Menghitung Bilangan Reynold pada Tube Side

𝐷𝑒𝑥𝐺𝑡
Re= 𝜇

Dimana :
Re = bilangan reynold fluida dalam Tube
D = diameter Tube, ft
Gt = mass velocity per cross section Tube Side, lb/jam.ft2
μ= viskositas fluida tube side pada temperatur tc, lb/jam.ft
64
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

j. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas


Konveksi Inside
1
𝑘 𝑐𝑥𝜇 3 𝜇 0,14
hi= jH 𝐷𝑒 x ( 𝑘 ) x (𝜇𝑊)

Dimana:
hi = koefisien perpindahan panas outside, Btu/jam.ft2. oF
jH = faktor perpindahan panas
De = diameter ekuivalen shell side, ft
k = thermal conductivity fluida shell, Btu/ jam.ft2. oF
μW= viskositas fluida shell side pada temperatur Tc, Btu.lbm. oF

k. Menghitung Temperatur Dinding Tube


ℎ𝑜
∅𝑠
Tw = tc + ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜 (Tc-tc)
+
∅𝑡 ∅𝑠

Dimana :
Tw = temperatur pada dinding tube,
Tc = temperatur pada dinding shell,
tc = temperatur rata-rata pada tube,
= viskositas rasio fluida dalam shell
= viskositas rasio fluida dalam tube

l. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Inside pada


Outside Diameter

𝐡𝐢𝐨 𝐡𝐢 𝐈𝐃
= ∅𝐭 𝐱 𝐎𝐃
∅𝐭

Dimana :
hio = koefisien perpindahan panas konveksi inside pada outside
diameter
ID = inside diameter, in
OD = outside diameter, in

65
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

m. Koreksi Koefisien Perpindahan Panas

𝐡𝐢𝐨 𝐡𝐢𝐨
Shell Side= 𝐱 ∅𝐬 Tube side= 𝐱 ∅𝐭
∅𝐭 ∅𝐬

n. Menghitung UC (Clean Overall Heat Transfer Coeficient)


Adalah koefisien panas menyeluruh pada awal heat exchanger
yang dipakai (masih bersih), biasanya ditentukan oleh besarnya
tahanan konveksi ho dan hio, sedangkan tahanan konduksi diabaikan
karena sangat kecil bila dibandingkan dengan tahanan konveksi.
hio x ho
Uc = hio+ho

Dimana :
hio = koefisien perpindahan panas konveksi inside, Btu/jam.ft2.
ho = koefisien perpindahan panas Btu

o. Menghitung UD (Design/ Dirty Overall Coeficient)

Adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah terjadi


pengotoran pada heat exchanger, besarnya UD lebih kecil dari UC.

𝑸
Ud = 𝑨 𝒙 ∆𝒕

Dimana :
∆𝑡= LMTD terkoreksi, oF
A = Luas permukaan perpindahan panas, ft2 (Harga dapat di ketahui
dengan rumus,
A = Nt x L x a´
Dimana :
Nt = jumlah tube
L = panjang tube

66
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

a’ = luas permukaan luar tube, ft2

p. Menghitung Dirt Factor


𝑼𝒄−𝑼𝒅
Rd = 𝑼𝒄 𝒙 𝑼𝒅

Dimana :

Rd =dirt factor, jam.ft.


Uc = clean overall heattransfer coefficient, Btu/jam.ft2
Ud = design / dirty overall heat transfer coefficient, Btu/jam/ft2

q. Menghitung Pressure Drop ∆𝐏

f x Gs x Ds x (N+1)
∆𝐏𝐬 = 5,22x1010 xDe x s x ∅s

Dimana:
∆Ps = shell side pressure, psi
F = friction factor, ft2/in
S = specific gravity
N+1 = jumlah cross
Ds = diameter dalam shell, ft
De = diameter ekuivalen, ft
r. Pada Tube Side
𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑛
∆𝐏𝐭 = 5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷 𝑥 𝑠 𝑥 ∅𝑡

4𝑛 𝑥 𝑣 2
∆𝐏𝐭 = 𝑠 𝑥 2𝑔

∆𝐏𝐭 = ∆Pt + ∆Pr

Dimana:
v = velocity, fps
67
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

L = panjang tube
∆PT = total pressure drop, psi
D = diameter dalam tube, ft
n = jumlah lintas tube (pass)
∆Pt = tube side pressure drop, psi
∆Pt = return pressure drop, psi
f = friction factor, ft2/in
s = specific grafity

68
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Evaluasi Data Heat Exchanger-02


4.7.1. Spesifikasi dan Data Lapangan Heat Exchanger 2

4.7.1.1. Spesifikasi HE-2


Tabel 4.8. Spesifikasi He-2

Uraian Notasi Satuan HE-2


No. Shell
1. Diameter luar ODs Inchi 31,614
2. Diameter dalam ID Inchi 30,748
3. Jumlah baffle N Buah 4
4. Jarak antar baffle B Inchi 23,623
5. Jumlah Passes N Buah 1
6. Jenis fluida Solar
Tube
1. Diameter luar ODt Inchi 1
2. Panjang tube L Feet 10
3. Jumlah tube Nt Buah 400
4. BWG BWG _ 14
5. Pitch Pt Inchi 1,25
6. Jarak antar tube C’ Inchi 0,25
7. Jumlah passes N Buah 1
8. Jenis fluida Crude oil

69
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

4.7.1.2. Data Lapangan HE-2


Tabel 4.10. Data Operasi HE-02

Kapasitas/ Suhu masuk


Suhu keluar, Densitas (ρ)
Tanggal hari ,T1(OC)
O
15 OC, kg/m3
Vs (L/D) T2 ( C)

SHELL : HOT FLUID (SOLAR)


08-07-2019 199833 109 80 832

TUBE: COLD FLUID (CRUDE OIL)


Kapasitas/ Suhu masuk,
Suhu keluar, Densitas (ρ)
Tanggal hari T1 (OC)
T2 (OC) 15 OC, kg/m3
Vs (L/D)
08-07-2019 262256 32 60 834,7

4.7.1.3.Analisa Data Heat Exchanger-02

Tabel 4.11. Perhitungan HE-02

SHELL (SOLAR) TUBE (CRUDE OIL)

T1= 109oC= 228,2oF T1= 32oC= 93,74oF

T2= 80oC= 176oF T2= 60oC= 140oF

Vsolar= 199833 L/D Vcrude oil= 262256 L/D

1. Menghitung Massa Jenis

N 𝝆𝒔 = 𝟖𝟑𝟐 𝒌𝒈/𝒎𝟑 x 0,062428 𝝆𝒄𝒐 = 𝟖𝟑𝟒, 𝟕 𝒌𝒈/𝒎𝟑 x 0,062428

= = 51,940096 lb/ft3 = = 52,10865 lb/ft3

70
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

2. Menghitung Kecepatan Aliran

Ws= Vs x 𝝆𝒔𝒐𝒍𝒂𝒓 Wco= Vco x 𝝆𝒄𝒐

𝐥𝐭 𝟏 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝟏 𝒎𝟑 𝟏 𝒇𝒕𝟑 𝐥𝐭 𝟏 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝟏 𝒎𝟑


Vs= 199833 𝐡𝐚𝐫𝐢 x 𝟐𝟒 𝐣𝐚𝐦 x 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐥𝐭 x V
𝟑 co= 262256 x x
𝐡𝐚𝐫𝐢 𝟐𝟒 𝐣𝐚𝐦 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐥𝐭
𝟎,𝟎𝟐𝟖𝟑 𝒎
𝟏 𝒇𝒕𝟑
= 294,21819788 ft /jam 3 x 𝟑
𝟎,𝟎𝟐𝟖𝟑 𝒎

𝐥𝐛
Ws= 15272,64425 𝐣𝐚𝐦 = 386,1248ft3/jam

𝐥𝐛
Wco= 20108,49408 𝐣𝐚𝐦

3. Menghitung SG

SGsolar= 𝝆𝒔 x 𝝆𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 SGcrude oil= 𝝆𝒄𝒐 x 𝝆𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓

S SGsolar= 51,940096 lb/ft3 x 0,016 SSGcrude oil=52,10865 lb/ft3x


0,016
= 0,831041536
= 0,833738426

4. Menghitung Suhu Rata-Rata(Tav)

Shell (Solar) Tube (Crude oil)

𝑻𝟏+ 𝑻𝟐 𝒕
Tav= 𝟏+ 𝒕𝟐
𝟐 Tav= 𝟐
𝟐𝟐,𝟖+𝟏𝟕𝟔
Tav= 𝟗𝟑,𝟕𝟒+𝟏𝟒𝟎
𝟐 Tav= 𝟐
o
Tav= 202 F
Tav= 116,87 oF
O 𝟏𝟒𝟏,𝟓
API= 𝑺𝑮 - 131,5 O 𝟏𝟒𝟏,𝟓−𝟏𝟑𝟏,𝟓
𝒔𝒐𝒍𝒂𝒓 API= - 131,5
𝑺𝑮𝒔𝒐𝒍𝒂𝒓

O 𝟏𝟒𝟏,𝟓
API= 𝟎,𝟖𝟑𝟏𝟎𝟒𝟏𝟓𝟑𝟔 - 131,5 O 𝟏𝟒𝟏,𝟓
API= 𝟎,𝟖𝟑𝟑𝟕𝟑𝟖𝟒𝟐𝟔 - 131,5
O
API= 38,76826443 O
API= 38,2174985
Berdasarkan fig. 4 Kern, diperoleh:
Berdasarkan fig. 4 Kern,
Cp= 0,55 diperoleh: Cp= 0,49

71
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

5. Menghitung Panas yang Dibutuhkan (Q)

𝑸𝒔 = 𝑾𝒔 x Cp x (T1- T2) 𝑸𝒄𝒐 = 𝑾𝒔 x Cp x (t1- t2)

