DAFTAR TABEL…………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 3
1
2.2.1 Kondisi Geologi……………………………………………………….. 36
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 2.15 Distribusi permeabilitas dan Anisotropi
5
BAB I
PENDAHULUAN
Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Itali sejak tahun 1913 dan di
New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐
kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun
1973 dan 1979, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk
energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk
bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk
dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga
tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari
sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering atau
dry steam. Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin
6
Setelah studi pertama gunung api aktif di pulau Jawa dan daerah hidrotermal
pada 1854, oleh Dutch Colonial Geological Survey (DCGS) di bagian awal abad
Indonesia (Hochstein & Sudarman 2008). Pada tahun 1969, setelah lama tidak aktif
akibat dampak dari mengikuti kemerdekaan negara pada tahun 1945 Geologis
Survei Indonesia (GSI) mulai bekerja pada pengintain survei dengan dukungan dari
berinvestasi dalam sumber daya panas bumi dari gunung berapi aktif dan daerah
hidrotermal, kerangka kerja operasi yang sejak saat itu telah digantikan oleh Hukum
Panas Bumi 2003. Pada pertengahan tahun 1980-an sekitar 70 lapangan panas bumi
metode geologi dan mengurangi jumlah panas bumi sampai dengan 15 lokasi
produktif. Pada tahun 1995, tiga dari lapangan tersebut dikembangkan untuk
menjalankan PLTP dengan total kapasitas hingga 305 MWe, dan pada tahun 2000,
total kapasitas pun meningkat hingga 800 MWe pada enam lapangan panas bumi
(Hochstein & Sudarman 2008). Dan pada tahun 2010, dua proyek besar geothermal
(PLTP Darajat-3 dan Kamojang-4 di Jawa Barat) telah disetujui untuk pendanaan
4000 MW energy panas bumi pada tahun 2015 dengan rencana jangka panjang
7
Gambar 1.1 Peta distribusi area panas bumi di Indonesia (Sukhyar, 2011)
Bali, Sumatra, dan Sulawesi Utara (Tabel 1.1). studi awal yang dilakukan oleh
kelompok peneliti New Zealand melihat tingginya potensi listrik pada lima
merupakan pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar keempat di dunia, dengan
total 377 MW. Pengalaman dari operasi panas bumi pada lapangan panas bumi di
Gunung Salak, Kamojang, Darajat, Dieng, dan Wayang Windu, telah membantu
8
Tabel 1.1 Ringkasan PLTP panas bumi
yang beroperasi di indonesia (Hutapea & Lestari 2010)
Kota Manado, di lengan bagian utara Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi terbentuk
karena adanya subduksi aktif di bagian timur laut (Laut Mollusca) dan bagian utara
(Laut Celebes). Lapangan panas bumi ini ditemukan pada tahun 1982 dan penelitian
geologi, geokimia dan geofisika telah dilakukan sejak saat itu. Tiga sumur dangkal
dibor di sekitar Danau Linau pada tahun yang sama. Dari tahun 1982 hingga 1987,
utara, LHD-4 di sistem reservoir selatan dan LHD-3, LHD-6 dan LHD-7 di batas-
batas prospek daerah (Robert, 1987; Siahaan, 2005). Sumur pengembangan LHD-
9
8 hingga LHD-16 di Lahendong dibor pada tahun 1991 hingga 1998 dan
berlanjut pada tahun 2005 hingga 2007 di mana 7 sumur produksi dibor yang
dimulai pada tahun 2007 dan 2008. Hasil yang diperoleh dari 7 sumur produksi
yang ada, menunjukan bahwa sistem panas bumi Lahendong memiliki potensi
energi panas bumi yang besar dan dapat dimnafaatkan. Maka diperlu dilakukan
untuk mengetahui karakeristik reservoir dan model natural state reservoir dari
lapangan panas bumi Lahendong, Metode ini juga memberikan gambaran yang
10
1.2 Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah besar potensi energi dari sistem panas bumi lahendong dari
1. Untuk mengetahui model natural state dari reservoir panas bumi lahendong.
2. Untuk mengetahui besar potensi energy dari sistem panas bumi lahendong.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya yang
dapat ditemukan di kawasan jalur vulkanis. Setidaknya ada 6 syarat sumber panas
Adanya batuan reservoir yang mampu menyimpan uap dan air panas
Adanya batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas (cap rock)
kulit bumi yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak ke
permukaan bumi
celcius.
sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas
dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
12
konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi
karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.
Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air
yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus
13
manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser
dan manifestasi panas bumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air
panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi,
berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panas bumi (Gambar 2.3) di permukaan
diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau
karena adanya rekahanrekahan yang memungkinkan fluida panas bumi (uap dan air
utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau
sistim dua fasa. Pada sistim satu fasa, sistim umumnya berisi air yang mempunyai
temperatur 90 - 180◦C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi. Ada
Sistim dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistim panasbumi
14
Dalam sistim dominasi uap, diperkirakan uap mengisi rongga-rongga,
batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam pori-pori relatif sedikit,
maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih besar dari saturasi
air konat (Swc) sehingga air terperangkap dalam pori-pori batuan dan tidak
bergerak
Sistim dominasi air atau water dominated system yaitu sistim panas bumi
uap air. Dalam sistim dominasi air, diperkirakan air mengisi rongga-rongga,
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.4),
yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi
adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi
umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang
terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi
kilometer.
15
Gambar 2.3 Lapisan bumi (Erwin Edwar, 2018)
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung
bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian
terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar 3450
kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi
sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan
mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan
litosfir (80 - 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir
merupakan batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi
ini kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu
bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari material-material cair, pekat dan
panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7 gr/cm3. Hasil penyelidikan menunjukkan
16
bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri
mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya
(Gambar 2.5). Karena panas di dalam astenosfere dan panas akibat gesekan, ujung
dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi (proses
bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas
sebesar 300°C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman) harga
laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini
17
menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari
tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam °C/km tetapi dalam
°C/cm.
Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas
dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
konveksi (Gambar 2.6). Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara
air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya
terjadi karena gaya apung (bouyancy) air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
18
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
kapasitas panas spesifik, permeabilitas, porositas, dan densitas dapat dilihat pada
table 2.1
SPECIFIC
THERMAL
DENSITY PERMEABILITY HEAT
3
POROSITY 2
CONDOCTIVITY
(ton/kg ) (m ) CAPACITY
JENIS BATUAN (W/m °C)
(kj/kg K)
Wohlenber Freeze and Hearst, Nelson Engineering
Engineering ToolBox
g (1982) Cherry (1979) (1985) ToolBox
Tuff - - - 0.5 – 2.5 -
Clay 1.3 2-3 0.40 – 0.70 10-15 - 10-19 0.6 -2.5 0.92
Fractured basalt 2.8 – 3.0 0.05 – 0.50 10-14 - 10-9 - 0.84
Gravel 1.3 – 2.3 0.25 – 0.40 10-10 - 10-7 - -
Sand 1.4 – 2.3 0.25 – 0.50 10 -13
- 10 -9
2.0 – 4.0 0.8
Silt - 0.45 – 0.50 10 -16
- 10 -13
- -
Karst Limestone 2.3 – 2.8 0.05 – 0.50 10-13 - 10-9 - -
Sandstone 2.2 – 2.8 0.05 – 0.30 10 -17
- 10 -13
1.7 0.92
Limestone, dolomite 2.4 -2.9 0.00 – 0.20 10-17 - 10-12 1.26 – 1.33 -
Shale 2.3 -2.8 0.00 – 0.10 10 -20
- 10 -18
- -
19
Porositas Batuan
total atau volume bulk v dari massa batuan yang secara matematis dituliskan
sebagai,
𝑣𝑝 𝑣𝑚
Φ= = 1− (2.1)
𝑣 𝑣
dalam bagian (fraction) atau persen. Porositas merupakan hasil proses geologis,
fisis dan kimiawi selama dalam proses pembentukan batuan tersebut maupun pada
porositas sekunder.
Permeabilitas
geometri ruang pori sehingga dapat merupakan sebuah tensor. Henry Darcy
menemukan hubungan dasar untuk suatu aliran laminer fluida viskos yang melalui
𝑘
𝜇= − . ∇𝑝 (2.2)
𝜂
dengan 𝜇 adalah volume densitas aliran atau volume fluida yang mengalir
persatuan luas, sering disebut juga sebagai kecepatan filtrasi. p adalah tekanan
20
fluida, 𝜂 adalah viskositas dinamik dan k adalah permeabilitas batuan. Untuk
𝜇
𝑘 = −𝜂 (2.3)
∇𝑝
Densitas batuan
𝑚
𝜌= (2.4)
𝑣
Konduktivitas panas
bumi sebagai energi geotermal. Menurut Raina (1993), nilai konduktivitas batuan
sekitar 0,05 W/m°C sampai 3,0 W/m°C. Konduktivitas termal batuan dapat
dengan cara batuan sampel diletakkan diantara dua blok tembaga berbentuk
silinder, dimana kapasitas termal batuan diketahui dan disimpan pada suhu kamar.
Blok bawah tembaga didinginkan kemudian perubahan suhu kedua blok tembaga
terus diamati saat sistem berada dalam kondisi tunak. Kondisi tunak terjadi saat
21
suhu masing-masing bahan tidak mengalami perubahan pada suhu tertentu,
Panas Spesifik
jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu sebuah massa batuan sebanyak
1 °C. Satuan dari panas spesifik batuan adalah kJ/kg°C. Panas spesifik batuan
Fluida panasbumi dapat berada dalam keadaan cair atau uap tergantung dari
tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Fluida berada dalam keadaan cair
hanya apabila pada suatu tekanan tertentu, temperaturnya lebih kecil dari
temperatur titik didih atau temperatur saturasi. Fluida berada dalam keadaan uap
apabila pada suatu tekanan tertentu, temperaturnya lebih besar dari temperatur titik
Pada tekanan 1 atm (1.01325 bar), misalnya, air mendidih pada temperatur
100˚C. Apabila pada tekanan 1 atm besamya temperatur adalah 5O˚C, yaitu
dibawah temperatur titik didih air, maka fluida ada dalam keadaan cair. Apabila
22
pada tekanan 1 atm besamya temperatur adalah 100˚C, yaitu diatas temperatur titik
Pada tekanan yang lebih tinggi dari 1 atm, air akan mendidih pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya pada tekanan 20 bar, air mendidih pada
temperatur 212.9˚C Besar tekanan pada berbagai temperatur saturasi, atau besar
temperatur pada berbagai tekanan saturasi untuk air murni selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel Uap. Fasa cair dapat berada bersama-sama dengan fasa uap pada
kondisi tekanan dan temperatur tertentu, yaitu pada tekanan dan temperatur
saturasi.
