Anda di halaman 1dari 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324992191

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN

Research Proposal · May 2018

CITATIONS READS
0 4,319

1 author:

Tari Budayanti Usop


Universitas Palangka Raya
8 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Arsitektur Dayak View project

All content following this page was uploaded by Tari Budayanti Usop on 07 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau. Hal ini
membuat Indonesia memiliki berbagai ragam wilayah, budaya, adat istiadat, dan bahasa.
Banyak daerah yang terdapat di dalam Negara Indonesia memiliki kekayaan alam, budaya,
arsitektur tradisionalnya yang etnik dan menarik sehingga bisa dijadikan sebagai suatu
potensi wisata. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara tidak langsung menyentuh
dan melibatkan kehidupan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setempat, baik dampak positif maupun negatif. Akan tetapi semua itu bisa
dipersiapkan dengan baik agar bisa meminimalkan dampak negatif tersebut.
Sejalan dengan dinamika pembangunan, gerak perkembangan pariwisata
merambah ke dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village
tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya
untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan.
Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk
pembangunan pedesaan yang berwawasan lingkungan. Ramuan pengembangan desa
wisata kedepan adalah mewujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya.
Keaslian juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut,
misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata
sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan
demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif di kembangkan identitas
atau ciri khas daerah.
Propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi yang memiliki
kekayaan alam, hasil bumi yang melimpah dan disamping itu juga warisan budayanya yang
menarik di mana secara demografi penduduk utamanya adalah Suku Dayak yang terbagi
menjadi beberapa Suku, di antaranya Manyan, Ot Danum dan Ngaju. Suku Dayak Ngaju
mendiami daerah sepanjang Sungai Kapuas, Kahayan, Rungan, Manuhing, Barito, dan
Katingan. Suku Dayak Ot Danum mendiami daerah sepanjang hulu-hulu sungai besar

1
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

seperti Kahayan, Rungan, Barito, dan Kapuas, juga di hulu sungai Mahakam. Bentuk-
bentuk desa-desa yang terdapat di Kalimantan Tengah membuktikan bahwa awal mulanya
terbentuk sebuah perkampungan yang mendiami disepanjang Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Desa Wisata dinilai sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk
pariwisata, mengingat pada tahun-tahun ini wisata alam dan budaya sangat diminati oleh
wisatawan. Desa Wisata dinilai efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dengan mengembangkan karakter wisata desa yang bersangkutan. Desa wisata yang sudah
memiliki potensi yang menarik seperti bentuk arsitekturnya dari warisan rumah tua
bersejarah jaman dulu, adat istiadatnya yang masih khas, serta panorama pemandangan
alamnya yang eksotis. Model wisata desa yang berwawasan lingkungan biasanya tidak
memiliki pengaruh bahaya di dalam lingkungannya karena bersifat tidak merubah budaya
dan adat istiadat setempat tetapi meningkatkan potensi yang ada menjadi memiliki nilai
jual untuk mendatangkan para wisatawan berkunjung serta melengkapinya dengan sarana
dan prasarana pendukung guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas merupakan
objek wisata budaya yang menarik karena memiliki Rumah Betang “Toyoi” yang dibangun
oleh Toyoi Bin Pandji yang dibangun pada tahun 1894-1901 dan menempati areal 1 (satu)
hektar. Dalam setiap tahunnya tercatat lebih dari 5000 orang yang berkunjung ke betang
tersebut untuk melihat keaslian dari bangunan tersebut baik untuk sekedar berkunjung atau
untuk meneliti bentuk bangunan betangnya. Di samping bangunan Rumah Betangnya yang
menarik karena kelestarian arsitekturnya, juga terdapat suasana pedesaan khas. Penduduk
desa rata-rata masih memeluk agama Hindu Kaharingan / agama asli suku Dayak
Kalimantan Tengah. Sehingga dalam setiap tahun diadakan prosesi ritual adat / upacara
Tiwah yaitu upacara memindahkan tulang belulang nenek moyang ke dalam sandung yaitu
bangunan rumah-rumahan kecil dari kayu besi dengan ketinggian ± 2 m. Untuk mencapai
Desa Tumbang Melahoi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua
maupun roda empat melalui jalan darat, dengan jarak tempuh ± 73,1 km dari Kota Kuala
Kurun atau jika ditempuh dari Kota Palangka Raya memakan waktu 5-6 jam dengan
kondisi jalan yang cukup baik.

