Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN

SPRINTROT: GAMES TO ILLUSTRATE EPIDEMIC


DEVELOPMENT

Oleh:
Alchemi Putri Juliantika Kusdiana A352180041

Dosen Praktikum:
Prof Dr Ir Meity Suradji Sinaga, MSc

Asisten Praktikum:
Hagia Sophia Khairani, SP, MSi

PROGRAM STUDI FITOPATOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Epidemi penyakit tanaman merupakan terjadinya peningkatan kejadian
penyakit (disease incidence) atau terjadinya perkembangan penyakit dalam suatu
populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas (Van der Plank 1963). Kranz
(1973) menambahkan bahwa epidemi penyakit terjadi karena adanya pengaruh
lingkungan dan perilaku manusia. Selain itu, Zadock dan Schein (1979)
mengemukakan bahwa epidemi sebagai pertambahan penyakit dalam suatu
populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas, sehingga populasi patogen
merupakan fungsi dari waktu. Epidemi penyakit terjadi pada tempat, ruang,
wilayah tertentu, atau tidak merata pada setiap tempat.
Proses terjadinya epidemi penyakit pada populasi inang memerlukan jangka
waktu tertentu. Oleh karena itu dalam jangka waktu tersebut terjadi interaksi
antara patogen dan tanaman inang. Interaksi tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang dapat mendukung maupun menghambat proses terjadinya epidemi,
diantaranya disebabkan oleh faktor ketahanan tanaman inang, virulensi patogen,
dan lingkungan baik makro maupun mikro (Nirwanto 2007).
Beberapa faktor internal dan eksternal dari tanaman inang dapat memainkan
peran penting dalam pengembangan epidemi penyakit diantaranya tingkat
resistensi genetik atau kerentanan tanaman inang, tingkat keseragaman genetik
tanaman inang, jenis tanaman, dan umur tanaman. Selain itu, beberapa faktor dari
patogen yang dapat memainkan peran penting dalam pengembangan epidemi
penyakit diantaranya tingkat virulensi patogen dalam menginfeksi tanaman inang,
jumlah inokulum dekat inang, tipe reproduksi patogen, ekologi patogen, dan cara
penyebaran patogen. Lingkungan dapat memengaruhi ketersediaan, tahap
pertumbuhan, kesuburan, kerentanan genetik tanaman inang, dan dapat
memengaruhi kelangsungan hidup, kekuatan, tingkat multiplikasi, sporulasi, arah,
jarak penyebaran patogen, serta tingkat perkecambahan dan penetrasi patogen.
Selain itu, lingkungan dapat memengaruhi jumlah dan aktivitas vektor patogen.
Faktor lingkungan terpenting yang memengaruhi perkembangan epidemi penyakit
adalah kelembapan dan suhu. Kegiatan manusia memiliki dampak langsung atau
tidak langsung pada epidemi penyakit tanaman, misalnya pemilihan dan persiapan
lokasi penanaman, pemilihan bahan propagatif seperti benih dan bibit, penanaman
secara monokultur, pengendalian penyakit, serta masuknya patogen baru dari
bagian tanaman atau benih yang terbawa (Agrios 2005).
Praktek budidaya tanaman memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
dan penyebaran epidemi penyakit. Analisis mengenai tingkat kejadian dan
keparahan penyakit tanaman sangat dibutuhkan dalam mempelajari peramalan
kejadian penyakit, kehilangan hasil, serta strategi pengendalian yang harus
dilakukan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh serangan patogen.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis hubungan atau
keterkaitan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang terhadap kehilangan hasil
tanaman bawang merah akibat penyakit moler menggunakan Chi-square.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober dan 5 November 2019
bertempat di Ruang Pasca 3, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian
Bogor.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data yang
diperoleh dari 20 buah kuisioner sebagai bahan yang akan dianalisis dan laptop.

Metode
Data yang diperoleh merupakan hasil kuisioner terhadap 20 petani bawang
merah. Data dianalisis dengan chi-square menggunakan software Microsoft Excel
2017 menggunakan formula (CHIINV(0.05;Deg_fredom) dengan rumus chi-
square sebagai berikut:
(fij - Eij )2
2
X p =∑
Eij
ij

dengan derajat bebas (R-1) (C-1).


Hipotesis yang diuji:
H0 = tidak terdapat hubungan antara faktor budidaya dengan kehilangan hasil
H1 = terdapat hubungan antara faktor budidaya dengan kehilangan hasil
Kriteria keputusan adalah sebagai berikut:
a. Apabila χ2 ≤ P 0.05 maka terima H0, yang berarti tidak terdapat hubungan
antara faktor budidaya dengan kehilangan hasil.
b. Apabila χ2 > P 0.05 maka terima H1, yang berarti terdapat hubungan antara
faktor budidaya dengan kehilangan hasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Perkembangan Generasi terhadap Jumlah Tanaman Sakit

1200 Random Shallow 1200 Random Moderate

jumlah tanaman sakit


jumlah tanaman sakit

1000 1000

800 800

600 600

400 400

200 200

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

1200 1200
Random Steep Prevailing Shallow
jumlah tanaman sakit

jumlah tanaman sakit

1000 1000

800 800

600 600

400 400
200 200
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

1200 1200
Prevailing Moderate Prevailing Steep
1000
jumlah tanaman sakit

1000
jumlah tanaman sakit

800 800

600 600

400 400

200 200

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

Gambar 1 Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada model Random
Shallow, Random Moderate, Random Steep, Prevailing Shallow,
Prevailing Moderate, dan Prevailing Steep.
Tabel 1 Jumlah tanaman sakit pada model Random Shallow
Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ungu 2 1 0 2 2 1 3 2 0 3 3 2
3 Biru tua 4 1 0 4 4 4 7 3 0 7 7 6
4 Kuning 8 0 0 6 5 6 15 0 0 13 12 12
5 Hijau 16 0 0 9 7 4 31 0 0 22 19 16
6 Biru muda 28 0 0 13 8 8 59 0 0 35 27 24
7 Oranye 48 0 0 17 9 12 107 0 0 52 36 36
8 Pink 89 0 0 21 14 16 196 0 0 73 50 52
9 Merah 114 0 0 34 16 3 310 0 0 107 56 55
10 Coklat 168 0 0 48 19 14 478 0 0 155 75 69

Tabel 2 Jumlah tanaman sakit pada model Random Moderate


Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ungu 2 2 0 0 2 2 3 3 0 0 3 3
3 Biru tua 4 1 0 0 1 3 7 4 0 0 4 6
4 Kuning 8 1 0 0 0 6 15 5 0 0 0 12
5 Hijau 16 0 0 0 0 10 31 0 0 0 0 22
6 Biru muda 32 0 0 0 0 17 63 0 0 0 0 39
7 Oranye 64 0 0 0 0 28 127 0 0 0 0 67
8 Pink 128 0 0 0 0 43 255 0 0 0 0 110
9 Merah 254 0 0 0 0 71 509 0 0 0 0 181
10 Coklat 501 0 0 0 0 107 1 010 0 0 0 0 288
Tabel 3 Jumlah tanaman sakit pada model Random Steep
Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
2 Ungu 2 1 0 1 0 2 3 2 0 2 0 3
3 Biru tua 3 1 0 1 0 3 6 3 0 3 0 6
4 Kuning 8 2 0 2 0 5 14 5 0 5 0 11
5 Hijau 14 3 0 1 0 9 28 8 0 6 0 20
6 Biru muda 28 4 0 2 0 13 56 12 0 8 0 33
7 Oranye 60 5 0 2 0 18 116 17 0 10 0 51
8 Pink 90 6 0 1 0 29 206 23 0 11 0 80
9 Merah 144 8 0 2 0 45 350 31 0 13 0 125
10 Coklat 236 10 0 2 0 55 586 41 0 15 0 180