(Gambar 2.7).
23
Gambar 2.7 Hubungan temperature
saturasi terhadap tekanan (Saptadji, 2001)
Fasa cair dapat berada bersama-sama dengan fasa uap pada kondisi tekanan
Kurva pada Gambar 5.11 diatas disebut Kurva saturasi. Didaerah diatas
kurva saturasi, yaitu daerah dimana temperatur lebih besar dari temperatur saturasi,
hanya fasa uap yang terdapat didalam sistim. Pada keadaan ini uap disebut
kecil dari temperatur saturasi, hanya fasa cair yang terdapat didalam sistim. Pada
Pada temperatur dan tekanan saturasi, fasa cair dapat berada bersama sama
dengan fasa uap. Fluida merupakan fluida dua fasa, yaitu berupa campuran uap-air.
Fraksi uap didalam fluida sering disebut kwalitas uap atau dryness (notasi x), yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara laju alir masa uap dengan laju alir masa
total. Harga fraksi uap (x) bervariasi dari nol sampai dengan satu. • Apabila pada
24
kondisi saturasi, hanya terdapat fasa cair saja, maka fasa cair tersebut disebut cairan
jenuh atau saturated liquid (x=0). • Bila hanya uap saja yang terdapat pada tekanan
dan temperatur saturasi, maka uap tersebut disebut uap jenuh atau saturated vapour
(x=l).
temperatur saturasi atau temperatur titik didih menjadi lebih rendah (Lihat Gambar
Tidak hanya jenis fluida, tetapi sifat fluida juga sangat ditentukan oleh besarnya
Gambar 2.8 Pengaruh CO2 dan NaCl Terhadap Temperatur dan Tekanan
Saturasi (Saptadji, 2001)
tekanan dan temperatur hasil pengukuran di dalam sumur. Dari data tekanan dan
dengan menggunakan Tabel Uap, kita dapat menentukan temperatur saturasi atau
Kurva biasa disebut sebagai “Kurva BPD”, dimana BPD adalah singkatan dari
Boiling Point with Depth. Apabila landaian temperatur dari pengukuran di sumur
25
terletak di sebelah kiri kurva BPD, maka fluida hanya terdiri dari satu fasa saja,
yaitu air.
kanan dari kurva BPD, maka fluida hanya terdiri satu fasa saja, yaitu uap. Apabila
landaian temperatur berimpit dengan kurva BPD maka fluida terdiri dari dua fasa,
Sifat termodinamika uap dan air murni, yaitu volume spesifik (νf dan νg),
densitas (ρf dan ρg), energi dalam (uf dan ug), enthalpy (hf dan hg), panas laten
(hfg), entropi (sf dan sg) dan viskositas (µf dan µg) pada berbagai tekanan dan
temperatur saturasi dapat ditentukan dari Tabel Uap dan dijelaskan dibawah ini.
Volume Spesifik
dengan masa dari fasa fluida tersebut. Satuan dari volume spesifik adalah m3kg.
Volume spesifik air (νf) dan uap (νg) tergantung dari besarnya tekanan dan
temperatur dimana harganya dapat dilihat pada Tabel Uap. Sebagai contoh
beberapa harga volume spesifik air dan uap diberikan pada Tabel dibawah ini.
26
30 233.8 0.12163 0.0706
Densitas
Densitas suatu fasa fluida adalah perbandingan antara massa dengan volume
dari fasa fluida tersebut. Satuan densitas adalah kg/m3. Densitas air (ρf) dan uap
(ρf) tergantung
ρ = 1/ν (2.5)
Sebagai contoh pada Tabel dibawah ini diberikan harga densitas air dan uap
air pada temperatur dan tekanan saturasi. permukaan sebagai gelombang getar.
27
Gambar 2.9 Grafik Tekanan Terhadap Densitas (Saptadji, 2001)
Energi Dalam
yang terkandung didalam suatu fasa persatuan masa. Satuan dari energi dalam
adalah kJ/kg. Besarnya energi dalam uap (ug) dan energi dalam air (uf) juga
tergantung dari tekanan dan temperatur dan harganva dapat ditentukan dari Tabel
Uap.