2
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

Secara keseluruhan suasana pedesaan di desa Tumbang Malahoi masih sangat baik,
warga masyarakat dinilai sangat ramah terhadap para tamu / pengunjung yang datang ke
desa ini. Namun infrastruktur pedesaan masih sangat minim sekali dari segi kebersihan
lingkungan, serta sumberdaya manusianya, atraksi wisatanya pun tidak ada. Misalnya tidak
jauh dari lokasi desa Tumbang Melahoi ini terdapat Riam Guhung Rawai yang memiliki
arus riam yang sangat deras sekali, areal disekitar kawasan hanya didiami beberapa rumah
penduduk, kawasan ini masih asli dan hijau, sehingga sangat baik dijadikan sebagai potensi
wisata alam. Kekurangan dari Riam ini adalah tidak terawat kebersihan yaitu sampah-
sampah sungai / riam (kayu-kayu besar / tunggul) masih banyak berserakan di bebatuan
sehingga mengurangi keindahannya.
Dengan melihat potensi dan permasalahan yang ada maka penelitian ini berusaha
mengembangkan kawasan desa wisata di Tumbang Malahoi berwawasan lingkungan
dengan memperhatikan konsep pelestarian, budaya dan adat masyarakat Dayak Kalimantan
Tengah, dimana dalam kajian mengenai Pengembangan secara umum terdapat empat pilar
pokok (Ernan Rustiadi, 2011: 14), yaitu ; (1) Inventarisasi, Klasifikasi, dan Evaluasi
sumberdaya, (2) Aspek Ekonomi, (3) Aspek Kelembagaan (Institusional), dan (4) Aspek
Lokasi / Spasial. Ke empat pilar ini merupakan langkah-langkah untuk menganalisa kondisi
desa Tumbang Malahoi agar dapat meningkatkan ke unggulan potensi wisata suatu desa.
Di latarbelakangi potensi desa Tumbang Malahoi juga yang memiliki warisan
arsitektur Rumah Betang (artifak) dan budaya (adat istiadat) yang khas, kiranya perlu
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan nilai jual produk pariwisata dengan
membina masyarakat desa dalam menjaga kelestarian arsitektur dan budayanya agar selalu
lestari. Sedangkan kondisi perkampungan / desa Tumbang Malahoi dan kawasan Riam
Guhung Rawai yang tidak terawat, perlunya tindakan perbaikan dan peningkatan kualitas
ruang lewat tindakan pelestarian untuk menghindari terjadinya kejutan arus wisatawan
yang banyak berkunjung nantinya sehingga perlu dipersiapkan instrument perencanaan dan
pengembangan yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan dan budaya, adat istiadat masyarakat setempat.
Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat desa, aktivitas ekonomi terpacu akibat dari industry pariwisata tesebut.

3
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

Sehingga bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat desa dengan tidak merusak
lingkungan desa.

1.2. Rumusan Masalah


1). Bagaimanakah mengembangan desa wisata di desa Tumbang Malahoi yang
berwawasan lingkungan dengan memperhatikan kelestarian alam dan budaya
masyarakat setempat ?
2). Bagaimanakah model pengembangan perencanaan desa wisata Tumbang Malahoi
yang berwawasan lingkungan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan budaya,
dan adat masyarakat setempat ?

