Makalah Nanosuspensi PDF
Makalah Nanosuspensi PDF
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Nanoteknologi mempunyai peran penting dalam program penemuan obat dan
sistem penghantaran obat. Nanosuspensi sebagai bagian dari nanoteknologi dapat
diberikan dengan berbagai rute pemberian obat seperti intravena, oral, parenteral, okular,
topikal dan pulmonar. Bioavailabilitas obat oral yang rendah dapat disebabkan oleh
rendahnya kelarutan, permeabilitas dan stabilitas obat dalam saluran pencernaan.
Penurunan ukuran partikel pada sediaan nanosuspensi memecahkan masalah
bioavailabilitas rendah yang disebabkan oleh rendahnya kelarutan, permeabilitas dan
stabilitas obat (Arunkumar, et al., 2009).
Sediaan nanopartikel merupakan terobosan untuk mengoptimalisasi sistem
penghantaran obat. Dengan pengolahan obat ke skala nano, maka obat-obat yang sukar
larut akan lebih bioavailable dan lebih aman. Penurunan ukuran partikel dalam rentang
sub-mikron menunjukan peningkatan yang signifikan pada laju dissolusi sehingga
bioavailabilitas obat juga meningkat. Selain perbaikan kelarutan, obat-obatan yang
berbasis nanoteknologi memiliki kelebihan dibandingkan obat-obatan lainnya.
Nanosuspensi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan disolusi obat yang
mempunyai kelarutan rendah dalam air. Nanosuspensi mengandung dispersi koloid
submikron dari partikel aktif obat dalam fase cair yang distabilkan oleh surfaktan
(Chingunpituk, 2007). Teknologi ini telah membantu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan penghantaran obat yang sulit larut dalam air dan obat yang sulit larut
dalam air dan lipid. Untuk saat ini, teknologi ini masih merupakan teknologi yang terbaik
karena teknologi ini sederhana dan mempunyai keuntungan yang lebih jika dibandingkan
dengan teknologi lain.
1
cair dimana diameter dari partikel tersuspensi ukurannya lebih kecil dari 1µm yang
distabilkan oleh surfaktan. Dalam 10 tahun terakhir ini telah dikembangkan pendekatan
lain untuk meningkatkan kelarutan dan kecepatan pelarutan senyawa aktif farmasi, yaitu
dengan mereduksi ukuran partikel senyawa aktif farmasi sampai ke ukuran yang ada
dalam rentang nanometer atau submikron. Penurunan ukuran partikel tersebut berarti
peningkatan luas permukaan, peningkatan kecepatan pelarutan dan dapat pula
meningkatkan kelarutan senyawa aktif farmasi tersebut dalam air. Beberapa senyawa
aktif farmasi dapat ditingkatkan bioavailabilitasnya setelah mereduksi ukuran partikelnya
menjadi ukuran nanometer. Danazol yang merupakan senyawa aktif dengan sifat
kelarutan yang sangat rendah dapat ditingkatkan bioavailibilitasnya menjadi 85% setelah
pemberian nanopartikel danazol secara oral kepada anjing percobaan (Mauludin, et al.,
2010).
2
Mengatur stabilitas fisik. Zeta potensial juga merupakan cara pengukuran tidak
langsung dari ketebalan lapisan difusi sehingga bisa digunakan untuk memprediksi
stabilitas jangka panjang.
3. Morfologi kristal
Partikel terdispersi dapat mengalami perubahan struktur kristal, menjadi bentuk amorf
atau bentuk polimorf karena adanya homogenisasi bertekanan tinggi. Adanya
peningkatan pada jumlah fraksi obat bentuk amorf akan menginduksi solubilitas
saturasi yang lebih tinggi.
4. Kecepatan disolusi dan Solubilitas saturasi
Solubilitas saturasi adalah jumlah partikel senyawa yang terlarut di dalam larutan
sampai larutan tersebut jenuh. Reduksi ukuran akan mengakibatkan peningkatan pada
tekanan disolusi. Peningkatan pada solubilitas akan terjadi pada reduksi ukuran
partikel yang reletif kecil karena adanya perubahan pada tegangan permukaan yang
akan meningkatkan solubilitas saturasi.
4
2.5.1. Bottom up technology
A. Precipitation Method
a. High-pressure Homogenization
Teknik ini terdiri dari 3 langkah. Langkah pertama adalah serbuk obat
didispersikan ke dalam larutan penstabil menjadi bentuk presuspension. Setelah itu
larutan presuspensi ini dihomogenkan dengan homogenizer bertekanan rendah lalu
dihomogenkan kembali dengan homogenizer bertekanan tinggi selama 10 sampai 20
siklus sampai diperoleh nanosuspensi dengan ukuran yang diinginkan.
Teknologi ini dikembangkan oleh Muller pada tahun 1999. Instrumen ini dapat
dioperasikan pada tekanan yang bervariasi 100 sampai 1500 bar (2800 sampai 21 300
psi) dan hingga 2000 bar dengan kapasitas volume 40 ml (untuk skala laboratorium).
Untuk persiapan nanosuspensi, penting untuk menyiapkan larutan presuspensi dari obat
di dalam larutan surfaktan dengan menggunakan pengadukan kecepatan tinggi (high-
speed stirrer). Menurut Hukum Bernoulli, volume aliran dari cairan di dalam suatu
sistem tertutup harus konstan. Terjadinya penurunan ukuran partikel merupakan akibat
5
dari adanya peningkatan tekanan. Terjadi peningkatan tekanan dinamis dan penurunan
tekanan statis di bawah titik didih air pada suhu kamar. Oleh karena itu, air mulai
mendidih pada suhu kamar dan membentuk gelembung-gelembung udara. Gelembung
udara hilang saat suspensi meninggalkan celah dan tekanan kembali normal. Tumbukan
partikel pada kecepatan tinggi menyebabkan obat pecah. Banyaknya siklus homogenisasi
tergantung pada kekerasan obat dan ukuran partikel yang diinginkan. Ukuran nanokristal
obat yang terbentuk terutama tergantung pada beberapa faktor seperti suhu, jumlah siklus
homogenisasi, dan kepadatan daya homogenizer dan tekanan homogenisasi. Berbagai
nanosuspensi dari obat seperti Amfoterisin B, Ordinon, Thiomerasol, fenofibrate,
Melarsoprol, Buparvaquone, Prednisolone, Carbamazepine, Omeprazole dan
Deksametason dipersiapkan menggunakan metode ini.
6
Nanoedge merupakan kombinasi dari teknik mikropresipitasi dan homogenisasi
bertekanan tinggi. Teknik ini memiliki keuntungan untuk mendapatkan ukuran partikel
yang lebih kecil dan stabilitas yang lebih besar dalam waktu singkat. Dalam teknik ini
suspensi diendapkan selanjutnya dihomogenkan untuk mendapatkan ukuran partikel yang
lebih kecil dan untuk menghindari pertumbuhan kristal. Pengendapan dilakukan dalam
air menggunakan pelarut yang tidak bercampur dengan air, seperti metanol, etanol, dan
isopropanol. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pelarut melalui proses
penguapan diikuti dengan proses homogenisasi bertekanan tinggi.
4. Nanojet technology
Teknologi nanojet disebut juga dengan teknologi berlawanan arus. Pada teknik
ini, suatu suspensi dilewatkan pada dua atau lebih arus yang berlawanan arah dengan
tekanan tinggi lalu dibuat menjadi koloid, akibat dari adanya gaya geser yang tinggi
selama proses yang menghasilkan penurunan ukuran partikel.
b. Milling methods
1. Media milling
Pada metode ini nanosuspensi dibuat dengan menggunakan media penggiling
media dengan geseran tinggi (high-shear media mills) atau pearl mills. Media penggiling
terdiri atas bejana penggiling, batang penggiling dan bejana resirkulasi. Media penggiling
dibingkai oleh kaca, zirkonium oksida atau polistiren resin dengan cross-linked tinggi.
Bejana penggiling diisi oleh media penggiling, air, obat dan penstabil, kemudian media
penggiling media diputar dengan kecepatan geser yang tinggi.
Proses penggilingan dilakukan pada temperatur yang dikontrol. Energi dan gaya geser
yang tinggi dihasilkan akibat tumbukan media penggiling dengan obat yang menyediakan
energi untuk memecahkan obat mikropartikel menjadi partikel ukuran nano. Profil
distribusi yang tidak beragam dan diameter rata-rata kurang dari 200 dan membutuhkan
waktu 30 sampai 60 menit. Prosedur media penggilingan dapat memproses kristal obat
dengan ukuran mikro dan non-mikro dengan baik.
Pengaruh impaksi antara media penggilingan dan obat-obatan memberikan energi
penting untuk proses disintegrasi sistem mikropartikulat menjadi nanopartikel. Dalam
7
proses ini milling chamber berisi obat, stabilizer, dan air atau buffer yang cocok, yang
diputar pada laju geser yang sangat tinggi untuk menghasilkan suspensi. Residu yang
tertinggal dalam produk menjadi masalah utama dari metode ini.
2. Dry cogrinding
Nanosuspensi dapat dibuat dengan metode dry milling. Pembentukan
nanosuspensi yang stabil dari obat yang sukar larut dengan polimer larut dan kopolimer
setelah didispersikan di dalam medium cair. Pembentukan partikel koloid dari beberapa
obat yang sukar larut dalam air seperti nifedipin, griseofulvin, dan glibenklamid dengan
menggunakan sodium dodecyl sulfate dan polyvinylpyrrolidone sebagai stabilisator.
9
e. Supercritical Fluid Method
Pelarut organik yang biasanya digunakan pada pembuatan dengan metode
konvensional seperti ekstraksi-evaporasi, difusi pelarut dan pemisahan fase organik
berbahaya untuk lingkungan dan sistem fisiologik tubuh. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada metode konvensional, teknologi cairan superkritik telah diperiksa untuk
pembuatan mikro dan nanoparikel yang dapat dibiodegradasi, karena cairan superkritik
ramah lingkungan. Teknik yang paling umum menggunakan cairan superkritik adalah
antipelarut superkritik (supercritical anti-solvent/SAS), presipitasi dengan proses
antipelarut terkompresi (presipitation with compressed anti-solvent process/PCS) dan
ekspansi cepat dari larutan superkritik (rapid expansion of supercritical solution /RSS).
Proses SAS menggunakan pelarut cair seperti metanol yang bercampur sempurna dengan
cairan superkritik (CO2 superkritik) yang digunakan untuk melarutkan zat yang akan
dibuat ukuran mikro pada kondisi proses, karena zat tidak larut pada cairan superkritik,
ekstrak pelarut cair oleh cairan superkritik membuat presipitasi dengan sendirinya dari
zat, sehingga menghasilkan pembentukan nanopartikel. Nanosuspensi griseofulvin dibuat
dengan metode SAS.RESS berbeda dengan SAS dalam zat yang akan dilarutkan dalam
cairan superkritik (seperti metanol superkritik) kemudian larutan secara cepat diekspansi
melalui nozzle kecil kedalam daerah tekanan rendah, sehingga kekuatan pelarut cairan
superkritik menurun drastis dan zat kemudian berpresipitasi. Metode ini digunakan untuk
produksi polimer nanopartikel. Obat dalam larutan diatomisasi ke dalam bejana yang di
dalamnya terdapat CO2 terkompresi dalam metode PCA. Larutan akan sangat terjenuhkan
saat pelarut dipindahkan sehingga terpresipitasi sebagai kristal sangat kecil (fine crystal).
1. Evaluasi In Vitro
a. Ukuran Partikel dan Distribusi Ukuran
Ukuran partikel dan distribusi ukuran menentukan sifat fisikokimia dari suatu
formulasi, seperti kelarutan, kecepatan disolusi, stabilitas fisik, dll. Distribusi ukuran
10
partikel dapat ditentukan dengan Spektroskopi Korelasi Foton (PCS), Difraksi Laser
(LD), dan Coulter Counter Multisizer. Metode PCS dapat mengukur partikel dengan
rentang ukuran 3 nm - 3 μm sedangkan metode LD dapat mengukur partikel dengan
rentang ukuran 0,05 - 80 μm. Coulter Counter Multisizer memberikan ukuran absolut
dari partikel, berbeda dengan PCS dan LD, yang hanya memberikan ukuran distribusi
relatif. Untuk penggunaan IV, partikel harus kurang dari 5 μm karena ukuran terkecil
pembuluh darah adalah 5 - 6 μm sehingga jika ukuran lebih besar dari rentang tersebut
dapat menghambat aliran darah dan membentuk emboli.
1. Spektroskopi Korelasi Foton (PCS)
Spektroskopi korelasi foton (PCS) dapat digunakan untuk penentuan rata-rata diameter
partikel nanosuspensi secara cepat dan akurat. Selain itu, PCS dapat digunakan untuk
menentukan lebar distribusi ukuran partikel (Polydispersity Index, PI). PI merupakan
parameter penting yang mengatur stabilitas fisik nanosuspensi. PI nanosuspensi harus
serendah mungkin untuk stabilitas jangka panjang dari nanosuspensi. Jika nilai PI
berkisar 0,1 - 0,25 berarti distribusi ukuran cukup sempit sedangkan jika nilai PI lebih
besar dari 0,5 berarti distribusi sangat luas.
11
dengan volume partikel. Hasil dari tegangan yang dihasilkan akan dianalisis lalu
dihitung. Instrumen ini sangat berguna untuk menentukan distribusi ukuran partikel dari
partikel hidrofobik seperti steroid dan beberapa antibiotik. Akan tetapi coulter counter
ini tidak bisa digunakan untuk menentukan stabilitas fisik dan sifat dari partikel yang
teragregasi.
6. Uji Kestabilan
12
Stabilitas formulasi nanosuspensi dievaluasi dengan menentukan perubahan
ukuran partikel pada penyimpangan 2-8 ᶿC. Setiap perubahan diamati menggunakan
Malyern Guru Sizer 2000 pada interval waktu tertentu. Uji kestabilan ini dapat diuji
dengan menggunakan uji sebagai berikut :
a. Cylindrical graduate
Cyliindrical graduate (100-1000 ml) sangat berguna untuk menentukan stabilitas
fisik dari suspensi secara sederhana dan murah. Sebagai contoh dapat digunakan untuk
menentukan laju pengendapan dari suspensi terflokulasi dan non-flokulasi dengan
membuat pengukuran periodok dari tinggi endapan tanpa mengganggu sistem. Tingstad
mengindikasikan bahwa suspensi yang terflokulasi yang menempati 90% dari total tinggi
sediaan suspensi dan tidak lebih dari 90 % adalah sediaan yang memuaskan.seperti
halnya standar untuk membuat suspensi parenteral dimana sistem dengan sedimentasi 30-
60% dari total suspensi sering tidak diharapkan karena diupayakan sistem nanosuspensi
koloidal pada sediaan parenteral.
Volumetric cylindrical graduate juga digunakan untuk menentukan harga F atau
rasio flokulasi, sebuah nilai yang digambarkan oleh Hainse dan Martin serta Hiestand.
Harga F adalah rasio volume asal sediaaan suspensi pada waktu tertentu, digunakan untuk
mengukur derajat relatif flokulasi dan stabilitas fisik dari susupensi. Kehati-hatian harus
diterapkan dalam penggunaan alat Cylindrical graduate karena penurunan ukuran
diameter dari wadah kecil dapat mengahsilkan “wall effect” yang sering mempengaruhi
laju dan tinggi sedimentasi dari partikel terflokulasi akibat adanya gaya yang bekerja
antara dinding container yang inert pada alat dengan partikel tersuspensi yang dapat
mengganggu kejadian flokulasi yang sebenarnya.
13
berguna untuk suspensi dengan viskositas yang tinggi yang mengembangkan shear stress
yang cocok untuk pengukuran. Instrumen ini juga sangat baik untuk karakterisasi sistem
yang terflokulasi
c. Aging Test
Memposisikan sediaan suspensi pada uji temperatur siklik yaitu pengulangan
kondisi dingin dan hangat atau dipaparkan pada temperatur tinggi (>40 ᶿC) dalam
penyimpanan waktu singkatuntuk menguji stabilitas fisik yang dipertimbangkan. Nilai
atau hasil dari prosedur aging test ini dapat menimbulkan pertanyaan hasil karena
pemaparan suspensi dalam penyimpanan pada suhu tinggi menyebabkan sejumlah bahan
obat menjadi larutan secara signifikan dan pendinginan menyebabkan sejumlah besar
obat dalam bentuk terlarut kembali menjadi partikel solid. Banyak suspensi yang
mengandung surfaktan dan koloid pelindung untuk mencegah pertumbuhan partikel atau
kristal. Terbentuknya kristal pada saat pengujian mungkin dapat dibatasi. Kegunaan dari
aging test mempunyai suatu manfaat. Jika suspensiyang diberikan dapat tahan terhadap
suhu ekstrim, berarti dapat diasumsikan bahwa sediaan tersebut mempunyai stabilitas
fisik yang baikselamampenyimpanan jangka panjang pada temperatur ruang, yang berarti
selama pengujian tidak terbentuk kristal suspensi yang tidak larut. Jika dalam pengujian
terbentuk kristal suspensi yang tidak larut dengan mudah berarti sediaan suspensi tersebut
tidak stabil secar fisik dan penyimpanan.
14
mg-h/l untuk tablet anaprox. Pemberian secara oral inhibritor gonadotropin, Danazol,
memiliki bioavailabilitas absolut sebesar 82,3% dibandingkan dispersi konvensional
(Dancrine) yang memiliki bioavailabilitas 5,2%.
f. Mukoadhesi Nanopartikel
Nanopartikel yang diberikan secara oral dapat berdifusi dalam media cairan dan
secara cepat memasuki permukaan mukosa. Nanopartikel dapat meningkatkan waktu
kontak dengan saluran cerna karena ukuran partikelnya yang kecil. Untuk lebih
meningkatkan waktu kontak, nanosuspensi dapat diformulasikan dengan hidrogel yang
tersusun atas polimer mukoadhesif seperti beberapa jenis karbopol atau kitosan.
Perlekatan nanopartikel pada mukosatidak hanya meningkatkan bioavailabilitas, tetapi
juga menargetkan pada parasit yang terdapat pada saluran cerna.
g. Sediaan Topikal
Obat nanopartikel dapat digunakan untuk sediaan krim dan salep yang tidak
mengandung air sebab nanopartikel dapat meningkatkan kelarutan jenuh serta
mingkatkan difusi obat ke dalam kulit
16
2.8 Kemasan
Pada sediaan farmasi kemasan merupakan hal penting untuk melindungi kelengkapan
suatu produk. Penentuan kemasan dimulai dengan penentuan sifat fisika dan kimia
produk, keperluan melindungi, dan tuntutan pemasaran. Bahan yang terpilih sebagai
kemasan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Kemasan primer
Kemasan primer merupakan kemasan yang secara langsung membungkus sediaan dan
berpengaruh langsung terhadap kestabilan obat.
Contoh : botol, via, ampul, pot
a. Kemasan sekunder
Kemasan sekunder merupakan kemasan yang melindungi produk yang telah dikemas
dalam sediaan primer. Kemasan ini secara tidak langsung mempengaruhi kestabilan obat.
Contoh : kotak karton
b. Kemasan tersier
Kemasan tersier merupakan kemasan yang digunakan untuk distribusi sediaan dalam
skala besar.
Contoh : kotak kardus
Sediaan nanosuspensi dikemas dalam wadah bermulut lebar dan memiliki celah udara
dibawah cairan untuk mempermudah pengocokan dan penuangan. Kebanyakan sediaan
suspensi disimpan dalam wadah yang tertutup rapat untuk melindungi dari pembekuan
serta panas dan cahaya yang berlebihan. Sebab apabila dibekukan maka akan sukar untuk
didispersikan kembali dan apabila terpapar cahaya yang berlebihan dapat menyebabkan
degradasi produk. Sebelum digunakan penting bahwa suspensi harus dikocok dengan
baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi partikel padat yang merata dalam
pembawa dengan dosis yang tepat dan seragam. Selain itu sediaan nanosuspensi
17
umumnya dikemas dalam botol dan disesuaikan dengan viskositasnya. Hal tersebut
mempengaruhi kemudahan dalam penggunaan nanosuspensi.
a. Kaca
Kaca merupakan bahan yang umumnya digunakan dalam kemasan sediaan farmasi
karena kelebihan-kelebihan tertentu. Kelebihan yang dimiliki oleh kaca sebagai kemasan
sediaan farmasi antara lain:
Ekonomis
Tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk
Inert, impermeabel
Kuat dan rapat
Kualitas tidak menurun oleh waktu
Sistem penutupan yang baik
Dapat dipakai kembali
Adapun beberapa kekurangan dalam penggunaan kaca sebagai kemasan antara lain:
Mudah pecah
Berat
Kemasan yang terbuat dari kaca umumnya terdapat dalam berbagai warna, antara lain
cokelat (amber), biru, hijau zamrud, dan bening. Kaca yang berwarna merah atau cokelat
efektif dalam melindungi sediaan farmasi seperti nanosuspensi dari cahaya dengan
screening paparan sinar ultraviolet. Kemasan kaca untuk nanosuspensi umumnya
digunakan untuk sediaan oral.
a. Plastik
Bahan lain yang digunakan untuk sediaan nanosuspensi yang lain yaitu plastik. Plastik
memiliki beberapa keuntungan antara lain:
Mudah dibentuk
Ringan
Tidak mudah pecah
Tingkat keamanan yang tinggi
Mudah terbakar
Umumnya tersusun atas polimer-polimer yang rentan untuk melepaskan monomer
yang berbahaya
Tidak ramah lingkungan
Plastik untuk kemasan produk farmasi dibuat dari polimer seperti polietilen, polipropilen,
polivinil klorida, polietilentereftalat.
Polietilen
Polietilen memiliki kerapatan tinggi dan banyak digunakan untuk wadah dalam
industri farmasi. Bahan ini merupakan penghalang yang baik terhadap lembap,
namun relatif buruk terhadap oksigen dan gas lainnya. Kebanyakan pelarut tidak
merusak polietilen dan tidak dipengaruhi oleh asam dan alkali kuat.
Penggunaannya untuk bentuk sediaan oral kering yang tidak akan direkonstitusi
menjadi bentuk larutan.
Polipropilen
19
Polipropilen tidak retak karena tekanan dalam keadaan apapun dan tahan terhadap
hampir semua jenis bahan kimia, termasuk asam kuat, alkali kuat, kebanyakan
bahan organik, namun tidak tahan terhadap pelarut beraroma tajam dan
mengandung halogen karena dapat melunakan polipropilen. Digunakan untuk
pengemasan sediaan padat yang kering atau sediaan cair oral.
Polivinil klorida
Polivinil klorida (PVC) memiliki resistensi yang baik terhadap oksigen dan
memiliki kekakuan yang lebih besar. Polivinil klorida penghalang yang baik
terhadap minyak, alkohol yang mudah dan tidak mudah menguap, pearut
hidrokarbon, serta bau dan rasa namun memiliki resistensi yang buruk terhadap
benturan.
Polietilenftalat
Polietilenftalat (PET) memiiki resistensi yang baik terhadap benturan dan
penghalang gas serta aroma yang baik. Digunakan untuk kosmetik dan cairan
pencuci mulut.
Kemasan yang terbuat dari plastik untuk sediaan nanosuspensi umumnya
digunakan untuk sediaan optalmik berupa botol plastik untuk tetes mata. Penggunaan
plastik untuk sediaan nanosuspensi optalmik menguntungkan sebab plastik bersifat
ringan sehingga mudah dalam pengaplikasiannya serta tidak mudah pecah.
Selain kemasan, perlu diperhatikan pula penutup kemasan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan tutup kemasan antara lain:
Kompatibilitas
Penampilan
Segelnya terjamin
Ekonomis
Setiap kemasan obat harus disetujui terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Peraturan
Federal Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa wadah, penutup, dan komponen
lain dari kemasan harus sesuai pemakaian, tidak boleh beraksi, aditif atau mengabsorbsi
sedemikian jauh hingga mempengaruhi identitas, kekuatan, mutu, atau kemurnian obat.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu label pada kemasan adalah label. Label memuat
informasi yang penting mengenai sediaan obat. Label atau penandaan untuk sediaan obat
20
ini diatur oleh Permenkes No.1010 tahun 2008 yaitu “Penandaan adalah keterangan
yang lengkap mengenai khasiat, keamanan, cara penggunaannya serta informasi lain
yang dianggap perlu yang dicantumkan pada etiket, brosur dan kemasan primer dan
sekunder yang disertakan pada obat.” Aspek penting yang harus dicantumkan pada label
dan penandaan kemasan, yaitu:
1. Nama Dagang
2. Nama Generik
3. Bentuk Sediaan
4. Tanda Khusus Obat (Lingkar biru, hijau, merah)
5. Komposisi
6. Indikasi
7. Kontraindikasi
8. Efek Samping
9. Interaksi Obat
10. Cara Kerja Obat
11. Aturan Pakai
12. Peringatan
13. Nomor Batch
14. Nomor Registrasi
15. Nama dan Alamat Industri Farmasi
16. Tanggal Produksi dan Kadaluarsa
21
Kotak No 2 menggolongkan golongan obat
N : Golongan obat narkotik
P : Golongan obat Psikotropika
T : Golongan obat Bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
K : Golongan obat keras
Kotak nomor 3 membedakan jenis produksi
I : Obat jadi Impor
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
X : Obat jadi untuk keperluan khusus
Kotak nomor 4 dan 5 membedakan periode pendaftaran obat jadi
72 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada priode 1972-1974, dan
seterusnya.
Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.
Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-
masing pabrik.
Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam sediaan yang ada
yaitu :
Kode beberapa bentuk sediaan diatur sebagai berikut :
01 : Kapsul 04 : Kaplet 08 : Kapsul drage
09 : Kaplet salut selaput 10 : Tablet 11 : Tablet effervescent
12 : Tablet hisap 15 : Tablet salut enterik 16 : Tablet drage
17 : Tablet salut selaput 18 : Tablet vagina 25 : Serbuk tabur
27 : Salep mata 28 : Salep kulit 29 : Krim
30 : Salep biasa 32 : Emulsi 33 : Suspensi
34 : Elixir 35 : Potio 36 : Obat tetes
37 : Sirup 38 : Sirup kering 41 : Lotio
42 : Cairan steril 43 : Injeksi 44 : Serbuk injeksi
46 : Tetes mata 47 : Tetes hidung 48 : Tetes telinga
49 : Infus 51 : Plester 62 : Inhaler
22
Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui
Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan
bentuk sediaan obat jadi.
“1” : Menunjukkan kemasan yang pertama
“2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” : Menunjukkan beda kemasan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nanosuspensi merupakan teknologi terbaru dalam pembuatan sediaan farmasi
suspensi. Inovasi dari teknologi ini adalah dengan memperkecil ukuran partikel
terdispersi. Dengan mengecilnya ukuran partikel terdispersi, akan membantu
23
memecahkan masalah dimana obat sulit larut dalam larutan dan bioavailabilitas tidak
baik. Teknologi juga ini telah membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
penghantaran obat yang sulit larut dalam air dan obat yang sulit larut dalam air dan lipid.
Formulasi pada nanosuspensi kurang lebih sama dengan suspensi yaitu zat aktif (bahan
terdisper), eksipien utama (pensuspensi), dan eksipien pendukung. Pada metide
pembuatannya, terdapat dua metode pembuatan nanosuspensi yaitu teknologi bawah ke
atas (bottom up technology) dan teknologi atas ke bawah (top down technology). Pada
metode bottom up technology, obat dilarutkan pada suatu pelarut (solvent), yang
kemudian ditambahkan pada non-solvent yang akan menyebabkan presipitasi partikel
obat yang sangat kecil (fine).
Keuntungan metode ini adalah penggunaan peralatan yang sederhana dan hemat
biaya, juga kelarutan jenuh yang lebih tinggi daripada metode pembuatan lain. Akan
tetapi metode ini tidak dapat digunakan untuk obat yang sukar larut pada media air dan
non-air. Top down technology meliputi penggilingan media (media milling),
homogenisasi tekanan tinggi (high pressure homogenization), metode difusi emulsi, dan
metode cairan superkritik (supercritical fluid). Metode-metode ini lebih disukai
dibanding metode presipitasi.
Evaluasi nanosuspensi dilakukan sebagaimana evaluasi suspensi seperti
penampilan, bau warna, penetapan kadar, cemaran, dll. Selain parameter tersebut
nanosuspensi harus dievaluasi ukuran partikel, potensial zeta, bentuk kristal, disolusi dan
studi in vivo.
1. Evaluasi In-Vitro
i. Ukuran partikel dan distribusi ukuran
ii. Muatan partikel (Zeta Potential)
iii. Kecepatan disolusi dan kelarutan
iv. Kondisi dan bentuk kristal
2. Evaluasi In-Vivo
3. Evaluasi nanosuspensi untuk permukaan yang sudah dimodifikasi
i. Hidrofilisitas permukaan
ii. Sifat adhesi
iii. Interaksi dengan protein tubuh
Sediaan obat yang telah diproduksi memiliki masa waktu yang terbatas dan tidak
dapat disimpan lama. Penggunaan kemasan yang tidak tepat dapat mendegradasi tablet
24
dan akan mengurangi masa waktu sediaan obat. Sebaliknya penggunaan kemasan yang
tepat dapat memperpanjang masa waktu sediaan obat.
Beberapa aplikasi teknologi sediaan nanosuspensi diantaranya unruk
penghantaran obat secara oral, parenteral, pulmonar, okular, target drug delivery,
mukoadesif nanopartikel dan sediaan topical.
Dalam sediaan suspensi, perlu ditambahkan label khusus berupa: “Kocok
Dahulu”, “Jangan dimasukan ke dalam lemari pembeku”, “Lindungi dari cahaya
matahari”, dan lainnya.
Untuk penyimpanan sediaan obat yang telah jadi, sebaiknya disimpan pada
tempat yang sejuk, tetapi jangan dibekukan, cukup pada suhu 20-25 oC, hindari terkena
sinar matahari langsung (meskipun obatnya tidak sensitif terhadap UV).
3.2 Saran
Nanopartikel merupakan sebuah teknologi baru dalam pembuatan sediaan
suspensi. Teknologi ini sangat berguna dalam membantu membuat sediaan bagi senyawa-
senyawa atau zat aktif obat yang sukar larut. Sebaiknya teknologi ini dipelajari secara
mendalam dan dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kegunaannya dapat
dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C., Allen, Loyd V., Popovich, Nicholas G. 1999. Pharmaceutical Dosage
Form and Drug Delivery Systems. USA: Lippincott Williams and Wilkins
Aulton, Michael E. 1988. The Sciensce of Dosage Form Design. London:Churchill
Livingstone
Bernhard HL, Muller BRH. Lab-scale Production Unit Design for Nanosuspensions of
Sparingly Soluble Cytotoxic Drugs, Pharm Sci Tech Today, 1999; 2(8): 336–339.
Christianawati, Ester et al. 2012. Types of Packaging Materials in Pharmaceutical Products.
Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
D, Joshita. Buku Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. 2009. Depok : Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
25
Kumar, Giddam Ahwini.,Lakshmi, Prasanna. 2010. Nano-Suspension Technology: A Review.
India: International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science.
Lachman, Leon; Lieberman, Herbert A.; Kanig, Joseph L. 1976. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy Second Edition.Philadelphia: Lea &Febiger
Laura Bond, Stephanie Allen, Martyn C Davies, Clive Roberts, Arif P Shivji, Saul JB
Tendler, Phillip M Williams, Jianxin Zhang. Differential Scanning Calorimetry
and Scanning Thermal Microscopy Analysis of Pharmaceutical Materials.
Int.J.Pharm., 2002;243:71–82.
Lieberman, Herbert A., Rieger, Martin M., Banker, Gilbert S. 1988. Pharmaceutical Dosage
Forms : Disperse Systems, Volume 1, 1st Edition. New York : Marcel Dekker.
Muller BW, Muller RH. Particle Size Analysis of Latex Suspensions and Microemulsions by
Photon Correlation Specroscopy, J.Pharm.Sci., 1984; 73: 915-918.
Muller RH, Jacobs C, Kayser O. Nanosuspensions as Particulate Drug Formulations in
Therapy Rationale for Development and What We Can Expect for the Future. Ad.
Drug Del.Rev., 2001;47:3-19.
R.H.Muller, B.H.L.Bohm and .J.Grau. Nanosuspensions : a formulation approach for poorly
soluble and poorly bioavailable drugs. In D.Wise (Ed) Handbook of
pharmaceutical controlled release technology.2000; 345-357.
Sigfridsson, Kalle et al. 2011. A Formulation Comparasion between Micro- and
Nanosuspensions: The Importance of Particle Size for Absorption of a Model
Compoind, Following Repeated Oral Administration to Rats During Early
Development. In Drug Development and Indusrial Pharmacy, 2011,37(2): 185-
192. USA: Informa Healthcare USA Inc.
26