28
Entalpi dan Panas Laten
Entalpi adalah jumlah dari energi dalam (u) dengan energi yang dihasilkan
hf = uf + p/υf (2.6)
hg = ug + p/υg (2.7)
Satuan dari entalpi adalah kJ/kg. Besarnya entalpi uap (hg) dan entalpi air (hf)
juga tergantung dari tekanan dan temperatur dan harganya, dapat ditentukan dari
Entropi
Seperti sifat termodinamika lainnya, entropi (s) juga tergantung dari tekanan
dan temperatur dan harganya dapat ditentukan dari Tabel Uap. Beberapa contoh
29
1.01325 100 1.307 7.355
Viskositas
Viskositas dibedakan menjadi dua, yaitu viskositas dinamik (µ) dan viskositas
densitasnya, yaitu:
ν = µ/ρ (2.8)
30
Viskositas juga tergantung dari tekanan dan temperatur dan harganya dapat
ditentukan dari Tabel Uap. Beberapa contoh diberikan pada Tabel dibawah ini.
Sifat fluida dua fasa, yaitu campuran uap-air tergantung dari kwalitas uapnya
x = mV/mT (2.9)
Atau
dimana :
Apabila hfg adalah panas laten, νf, ρf , uf , hf , sf, µf adalah sifat-sifat air pada
kondisi saturasi, dan νg, ρg, ug, hg, sg, µg adalah sifat-sifat uap pada kondisi
saturasi, maka sifat fluida dua fasa (campuran uap-air) yang fraksi uapnya
h = hf + x hfg (2.11)
s = sf + x sg (2.12)
υ =x υg + (1-x) υf (2.13)
u =x ug + (1-x) uf (2.14)
31
Jenis fluida, apakah satu fasa atau dua fasa, biasanya ditentukan dengan
membandingkan harga entalpinya (h) dengan entalpi air dan entalpi uap (hf dan hg)
pada kondisi saturasi. Kriteria dibawah ini umumnya digunakan untuk menentukan
untuk mengetahui model natural state dari reservoir dan mengetahui besar potensi
grid yang memiliki bentuk geometri serta batas reservoir yang didapatkan dari data
Sangat menentukan model grid yang akan digunakan dalam melakukan simulasi.
Batas geometri dan banyaknya grid yang digunakan akan mempengaruhi hasil dari
Tough2 pertama kali dirilis ke publik pada tahun 1991, kode 1991 telah
diupdate pada tahun 1994 ketika satu set preconditioned conjugate gradient solvers
ditambahkan yang memungkinkan solusi yang lebih efisien untuk masalah yang
lebih besar. Versi 2.0 memiliki beberapa fitur baru modul properti fluida dan
ditambah reservoir-aliran lubang sumur, curah hujan dan efek disolusi, dan difusi
multifase. Banyak perbaikan dalam versi terbaru ini dibandingkan versi yang dirilis
pemecah persamaan linear, dan menulis file grafis. Modul T2VOC untuk tiga fase
32
aliran air, udara dan bahan kimia organik yang mudah menguap (VOC), dan modul
T2DM untuk dispersi hidrodinamik dalam 2-D sistem aliran telah terintegrasi ke
program untuk simulasi massa multi-dimensi dan alir panas untuk berbagai
komponen dan berbagai fase fluida pada poros dan fractured media. Dimiliki oleh
sekarang spektrum aplikasinya jauh lebih luas. Rilis TOUGH2 pada tahun 1991
termasuk lima modul untuk sifat fluida yang berbeda, atau EOS-modules
(persamaan status):
33
sekumpulan elemen yang terhubung satu sama lain. Massa dan panas yang
terakumulasi dalam setiap elemen, massa dan panas mengalir melalui batas-batas
wells, hot springs) . Oleh karena itu, persamaan keseimbangan massa dan energi
untuk setiap elemen memiliki volume V yang ditulis sebagai (Pruess et al., 1999;
Björnsson, 2003):
𝑑
𝑑𝑡
∰𝑉 𝑀(𝑘) dV = ∯𝑟 𝐹 (𝑘) . nd𝒯 + ∰𝑉 𝑞 (𝑘) Dv (2.15)
1 2 3
Dimana
indeks k sama dengan; 1 untuk air, 2 untuk udara, 3 untuk panas, dan 4 untuk
tracer, dll.
(𝑘)
𝑚𝑘 = 𝜙 ∑ 𝑆𝛽 𝜌𝛽 𝑋𝛽 𝑘 = 1,2,3 (2.16)
𝛽=𝐼.𝑔
(𝑘)
𝑚𝑘 = (1 − 𝜙)𝜌𝑅 𝐶𝑅 𝑇 + 𝜙 ∑ 𝑆𝛽 𝜌𝛽 𝑋𝛽 (2.17)
𝛽=𝐼.𝑔
dimana φ = Porositas;
34
Sβ = saturasi fasa β;
(𝑘)
𝐹 (𝑘) = ∑ 𝐹𝛽 (2.18)
𝛽=𝐼.𝑔
(𝑘) (𝑘)
𝐹 (𝑘) = 𝐾∇𝑇 + ∑𝛽=𝐼.𝑔 ℎ𝛽 𝐹𝛽 (2.19)
𝑘=1,2
Dimana
diketahui dari data sumur bor. Dengan metode ini reservoar dimodelkan sebagai
suatu sistim yang terdiri dari sejumlah blok dan masing-masing saling
Metode ini juga memberikan gambaran yang lebih baik mengenai penyebaran
35
2.2 Tinjauan Daerah Penelitian
Lapangan panas bumi lahendong terletak pada lengan utara pulau Sulawesi,
dan menjadi bagian dari busur gunung api yang membentang dari pulau Sangihe ke
subduksi dari lempeng Celebes Sea sampai ke bagian seletan di bawah lengan utara
dari pulau Sulawesi. sedangkan busur vulkanik membentang dari Pulau Sangihe ke
Daerah Minahasa terbentuk karena hasil subduksi Lempeng Laut Maluku di sebelah
gunung berapi aktif yang membentuk busur di sekitar gunung api Minahasa, yang
terdiri dari gunung Soputan, gunung Lokon-Empung, gunung Mahawu dan gunung
Klabat dan gunung Dua Saudara yang berarah barat daya - timur laut.
Secara struktural, Daerah minahasa terdiri dari beberapa pola patahan yang
merupakan sesar mendatar yang Membentang dari Timur laut – Barat laut , Barat
36
laut - Tenggara dan patahan normal yang Membentang dari Utara - Selatan. Daerah
yang terdapat banyak patahan berada di sisi barat kaldera Pangalombian (di sekitar
danau Linau). Patahan lateral kiri sesar mendatar dari patahan sesar sebelah timur
NE-SW yang terletak di puncak busur dalam gunung api dari Minahasa yang sejajar
dari gunung Soputan di sisi barat daya ke gunung Klabat di sisi timur laut. Sesar ini
sistem panas bumi dari lapangan Lahendong dan prospek Tompaso (Gambar 2.10).
erupsi hidrotermal dan kawah tampusu. Kawah linau berperan sebagai titik tengah
manifestasi panas bumi, maka daerah tersebut memiliki permeabilitas vertical yang
37
tinggi yang dikarenakan oleh lapisan kondensat asam ( Siahaan EE. 1999 dan
Hasibun. A. 2000).
38
Batuan Pra Tondano tersusun dari batuan hyaloclastyc, andesit basaltic,
piroklastik yang tersusun dengan batuan sedimen yang ditemukan dalam pemboran
oleh adanya batuan tuff, lapilli tuff, dan ignimbrite . Berdasarkan kejadian unit
dan Post-Pangalombian. Sub unit batuan Pre-Pangalombian terdiri dari batuan lava
basaltik andesit yang terdapat dibagian utara dan selatan dari depresi pangalombian.
dan temperature telah di ukur pada mata air panas, kolam air panas, dan sumur bor
(table 3.1). Lapangan panas bumi lahendong terbagi menjadi 2 bagian hidrokimia
tinggi bernilai sekitar 4620-9700 𝜇S/cm, pH in range of 2.7 – 3.2, dan temperature
bernilai sekitar 200 – 274℃ , pH bernilai sekitar 2.7 – 3.2 mengkarakterisasi sifat
asam dari air sumur. Sebaliknya dengan nilai konduktifitas listrik yang berkisar
400-1729 𝜇S/cm, pH berkisar 4.2 – 6.5, dan temperatur sekitar 232 – 341 ℃
mengkarakterisasi sifat air yang netral. Air yang bertipe asam berada di bagian barat
laut dari sumur (di bawah danau linau) sedangkan sifat air yang netral terdapat di
bagian selatan dan timur laut dari danau linau. mata air panas juga dapat dibagi
menjadi dua bagian, mata air panas yang bersifat asam dan netral (table 3.1). mata
air panas terdapat di bagian timur laut, dimana yang juga terdapat reservoir yang
bersifat asam. Sedangkan mata air panas yang bersifat netral tersebar luas (gambar
39
3.4) Mata air panas biasanya terdapat di sekitar patahan tetapi juga terdapat jauh
dari zona patahan (M4, M9, dan M13 pada table 3.1), dimana bisa ditafsirkan
daerah tersubut merupakan reservoir dangkal yang dipanaskan oleh uap panas (M
Brehme 2014).
Danau Linau. Updome tersebut berupa koleksi blok yang mempunyai harga
resistivity bervariasi dari 20-60 ohm.m, dan dibungkus oleh lapisan konduktor
(<10.m). Referensi posisi upflow dari updome tersebut ditunjukkan oleh penipisan
lapisan kondukor di sekitar Danau Linau (gambar 3.5). Pada kedalaman ~1.5 km
ukuran dari dome tersebut sekitar 3x4 km2 . Secara lebih rinci, updome tersebut
dapat dilihat dalam bentuk snapshot pada gambar antar layer lapisan pertama
40
menunjukkan layer dangkal, yang berasosiasi dengan struktur resistivity dangkal.
