LP Anemia Gravis Fix
LP Anemia Gravis Fix
ANEMIA GRAVIS
Di Ruang 7B
RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Oleh:
NIM. 1520057
MALANG
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Anemia Gravis di Ruang 7B RSUD dr. Saiful Anwar Malang yang
dilakukan oleh :
NIM : 1520057
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak, yang dilaksanakan pada tanggal 02 Desember 2019 – 07 Desember 2019,
yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Jumat
Mengetahui :
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi
(…………………………..)
(…………………………..)
Kepala Ruang
(…………………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA GRAVIS
A. DEFINISI
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb
di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya kadar hb hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka
wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti :
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)\
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung (Sjaifoellah, 1998).
D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Pathway
Kadar Hb turun
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis\
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,
besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANEMIA GRAVIS
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien anemia gravis, misalnya
lemah, letih, lesu, lelah, lunglai.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji penyebab keluhan yang dirasakan oleh pasien , faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit ini muncul, serta kaji perjalanan penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan
yang dilakukan oleh pasien anemia gravis, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, dan penyakit kronis
lainnya.
e. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor
budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien
anemia gravis, dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang
pernah dilakukan oleh pasien anemia gravis.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran
diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap
orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai
pasien intoksikasi metanol, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial
pasien intoksikasi metanol dengan orang lain.
f. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami anemia gravis yang harus dikaji
adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
g. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
h. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
i. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien anemia gravis saat siang dan malam
hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien anemia gravis
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, ada tidak adanya luka/lesi,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen / tidak
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus nya
9) Ekstremitas/ muskoluskletal apakah terjadi pembengkakan pada ekstremitas
atas dan bawah pasien anemia gravis,apakah ada luka atau lesi pada
ekstremitas
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya luka atau lesi.
4. Diagnosa Keperawatan
a). Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
b). Defisit perawatan diri b.d kelemahan
c). Resiko infeksi
d). Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e). Resiko Jatuh
f). Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g). Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
h). Keletihan b.d anemia
5. Intervensi Keperawatan
DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation Management (Manajemen
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… sensasi perifer)
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
berkurang terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
1. Membran mukosa 2. Monitor adanya paretese
merah 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
2. Konjungtiva tidak jika ada lesi atau laserasi
anemis 4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
3. Akral hangat 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
4. Tanda-tanda vital dalam 6. Monitor kemampuan BAB
rentang normal 7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab perubahan
sensasi
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta