Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No.

1, Juni 2015

ASPEK HUKUM ASURANSI ANTARA


PIHAK TERTANGGUNG DENGAN PIHAK PENANGGUNG
BERDASARKAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH SESUAI
UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014
TENTANG PERASURANSIAN

Oleh
R. Hari Purwanto

ABSTRAK

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan baik oleh perorangan maupun dunia usaha di
Indonesia. Dalam dunia usaha asuransi terdapat prinsip utmost good faith, yaitu setiap tertanggung
berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan
obyek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi. Salah satu bentuk pelanggaran
terhadap prinsip utmost good faith, adalah menyembunyikan fakta tentang kesehatan diri atau kondisi
pelaksanaan aktivitas usaha pariwisata yang dilakukan tertanggung dengan cara menyampaikan informasi
secara tidak jujur. Sehingga Mengapa asuransi di bidang pariwisata sering meninggalkan prinsip Utmost
Good Faith dan Bagaimana perlindungan hukum pihak tertanggung pada asuransi pariwisata dalam
perjanjian asuransi yang diwakilkan biro parwisata. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan
pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual approach). Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian. Hasil dalam penelitian ini adalah Perjanjian asuransi didasari adanya prinsip utmost
good faith, Keberadaan asuransi di bidang pariwisata diketahui sering meninggalkan prinsip Utmost Good
Faith, hal ini dikarenakan para wisatawan dalam menyampaikan informasi dan fakta kondisi kesehatan
pribadi seringkali keliru, disembunyikan atau disengaja pada saat pengisian formulir aplikasi permintaan
asuransi jiwa, hal ini termasuk sebagai bentuk perbuatan itikad tidak baik tertanggung. Serta Perlindungan
hukum bagi pihak tertanggung dalam asuransi pariwisata yang dalam perjanjian di wakilkan kepada biro
parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, yang
mana pihak tertanggung yakni wisatawan telah sepakat untuk diikutsertakan dalam program asuransi
selama mengikuti kegiatan program pariwisata dengan perusahaan pelaksana sebagai agen perjalanan,
sehingga wisatawan mendapat perlindungan atau asuransi oleh penanggung atau perusahaan asuransi yang
bekerjasama dengan perusahaan pelaksana sebagai agen perjalanan.

Kata Kunci : Hukum, Asuransi, Utmost Good Faith Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Parasuransian.

A. PENDAHULUAN pariwisata itu dapat memberikan pengaruh yang


luas dan membawa perubahan yang luas pula
1.1 Latar Belakang terhadap segi sosial, budaya, lingkungan hidup
terutama dari segi ekonomi masyarakat itu
Pada saat ini, terdapat suatu kecenderungan sendiri.Pengertian dari aspek waktu dari
untuk melihat pariwisata sebagai suatu aktifitas pariwisata yang lebih menekankan pada aspek
yang wajar dan merupakan suatu permintaan waktu perjalanan dikemukakan oleh Yoeti
yang wajar untuk dipenuhi. Pariwisata tidak (2008) bahwa pariwisata/tour adalah perjalanan
hanya dilihat sebagai suatu segi dari gejala di yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat
mana sejak zaman purbakala manusia yang lainnya dengan suatu maksud tertentu,
mempunyai keinginan untuk mengadakan tetapi selalu mengaitkan perjalanan nya itu
perjalanan , tetapi justru menyatukan pengertian dengan tujuan untuk bersenang-senang (for
pariwisata dengan gejala tersebut.Pariwisata plesure) dan perjalanan nya itu dilakukan lebih
bukan saja ditujukan untuk memberikan dari 24 jam.Di lain segi keberadaan sektor
kesenangan kepada wisatawan, akan tetapi pariwisata juga terdapat risiko dalam