Pada lapisan ini, Danau Linau ditampilkan sebagai area berwarna ungu. Secara
fumaroles, dan mudpool.Pada layer kedua pada kedalaman 0.6-0.8 km, dijumpai
kelompok blok yang berwarna biru muda yang dikelilingii oleh blok berwarna
dikeliling oleh blok-blok < 10ohm.m. pada gambar 3.6, layer kedua dipilih
mencerminkan resistifity pada kedalaman 1.3-1.6 km. Pada layer ini, konfigurasi
enclosure dari interesting blocks melebar lebih luas. Jika dibandingkan dengan
gambar 2.12, perubahan ini merupakan ekspresi dari bentuk subsurface dome
reservoir Lahendong.
41
2.2.4 Distribusi Permeabilitas reservoir
vertikal. Profil yang sejajar dengan arah aliran air tanah yang memotong patahan
dan sumur, yang digunakan untuk perbandingan suhu dan tekanan. Hasil
menunjukkan aliran fluida yang digerakkan oleh tekanan dan diinduksi secara
termal. Dengan rata-rata 1,5E-14m2 tetap dalam kisaran permeabilitas khas dari
batuan beku fraktosa (Schön 2004). Namun, permeabilitas model umumnya lebih
tinggi daripada yang diukur dalam urutan hingga empat besaran. Hal ini disebabkan
pola fraktur, yang tidak terdeteksi pada skala sampel-inti. Selanjutnya, distribusi
litologi. Ada permeabilitas dengan faktor 10 lebih tinggi dalam arah vertikal
bagian dengan faktor 10-100 lebih rendah dalam arah vertikal (Gambar 3.7).
Oleh karena itu, di bawah Danau Linau, zona sesar lainnya telah ditambahkan
antara dua sesar yang diketahui dengan dip vertikal dan pemogokan NW.patahan
ini belum pernah terlihat dalam data dari studi sebelumnya maupun di lapangan di
permukaan, karena ini ditutupi oleh Danau Linau (Gambar 2.14). Selanjutnya,
simulasi permeabilitas distribusi menunjukkan bentuk zona sesar, yang tidak selalu
berupa garis lurus tetapi sebenarnya dapat memiliki bentuk yang ditekuk (yaitu
42
timur laut Danau Linau). Distribusi tekanan yang dihasilkan di daerah penelitian
dikendalikan oleh aliran air tanah dalam batuan permeabel rendah dan zona sesar
vertikal permeabel tinggi. Isobars drop mengikuti gradien hidrolik alami dari Barat
daya ke Timur laut. Keluaran tekanan yang tinggi melalui zona permeabel tinggi di
Lahendong dikembangkan. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.8 dan 3.9.
Pembaruan data tekanan dan suhu dari sumur di pad LHD-5 setuju dengan
model konseptual dari area ini. Area downflow (recharge) berada di sekitar
43
dan mata air panas harus berupa air meteorik yang diisi ulang dari
utama atau area aliran naik dari sistem panas bumi dekat bor pad LHD-4.
kesalahan F8 dekat bor pad LHD-4, dan memanjang ke barat laut (sekitar
bor pad LHD-13) sepanjang patahan F1, dan timur laut bersama patahan F7.
yang diukur dalam sumur yang dibor dari pad LHD-4, fluida berada dalam
mendekati kondisi dua fase. Aliran fluida yang sama ditemukan melalui
Air dingin mengalir dari tenggara ke barat laut (menuju bor pad
LHD-5) dan bercampur dengan aliran air panas dari barat daya ke timur laut.
Air waduk didinginkan oleh air dingin dalam proses mengalir. Air dingin
44
mengalir turun ke dalam reservoir yang dalam di sekitar bor pad LHD-5.
Reservoir sekitar pad LHD-5 memiliki suhu lebih tinggi dari 253 ° C.
Injeksi ulang dengan baik LHD-7 dibor dekat kesalahan F7, meskipun tidak
(a) (b)
(c)
Gambar 2.17 Model Konseptual
(a) 0 masl, (b) 600 mbsl, (c) 1000 mbsl (Ahmad Yani 2006)
belakang masalah pada skripsi ini. Adapun penelitian yang berhubungan dengan
45
Penelitian yang dilakukan oleh Montegrossi G, Pasqua C, Battistelli A,
Mwawongo G, Ofwona C, 2015 yang berjudul “3D Natural State Model of the
konseptual, dan memberikan gambaran yang lebih baik dari kondisi termodinamika
dasar untuk tahapan produksi dan skenario lanjutan untuk memenuhi produksi
ini berdimensi 3,6km x 3km x3kmdengan temperature pada heat source sebesar
325̊C dengan integrasi beberapa data untuk rekonstruksi model. Hasil akhir
dan digunakan sebagai dasar skenario pengembangan penelitian ini dibuat untuk
46
distribusi tekanan. Simulasi dilakukan selama 1 juta tahun untuk mendapat natural
state condition.
White, and C. Tschritter, 2012 yang berjudul “Geological and Fluid Flow
penelitian ini dilakukan untuk membangun model 3 dimensi dari sistem geothermal
model output secara langsung dengan data yang baik. Hal ini tidak hanya membuat
bumi pada daerah topografi relative datar untuk mencari kondisi natural state dan
sintetik, berupa data permeabilitas dan pororsitas. Dimana terdiri dari 4 lapisan,
yaitu lapisan overburden, lapisan clay caps, lapisan recharge area + lapisan
reservoir (berada pada lapisan yang sama), dan lapisan basement dengan tujuan
untuk menganalisa sensitivitas panas, serta untuk mencari kondisi natural state
47
temperatur dan kondisi reservoirnya tidak berubah terhadap waktu).Dari hasil
pemodelan reservoir oleh Tough2 didapat bahwa kondisi natural state selama
2,20857E+4 tahun, dimana terjadi penurunan suhu dari kondisi natural state tanpa
sumur produksi berbanding kondisi natural state dengan sumur produksi, dimana
suhu pada saat kondisi natural state tanpa sumur produksi sebesar 245˚C dan suhu
pada saat kondisi natural state dengan sumur produksi sebesar 235˚C pada
kedalaman 1350 m. Sedangkan untuk penggunaan rate 20kg/s, 25 kg/s, 30 kg/s dan
35 kg/s untuk melihat sensitivitas heat nya, didapatkan bahwa semakin besar nilai
rate yang dipakai dalam suatu sumur produksi, maka akan menurunnya nilai
48
of the Tauranga Low- TOUGH2 dan
Enthalpy Geothermal LEAPFROG
System, New Zealand GEOTHERMAL
untuk mendapatkan
model yang lebih
akurat.
4. Frans Richard K. Model Numerikal Pemodelan
H. Suharsono Reservoir system numerical 3
Damar panas bumi pada dimensi untuk
Nandiwardhana daerah topografi menganalisa
relative datar untuk sensivitas panas
mencari kondisi dimana semakin
natural state dan besar nilai rate
meng analisa yang dipakai dalam
sensitivitas panas suatu sumur
pada reservoir produksi, maka
menggunakan akan menurunnya
Software TOUGH2 nilai temperatur di
sumur produksi
tersebut
permukaan tanah dimana terdapat fluida panas yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik. Untuk mengetahui Kondisi reservoir panas bumi yang
geologi, geokimia, dan geofisika ,dan data Well measurement. Model reservoir
mensimulasikan performa dari rerservoir, baik dalam kondisi natural state ataupun
dalam berbagai skema exploitasi reservoir. Dalam penelitian ini Simulasi model
49
lapangan panas bumi lahendong. Dalam metode ini kondisi reservoir disimulasikan
oleh model numerical 3 dimensi yang terdiri dari cell atau block yang saling
tekanan, properti fluida reservoir, dan aliran panas dan massa pada semua blocks
dapat digunakan untuk berbagai macam metode analisis performa reservoir, dalam
hal ini peneliti menggunakan hasil dari simulasi reservoir untuk menghitung potensi
50
Gambar 2.18 Kerangka Pemikiran
51
BAB III
METODE PENELITIAN
Ibukota Manado, Provinsi Sulawesi Utara,dan berada pada ketinggian sekitar 750
m di atas permukaan laut. Lapangan ini adalah lapangan panas bumi pertama yang
Daerah ini terkarakterisasi oleh gunung berapi aktif yang membentuk busur dalam
Sistem panas bumi lahendong dibagi menjadi dua kategori yang berbeda
berdasarkan suhu reservoir, suhu yang sangat tinggi (350 ° C) berada di bagian
selatan dan suhu yang lebih rendah berada di bagian utara (250 ° C). Sampai saat
ini, Suplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 1, 2 dan 3 berasal dari 9 sumur
produksi yang terdapat di 3 kluster produksi. Dari zona selatan, terdapat kluster
LHD-4 yang terdiri dar 5 sumur produksi, yaitu sumur LHD- 8, LHD-10, LHD-11,
52
LHD-12 dan LHD-15 serta kluster LHD-13 yang terdiri dari 2 sumur produksi,
yaitu sumur LHD-17 dan LHD-18. Dari zona utara, terdapat kluster LHD-5 yang
terdiri dari 2 sumur produksi, yaitu sumur LHD- 5 dan LHD23. Sementara itu, di
zona utara juga terdapat kluster pengembangan yaitu kuster LHD-24 yang terdiri
dari 2 calon sumur produksi, yaitu sumur LHD-24 dan LHD-28. Nama kluster
zona selatan, yang terdiri dari dua kluster, menyuplai uap untuk pembangkitan
utara, yaitu di kluster LHD-5, menyuplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 3. Satu
menyuplai uap untuk PLTP Unit 4. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
bahwa zona selatan memiliki karakter fluida sumur yang lebih kering, sehingga satu
sumur injeksi di kluster LHD-7, yaitu sumur LHD-7, cukup untuk menginjeksikan
brine dari sumursumur produksi di kluster LHD-4 dan LHD-13 serta kondensat dari
PLTP lahendong Unit 1 dan Unit 2. Injeksi air ke sumur LHD-7 merupakan cold
pond yang terdapat di kluster LHD-13. Sementara itu, zona utara yang lebih basah,
di kluster LHD-5 dan kondensat dari PLTP Lahendong Unit 3. Skema injeksi pada
3 sumur injeksi terakhir merupakan hot injection. Namun untuk ke depannya, mulai
akhir tahun 2011, semua injeksi brine dan kondensat akan diarahkan pada sumur-
sumur injeksi di kluster LHD-7, dimana selain sumur LHD-7, juga telah dibor
53
sumur LHD-36 dengan skema cold injection. Skematik laju alir uap dan brine di
Area Lahendong dapat dilihat pada gambar . Adapun penambahan sumur produksi
yang akan menyuplai PLTP Lahendong Unit 4, tidak akan mengubah strategi
geologi, geokimia, dan geofisika yang dimiliki. Setelah itu di interpretasi dengan
mengintegrasikan semua data yang telah dikaji dengan data sumur. Setelah data
yang dimiliki telah sesuai dengan data sumur yang ada, maka dilakukan pembuatan
melalui data distribusi permeabilitas pada daerah lapangan panas bumi Lahendong.