1.3. Tujuan Penelitian


1) Tujuan penelitian tahun I (pertama) :
Merencanakan dan mengembangkan desa wisata di desa Tumbang Malahoi
yang memperhatikan konsep pelestarian dan budaya masyarakat Dayak Kalimantan
Tengah, dengan melakukan : (1) inventarisasi, klasifikasi potensi wisata, (2)
inventarisasi kelemahan atau permasalahan desa, (3) perbaikan bangunan arsitektur
Betang yang di konservasi dan bangunan penduduk desa yang berada dekat dengan
bangunan disekitar Betang Toyoi, (4) menyiapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi
kebijakan, (5) pendekatan spasial dengan memperjelas pembagian areal lahan wisata
untuk mempermudah pengembangan kawasan wisata yang di konservasi untuk
menghindari tumpang tindik lahan sehingga menjadi tertata rapi.
2) Tujuan penelitian tahun II (kedua) :
Menentukan model desain kawasan wisata Tumbang Malahoi yang akan
diterapkan kedalam desa wisata tersebut, dan melakukan pendekatan social terhadap
masyarakat untuk melakukan perencanaan dan pengembangan desa wisata. Karena
dampak yang dihasilkan nanti adalah menyediakan lapangan pekerjaan, memperbaiki
lingkungan, meningkatkan sumber ekonomi, meningkatkan perhatian masyarakat
kepada sumber alam, dan meningkatkan keterampilan sumberdaya warga desa.

4
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

1.4. Manfaat Peneltian


a. Manfaat yang didapat dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata ini
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di Universitas
Palangka Raya dan bersifat implemantatif di dalam pembangunan suatu desa wisata
yang ada di Kalimantan Tengah.
b. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah kabupaten dan masyarakat desa tumbang
Malahoi dalam setiap pembangunan desa yang memiliki potensi wisata arsitektur dan
budaya yang menarik.
c. Dengan adanya penelitian ini maka masyarakat desa akan mendapatkan pengaruh yang
baik untuk pembangunan desanya sehingga lingkungan, kondisi sosial ekonomi, dan
sumber daya manusia akan bertambah baik dan lestari.
d. Dapat dijadikan sebagai pilot proyek untuk perencanaan dan pengembangan Desa
Wisata yang ada di Kalimantan Tengah.

1.5. Urgensi Penelitian


Penelitian lapangan akan menfokuskan pada Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan
Rungan, Kabupaten Gunung Mas. Desa Tumbang Malahoi merupakan perkampungan
/desa kecil yang berada di sepanjang daerah aliran sungai Rungan. Daya tarik utama
Tumbang Malahoi adalah Rumah Betang Toyoi, yang dibangun oleh Toyoi Bin Pandji
yang dibangun pada tahun 1894-1901 dan menempati areal 1 (satu) hektar. Bangunan ini
tentunya tetap dipertahankan keberadaannya dengan melakukan Pelestarian atau
konservasi kawasan Betang Toyoi dengan meningkatkan vitalitas bangunan dan
lingkungan fisik, social, budaya, dan perekonomian serta mempertahankan karakter sebuah
kawasan desa Tumbang Malahoi melalui perencanaan dan pengembangan desa wisata yang
memperhatikan konsep pelestarian yang efektif, efesien, dan pada penerapan penelitian
tahun ke dua bersifat partisipatif.
1.6. Luaran Penelitian
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini berupa :

5
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

1). Desa Tumbang Malahoi yang dijadikan sebagai pilot proyek pembentukan desa wisata
tentukan bisa dikembangkan di desa-desa mana saja yang terdapat di Kalimantan
Tengah yang tentunya dengan perbedaan asset budaya, arsitektur, dan bentang alam
yang unik dan menarik.
2). Publikasi pada jurnal nasional dan internasional yang terakreditas.