Tabel 4 Jumlah tanaman sakit pada model Prevailing Shallow


Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ungu 2 1 0 1 2 2 3 2 0 2 3 3
3 Biru tua 4 2 0 2 4 4 7 4 0 4 7 7
4 Kuning 8 1 0 2 4 6 15 5 0 8 11 13
5 Hijau 16 1 0 3 4 10 31 6 0 12 15 23
6 Biru muda 32 1 0 6 5 18 63 7 0 17 20 41
7 Oranye 59 1 0 10 4 50 122 8 0 21 24 91
8 Pink 115 0 0 12 3 46 237 8 0 24 27 137
9 Merah 202 0 0 19 4 73 439 8 0 28 31 210
10 Coklat 370 0 0 27 7 121 809 8 0 35 38 331
Tabel 5 Jumlah tanaman sakit pada model Prevailing Moderate
Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ungu 2 1 1 2 1 2 3 2 2 3 2 3
3 Biru tua 4 1 0 3 1 4 7 3 0 6 3 7
4 Kuning 8 2 0 4 2 8 15 5 0 10 5 15
5 Hijau 16 3 0 7 2 11 31 8 0 17 7 26
6 Biru muda 30 4 0 10 1 18 61 12 0 27 8 44
7 Oranye 59 6 0 15 0 24 120 18 0 42 0 68
8 Pink 116 5 0 21 0 39 236 23 0 63 0 107
9 Merah 228 5 0 30 0 56 464 28 0 93 0 163
10 Coklat 452 6 0 45 0 90 916 34 0 138 0 253

Tabel 6 Jumlah tanaman sakit pada model Prevailing Steep


Jumlah tanaman sakit pada generasi ke-i Jumlah tanaman sakit sampai generasi ke-t pada
Generasi Kode warna
pada masing-masing pola pertanaman masing-masing pola pertanaman (Y)
ke-t (X) tiap generasi
Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 Hitam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ungu 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3
3 Biru tua 4 1 1 4 2 4 7 3 3 3 5 7
4 Kuning 8 1 0 5 3 7 15 5 4 0 8 14
5 Hijau 16 2 0 7 5 9 31 8 6 0 13 23
6 Biru muda 32 2 0 8 7 15 63 12 8 0 20 38
7 Oranye 64 1 0 9 8 13 127 17 9 0 28 51
8 Pink 128 1 0 10 8 23 255 23 10 0 36 74
9 Merah 256 1 0 13 7 31 511 31 11 0 43 105
10 Coklat 512 1 0 17 8 43 1 023 41 12 0 51 148
Proporsi Penyakit
100
Random Shallow 100 Random Moderate

proporsi penyakit (%)


80 80
proporsi penyakit (%)

60 60

40 40

20 20

0
0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 3 5
7 9 11 13 15 17 19 21
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

100 100
Random Steep Prevailing Shallow
80 80
proporsi penyakit (%)
proporsi penyakit (%)

60 60

40 40

20 20

0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

100 Prevailing Moderate 100


Prevailing Steep
proporsi peyakit (%)

80 80
proporsi penyakit (%)

60 60

40 40

20 20

0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
waktu (t) waktu (t)
Mono 1:1 1:2 Mono 1:1 1:2
2:1 2:2 Mix 2:1 2:2 Mix

Gambar 2 Proporsi penyakit pada model Random Shallow, Random Moderate,


Random Steep, Prevailing Shallow, Prevailing Moderate, dan
Prevailing Steep.
Tabel 7 Proporsi penyakit pada model Random Shallow