bagian reservoir yang akan dimodelkan, dipersiapkan pula data-data yang harus
diinput pada Simulator TOUGH2 yang telah dipadukan oleh software PetraSim
54
parameter yang dibutuhkan untuk proses simulasi berupa porositas, permeabilitas,
densitas, kapasitas panas spesifik dan konduktifitas panas batuan. Setelah semua
data telah diinput dalam simulator. langkah selanjutnya adalah pembuatan model
dengan mendesain grid yang sesuai dengan konseptual model yang telah dibuat.
Setelah itu menentukan sink dan source dari model reservoir dan menentukan initial
condition. Lalu model yang telah dibuat pada Software PetraSim dilakukan
simulasi pada Software TOUGH2 untuk mendapatkan Natural State dari reservoir,
apabila simulasi tidak mencapai natural state. Dari data natural state yang telah
metode volumetrik.
55
Gambar 3.2 Desain Penelitian
56
3.4 Variabel dan Teknik Pengumpulan data
GEOMETRY
MESH (m) LAYERS TOP (m) BASE (m)
X 1 Y 1 layer 1
X 1 Y 1 layer 2
X 1 Y 1 layer 3
X 1 Y 1 layer 4
X 1 Y 1 layer 5
X 1 Y 1 layer 6
X 1 Y 1 layer 7
X 1 Y 1 layer 8
X 1 Y 1 layer 9
X 1 Y 1 layer 10
X 1 Y 1 layer 11
X 1 Y 1 layer 12
X 1 Y 1 layer 13
X 1 Y 1 layer 14
X 1 Y 1 layer 15
X 1 Y 1 layer 16
ROCK PROPERTIES
57
Tabel 3.3 Source and Sink
Source Sink
diketahui dari data sumur bor. Dengan metode ini reservoar dimodelkan sebagai
suatu sistim yang terdiri dari sejumlah blok dan masing-masing saling
Metode ini juga memberikan gambaran yang lebih baik mengenai penyebaran
temperatur, saturasi air dan saturasi uap di tiap blok serta laju alir masa dan laju alir
aup dari blok yang satu ke blok lainnya untuk berbagai variasi waktu. Hasil
58
Perubahan tekanan dan temperatur terhadap kedalaman, baik di sumur
Perubahan tekanan, temperatur, laju alir masa dan entalpi fluida terhadap
waktu.
(steady), yaitu kondisi reservoar, yang tekanan dan temperaturnya tidak berubah
terhadap waktu. Model ini diuji validitasnya dengan cara membandingkan hasil
Penelitian ini difokuskan untuk mencari kondisi natural state dari reservoir.
Natural State merupakan kondisi dimana tidak terdapat fluida yang keluar atau
masuk ke dalam system. Begitu pula dengan panasnya. Kondisi natural state
Tidak terdapat lagi perubahan tekanan dan perubahan temperature di dalam system.
Beberapa hal yang diperlukan ketika membuat model natural state adalah lokasi
yang akan dimodelkan, ukuran dan jumlah grid, initital condition, distribusi batuan
permukaan yang ada. Pada penelitian ini peneliti menggunakan software TOUGH2
59
Secara garis besar tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Batas reservoir diatur agar tidak ada panas atau fluida yang
masuk ataupun keluar dari sistem, sehingga diasumsikan daerah
disekeliling reservoir merupakan batuan impermeable. Initial
condition merupakan asumsi kondisi awal dari reservoir yang
berupa temperatur dan tekanan dalam reservoir
60
Memulai simulasi
dimana :
61
Prosedur Perhitungan
Estimasi potensi energi panas bumi metode volumetrik dapat dilakukan dengan
panas bumi). Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan kJ, maka besarnya
𝐻𝑑𝑒
𝐻𝑟𝑒 = (3.6)
t x 365 x 24 x 3600 x 1000
62
e) Menghitung besarnya potensi listrik panas bumi yaitu besarnya energi
satuan MWe).
𝐻𝑑𝑒 η
𝐻𝑒𝑙 = (3.7)
t x 365 x 24 x 3600 x 1000
Dimana :
63
Gambar 3.3 Pengolahan Data
64
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Sismanto. 2012. Fisika Batuan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
65
Yogyakarta, 2001. Department of Geology – FIKTM – Institut Teknologi
Bandung: Bandung.
66