1.7. Gambaran Produk


Gambaran produk yang dapat dimanfaatkan setelah di lakukan studi perencanaan
dan pengembangan desa wisata kedalam konsep pelestarian arsitektur dan budaya
masyarakat Dayak maka akan didapatkan system informasi yang jelas mengenai kondisi
desa baik secara demografi, warisan budaya dan panorama alam desa untuk meningkatkan
vitalitas kawasan wisata desa Tumbang Malahoi. Produk ini selajutnya akan di promosikan
kedalam ranah yang global untuk tujuan mendatang para wisatawan baik domestik dan
mancanegara melalui jaringan internet atau penyiapan website dengan menyajikan
berbagai system informasi yang jelas tentang warisan budaya, bentuk arsitektur Betang
Toyoi, informasi mengenai warga desa (demografi), fasilitas transportasi termasuk akses
transportasi, dan informasi pelestarian dan perbaikan kualitas hidup, pemanfaatan
sumberdaya setempat, serta kualitas desain untuk memperbaiki lingkungan desa Melahoi.
Berikut dibawah ini adalah data mengenai data wilayah kabupaten Gunung Mas,
dan data Desa Melahoi yang layak dijadikan sebagai desa wisata.

6
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

Gambar 1.1. Peta Kabupaten Gunung Mas

7
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

BETANG HUMA GANTUNG


KARAK BETANG
(F O T O D O K U M E N T A S I)

PETA LOKASI

Betang Konut di
Betang Toyoi di Desa Konut Kec.
desa Malahoi Kec. Tanah Siang Kab.
Tumbang Jutuh Murung Raya
Kab. Gunung Mas

Karak Betang di
Bukit Rawi Palangka
Raya
Karak Betang di Desa
parit Kec. Cempaka
Mulya Kab. Kota
Waringin Timur
Huma Gantung di
Desa Buntoi Kec.
Kahayan Hilir Kab.
Pulang Pisau

8
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

PETA LOKASI

Betang
Toyoi

Karak Betang
Bukit Rawi

U Huma
Gantung
Buntoi

SKALA 1 : 3.200.000

9
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

BETANG TOYOI
DI TUMBANG MALAHOI KEC. RUNGAN
KABUPATEN GUNUNG MAS

10
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

11
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

12
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

Potensi Desa Wisata Tumbang Malahoi

Gambar Patung Sapundu, Sebagai symbol pelengkap pada Sandung

Gambar Riam Guhung Rawai, yang bisa dijadikan sebagai Atraksi Wisata Alam di Desa
Tumbang Malahoi

13
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskripsi rasionalistik, digunakan metode ini karena
bertujuan memberikan gambaran mengenai beberapa perencanaan desa-desa wisata yang
sudah berhasil terencana dengan baik pada skala tahun I, dan skala tahun II pada skala pilot.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian tahun pertama dilaksanakan di lapangan dengan melakukan pencatatan
atau pendataan data mengenai demografi desa, social ekonomi penduduk, dan potensi wisata
yang terdapat di Desa Tumbang Malahoi. Penelitian tahun kedua dilaksanakan di lokasi
penelitian yaitu Desa Tumbang Malahoi dengan melakukan sosialisasi perencanaan dan
pengembangan Desa Wisata Tumbang Malahoi. Waktu Penelitian mulai dari tahun 2013
hingga 2014.

3.3. Alat dan Teknik Pengumpulan data


Alat yang digunakakan pada penelitian ini berupa : Kompas, alat pengukur meteran,
kamera untuk merekam data visual, dan perangkat tulis dan gambar.
Teknik pengumpulan data dilakukan meliputi :
a. Kebutuhan jenis data
Dalam penelitian ini diperlukan dua jenis data yaitu :
- Data fisik, berupa : Literatur berupa buku srtikel jurnal atau bahan tulisan lainnya
yang berhubungan dengan aspek-aspek penelitian. Gambar-gambar, foto
dokumentasi, ataupun sketsa bangunan dari rumah betang tumbang anoi.
- Data non fisik, berupa : hasil wawancara pada penghuni betang, kepala desa, /
pembakal desa, warga desa. Latar belakang sejarah terbentuknya rumah betang
Toyoi.
b. Nara sumber
Narasumber adalah seseorang atas nama pribadi atau kelompok yang di jadikan sumber
informasi yang sangat diperlukan dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan

14
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

wawancara secara langsung. Beberapa nara sumber yang diwawancarai yaitu : penjaga
betang, tokoh masyarakat desa, Kepala desa

3.4. Prosedur Penelitian


1. Tahun Pertama :
a. Karena penelitian ini bersifat rasionalistik maka tahap pertama yang dilakukan
adalah dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk mencatat data-data mengenai
demografi penduduk, sosial ekonomi, potensi arsitektur, dan budaya istiadat
masyarakat desa, dan potensi alam.
b. Berdasarkan teknik analisa Perencanaan adalah berlandaskan pada literature oleh
Faludi (1973), Paris (1982), Alexander (1986, 1993) serta Campbell dan Fainstein
(1996) yang mengatakan bahwa perecanaan yang sebenarnya adalah suatu cara
rasional untuk mempersiapkan masa desa. Proses penyusunan perencanaan dalam
kaitan Desa Wisata dalam konsep Pelestarian adalah dengan menyusun Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan.
c. Sedangkan untuk Pengembangan, tentunya adalah berlandaskan pada suatu
pertanyaan rasional, hendak dikembangkan seperti apakah desa wisata Tumbang
Melahoi dalam konsep pelestarian Arsitektur dan Budayanya. Tentunya dengan data
inventarisasi potensi suatu kawasan desa, dan melakukan analisa SWOT, dimana
letak Kekuatan (Strenght), Kelemahan (weakness), Peluang (opportunities), dan
Ancaman (threat) sehingga bisa dirumuskan konsep pengembangan Desa Wisata di
Tumbang Malahoi tersebut.out-put dari perencanaan dan pengembangan desa wisata
ini adalah berupa desain tata ruang desa wisata untuk menjaga kelestarian suatu
kawasan diperlukan konsep aturan lahan yang jelas agar tidak mengalami
penyimpangan penggunaan lahan.
d. Untuk mengetahui Konsep Pelestarian Arsitektur adalah dengan melakukan
Konservasi arsitektur Betang dengan prinsif tetap melestarikan menjaga nilai
keaslian suatu bangunan dan dijadikan jagar budaya karena memiliki nilai sejarah
yang tinggi bagi anak cucu. Konsep ini dilakukan dengan melakukan beberapa
penilaian yaitu : seberapa jauh (1) nilai estetika pada bangunan Betang Toyoi yang

15
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

merupakan satu kesatuan dengan desa Tumbang malahoi yang dilestarikan. Tolak
ukurnya dengan melakukan nilai arsitektonis yaitu : bentuk bangunan, struktur,
ruang, dan ornament. Kemudian terkait dengan pengembangan desa Wisata akan
dikeluarkan suatu model desain tata ruang didirikan suatu rumah Betang sebagai
tempat para pengunjung untuk bisa menginap untuk bernostalgia dengan masa lalu,
dengan maksud agar tidak merusak bangunan yang aslinya. Selajutnya (2) peran
memperkuat kawasan ; bangunan atau bagian dari desa tumbang Malahoi yang
karena investasi di dalamnya akan mempengaruhi kawasan disekitarnya, atau
kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan
sekitarnya. Sehingga diperlukan teknik penataan kawasan sekitar Betang Toyoi
untuk meningkatkan kualitas kawasan tersebut.
e. Out-put akhir dari perencanaan dan pengembangan ini adalah dikeluarkan model
desain perancangan desa wisata dengan memberikan data informasi desain yang jelas
areal lokasi pelestarian desa wisata yang dijadikan kawasan konservasi, serta bentuk-
bentuk model desain.