33
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

pelaksanaannya dimana dalam pelaksanaannya perkembangan Ilmu hukum maupun untuk


banyak terdapat risiko yang akan ditanggung mendukung penelitian-penelitian selanjutnya.
oleh pihak perusahaan pengelola / pelaksana b, Secara Praktis, hasil penelitian ini
pariwisata dalam hal ini adalah agen atau biro diharapkan sebagai kontribusi yang dapat
perjalanan wisata. Guna memperkecil risiko berguna sebagai bahan pertimbangan, masukan
yang terjadi dalam menjalankan aktivitas dan rumusan pemikiran bagi pelaku pemerintah
usahanya maka sebuah perusahaan biro wisata dan pelaku ekonomi di dunia pariwisata
juga mengantisipasi dengan bekerjasama dengan khususnya dari segi hukum asuransi dalam
perusahaan asuransi, diharapkan perusahaan menentukan strategi serta arah kebijakan dalam
asuransi mampu melakukan seleksi risiko melaksanakan pengembangan usaha sektor
(underwriting) terhadap obyek yang ditawarkan pariwisata.
oleh calon tertanggung. Keberhasilan
underwriting dalam sebuah lembaga asuransi B. Tinjauan Pustaka
jiwa ditentukan oleh banyak hal, baik dari calon
tertanggung atau dari pihak asuransi sendiri.
1. Pengertian Asuransi
1.2 Rumusan Masalah
Hukum Asuransi mengenal bermacam-macam
a, Mengapa asuransi di bidang pariwisata sering istilah. Ada yang mempergunakan istilah hukum
meninggalkan prinsip Utmost Good Faith ? Pertanggungan, hukum Asuransi. Dalam bahasa
b, Bagaimana perlindungan hukum pihak Belanda disebut Verzekering Recht, dan dalam
tertanggung pada asuransi pariwisata dalam istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law.
perjanjian asuransi yang diwakilkan biro Sedangkan dalam praktek sejak zaman hindia
parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang belanda sampai sekarang banyak dipakai orang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian ? istilah Asuransi.
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term)
1.3 Tujuhan Penelitian yang dipakai dalam perundang-undangan dan
perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian
a, Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip berasal dari kata “asuransi” yang berarti
asuransi Utmost Good Faith dalam dunia pertanggungan atau perlindungan atas suatu
pariwisata. objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan
b, Untuk mengetahui perlindungan hukum pihak kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi
tertanggung pada asuransi pariwisata dalam imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum
perjanjian asuransi yang diwakilkan biro “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang
parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang berkenaan dengan asuransi.
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2
(dua) jenis, yaitu : a. Usaha di bidang
1.4 Manfaat Penelitian kegiatan asuransi disebut usaha asuransi
(insurance business). Perusahaan yang
a, Secara Akademis, hasil penelitian ini menjalankan usaha asuransi disebut perusahaan
diharapkan dapat berguna sebagai salah satu asuransi (insurance company). b. Usaha di
temuan yang dapat menunjang baik untuk bidang kegiatan penunjang usaha asuransi
pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang disebut usaha penunjang usaha asuransi disebut
hukum. Memberikan sumbangan dan perusahaan penunjang asuransi (complementary
menambah wawasan dan pengetahuan penulis insurance).
di bidang asuransi dalam dunia kepariwisataan Terdapat beberapa batasan dan perbedaan dari
sehingga dapat mengembangkan inovasi dan pengertian asuransi dari para ahli. hal ini
kreativitas dalam usaha-usaha pengembangan disebabkan dari sudut pandang mana para ahli
kepariwisataan khususnya, dan menjadi bahan yang mendefenisikan asuransi itu. Dari sudut
informasi yang dapat memberikan gambaran pandang yuridis, Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro
tentang asuransi di dunia pariwisata di mendefenisikan asuransi atau verzekering
Indonesia yang berguna bagi masyarakat pada sebagai suatu pertanggungan yang melibatkan
umumnya. Serta diharapkan dapat menjadi dua pihak, satu pihak sanggup menanggung atau
sebuah masukan khususnya terhadap menjamin, dan pihak lain akan mendapat

34
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin Dari pengertian asuransi di atas, dapat
akan dideritanya sebagai akibat dari suatu disimpulkan bahwa Pengertian Asuransi adalah
peristiwa, yang semula belum tentu akan terjadi suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat
atau semula belum dapat ditentukan saat akan pada sistem perekonomian, dengan cara
terjadinya. Menurut Muhammad Muslehuddin menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena
dalam bukunya Insurance and Islamic Law risiko yang sama atau terkena risiko yang
mengadopsi pengertian asuransi dari hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar
Encyclopedia Britanica sebagai suatu persediaan agar probabilitas kerugiannya dapat diprediksi
yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dan bila kerugian yang diprediksikan terjadi,
tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian maka akan dibagi secara proposional kepada
yang tidak jelas diramalkan, sehingga bila semua pihak dalam gabungan itu.
kerugian tersebut menimpa salah seorang di Menurut Purwosutjipto, yang dimaksud
antara mereka, maka beban kerugian tersebut pertanggungan jiwa adalah : Perjanjian timbal
akan disebarkan ke seluruh kelompok. balik antara penutup (pengambil) asuransi
Dalam pandangan Abbas Salim, asuransi dengan penanggung dimana penutup asuransi
dipahami sebagai suatu kemauan untuk mengikatkan diri selama jalannya
menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) pertanggungan memberi uang premi kepada
yang sudah pasti sebagai (substansi) kerugian- penanggung, sedangkan penanggung sebagai
kerugian yang belum pasti. akibat langsung dari meninggalnya orang yang
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya
bahwa dalam asuransi terdapat 4 (empat) unsur suatu jangka waktu yang diperjanjikan
yang harus ada, yaitu : a) Perjanjian yang mengikatkan diri untuk membayar sejumlah
mendasari terbentuknya perikatan antara dua uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh
pihak (tertanggung dan penanggung) yang penutup asuransi sebagai penikmatnya.
sekaligus terjadinya hubungan keperdataan; b) Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Premi berupa sejumlah uang yang sanggup Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
dibayarkan oleh tertanggung kepada Perasuransian menyatakan bahwa : “Asuransi
penanggung; c) Adanya ganti kerugian dari atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
penaggung kepada tertanggung jika terjadi klain pihak atau lebih, dengan mana pihak
atau masa perjanjian selesai; d) Adanya suatu penanggung mengikatkan diri kepada
peristiwa (envenemen/accident) yang belum tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
tentu terjadi, yang disebabkan karena adanya untuk memberikan penggantian kepada
suatu risiko yang mungkin dating atau tidak tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
dialami. kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
2014 Tentang Perasuransian, mengemukakan yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, untuk pembayaran yang didasarkan atas
yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh meninggal atau hidupnya seseorang yang
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk; “a) dipertanggungkan.”
Memberikan penggantian kepada tertanggung Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
atau pemegang polis karena kerugian, asuransi adalah suatu perjanjian dimana
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan penanggung menerima premi dan mengikatkan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada dirinya terhadap tertanggung untuk menanggung
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung kerugian karena kehilangan atau ketiadaan
atau pemegang polis karena terjadinya suatu keuntungan yang mungkin timbul karena
peristiwa yang tidak pasti; atau b) Memberikan peristiwa yang tidak pasti.
pembayaran yang didasarkan pada Menurut ketentuan Pasal 31 Undang-Undang
meninggalnya tertanggung atau pembayaran Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian,
yang didasarkan pada hidupnya tertanggung mengemukakan bahwa:“(1) Agen Asuransi,
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan Pialang asuransi, Pialang Reasuransi, dan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan Perusahaan Perasuransian wajib menerapkan
dana. “ segenap keahlian, perhatian, dan kecermatan

35
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

dalam melayani atau bertransaksi dengan tidak langsung oleh Warga Negara Indonesia
Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.” (WNI). Untuk perusahaan perasuransian
Sebuah perjanjian harus dilandasi oleh itikad patungan, pihak asing harus merupakan
baik para pihak yang mengadakan perjanjian, perusahaan induk yang salah satu anak
khususnya di dalam dunia bisnis asuransi. perusahaannya bergerak di bidang usaha
Keberadaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun perasuransian yang sejenis. "Selain itu diatur
2014 Tentang Perasuransian yang diterbitkan juga bahwa Warga Negara Asing (WNA) dapat
pada sekitar bulan Oktober 2014, dibandingkan menjadi pemilik dari perusahaan perasuransian
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 patungan melalui transaksi di bursa efek".
tentang Usaha Perasuransian terdapat sejumlah Keempat, berkaitan dengan likuidasi. Dalam
perbedaan antara Undang-Undang Perasuransian Undang-Undang yang lama, tidak diatur tindak
dengan Undang-Undang Usaha Perasuransian lanjut dari pencabutan izin usaha perusahaan
yang lahir 22 tahun silam. Perbedaan tersebut asuransi dan reasuransi. Sedangkan di Undang-
meliputi : Pertama, berkaitan dengan konsultan Undang yang baru diatur, bahwa paling lama 30
aktuaria. Pada Undang-Undang yang lama, hari sejak tanggal dicabutnya izin usaha,
usaha konsultan aktuaria merupakan salah satu perusahaan asuransi dan reasuransi yang dicabut
bidang usaha perasuransian yang izin usahanya izinnya wajib menyelenggarakan Rapat Umum
diberikan oleh menteri, sedangkan di Undang- Pemegang Saham (RUPS) untuk memutuskan
Undang yang baru, konsultan aktuaria tidak lagi pembubaran badan hukum perusahaan yang
merupakan usaha perasuransian, tetapi bersangkutan dan membentuk tim likuidasi.
merupakan salah satu profesi penyedia jasa bagi
perusahaan perasuransian. Konsultan aktuaria 1. METODE PENELITIAN
harus terdaftar di otoritas jasa keuangan (OJK).
Perbedaan lainnya berkaitan dengan bentuk Dalam metode penelitian ini penulis
badan hukum. menggunakan pendekatan undang-undang
Ke dua pada Undang-Undang yang lama, bentuk (statute approach), pendekatan kasus (case
badan hukum usaha perasuransian adalah approach), dan pendekatan konseptual
perusahaan perseroan (Persero), koperasi, (conceptual approach). Pendekatan undang-
Perseroan Terbatas (PT) dan usaha bersama undang (statute approach) dilakukan dengan
(mutual). Sedangkan di Undang-Undang yang menelaah semua undang-undang dan peraturan
baru, bentuk badan hukum usaha perasuransian yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini
adalah perseroan terbatas, koperasi dan usaha serta isu hukum yang sedang ditangani.
bersama. Menurut Firdaus, bagi pihak yang Pendekatan kasus (case approach) pendekatan
ingin membentuk usaha bersama baru akan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada
didorong untuk menjadi koperasi. kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum
Ketiga, terkait kepemilikan perusahaan yang dihadapi serta memperoleh putusan
perasuransian. Pada Undang-Undang yang lama, pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
untuk perusahaan perasuransian yang didirikan Pendekatan konseptual (conceptual approach)
oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/ atau pendekatan ini berawal dari pandangan-
badan hukum Indonesia, tidak diatur pandangan dan doktrin yang berkembang di
kepemilikan dari badan hukum Indonesia yang dalam ilmu hukum, pandangan/doktrin akan
menjadi pendiri perusahaan perasuransian. memperjelas ide-ide dengan memberikan
Untuk perusahaan perasuransian patungan, juga pengertian-pengertian hukum, konsep hukum,
tidak diatur kriteria perusahaan asing yang maupun asan hukum yang relavan dengan
menjadi induk dari perusahaan perasuransian permasalahan.
patungan tersebut. Selain itu juga tidak diatur
kepemilikan warga negara asing yang menjadi 2. HASIL PENELITIAN DAN
pemilik dari perusahaan asuransi patungan PEMBAHASAN
tersebut. Sedangkan pada Undang-Undang yang
baru, perusahaan perasuransian yang didirikan Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/atau tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ;
badan hukum Indonesia, badan hukum Indonesia dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan
yang menjadi pendiri peruaahaan perasuransian perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
tersebut harus dimiliki secara langsung atau sekelompok orang dengan mengunjungi tertentu

36
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, sebagai perusahaan penangung para wisatawan
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang berpihak sebagai tertanggung
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. menyangkut hak dan kewajiban tertanggung
Dan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan serta penanggung di lain pihak. Pada prinsip
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta utmost good faith tertanggung pada saat
layanan yang disediakan oleh masyarakat, melakukan mengajukan form aplikasi penutupan
pengusaha pemerintah dan pemerintah daerah. asuransi berkewajiban memberitahukan secara
Bahar dalam Yoeti menjelaskan definisi jelas dan teliti mengenai segala fakta penting
pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah yang berkaitan dengan dirinya atau obyek yang
suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk diasuransikan serta tidak berusaha dengan
sementara waktu, yang diselenggarakan dari sengaja untuk mengambil untung dari
suatu tempat ke tempat lain meninggalkan penanggung. Dengan kata lain tertanggung tidak
tempatnya semula, dengan suatu perencanaan menyembunyikan sesuatu yang dapat
dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau dikategorikan sebagai cacat tersembunyi atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, menutup-nutupi kelemahan dan kekurangan atas
tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan diri atau obyek yang dipertanggungkan,
pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi mengingat hal ini berkaitan erat dengan risiko,
keinginan yang beraneka ragam. penetapan pembayaran premi serta kewajiban
Di lain segi keberadaan sektor pariwisata juga penanggung jika terjadi kerugian yang diderita
terdapat risiko dalam pelaksanaannya dimana oleh tertanggung.
dalam pelaksanaannya banyak terdapat risiko Prinsip ini jika dicermati juga sesuai dengan
yang akan ditanggung oleh pihak perusahaan implementasi Pasal 1 ayat 22 yaitu Pemegang
pengelola atau pelaksana pariwisata dalam hal Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri
ini adalah agen atau biro perjalanan wisata. berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan
Guna memperkecil risiko yang terjadi dalam Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
menjalankan aktivitas usahanya maka sebuah perusahaan reasuransi, atau perusahaan
perusahaan biro wisata juga mengantisipasi reasuransi syariah untuk mendapatkan
dengan bekerjasama dengan perusahaan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi
asuransi, diharapkan perusahaan asuransi dirinya, tertanggung, atau peserta lain, serta ayat
mampu melakukan seleksi risiko (underwriting) 23 Tertanggung adalah Pihak yang menghadapi
terhadap keberadaan obyek yang ditawarkan risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian
oleh calon tertanggung. Asuransi atau perjanjian reasuransi.
Keberhasilan underwriting dalam sebuah Undang-undang tersebut juga sudah dijelaskan
lembaga asuransi jiwa ditentukan oleh banyak dalam Pasal 4 butir c Undang-Undang
hal, baik dari calon tertanggung atau dari pihak Perlindungan Konsumen ditegaskan bahwa hak
asuransi sendiri. Dimana secara umum dalam konsumen itu meliputi hak atas informasi yang
dunia pariwisata fokus utama yang menjadi benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
pertanggungan asuransi adalah pelaksanaan jaminan barang dan atau jasa. Jelaslah kiranya
perjalanan yang dilakukan oleh tertanggung bahwa lembaga asuransi sebagai penanggung
dengan perusahaan biro pariwisata sebagai juga terikat dengan prinsip ini, yaitu kewajiban
pelaksana pariwisata yang disepakati dan menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang
bilamana terjadi risiko kecelakaan maka biaya- dikecualikan secara jelas dan teliti.
biaya yang ditimbulkan akibat dari kecelakaan Pelanggaran Prinsip Utmost Good Faith
dalam perjalan pariwisata tersebut akan Terhadap Perjanjian Asuransi di Dunia
ditanggung oleh perusahaan asuransi dalam hal Pariwisata Dalam praktik bisnis asuransi risiko
ini adalah PT. Jasindo Cabang Surabaya. perjalan pariwisata ini, ketika tertanggung
Perusahaan biro pariwisata yang dikaji adalah membeli kupon asuransi dengan harga premi
PT. Swabina Gatra Travel dalam hal ini akan tertentu, yang mengetahui bahwa tertanggung
bergerak sebagai sebuah badan usaha yang ikut dalam pertanggungan asuransi ini hanya
melaksanakan aktivitas pariwisata dengan pihak asuransi dan pihak tertanggung sendiri.
pelanggan yakni wisatawan yang akan Polis/bukti keikutsertaan dalam asuransi tersebut
berkunjung ke obyek-obyek wisata, sehingga juga dibawa oleh penumpang/tertanggung dalam
untuk meminimalisir risiko akan dilakukan program wisata. Pihak asuransi hanya
kerjasama dengan PT. Jasindo Cabang Surabaya menyarankan agar tertanggung mengirimkan

37
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

sms pemberitahuan nomor polis kepada pihak dengan perusahaan pelaksana sebagai agen
keluarga sehingga nantinya keluarga bisa perjalanan .
mengajukan klaim jika terjadi kecelakaan yang Mengupayakan adanya Memorandum of
menyebabkan tertanggung meninggal atau luka- Understanding (MoU) yang lebih legal antara
luka. para pihak dan perusahaan pelaksana dan selalu
Di sini kemudian akan muncul kemungkinan diinformasikan kepada para wisatawan atau
pihak asuransi dapat saja menyalahgunakan koordinator wisatawan yang akan melakukan
keadaan dengan tidak melaksanakan tanggung kerjasama pariwisata dengan pihak PT. Swabina
jawabnya jika terjadi kecelakaan dengan tidak Gatra Travel sejak awal disepakati kontrak
membayarkan santunan/ganti kerugian atau program pariwisata yang disetujui pihak PT.
mungkin saja membayarkan tapi tidak sesuai Swabina Gatra Travel dengan customer.
dengan harga pertanggungan yang diperjanjikan, Guna memperjelas dan menekankan pada
karena berdasarkan ketentuan pasal 255 Ayat (1) prinsip utmost good faith maka perlu dilakukan
KUH Dagang dapat diketahui bahwa polis sosialisasi oleh penanggung dalam hal ini pihak
mempunyai arti yang besar bagi tertanggung, PT. Jasindo Cabang Surabaya melalui staff PT.
Tanpa polis, pembuktian oleh pihak ahli waris Swabina Gatra Travel kepada calon tertanggung
tertanggung akan menjadi sulit dan terbatas. peserta pariwisata (wisatawan) secara informatif
dan komunikatif, mengenai pentingnya
3. KESIMPULAN DAN SARAN penyampaian fakta atau informasi penting yang
dilakukan secara jujur terutama menyangkut
Keberadaan asuransi di bidang pariwisata kesehatan calon tertanggung yang diberikan
diketahui sering meninggalkan prinsip Utmost kepada penanggung. Penjelasan tersebut
Good Faith, hal ini dikarenakan para wisatawan terutama dikaitkan dengan adanya program
dalam menyampaikan informasi dan fakta asuransi yang dapat menjadi klaim asuransi
kondisi kesehatan pribadi seringkali keliru, akibat peristiwa yang dipertanggungkan terjadi,
disembunyikan atau disengaja pada saat sebelum perjanjian asuransi dibuat dan seblum
pengisian formulir aplikasi permintaan asuransi peserta wisata mengikuti program pariwisata
jiwa, hal ini termasuk sebagai bentuk perbuatan yang dikelola oleh PT. Swabina Gatra Travel.
itikad tidak baik tertanggung. Apabila dapat Untuk menghindari timbulnya sengketa akibat
dibuktikan oleh penanggung, bahwa terjadinya klaim asuransi, pengisian formulir aplikasi
klaim asuransi jiwa tersebut timbul sebagai permintaan asuransi jiwa sedapat mungkin
akibat adanya kesalahan secara sengaja dari dilakukan sendiri oleh calon tertanggung.
tertanggung atau wisatawan dalam memberikan Penanggung (melalui agen) dalam hal ini secara
informasi mengenai kesehatan tertanggung hukum berkewajiban untuk menyampaikan
kepada penanggung atau kemudian disebut mengenai risiko yang ditanggung dan fakta lain
dengan cacat (kesehatan) yang disembunyikan, yang harus diketahui oleh calon tertanggung
maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai serta memandu pengisian formulir aplikasi
pelanggaran prinsip utmost good faith dalam tersebut dengan jelas dan benar.
perjanjian asuransi, yang relevan dengan Pasal
31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian.
Perlindungan hukum bagi pihak tertanggung
dalam asuransi pariwisata yang dalam perjanjian
di wakilkan kepada biro parwisata berdasarkan
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian, yang mana pihak
tertanggung yakni wisatawan telah sepakat
untuk diikutsertakan dalam program asuransi
selama mengikuti kegiatan program pariwisata
dengan perusahaan pelaksana sebagai agen
perjalanan, sehingga wisatawan mendapat
perlindungan atau asuransi oleh penanggung
atau perusahaan asuransi yang bekerjasama

38
Jurnal Pro Hukum, Vol. IV, No. 1, Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1999, Hukum Asuransi Mukti Fajar Nurdewata, et.al., 2010, Penelitian
Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Abbas Salim, 2000, Asuransi dan Manajemen
Risiko. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhammad Muslehuddin. Insurance Law and
Islamic Law.(Terjemahan oleh Burhan
A.Djazuli dan Yadi Janwari, 2002, Lembaga- Wirasubrata).1999. Menggugat Asuransi
Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Modern: Mengajukan suatu Alternatif Baru
Pengenalan). Cetakan ke- 1. September Bab dalam Prespektif Hukum Islam. Cetakan ke-I.
IV. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lentera. Jakarta.
h.119-120.
R. Subekti, 1994, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT.
Abdul Muis, 2005, Hukum Asuransi dan Bentuk- Intermasa.
bentuk Perasuransian. Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Medan. Scott E. Harrington. Gregory R. Niehaus. 2003, Risk
Management and insurance. McGrawHill. 2nd
Emmet J. Vaughan dan Therese Vaughan, 2003, Edition.
Fundamentals of Risk and Insurance. John
Wiley & Sons. Inc. 9th Edition. Soetojo Prawirohamidjojo, Marthalena Pohan,
Hukum Perikatan, PT. Bina Ilmu, Surabaya
Herman Darmawi, 2009, Manajemen Asuransi,
Bumi Aksara, Jakarta. Sastrawidjaja, Suparman, 2003, Aspek-Aspek
Hukum Asuransi Dan Surat Berharga,
H.M.N Purwosutjipto, 1996, Pengertian Pokok Alumni, Bandung.
Hukum Dagang Indonesia, jilid 6, cet. 4.,
Jakarta: Djambatan. Yoeti, Oka A., 2008, Ekonomi Pariwisata.
Penerbit Gema Pertama, Jakarta.
Imam Musjab. 2010. Prinsip-Prinsip Asuransi.
Penerbit Ghalia. Jakarta Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) Kitab Undang-
John M. Echols dan Hassan Shadily, 1995, Undang Hukum Perdata (KUHP) Undang-
Kamus Inggris Indonesia. Cornell Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang
University/Gramedia. Edisi XXI. Januari. Kepariwisataan.

Man Suparman Sastrawidjaja, 2003, Aspek- Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Aspek Hukum Asuransi dan Surat Kepariwisataan.
Berharga. PT. Alumni. Bandung.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransia

39

Anda mungkin juga menyukai