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 4 2 0 1 4 4 66.67 33.33 0 16.67 66.67 66.67
2 12 8 0 0 0 4 7 66.67 0.00 0 0.00 33.33 58.33
3 18 11 1 0 3 3 4 61.11 5.56 0 16.67 16.67 22.22
4 24 12 0 0 2 6 3 50.00 0.00 0 8.33 25.00 12.50
5 30 22 0 0 3 5 5 73.33 0.00 0 10.00 16.67 16.67
6 36 28 0 0 2 4 5 77.78 0.00 0 5.56 11.11 13.89
7 42 23 1 0 6 3 7 54.76 2.38 0 14.29 7.14 16.67
8 48 34 1 0 4 4 4 70.83 2.08 0 8.33 8.33 8.33
9 54 27 0 0 8 9 2 50.00 0.00 0 14.81 16.67 3.70
10 60 29 0 0 8 3 3 48.33 0.00 0 13.33 5.00 5.00
11 66 28 0 0 6 5 0 42.42 0.00 0 9.09 7.58 0.00
12 72 28 0 0 19 3 5 38.89 0.00 0 26.39 4.17 6.94
13 78 35 0 0 9 2 2 44.87 0.00 0 11.54 2.56 2.56
14 84 28 0 0 6 1 2 33.33 0.00 0 7.14 1.19 2.38
15 90 13 0 0 12 2 4 14.44 0.00 0 13.33 2.22 4.44
16 96 19 0 0 13 3 4 19.79 0.00 0 13.54 3.13 4.17
17 102 12 0 0 3 0 4 11.76 0.00 0 2.94 0.00 3.92
18 108 15 0 0 4 0 3 13.89 0.00 0 3.70 0.00 2.78
19 114 1 0 0 2 0 1 0.88 0.00 0 1.75 0.00 0.88
20 120 2 0 0 1 0 0 1.67 0.00 0 0.83 0.00 0.00
21 126 0 0 0 2 0 0 0.00 0.00 0 1.59 0.00 0.00
Tabel 8 Proporsi penyakit pada model Random Moderate

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 6 1 1 0 0 6 100.00 16.67 16.67 0.00 0.00 100.00
2 12 12 1 0 0 0 11 100.00 8.33 0.00 0.00 0.00 91.67
3 18 18 0 0 0 1 14 100.00 0.00 0.00 0.00 5.55 77.78
4 24 24 1 0 0 2 14 100.00 4.17 0.00 0.00 8.33 58.33
5 30 30 1 0 0 0 14 100.00 3.33 0.00 0.00 0.00 46.67
6 36 36 0 0 0 0 14 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 38.89
7 42 41 0 0 0 0 15 97.62 0.00 0.00 0.00 0.00 35.71
8 48 42 0 0 0 0 12 87.50 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00
9 54 42 0 0 0 0 12 77.78 0.00 0.00 0.00 0.00 22.22
10 60 43 0 0 0 0 6 71.67 0.00 0.00 0.00 0.00 10.00
11 66 42 0 0 0 0 3 63.64 0.00 0.00 0.00 0.00 4.54
12 72 28 0 0 0 0 3 38.89 0.00 0.00 0.00 0.00 4.17
13 78 19 0 0 0 0 3 24.35 0.00 0.00 0.00 0.00 3.85
14 84 14 0 0 0 0 2 16.67 0.00 0.00 0.00 0.00 2.38
15 90 14 0 0 0 0 0 15.55 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 96 9 0 0 0 0 0 9.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
17 102 4 0 0 0 0 0 3.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
18 108 1 0 0 0 0 0 0.93 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
19 114 1 0 0 0 0 0 0.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel 9 Proporsi penyakit pada model Random Steep

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 6 5 0 0 1 6 100.00 83.33 0.00 0.00 16.67 100.00
2 12 12 4 0 1 0 11 100.00 33.33 0.00 8.33 0.00 91.67
3 18 18 6 0 3 0 13 100.00 33.33 0.00 16.67 0.00 72.22
4 24 24 2 0 1 0 14 100.00 8.33 0.00 4.17 0.00 58.33
5 30 30 3 0 3 0 19 100.00 10.00 0.00 10.00 0.00 63.33
6 36 36 1 0 1 0 17 100.00 2.78 0.00 2.78 0.00 47.22
7 42 39 0 0 0 0 10 92.86 0.00 0.00 0.00 0.00 23.81
8 48 39 0 0 0 0 5 81.25 0.00 0.00 0.00 0.00 10.42
9 54 29 0 0 0 0 3 53.70 0.00 0.00 0.00 0.00 5.56
10 60 15 0 0 0 0 0 25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
11 66 12 0 0 0 0 0 18.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
12 72 4 0 0 0 0 0 5.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13 78 3 0 0 0 0 1 3.85 0.00 0.00 0.00 0.00 1.28
Tabel 10 Proporsi penyakit pada model Prevailing Shallow

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 4 2 0 3 1 6 66.67 33.33 0.00 50.00 16.67 100.00
2 12 8 0 0 5 1 10 66.67 0.00 0.00 41.67 8.33 83.33
3 18 15 2 0 5 4 13 83.33 11.11 0.00 27.78 22.22 72.22
4 24 18 2 0 3 0 9 75.00 8.33 0.00 12.50 0.00 37.50
5 30 22 0 0 2 2 10 73.33 0.00 0.00 6.67 6.67 33.33
6 36 23 0 0 9 2 12 63.89 0.00 0.00 25.00 5.56 33.33
7 42 23 0 0 3 4 19 54.76 0.00 0.00 7.14 9.52 45.24
8 48 32 0 0 9 3 10 66.67 0.00 0.00 18.75 6.25 20.83
9 54 32 0 0 6 1 19 59.26 0.00 0.00 11.11 1.85 35.19
10 60 33 0 0 2 1 9 55.00 0.00 0.00 3.33 1.67 15.00
11 66 39 0 0 5 1 11 59.09 0.00 0.00 7.58 1.52 16.67
12 72 36 0 0 8 2 11 50.00 0.00 0.00 11.11 2.78 15.28
13 78 36 0 0 8 6 13 46.15 0.00 0.00 10.26 7.69 16.67
14 84 27 0 0 2 1 9 32.14 0.00 0.00 2.38 1.19 10.71
15 90 17 0 0 1 0 1 18.89 0.00 0.00 1.11 0.00 1.11
16 96 9 0 0 0 2 4 9.38 0.00 0.00 0.00 2.08 4.17
17 102 7 0 0 0 2 3 6.86 0.00 0.00 0.00 1.96 2.94
18 108 2 0 0 0 0 1 1.85 0.00 0.00 0.00 0.00 0.93
19 114 5 0 0 0 0 0 4.46 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
20 120 1 0 0 0 0 2 0.85 0.00 0.00 0.00 0.00 1.69
21 126 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
22 132 2 0 0 0 0 0 1.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel 11 Proporsi penyakit pada model Prevailing Moderate

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 6 2 0 3 1 5 100.00 33.33 0.00 50.00 16.67 83.33
2 12 12 1 0 7 1 10 100.00 8.33 0.00 58.33 8.33 83.33
3 18 18 2 0 12 2 10 100.00 11.11 0.00 66.67 11.11 55.56
4 24 23 1 0 7 2 9 95.83 4.17 0.00 29.17 8.33 37.50
5 30 27 6 1 11 1 10 90.00 20.00 3.33 36.67 3.33 33.33
6 36 26 1 0 9 0 9 72.22 2.78 0.00 25.00 0.00 25.00
7 42 25 2 0 11 0 11 59.52 4.76 0.00 26.19 0.00 26.19
8 48 26 0 0 3 0 11 54.17 0.00 0.00 6.25 0.00 22.92
9 54 30 4 0 7 0 13 55.56 7.41 0.00 12.96 0.00 24.07
10 60 31 1 0 3 0 13 51.67 1.67 0.00 5.00 0.00 21.67
11 66 34 0 0 4 0 10 51.52 0.00 0.00 6.06 0.00 15.15
12 72 34 0 0 3 0 12 47.22 0.00 0.00 4.17 0.00 16.67
13 78 35 3 0 3 0 7 44.87 3.85 0.00 3.85 0.00 8.97
14 84 35 0 0 1 0 3 41.67 0.00 0.00 1.19 0.00 3.57
15 90 33 1 0 1 0 3 36.67 1.11 0.00 1.11 0.00 3.33
16 96 31 0 0 0 0 3 32.29 0.00 0.00 0.00 0.00 3.13
17 102 25 2 0 0 0 2 24.51 1.96 0.00 0.00 0.00 1.96
18 108 10 0 0 0 0 0 9.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
19 114 10 0 0 0 0 1 8.77 0.00 0.00 0.00 0.00 0.88
20 120 5 0 0 0 0 0 4.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
21 126 3 0 0 0 0 0 2.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel 12 Proporsi penyakit pada model Prevailing Steep

Jumlah Jumlah tanaman sakit pada jarak ke-i (n) Proporsi tanaman sakit pada jarak ke-i pada masing-
Unit jarak pada masing-masing pola pertanaman masing pola pertanaman (n/N) x 100%
tanaman pada
dari fokus
jarak ke-i (N) Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix Mono 1:1 1:2 2:1 2:2 Mix
1 6 6 4 1 3 4 6 100.00 66.67 16.67 50.00 66.67 100.00
2 12 12 1 0 2 3 9 100.00 8.33 0.00 16.67 25.00 75.00
3 18 17 1 0 6 4 11 94.44 5.56 0.00 33.33 22.22 61.11
4 24 19 1 0 6 5 11 79.17 4.17 0.00 25.00 20.83 45.83
5 30 23 1 0 1 3 9 76.67 3.33 0.00 3.33 10.00 30.00
6 36 21 0 0 4 1 14 58.33 0.00 0.00 11.11 2.78 38.89
7 42 24 0 0 6 1 15 57.14 0.00 0.00 14.29 2.38 35.71
8 48 22 0 0 2 0 9 45.83 0.00 0.00 4.17 0.00 18.75
9 54 21 0 0 3 0 8 38.89 0.00 0.00 5.56 0.00 14.81
10 60 13 0 0 1 0 3 21.67 0.00 0.00 1.67 0.00 5.00
11 66 12 0 0 4 0 2 18.18 0.00 0.00 6.06 0.00 3.03
12 72 9 0 1 4 0 0 12.50 0.00 1.39 5.56 0.00 0.00
13 78 7 0 0 4 0 0 8.97 0.00 0.00 5.13 0.00 0.00
14 84 4 0 0 1 0 0 4.76 0.00 0.00 1.19 0.00 0.00
15 90 1 0 0 4 0 0 1.11 0.00 0.00 4.44 0.00 0.00
16 96 1 0 0 8 0 0 1.04 0.00 0.00 8.33 0.00 0.00
17 102 0 0 0 2 0 0 0.00 0.00 0.00 1.96 0.00 0.00
18 108 0 0 0 1 0 0 0.00 0.00 0.00 0.93 0.00 0.00
19 114 0 0 0 1 0 0 0.00 0.00 0.00 0.88 0.00 0.00
20 120 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
21 126 0 0 0 1 0 0 0.00 0.00 0.00 0.79 0.00 0.00
Jarak Penyebaran Inokulum
Tabel 13 Jarak penyebaran inokulum untuk model Random

Jarak terjauh generasi ke-i dari unit fokus


Pola
Frekuensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pertanaman
Hitam Ungu Biru tua Kuning Hijau Biru muda Oranye Pink Merah Coklat
Monoline 0 3 7 9 16 17 19 20 20 0
Multiline 1:1 0 1 3 7 0 0 0 0 0 0
Multiline 1:2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SHALLOW
Multiline 2:1 0 12 12 18 16 17 19 21 21 20
Multiline 2:2 0 1 4 7 10 13 14 15 16 16
Mixture 0 1 6 6 10 13 17 17 18 19
Monoline 0 3 4 7 11 15 16 17 18 20
Multiline 1:1 0 5 4 2 0 0 0 0 0 0
Multiline 1:2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
MODERATE
Multiline 2:1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Multiline 2:2 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0
Mixture 0 2 3 6 7 11 11 10 13 14
Monoline 0 1 2 3 4 6 7 11 12 13
Multiline 1:1 0 1 2 2 5 4 0 1 3 0
Multiline 1:2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
STEEP
Multiline 2:1 0 2 3 5 3 3 4 2 4 5
Multiline 2:2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Mixture 0 2 2 4 7 8 9 9 8 13
Tabel 14 Jarak penyebaran inokulum untuk model Prevailing

Jarak terjauh generasi ke-i dari unit fokus


Pola
Frekuensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pertanaman
Hitam Ungu Biru tua Kuning Hijau Biru muda Oranye Pink Merah Coklat
Monoline 0 4 6 9 12 17 19 20 19 22
Multiline 1:1 0 1 1 3 4 4 3 0 0 0
Multiline 1:2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SHALLOW
Multiline 2:1 0 1 4 4 11 8 13 15 13 14
Multiline 2:2 0 7 10 11 13 13 16 13 13 17
Mixture 0 1 3 11 11 14 15 17 14 21
Monoline 0 1 6 15 19 18 20 21 20 21
Multiline 1:1 0 1 3 5 9 13 13 15 17 17
Multiline 1:2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
MODERATE
Multiline 2:1 0 5 3 8 8 9 9 12 14 15
Multiline 2:2 0 1 2 4 5 4 0 0 0 0
Mixture 0 1 2 4 6 12 12 16 17 19
Monoline 0 1 2 3 5 8 12 12 13 16
Multiline 1:1 0 1 2 2 5 4 0 1 3 0
Multiline 1:2 0 4 6 9 12 17 19 20 19 22
STEEP
Multiline 2:1 0 1 1 3 4 4 3 0 0 0
Multiline 2:2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mixture 0 1 4 4 11 8 13 15 13 14
Pembahasan
Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh nyata terhadap kehilangan hasil bawang merah yaitu kehilangan hasil
pada pertanaman sebelumnya, serta penggunaan pupuk N dan K (Tabel 1).
Kehilangan hasil pada pertanaman bawang merah sangat dipengaruhi oleh
kehilangan hasil pada periode tanam sebelumnya akibat penyakit moler. Pada
pengamatan data kehilangan hasil lebih dari 10% pada pertanaman sebelumnya
sangat berpengaruh nyata terhadap kehilangan hasil bawang merah saat ini.
Kehilangan hasil pada pertanaman sebelumnya akibat penyakit moler yang
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cepae (Foc)
mengindikasikan bahwa ketika dilakukan penanaman kembali bawang merah di
lokasi yang sama, kemungkinan besar tanah tempat pertanaman telah terinvestasi
oleh cendawan patogen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil pada periode
tanam selanjutnya.

Pembahasan (5-6 halaman)


A) Uraikan manfaat mempelajari SPRINTROT dan mengapa simulasi
ini cocoknya untuk menilai epidemi pada tipe penyakit polisiklik saja?
B) Deskripsikan secara umum bagaimana pola penyebaran penyakit
pada tipe shallow, moderate, dan steep
C) Penyakit tanaman dapat menyebar ke tanaman lain dengan bantuan
berbagai media seperti angin, air, benih, serangga vektor, kontak akar,
tanah, sisa tanaman sakit, dll. Silakan Anda cermati hasil
SPRINTROT Anda dan tentukanlah: tipe shallow, moderate, dan steep
paling sesuai dengan penyebaran patogen melalui media apa? Dan
sebutkan minimal 3 contoh penyakit yang menyebar lewat media
tersebut.
D) Meskipun dapat menyebar dalam luasan yang sama, waktu yang
dibutuhkan untuk penyebaran pada prevailing jauh lebih lambat
dibandingkan penyebaran pada random. Tentukan 1 contoh penyakit
yang menyebar secara prevailing dan jelaskan mengapa dapat terjadi
perlambatan penyebaran penyakit tersebut di alam.
E) Cermatilah hasil SPRINTROT Anda dan bandingkan, penyakit
tanaman dapat menyebar dengan sangat cepat dan sangat lambat pada
pola pertanaman yang seperti apa dari masing-masing pola
penyebaran. Jawaban tidak harus sama per orang meski menggunakan
data yang sama.
Contoh:
Shallow: paling cepat monoline, paling lambat 1:2
Moderate: …
Steep: …
F) Berdasarkan poin E, alasannya mengapa penyakit dapat menyebar
sangat cepat dan sangat lambat pada pola pertanaman tertentu? Dan
berikan rekomendasi pola pertanaman terbaik untuk dapat menekan
epidemi? Dan apakah rekomendasi itu memungkinkan untuk
diterapkan?
G) Cermati Tabel dan Grafik proporsi penyakit pada ketiga pola
penyebaran, bagaimana sebaran penyakit dibandingkan dengan posisi
inokulum awal? Apa yang dapat dilakukan untuk menekan sebaran
penyakit tersebut?
H) Anda menemukan bahwa inokulum dapat menyebar sangat jauh
dari sumber inokulum. Tetapi juga ada fenomena bahwa tanaman
yang sama dapat terinfeksi lebih dari 1x pada generasi patogen yang
sama atau generasi berikutnya. Jelaskan kondisi yang sesuai dengan
fenomena ini di lapangan dan berikan saran pengendaliannya.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis Chi-Square dapat dilihat terdapat beberapa


hubungan atau keterkaitan yang nyata antar variabel yang digunakan terhadap
kehilangan hasil bawang merah, diantaranya kehilangan hasil pada musim tanam
sebelumnya, serta pemupukan K dan pemupukan N. Sebanyak 15 variabel lainnya
tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap kehilangan hasil bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. Amsterdam (NL): Elsevier


Academic Press.
Cramer CS. 2000. Breeding and genetics of Fusarium basal rot resistance in
onion. Euphytica. 115:159–166.
Esfahani MN. Genetic and virulence variation in Fusarium oxysporum f. sp. cepae
causing root and basal rot of common onion in Iran. J Phytopathol. 1–9.
DOI: 10.1111/jph.12720.
Irfan M. 2013. Respon bawang merah (Allium ascalonicum L) terhadap zat
pengatur tumbuh dan unsur hara. Jurnal Agroteknologi. 3(2): 35-40.
Kranz J. 1974. Epidemics of Plant Diseases. Mathematical Analysis and
Modelling. Berlin Heidelberg (DE): Springer-Verlag.
Mishra RK, Jaiswal RK, Kumar D, Sabale PR, Singh A. 2014. Management of
mayor diseases and insect pest of onion and garlic: A comprehenship
review. J. Plant Breed of Crops Sci. 6(11): 160-170.
Nirwanto H. 2007. Pengantar Epidemi dan Manajemen Penyakit Tanaman.
Surabaya (ID): UPN Veteran.
Van der Plank JE. 1963. Plant Disease: Epidemics and Control. New York (US):
Academic Press.
Wiyatiningsih S. 2003. Kajian asosiasi Phytophthora sp. dan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler pada bawang merah.
Mapeta. 5: 1-6.
Zadocks JC, Schein RD. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management.
London (GB): Oxford University Press.
LAMPIRAN
Random Shallow
Random Moderate
Random Steep
Prevailing Shallow
Prevailing Moderate
Prevailing Steep

Anda mungkin juga menyukai