𝒍𝒃 𝒃𝒕𝒖 𝒍𝒃 𝒃𝒕𝒖
𝑸𝒔 =15272,64425𝒋𝒂𝒎 x 0,55𝒍𝒃 𝒐 x (228,2-176)oF 𝑸𝒄𝒐 = 20875,24467𝒋𝒂𝒎x o,55 𝒍𝒃 𝒐𝑭
x (140 – x
𝑭

(140-93,74) oF
𝑸𝒔 = 438477,6165
𝑸𝒄𝒐 = 455807,2788

6. Menghitung Neraca Panas

Q = Qco-Qs

Q = 455807,2788 – 438477,6165

Q = 17329,6623

𝟏𝟕𝟑𝟐𝟗,𝟔𝟔𝟐𝟑
Losees = 𝟒𝟑𝟖𝟒𝟕𝟕,𝟔𝟏𝟔𝟓 x 100% = 3,952234192 %

7. Menghitung LMTD

LMTD= (𝑻𝟏 +𝑻𝟐 )- (𝑻𝟐 +𝒕𝟏 )

𝐥𝐧( 𝑻𝟏 − 𝒕𝟐 )

( 𝑻𝟐 − 𝒕𝟏 )

LMTD= (22,8 – 140) – (176 – 93,74)

𝑻 −𝒕
𝐥𝐧 𝑻𝟏 −𝒕𝟐
𝟐 𝟏

LMTD = 85,19549041OF

𝑻𝟏−𝑻𝟐 𝟐𝟐𝟖,𝟐−𝟏𝟕𝟔
R= = 𝟏𝟒𝟎−𝟗𝟑,𝟕𝟒= 1,128404669
𝒕𝟐−𝒕𝟏

𝒕𝟐−𝒕𝟏 𝟏𝟒𝟎−𝟗𝟑,𝟕𝟒
S =𝑻 = 𝟐𝟐,𝟖,𝟐−𝟗𝟑.𝟕𝟒= 0,344042838
𝟐−𝒕𝟏

Berdasarkan Fig. 18, diperoleh Ft= 0,94

∆𝑻𝑳𝑴𝑻𝑫 = Ft x LMTD

72
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

= 0,94x 85,19549041OF

= 80,08376098 OF

8. Menentukan Faktor Controlling Fluida (ke Solar)

∆𝑻𝒉= 𝑻𝟏 − 𝒕𝟐 = 22,8-140= 88,2 OF

∆𝑻𝒉= 𝑻𝟐 − 𝒕𝟏 =176- 93,74= 82,26 OF

∆𝑻𝒉= 𝑻𝟏 − 𝑻𝟐 = 228,2-176= 52,8 OF


O
Berdasarkan Fig. 17 Kern dengan API= 38,76826443, diperoleh Kc= 0,14

9. Menentukan Friksi Kalor ( Fc)

∆𝒕𝒄 𝟖𝟐,𝟐𝟔℉
= = 0,932653061
∆𝑻𝒉 𝟖𝟖,𝟐℉

Berdasarkan fig.17 Kern dengan°𝑨𝑷𝑰 38,76826443, diperoleh Fc 0,47

10. Menghitung Suhu Kalor

Tc= T2 + Fc (T1-T2) tc= t1+ Fc (t2-t1)

Tc= 176 + 0,47 (228,2-176) tc= 93,74+ 0,47 (140-93,74)


Tc= 200,534 OF tc= 115,4822 OF

11. Menghitung Luas Penampang Shell (as), Diameter Ekivalen (De), dan
Luas Penampang Aliran Dinding Tube (at)

𝑰𝑫𝒔 𝒙 𝑪 𝒙 𝑩 Berdasarkan tabel 10 Kern:


as= 𝑷𝒕

𝟑𝟎,𝟕𝟒𝟖 𝒊𝒏 𝒙 𝟎,𝟐𝟓 𝒊𝒏 𝒙 𝟐𝟑,𝟔𝟐𝟑 𝒊𝒏 𝟏 𝒇𝒕𝟐


BWG= 14
as= x 𝟏𝟒𝟒 𝒊𝒏𝟐
𝟏,𝟐𝟓 𝒊𝒏
Diperoleh laju alir per tube:
2
as= 1,0088 ft
a’t= 0,546 in., Sehingga:
Berdasarkan fig. 28 Kern dengan data:
𝐍𝐭 𝐱 𝐚’𝐭
a t= 𝒏

73
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

ODt= 1 in. 𝟒𝟎𝟎 𝒙 𝟎,𝟓𝟒𝟔


a t= 𝟏𝟒𝟒

Pt triangular= 1,25 in.


a t= 1,52 ft2
Diperoleh De= 0,72 in.= 0,06 ft

12. Menghitung Laju Alir Massa

𝑾𝒔 𝑾𝒄𝒐
Gs= Gco=
𝒂𝒔 𝒂𝒄𝒐

𝒍𝒃 𝒍𝒃
𝟏𝟓𝟐𝟕𝟐,𝟔𝟒𝟒𝟐𝟓 𝐟𝐭𝟐 𝟐𝟎𝟏𝟎𝟖,𝟒𝟗𝟒𝟎𝟖 𝐟𝐭𝟐
𝒋𝒂𝒎 𝒋𝒂𝒎
Gs= Gco=
𝟏,𝟎𝟎𝟖𝟖 𝐟𝐭𝟐 𝟏,𝟓𝟐 𝐟𝐭𝟐

𝒍𝒃 𝒍𝒃
Gs= 15138,91707 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 Gco= 13258,34775 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐

74
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

13. Menentukan Bilangan Reynold

Berdasarkan fig. Viscosity of Berdasarkan fig. Viscosity of


petroleum dan fig. 14 dengan: petroleum dan fig. 14 dengan:
Tc= 200,534 OF dan o API= 38,768 tc= 115,4822 OF dan o API= 38,217
Diperoleh data: Diperoleh data:
o o
API= 35 x= 10; y= 20, 𝜇 = 01,3 API= 35 x= 10; y= 20, 𝜇 = 3,0
o o
API= 42 x= 11,6; y= 16 𝜇 = 0,65, API= 42 x= 11,6; y= 16 𝜇 = 1,3,
Untuk mencari 𝜇 dengan cara Untuk mencari 𝜇 dengan cara
interpolasi: interpolasi:
42−38,768 0,65−𝑥 42−38,217 1,3−𝑥
= 0,65−1,3 = 1,3−3,0
42−35 42−35

𝜇 = 0,949 𝑐𝑃𝑥 2,42 𝜇 = 2,206 𝑐𝑃𝑥 2,42


𝑙𝑏 𝑙𝑏
𝜇 = 2,39658 𝜇 = 5,338
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚
𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑠 𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑐𝑜
𝑅𝑒𝑠 = 𝑅𝑒𝑐𝑜 =
𝜇 𝜇
𝑙𝑏 𝑙𝑏
0,06𝑓𝑡 𝑥 15138,91707 0,0695𝑓𝑡 𝑥 13258,34775
𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2
𝑅𝑒𝑠 = 𝑅𝑒𝑐𝑜 =
𝑙𝑏 𝑙𝑏
2,39658 5,338
𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2

𝑹𝒆𝒔 = 𝟑𝟗𝟓, 𝟓𝟏𝟔𝟒 𝑹𝒆𝒄𝒐 = 𝟏𝟕𝟐, 𝟔𝟎𝟒𝟗𝟖𝟓𝟕

14. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Lapisan Film pada Bagian


Luar Shell (ho/∅𝒔 ) dan Bagian Dalam Tube (hio/∅𝒕 )
Berdasarkan fig. 4 Kern dengan data: Berdasarkan fig. 4 Kern dengan
Tc= 200,534 OF dan o API= 38,768 data:
𝑩𝑻𝑼 tc= 115,4822 OF dan o API= 38,217
Diperoleh Cp= 0,53 𝒍𝒃℉
𝑩𝑻𝑼
Diperoleh Cp= 0,50 𝒍𝒃℉
Dan dari fig.1 diperoleh
𝑩𝑻𝑼 Dan dari fig.1 diperoleh
K= 0,078 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉

75
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Berdasarkan fig, 28 dengan Res= K= 0,079 𝑩𝑻𝑼


𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉
395,516387 sehingga di peroleh jH=
𝑳 𝟏𝟎
10,5 = 𝟎,𝟎𝟔𝟗𝟓= 143,8849
𝑰𝑫𝒕

𝒉𝒐 𝒌 𝒄𝒑.𝝁 𝟏/𝟑
= jH𝑫𝒆=( ) Berdasarkan fig, 28 dengan:
𝜽𝒔 𝒌

𝑳 𝟏𝟎
𝒉𝒐 𝟎,𝟎𝟕𝟖 𝟎,𝟓𝟑𝑿 𝟐,𝟐𝟗𝟔𝟓𝟖 = = 143,8849 dan Reco=
= 10,5 X X ( 𝟎,𝟎𝟕𝟖 )𝟏/𝟑 𝒊𝑫𝒕 𝟎,𝟎𝟔𝟗𝟓
𝜽𝒔 𝟎,𝟎𝟔
179,1865315, sehingga di peroleh
𝒉𝒐 𝑩𝑻𝑼
= 34,1104095𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉ jH= 1,9
𝜽𝒔

𝒉𝒊 𝒌 𝒄𝒑.𝝁 𝟏/𝟑
= jH𝑰𝑫𝒕=( )
𝜽𝒄𝒐 𝒌

𝒉𝒊 𝟎,𝟎𝟕𝟗
= 1,9 X X
𝜽𝒄𝒐 𝟎,𝟎𝟔𝟗𝟓
𝟎,𝟓𝟑𝑿 𝟐,𝟐𝟗𝟔𝟓𝟖 𝟏/𝟑
( )
𝟎,𝟎𝟕𝟖

𝒉𝒊 𝑩𝑻𝑼
= 6,98206386𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉
𝜽𝒄𝒐

15. Menghitung Suhu Dinding Luar Tube (Tw)

𝒉𝒐
𝜽𝒔
Tw= tc + 𝒉𝒐 𝒉𝒊𝒐 (Tc-tc)
+
𝜽𝒔 𝜽𝒕

𝒉𝒊𝒐 𝒉 𝑰𝑫𝒕
Dimana: = 𝜽𝒕𝒊 + 𝑶𝑫
𝜽𝒕

𝒉𝒊𝒐 𝑩𝑻𝑼 𝒐,𝟖𝟑𝟒 𝒊𝒏.


= 6,979𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐℉ x
𝜽𝒕 𝟏 𝒊𝒏.

𝒉𝒊𝒐 𝑩𝑻𝑼
= 5,823 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐℉
𝜽𝒕

𝟑𝟒,𝟏𝟏𝟎𝟒
Tw= 115,4822 OF + 𝟔,𝟗𝟖𝟐𝟎 + 𝟑𝟒,𝟏𝟏𝟎𝟒 (200,534 - 115,4822)℉

Tw= 188,13 ℉

16. Menghitung Koefisien Transfer Panas Bagian Shell (ho) dan Bagian
Tube ( hio)

76
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Solar Crude

Tw= 188,13 ℉ Tw=188,13 ℉


o o
API= 38,76826443 API= 38,2175
o o
API= 35 x= 10; y= 20, 𝜇 = 1,6 API= 35 x= 10; y= 20, 𝜇 = 1,6
o o
API= 42 x=11,6;y=16 𝝁 = 𝟎, 𝟕 API= 42 x=11,6;y=16 𝝁 = 𝟎, 𝟕

Untuk mencari 𝝁 dengan cara Untuk mencari 𝝁 dengan cara


interpolasi: interpolasi:

𝟑𝟖,𝟕𝟔𝟖𝟐𝟔𝟒𝟒𝟑−𝟑𝟓 𝝁𝒘−𝟏,𝟔 𝟑𝟖,𝟐𝟏𝟕𝟓−𝟑𝟓 𝝁𝒘−𝟏,𝟔


= 𝟎,𝟕−𝟏,𝟔 = 𝟎,𝟕−𝟏,𝟔
𝟒𝟐−𝟑𝟓 𝟒𝟐−𝟑𝟓

𝒍𝒃 𝝁𝒘 = 𝟏, 𝟏𝟖𝟔𝟑𝑿𝒙 𝟐, 𝟐𝟒=
𝝁𝒘 = 𝟏, 𝟏𝟒𝟒𝒙 𝟐, 𝟐𝟒= 2,7588𝒇𝒕.𝒋𝒂𝒎
𝒍𝒃
2,8556𝒇𝒕.𝒋𝒂𝒎
𝝁
𝜽𝒔 = (𝝁𝒘)𝟎.𝟏𝟒
𝝁
𝜽𝒄𝒐 = (𝝁𝒘)𝟎.𝟏𝟒
𝟐,𝟑𝟗𝟔𝟓𝟖
𝜽𝒔 = ( 𝟐,𝟕𝟓𝟖𝟖 )𝟎.𝟏𝟒
𝟓,𝟑𝟑𝟖𝟓𝟐
𝜽𝒄𝒐 = ( 𝟐,𝟖𝟓𝟓𝟔 )𝟎.𝟏𝟒
𝜽𝒔 = 0,974654272

𝐡𝐨 𝜽𝒄𝒐 = 1,091544109
ho= 𝜽 x 𝜽𝒔
𝒔
𝒉
hio= 𝜽 𝒊 x 𝜽𝒄𝒐
𝑩𝑻𝑼 𝒄𝒐
ho= 34,1104095𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐𝒍𝒃℉ x 0,974654272
𝑩𝑻𝑼
hio= 6,98206386𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐𝒍𝒃℉ x 1,091544109
𝑩𝑻𝑼
ho= 33,24585632 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉
𝑩𝑻𝑼
hio= 7,621230675 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐𝒍𝒃℉

17. Menghitung Koefisien Bersih Transfer Panas Overall(Uc)

𝒉
𝑼𝒄 = 𝒉𝒊𝒐 𝒙 𝒉𝒐
𝒊𝒐+𝒉
𝒐

𝟕,𝟔𝟐𝟏𝟐𝟑𝟎𝟔𝟕𝟓 𝐱 𝟑𝟑,𝟐𝟒𝟓𝟖𝟓𝟔𝟑𝟐
𝑼𝒄 = 𝟕,𝟔𝟐𝟏𝟐𝟑𝟎𝟔𝟕𝟓+𝟑𝟑,𝟐𝟒𝟓𝟖𝟓𝟔𝟑𝟐

𝑩𝑻𝑼
𝑼𝒄 = 6,199960864 𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉

77
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

18. Menghitung Koefisien Bersih Tranfer Panas Overall (Ud)

Dari data diketahui : ODt= 1 in dan BWG = 14 maka, didapat a” = 0,2618

A = Nt x L x a”

A= 400 x 10 x 0,2618 = 1047 ft2

𝑸
Ud = 𝑨𝒙∆𝑻𝒄𝒐
𝑳𝑴𝑻𝑫

𝟒𝟕𝟑𝟏𝟖𝟕,𝟓𝟐𝟏
Ud = 𝟏𝟎𝟒𝟕𝒇𝒕𝟐 𝒙 𝟖𝟎,𝟎𝟖𝟑𝟕𝟔℉

𝑩𝑻𝑼
Ud = 5,331774896𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉

19. Menghitung Nilai Rd


𝑼 −𝑼
Rd = 𝑼𝒄−𝑼𝒅
𝒄 𝒅

𝟔,𝟏𝟗𝟗𝟗𝟔𝟎𝟖𝟔𝟒−𝟓,𝟒𝟑𝟓𝟑𝟗𝟔𝟖𝟑𝟗
Rd = ,𝟏𝟗𝟗𝟗𝟔𝟎𝟖𝟔𝟒 𝒙 𝟓,𝟒𝟑𝟓𝟑𝟗𝟔𝟖𝟑𝟗

𝑩𝑻𝑼
Rd = 0,026263464𝒋𝒂𝒎 𝒇𝒕𝟐 𝒍𝒃℉

20. Menghitung Efesiensi Heat Exchanger


𝑼
η = 𝑼𝒅 X 100%
𝒄

𝟓,𝟒𝟑𝟓𝟑𝟗𝟔𝟖𝟑𝟗
η = 𝟔,𝟏𝟗𝟗𝟗𝟔𝟎𝟖𝟔𝟒 X 100%

η = 87,67 %
21. Menghitung Pressure Drop pada Bagian Shell (∆ps ) dan Tube (∆Pco)

Res = 𝟑𝟗𝟓, 𝟓𝟏𝟔𝟒 Reco = 𝟏𝟕𝟗, 𝟏𝟖𝟔𝟓


𝒇𝒕𝟐 𝒇𝒕𝟐
Dari fig. 29 diperoleh f = 0.0039 𝒊𝒏𝟐 Dari fig. 29 diperoleh f = 0.0049 𝒊𝒏𝟐

Jumlah cross 𝒇 𝒙 𝑮 𝟐𝒙 𝑳 𝒙 𝒏
∆𝑷𝒕 = 𝟓,𝟐𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟏𝟎 𝒕𝒙 𝑰𝑫
𝒕 𝒙 𝑺𝑮𝒄𝒐 𝒙 𝜽𝒕
𝑳
(N+ 1) = 12 x 𝑩
∆𝑷𝒕 =

78
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019
𝟏𝟎 𝟏𝟐 𝒇𝒕 𝟎,𝟎𝟎𝟒𝟗 𝒙𝟏𝟑𝟕𝟔𝟑,𝟖𝟗𝟕𝟓𝟖𝟐 𝒙 𝟏𝟎 𝒇𝒕 𝒙 𝟏
(N+ 1) = 12 X 𝟐𝟑,𝟔𝟐𝟑 X 𝟏 𝒊𝒏 𝟓,𝟐𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟏𝟎 𝒙 𝟎,𝟖𝟑𝟑𝟕𝟑𝟖𝟒𝟐𝟔 𝐱 𝟏,𝟎𝟗𝟏𝟓𝟒𝟒𝟏𝟎𝟗

(N+ 1) = 60,95754 ∆𝑷𝒕 = 0,002808903 psi


𝟏𝟐 𝒇𝒕 𝑮𝒄𝒐
iDS = 30,748in X = 2,5623 ft v=
𝟏 𝒊𝒏 𝝆
𝒇 𝒙 𝑮𝒔 𝒙 𝑰𝑫 𝒙 (𝑵+𝟏) 𝒍𝒃
∆𝒑𝒔 = 𝟓,𝟐𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟏𝟎 𝒙 𝑫 𝟏𝟑𝟕𝟔𝟑,𝟖𝟗𝟕𝟓𝟖 𝟏 𝒋𝒂𝒎
𝒆 𝒙 𝑺𝑮𝒔 𝒙 𝜽𝒔 𝒋𝒂𝒎.𝒇𝒕𝟐
v= 𝒍𝒃 X 𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒔
𝟓𝟐,𝟏𝟎𝟖𝟔𝟓
∆𝒑𝒔 = 𝒇𝒕𝟑

𝟎,𝟎𝟎𝟑𝟗 𝒙 𝟏𝟓𝟏𝟑𝟖,𝟗𝟏𝟕𝟎𝟕𝟐 𝒙𝟐,𝟓𝟔𝟐𝟑 𝐱 𝟔𝟎,𝟗𝟓𝟕𝟓𝟒 v = 0,073371787


𝟓,𝟐𝟐𝟓 𝒙𝟏𝟎𝟏𝟎 𝑿 𝟎.𝟎𝟔 𝒙 𝟎,𝟖𝟑𝟏𝟎𝟒𝟏𝟓𝟑𝟔 𝐱 𝟎,𝟗𝟕𝟒𝟔𝟓𝟒𝟐𝟕𝟐 𝟒𝒏 𝒙 𝒗𝟐
∆𝒑𝒓 = 𝑺𝑮
∆𝒑𝒔 = 0,054980214 psi 𝒄𝒐 𝒙 𝟐𝒈

𝟒(𝟏)𝒙 𝟎,𝟎𝟕𝟑𝟑𝟕𝟏𝟕𝟖𝟕𝟐
∆𝒑𝒓 = 𝟎,𝟖𝟑𝟒 𝒙 𝟐(𝟑𝟐,𝟐)

∆𝒑𝒓 = 0,000401054 psi


∆𝑷𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = ∆𝒑𝒕 + ∆𝒑𝒓
∆𝑷𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 0,002808903 + 0,000401054
∆𝑷𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 0,003209957psi

4.8. Data Hasil Evaluasi


Tabel 4.11. Data hasil evaluasi HE-02
Q solar (BTU/jam) 438477,6165

Q crude oil (BTU/jam) 455807,2788

Uc (Btu/jam ft2 oF) 6,199960864

Ud (Btu/jam ft2 oF) 5,435396839

Rd 0,022687866

∆Ps (Psi) 0,054980214

∆Pt (Psi) 0,002808903

79
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

4.8.1 Pembahasan Hasil Evaluasi


Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan pada heat exchanger-02
yang menggunakan fluida panas berupa solar dan fluida dingin berupa
crude oil. Heat exchanger merupakan alat perpindahan panas yang
menggunakan dua fluida yang berbeda sekaligus pemanas awal pada
proses pengolahan minyak bumi di Unit Kilang Distilasi PPSDM Migas
Cepu sebelum masuk ke dalam furnace.
Dalam menangani alat-alat perpindahan panas seperti Heat exchanger, ada
dua hal pokok hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan batasnya yaitu:
1. Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas
dari fluida dingin lewat dinding tube.
2. Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada
masing-masing fluida ketika mengalir melalui alat tersebut.
Suatu alat perpindahan panas seperti Heat exchanger dinilai mampu
berfungsi dengan baik untuk penggunaan tertentu apabila memenuhi dua
ketentuan sebagai berikut:
1. Mampu memindahkan panas sesuai dengan kebutuhan proses
operasi dalam keadaan kotor (fouling factor= Rd). Rd adalah gabungan
maksimum terhadap perpindahan panas yang diperlukan oleh kotoran
yang menempel pada bagian permukaan dinding shell dan tube (yang
apabila tidak dibersihkan setelah nilai maksimum tercapai, panas yang
dialihkan menjadi lebih kecil dari yang diperlukan proses/operasi).
2. Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran
berbeda dalam batas-batas yang diizinkan yaitu:
 Untuk aliran uap dan gas : ∆P tidak melebihi 0,5 - 2,0 psi
 Untuk aliran fluida : ∆P tidak melebihi 5 – 10 psi
Kedua ketetntuan tersebut harus diperhatikan baik dalam melaksanakan
evaluasi atau analisa dari perform HE yang sudah ada maupun merancang
suatu alat perpindahan panas yang baru.

80
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

Parameter-parameter yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu


heat exchanger meliputi besarnya harga Rd (dirt factor) dan ∆P
(penurunan tekanan).
 Clean overall heat transfer coefficient (Uc)
Hal yang paling penting dari fouling factor tergantung nilai clean overall
heat transfer coefficient (Uc) dan dirt overall heat transfer coefficient
(Ud). Uc harus lebih besar dari Ud yang merupakan ukuran excess surface
(D.Q Kern).
𝑏𝑡𝑢
Koefisien clean overall sebesar 6,199960864 . Hal ini
𝑗𝑎𝑚.𝑓𝑡2,°𝐹

menunjukkan bahwa hantaran perpindahan panas dalam keadaan bersih


lebih tinggi bila dibandingkan hantaran dari perpindahan panas jika sudah
𝑏𝑡𝑢
ada endapan atau sudah beroperasi yaitu sebesar 5,435396839 𝑗𝑎𝑚.𝑓𝑡2,°𝐹.

 Dirt factor (Rd)


Dirt factor merupakan resistance dari HE yang dimaksudkan untuk
mencegah korosifitas pada dinding pipa HE akibat gesekan dari interaksi
antara fluida dengan dinding HE. Setelah digunakan beberapa lama, dirt
factor akan mengalami akumulasi atau deposit, hal ini akan menggangu
kinerja HE. Harga Rd yang melebihi harga Rd minimal (desain)
menandakan bahwa endapan yang terdapat di dalam HE tersebut besar dan
dapat menghambat laju perpindahan panas antara solar dengan crude oil
sehingga menurunkan performance HE. Selain itu penumpukan fouling ini
dapat menghasilkan hot spot area yang mengakibatkan terjadinya
kebocoran pada heat exchanger. Dari perhitungan, perbandingan Rd aktual
dan Rd teori ternyata nilai Rd aktual jauh lebih besar dari Rd teori yaitu
sebesar 0,003. Hal ini dapat menghambat laju perpindahan panas antara
fluida panas dengan fluida dingin. Nilai Rd aktual tersebut disebabkan juga
karena umur dan pemakaian peralatan untuk periode yang lama sehingga
terjadi tumpukan fouling yang besar. Untuk itu, HE-02 tersebut tidak lagi
dapat mentransfer panas sejumlah keperluan proses karena perbandingan
dirt faktornya yang sangat besar sehingga perlu dilakukan pembersihan dan

81
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

diberikan perawatan tambahan agar tidak terjadinya kebocoran yang


mengakibatkan produk solar tercampur dengan crude oil.
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa dirt factor (Rd) pada heat
𝑏𝑡𝑢
exchanger-02 yaitu 0,022687866 dengan nilai efisiensi heat
𝑗𝑎𝑚.𝑓𝑡2,°𝐹

exchanger-02 yaitu 87,% dan losses yang didapat sebesar 3,92% dimana
nilai Rd lebih besar daripada dirt factor (Rd) yang diizinkan yaitu
ℎ𝑟 𝑓𝑡3
0,003 (berdasarkan table 1.12. fouling factor, Kern).
𝐵𝑡𝑢

 Pressure drop (∆P)


Penurunan tekanan yang besar akan menyebabkan penurunan driving
force masing-masing fluida, hal ini juga menyebabkan penurunan performa
dari HE. Jika pressure drop lebih besar dari yang diizinkan maka akan
menyebabkan jumlah fluida yang mengalir pada inlet shell dan di tube akan
jauh berbeda dengan outlet shell dan tube pada HE-02. Hal ini akan
menurunkan performance dari heat exchanger tersebut. Dari data hasil
perhitungan dapat diketahui bahwa pressure drop pada shell 0,054980214
Psi dan pressure drop pada tube sebesar 0,002808903 Psi, dibawah dari
pressure drop maksimal yaitu sebesar 10 Psi. Hal ini menunjukkan bahwa
heat exchanger tersebut dinyatakan masih layak dioperasikan karena tidak
melebihi standar batas yang diperbolehkan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, menunjukkan bahwa heat
exchanger-02 masih layak digunakan. Namun tidak menutup kemungkinan
ada penumpukan kerak pada dinding dalam dan luar tube. Pembersihan dan
pengecekan unit kilang (maintenance) secara berkala masih diperlukan, agar
proses penukaran panas pada heat exchanger-02 menjadi lebih baik dan
tidak menurunkan efissiensi kerja alat selama proses berlangsung.

82
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil evaluasi dan perhitungan didapatkan Rd aktual pada heat exchanger-
02 unti kilang PPSDM Migas melebihi Rd teori maksimum yang diizinkan
(0,003) hr ft3/Btu, Rd actual yang didapatkan sebesar 0,02268 hr ft3/Btu. Hal ini
dikarenakan adanya penumpukkan kerak pada dinding dalam dan luar tube
sehingga memerlukan pembersihan.
2. Dari hasil evaluasi perhitungan didapatkan nilai pressue drop pada shell and
tube masih berada dibawah standar yang diizinkan. Masing-masing nilai
pressure drop pada shel and tube sebesar 0,05498 Psi dan 0,002808 Psi. Nilai
tersebut dibawah dari pressure drop maksimal yaitu sebesar 10 Psi, hal ini
menunjukkan bahwa HE-02 masih layak dioperasikan.
3. Dari hasil evaluasi perhitungan didapatkan efisiensi HE-02 sebesar 87,67%.
3. Heat Exchanger - 02 pada unit kilang PPSDM Migas sudah masuk dalam
periode maintenance atau perbaikan dan perawatan.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil dari evaluasi nilai dirt factor (Rd) dan pressure drop,untuk
mendapatkan hasil pertukaran panas yang maksimal sebaiknya heat
Exchanger segera dilakukan maintenance.
2. jumlah flow rate crude oil dan solar yang masuk ke dalam heat exchange dapat
diketahui dan lebih muda dikontrol apalagi pada masing-masing pipa inlet
dipasangkan flow meter.
3. pengecekkan temperature dan tekanan yang keluar masuk dari heat exchanger
harus benar-benar diperhatikan dan terhubung dengan control room serta
penjadwalan pembersihan secara berkala.

83
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

DAFTAR PUSTAKA

Coulson and Richardson.(2005). Chemical Engineering Design. Elsevier Butterworh


Heinemann.

Direktorat jenderal Minyak dan Gas Bumi (2018). Diambil kembali dari https://
www. Esdm. Go.id.

Hardjono, A. (2001). Teknologi Minyak Bumi ISBN 979-420-487-0. Yogyakarta:


Gajaha Mada University Press.

Kern, D. (1950). Process Heat Transfer, Internasional Student Edition. New York:
John Wiley and Sons.

PT. pertamina Persero. (2018). Diambil kembali dari https;//www.pertamina.com.

Pusat pengembangan Sumber Dayaa Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas). (2018).
Diambil kembali dari https:// www. Pusdiklatmigas. Esdm.go.id.

84
Laporan Kerja Praktek
PPSDM MIGAS CEPU 2019

85

Anda mungkin juga menyukai