2. Tahun Kedua :
a. Melakukan sosialisasi desain yang telah direncanakan dan dikembangkan dengan
melakukan perlibatan masyarakat desa. Artinya, pelestarian dan konservasi kawasan
Betang Toyoi harus merajut keseluruhan serta kehidupan social, komersial, seni
budaya, dan tradisi. Rencana tindak yang melibatkan partisipasi seluruh warga.
b. Implementatif desain yang akan rencanakan sesuai dengan tahapan perencanaan dan
pengembangan dengan membagi areal lokasi wisata yang bersifat konservasi dan
yang dikembangkan secara dinamis untuk menghindari terjadinya ketidakteraturan
pengembangan.
c. Promosi desa Tumbang Malahoi melalui data informasi di website

3.4. Analisis Data


Menggunakan data statistic deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

16
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

3.5. Sekilas Tentang Potensi Desa Melahoi


Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Kalimantan Tengah yang
menarik keberadaannya karena terdapat bangunan bersejarah yang nilainya sudah 1 abad,
yaitu Betang Toyoi. Nilai sejarahnya yang tinggi sehingga mempengaruhi roh dan citra suatu
kawasan desa tersebut dan menjadi satu kesatuan dari desa Tumbang Melahoi. Desa
Tumbang Melahoi ini bisa dikatakan sebagai desa adat karena, penduduknya yang masih
beragama Hindu Kaharingan dan menyimpan tradisi budaya Dayak Kalimantan Tengah
yang khas baik dari segi suasana Desa yang setiap tahun menyelengarakan kegiatan upacara
adat ritual pesta Tiwah, yang tentunya memiliki manajemen dalam menyelenggarakan pesta
tiwah.
Tata ruang desa yang model permukiman yang berada di daerah aliran sungai
Rungan. Serta dalam setiap pekarangan rumah penduduk desa terdapat bangunan Sandung
(bangunan rumah-rumahan dari kayu yang tingginya 2 meter) dengan beberapa patung
sandung didepannya. Fungsi sandungnya adalah untuk menyimpan tulang belulang arwah
nenek moyang mereka yang sudah meninggal. Prosesi pemindahannya adalah dengan
upacara Tiwah. Disamping itu susunan lansekap pekarangan penduduk desa mereka
menanam tanaman obat-obatan tradisional Kalimantan Tengah dan tanaman untuk
mendukung prosesi upacara Tiwah mereka nantinya. Disamping itu juga yang menambah
daya tarik dari desa ini adalah potensi riam Guhung Rawai yang menarik yang bisa dijadikan
sebagai atraksi wisata.

17
Pengembangan Desa Wisata Berwawasan Lingkungan
Studi Kasus : Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas

DAFTAR PUSTAKA

Catanese, J. Anthony dan James C. Snyder : Perencanaan Kota, Erlangga, Jakarta, 1996.
Elbas Lambertus, Akmad Akya, Bahen Tunika Bahen : Arsitektur Tradisional Daerah
Kalimantan Tengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventaris dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta, 1986.
Ernan RUstiadi, Sunsun Saefulhakim, dan Dyah R. Panuju : Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta, 2011.
Juhana, 2000. Arsitektur dalam Kehidupan Masyarakat, Pengaruh Bentukan Arsitektur dan
Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Tinggal Suku Bajo di Wilayah Pesisir
Bajoe Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Bendera, Semarang.
Pemerintah Daerah Tingkat II Kapuas, 2004. Mengenal Betang dan Sandung.
Riwut, Tjilik, 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang, Menyelami Kekayaan Leluhur. Pusaka
Lima, Palangka Raya.
Salilah, Damang Yohanes, 1977. Teknologi Dayak Ngaju, Lembaga Bahasa dan Seni Budaya
(LBSB), Universitas Palangka Raya (UNPAR).
Syahrozy, 2004. Tesis : Bentuk Awal Komplek Huma Gantung Buntoi Kalimantan Tengah,
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

18

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai