Proses Komunikasi Dalam Perusahaan
Proses Komunikasi Dalam Perusahaan
Proses Komunikasi
Menurut Courtland L. Bovee dan John V.Thill ada lima tahapan dalam proses komunikasi, antara lain:
Sumber : Buku Komunikasi Bisnis, Oleh Djoko Purwanto, M.B.A, Penerbit Erlangga, cetakan
tahun 2006
2. Upward Communication
Upward Communication adalah komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan
kepada atasannya.
Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal Communication
Horizontal Communication adalah tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun
bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
Memperbaiki koordinasi tugas
Upaya pemecahan masalah
Saling berbagi informasi
Upaya pemecahan konflik
Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha
berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan
seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang
akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan
informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk
menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode).
Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun
melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu
alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap
muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis
ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP
(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun
hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
4. Langkah keempat , perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka
penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan
tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran
interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci
untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan
menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan
tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan
sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau
umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun
tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan
balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Sumber :
- http://ekopurnomo1990.blogspot.com/2010/01/pentingnya-komunikasi-yang-efektif-di.html
- Buku Paket Komunikasi Bisnis, Universitas Gunadarma.
Komunikasi Bisnis
Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang-orang yang
berkecimpung didalamnya (para pelaku bisnis) tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Oleh karena
itu bagi mereka komunikasi merupakan factor yang sangat penting demi pencapaian tujan suatu
organisasi.
Seorang Pimpinan suatu organisasi bisnis dapat memberikan perintah kerja atau tugas kepada
bawahannya baik secara lisan maupun tertulis ;
1. Penyampaian pesan bisnis yang disampaikan secara lisan, meliputi penyampaian pesan bisnis memalui :
- Telepon
- Interkom
- Rapat (meeting)
- Pengarahan atau briefing
2. Pesan-pesan bisnis secara tertulis, meliputi ;
- Laporan kerja - surat kontrak kerja sama
- Memo - surat tanggapan
- Surat tugas kerja - surat penolakan kerja
- Surat perjanjian kerja - proposal ekspansi usaha
- Surat pemesanan barang
- Surat pengaduan (complain letters)
- Surat edaran umum
- Surat pengumuman
Pembuatan pesan-pesan bisnis tersebut merupakan kegiatan yang rutin dilakukan dalam dunia bisnis.
b. Komunikasi bisnis
Adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk
komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal untuk mencapai tujuan tertentu.
b) Komunikasi nonverbal
bentuk komunikasi palin mendasar dalam dunia bisnis adalah komunikasi bisnis, menurut teori
antopologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan
tubuh. Bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini
adalah beberapa contoh perilaku komunikasi nonveral:
· Menggerakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan
· Mengerutkan dahi untuk menunjukkan sedang berfikir keras
· Gambar pria dan wanita yang dipasang di pintu masuk toilet untuk menunjukkan kamar sesuai dengan
jenis kelaminnya.
· Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pendek kata, dalam komunikasi nonverbalorang dapat mengambil suatu kesimpulan tenteng berbagai
macam perasaan orang, baik rasa senang, benci,cinta, rindu, maupun berbagai macam perasaan lainnya.
§ Tujuan komunikasi nonverbal (menurut Thil dan Bovee)
- Memberikan informasi,
- Mengatur alur suatu percakapan
- Mengekspresikan emosi
- Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal.
- Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.
- Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya memberi contoh cara mengayunkan tongkat golf yang
baik dan benar.
Proses Komunikasi
Sebagai suatu proses, komunikasi mempunyai persamaan dengan bagaimana seseorang
mengekspresikan perasaan, hal-hal yang berlawanan (kontradiktif) yang sama (selaras), serta meliputi
proses menulis, mendengarkan, dan mempertukarkan informasi.
Menurut Bovee dan Thill dalam buku Business communication today, be, proses komunikasi
terdiri dari enam tahap, yaitu:
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3. Pengirim menyampaikan pesan
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsirkan pesan
6. Penerima memberi tanggapandan mengirim umpan balik kepada pengirim
ke enam proses komunikasi tersebut, dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini
Tahap 1
Pengirim mempunyai gagasan
pengirim penerima
Tahap pertama: pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan, pengirim harus mempunyai ide atau gagasan pemikiran
tentang apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens.
Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang mungkin akan berbeda
dengan pemikiran orang lain. Bahkan dua orang yang memiliki pengalaman yang sama terhadap suatu hal
atau kejadian, akan memiliki kesan yang tidak serupa. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap
orang akan menyaring informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal
yang mereka anggap menarik atau penting.
Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak
relevan dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang dianggap baik, penting dan relevan. Dalam dunia
komunikasi , proses ini dikenal sebagai abstraksi (abstraction)
Tidak semua proses komunikasi itu dapat berjalan dengan lancar. Salah satu ketidaklancaran
proses komunikasi yang dilakukan adalah munculnya kesalahpahaman. Hal ini disebabkan oleh adanya
faktor-faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat
komunikasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama. Masalah tersebut adalah:
Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam memformulasikan suatu
pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya keragu-
raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens,
adanay pertentangan emosional, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.
Komunikasi dapat juaga terganggu karena munculnya masalah dalam mendapatkan pesan dari pengirim
ke penerima. Masalah dalam penyampaian pesan yang paling jelas adalah faktor fisik. Misalnya, pada
saat menggunakan sound system terdapat sambungan kabel yang kurang baik (antara tersambung dan
tidak, sehingga muncul suatu grak-grek), kualitas suara sound system yang kurang baik, lampu
penerangan tiba-tiba padam, audiens terhalang oleh pilar (tiang bangunan), dan tidasan surat yang tak
terbaca.
Jika anda sedang menyampaikan presentasi makalah atau kertas kerja, sebaiknya memilih tempat yang
memungkinkan audiens dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang disampaikan.
Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan
mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda. Bila dua buah pesan disampaikan melalui
saluran penghubung yang cukup panjang. Orang terakhir yang menerima pesan mungkin hanya dapat
menangkap sebagian kecil saja dari orang yang pertama atau bahkan pesan yang disampaikan bisa jadi
bertentangan dengan pesan aslinya.
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan
dengan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang teran, dan kondisi lain yang dapat
mengganggu konsentrasi penerima.
Dalam beberapa kasus, gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan
kesehatan si penerima pesan. Mislnya, pendengaran yang kurang baik, penglihatan yang mulai kabur atau
bahkan sakit kepala, juga dapat mengganggu penerima dalam menerima suatu pesan. Meskipun hal
tersebut tidak memblok (menghambat) jalur komunikasi secara total, tetapi dapat mengurangi konsentrasi
si penerima pesan. Barangkali gangguan yang paling umum terjadi adalah kurangnya konsentrasi selama
melakukan komunikasi.
hal-hal tersebut dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan.
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki pengalaman dan harapan yang serupa, maka
apa yang dia katakana secara otomatis cocok dengan kerangka berfikir dirinya. Bila seseorang
menghadapi orang yang memiliki latar belakang berbeda, apa yang dia katakana mungkin akan
ditafsirkan dari sudut pandang yang berbeda. Masalah dalam memahami pesan-pesan sebenarnya terletak
pada bahasa, yang menggunakan kata-kata sebagai simbol untuk menggambarkan suatu kenyataan.
Suatu hal yang cukup menarik bahwa seseorang mungkin bereaksi secara berbeda terhadap kata yang
sama pada keadaan yang berbeda. Suatu pesan yang jelas dan dapat diterima di suatu kondisi, namun
dalam situasi yang berbeda suatu kata dapat membingungkan. Hal ini tergantung pada hubungan
emosional antara penerima dan pengirim pesan.
- Persepsi,
Komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan disampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Bila prediksinya tepat, audiens akan membaca dan menerima tanggapannya dengan
benar. Audien sebagai penerima pesan, lalu akan mengantisipasi reaksi mereka, dengan tetap melakukan
penyesuaian untuk menghindari kesalahpahaan dalam komunikasi yang dilakukan.
- Ketepatan,
Secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berpikir. Agar komunikasi yang dilakukan mencapai
sasaran, maka seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam kerangka
berpikir mereka. Apabila hal itu diabaikan, maka yang muncul adalah miscommunications.
- Kredibilitas,
Komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bahwa para audiensnya adalah orang-orang yang dapat
dipercaya. Demikian juga sebaliknya, komunikator harus mempunyai suatu keyakinan akan inti pesan dan
maksud yang ingin mereka sampaikan.
- Pengendalian,
Audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi mereka
dapat membuat komunikator tertawa, menangis, bertindak, mengubah pikiran, atau lemah lembut. Hal ini
ditentukan oleh intensitas reaksi yang dilontarkan audiens terhadap apa yang disampaikan oleh
komunikator. Sebaliknya, reaksi audiens tergantung pada berhasil atau tidaknya komunikator
mengendalikan audiensnya saat melakukan komunikasi.
- Keharmonisan,
Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang baik dengan
audiens, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannay. Seorang komunikator yang
baik juga akan menghormati dan berhasil memberi kesan yang baik kepada audiensnya.
Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan memperhatikan tiga
hal sebagai berikut:
Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah memperhatikan maksud dan
tujuan berkomunikasi dan audiens yang dituju. Katakan apa yang dikehendaki audiens, gunakan bahasa
yang jelas, dan mudah dipahami, tidak bertele-tele, jelaskan poin yang penting, dan jangan lupa tekankan
dan telaah ulang poin-poin yang penting.
Melalui pemilihan saluran komunikasi yang hati-hati, komunikator dapat membuat audiensnya lebih
mudh memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral)
akan efektif bila lokasi atau tempat penyampaian pesan memiliki kondisi yang teratur, rapi dan nyaman,
ruangan yang sejuk, dan sebagainya.
Agar pemberian umpan balik tersebut memberikan suatu manfaat yang cukup berarti, cara dan waktu
penyampaiannya harus direncanakan dengan baik. Kalau komunikator menghendaki umpan balik yang
cepat, dapat dipilih sarana komunikasi yang cepat, misalnya melalui tatap muka atau melalui telepon.
Tetapi, bila mpan balik yang cepat terlalu dipentingkan, sarana tulisan (surat) dapat menjadi alternatif
yang baik untuk menyampaikan pesan.
Kesimpulan
Komunikasi dalam dunia bisnis merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan bagi
pencapaian tujuan suatu organisasi. Tetapi, seringkali orang mengabaikan arti pentingnya komunikasi
dalam dunia bisnis. Saluran komunikasi formal adalah saluran apa yang mengalir dalam rantai komando
atau tanggungjawab tugas yang didefinisikan oleh organisasi.
Secara garis besar, ada dua bentuk komunikasi yang paling mendasar, yaitu komunikasi verbal dan
nonverbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan baik melalui tulisan maupun
lisan, misalnya dalam bentuk surat, laporan, memo, rapat kerja, dan sejenisnya. Sedangkan komunikasi
nonverbal merupakan komuniksi yang digunakan tidak lewat tulisan maupun lisan, seperti menggunakan
bahasa isyarat (body language), symbol, uniform, ekspresi wajah, lambing (logo) perusahaan, jarak saat
berbicara, dan warna.
Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, ada lima tahapan yang perlu diperhatikan yaitu adanya ide
atau gagasan, mengubah ide ke dalam suatu pesan, menyampaikan pesan, penerimaan pesan, menafsirkan
pesan, dan memberikan respons dan umpan balik (feedback).
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin (communicare) yang berarti memberi, mengambil
bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu yang “common” umum, sama atau saling memahami.
Dalam perkembangannya, komunikasi kemudian dapat didefinisikan sebagai tranfer pesan antara dua
orang atau lebih. Dalam transfer atau penyampaian pesan ini, terdapat suatu proses.
Gambar 1.1: Proses Komunikasi
Seperti dapat dilihat di gambar 1.1, dalam proses komunikasi terdapat enam komponen yaitu
sender, encoding, medium, decoding, receiver dan feedback. Proses komunikasi dimulai pada saat sender
atau pengirim pesan mempunyai ide atau pesan, kemudian pada tahap encoding, sender menentukan cara
menyampaikan pesan kepada receiver. Pesan ini kemudian ditransfer melalui medium seperti, telepon,
surat, atau faximile. Pada tahap encoding, receiver atau penerima pesan menerima dan menterjemahkan
pesan yang datang. Proses komunikasi dikatakan berhasil jika receiver dapat menterjemahkan isi pesan
sesuai dengan yang diinginkan oleh sender. Jika reveiver merasa bahwa pesan yang diterima tidak maka
sender lalu mengirimkan respon atau feedback. Dalam hal ini, maka posisi receiver berubah menjadi
sender dan sender menjadi receiver, dan proses seperti ini disebut dengan komunikasi dua arah.
Komunikasi satu arah terjadi jika receiver tidak memberikan feedback atau umpan balik. Sering kali
tujuan komunikasi tidak tercapai. Hal ini bisa terjadi karena adanya hambatan-hambatan atau noises atau
barriers yang timbul selama proses komunikasi berlangsung.
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa hambatan-hambatan dalam komunikasi bisa timbul dalam setiap
tahap dari proses komunikasi. Adanya hambatan menyebabkan penerima pesan tidak menterjemahkan
pesan sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan. Menurut Sigband dan Bell, hambatan dalam
proses komunikasi dapat dikelompokkan menjadihambatan nonverbal dan verbal.
Hambatan Non Verbal :
1. Perbedaan Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu kenyataan atau fakta. Seseorang direktur
perusahaan menganggap mobil bukan merupakan simbol status sedangkan direktur yang lainnya
mungkin berpendapat sebaliknya.
2. Perbedaan Kepentingan.
Dalam suatu perusahaan, kepala bagian produksi mungkin menghendaki agar sisa laba digunakan
untuk membeli peralatan produksi, sedangkan kepala bagian pemasaran menginginkan agar dana
digunakan untuk meningkatkan kegiatan promosi. Konflik yang timbul disebabkan oleh adanya
perbedaan kepentingan antara dua orang yang sedang berkomunikasi.
3. Perbedaan pengetahuan tentang topik yang dikomunikasikan.
4. Keterlibatan emosi.
5. Kurangnya intropeksi
6. Kesalahan dalam menilai penampilan.
7. Pesan yang disampaikan kurang jelas.
8. Jeleknya pengorganisasian pesan disampaikan
9. Hanya mendengarkan pesan secara pasif
10. Penyampaian informasi secara tidak efisien.
Fungsi dari komunikasi pada dasarnya :
1. Memberikan informasi, baik disadari maupun tidak disadari oleh pelakunya.
2. Untuk memperlancar komunikasi lisan
3. Untuk mengungkapkan perasaan
4. Untuk melengkapi pesan-pesan verbal
5. Untuk mengontrol atau mempengaruhi lawan bicara
6. Untuk memperjelas komunikasi verbal.
Hambatan Verbal
1. Kesalahan pemilihan kata
2. Kurangnya perbendaharaan kosa kata
3. Kesalahan penulisan atau pengucapan
4. Perbedaan level antara pengirim dan penerima pesan.
Menurut Boove dan Thill
Berbeda dengan Sigband dan Bell, Boove dan Thill meninjau hambatan-hambatan dalam komunikasi dari
segi proses komunikasi itu sendiri.
1. Hambatan yang timbul pada saat penyusunan pesan
1) Kurang akurat
2) Kurang familiar dengan penerima pesan atau situasi yang dihadapi
3) Adanya konflik emosi
4) Kesalahan dalam penyampaian pesan
2. Hambatan yang timbul pada saat penyampaian pesan.
1) Faktor-faktor phisik
2) Adanya signal-signal yang bertentangan
3) Terlalu banyaknya pihak yang terlibat.
3. Hambatan yang timbul pada saat penerimaan pesan
1) Hambatan Phisik
2) Hambatan mental
4. Hambatan dalam memahami pesan
1) Perbedaan latar belakang
2) Perbedaan penginterpretasian kata-kata
3) Perbedaan reaksi yang timbul karena perbedaan emosi yang terlibat.
Sedangkan Masalah-masalah khusus dalam komunikasi bisnis yaitu:
1. Kompleksitas pesan
2. Kondisi yang tidak mendukung penyampaian dan penerimaan pesan
3. Perbedaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Terdapat 4 jenis komunikasi verbal yang selalu digunakan dilingkungan bisnis, yaitu: berbicara,
menulis, membaca dan mendengarkan. Suatu penelitian yang menggunakan kalangan bisnis sebagai
respondennya menunjukkan bahwa kaum bisnis menggunakan sebaian besar waktunya untuk
mendengarkan (45%), dan berbicara (30%). Mereka menggunakan sisa waktunya untuk membaca (16%)
dan menulis (9%). Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa kalangan bisnis menggunakan tulisan
dan bicara untuk mengirim pesan, dan mendengarkan serta membaca untuk menerima pesan.
Keberhasilan komunikasi dalam suatu organisasiakan ditentukan oleh kesamaan pemahaman antara oran
yan terlibatdalam kegiatan komunikasi. Kesamaan pemahaman ini diengaruhi oleh kejelasan pesan ,cara
penyampaian pesan,perilaku komunikasi, dan situasi (tempat dan eaktu) komunikasi. Komunikasi
organisasi biasanya menggunakan komunikasi kombinasi (lisan, tertulis dan tayangan) yang
memungkinkanterjadinya penyerapan informasi dengan lebih mudah dan jelas.secara empiris
pemahamanorang perihal perihal sesuatu akan lebi mudahdiserap dan difahami jikasesustu tersebut.
diperlihatkan dibandin hanya diperdenarkanatau di bacakan dan akan lebih baik jikasesuatu yang
dikomunikasikan tersebutselain diperlihatkan tetapi juga dipraktikan.
Komunikasi dalam organisasi
Secara umum, terdapat dua fungsi komunikasi dalam organisasi. Yang pertama, komunikasi
berfungsi sebagai alat bantu yang bisa digunakan oleh anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Yang kedua, komunikasi organisasional juga berfungsi sebagai sautu alat untuk menyatukan
semua anggota organisasi menjadi satu kesatuan yang kohesif. Komunikasi organisasional bisa
dikelompokkan berdasarkan formalitas dan polanya.
1. Berdasarkan Formalitasnya
Ditinjau dari segi formalitas, komunikasi organisasional bisa dikelompokkan menjadi komunikasi
infomal dan formal.Komunikasi informalmerupakan suatu proses komunikasi yang terjadi antara para
anggota tanpa menggunakan jalur komunikasi formal yang berlaku di organisasi. Anggota organisasi
biasanya menggunakan komunikasi informal untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh melalui
jalur formal atau untuk membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan urusan organisasi,
misalnya tentang kehidupan keluarga , hobbi olah raga, dan sebagainya.Ditinjau dari kepentingan
organisasi, komunikasi informal bisa digunakan untuk mengetahui informasi tentang keluhan-keluhan
bawahan, terutama bawahan dari orang-orang yang dianggap “ABS” atau orang yang hanya suka
melaporkan informasi baik.
Komunikasi formal merupakan suatu arus komunikasi yang terjadi secara formal sesuai dengan struktur
organisasi.
Kelemahan informasi formal :
1. Bisa membatasi akses pegawai tingkat bawah ke para pimpinan yang berpungsi sebagai
pengambil keputusan.
2. Jika satu dari rantai komunikasi dalam suatu departemen mengalami hambatan, maka kegiatan di mata
rantai komunikasi atau departemen yang lain bisa mengalami hambatan pula.
Untuk mengatasi kedua hambatan tersebut di atas menciptakan suatu struktur organisasi yang “
flat” dengan “ wide span of control” merupakan salah satu cara yang bisa digunakan . ditinjau dari
arahnya, komunikasi formal bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Komunikasi kebawah (downward communication)
Komunikasi kebawah merupakan komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan bawahannya
dalam suatu organisasi. Adapun bentuknya bisa berupa memo, kebijakan, printah presentasi, rapat,
majalah perusahaan, surat, buletin, dan sebagainya. Komunikasih ke bawah biasanya digunakan untuk
menyampaikan informasi tentang:
Pekerjaan, misalnya uraian pekerjaan, bagaimana cara menjalankan pekerjaan, kapan dan dimana
pekerjaan harus dilaksanakan
Hubungan pegawai dengan organisasi dan hubungan organisasi dengan dunia luar.
2. Komunikasi sejajar (lateral communication)
Komunikasi sejajar merupakan komunikasi diantara orang-orang yang mempunyai jabatan yang
selevel tapi berbeda departemen.
3. Komunikasi keatas (upward communication)
Komunikasi keatas merupakan komunikasi dari bawah keatas, dan biasanya dalam bentuk laporan,
baik tertulis maupun tidak.
2. Komunikasi organisasi berdasarkan polanya :
Berdasarkan polanya, seperti yang dapat dilihat di gambar 2.1, komunikasi organisasional bisa
dikelompokkan menjadi empat pola. Garis dalam gambar menunjukkan siapa yang diijinkan berbicara
dan kepada siapa dia diijinkan berbicara.
a. Pola roda (wheel network)
Dalam pola ini, seseorang bertindak sebagai titik pusat semua proses komunikasi. Anggota group
lainnya berfungsi untuk menstransfer dan menerima semua pesan melalui pemimpin komunikasi.
Dengan demikian maka pemimpin komunikasi bertindak sebagai pengambil keputusan dan berhak
untuk membagi pekerjaan serta memerintah anggota lainnya. Berdasarkan penelitian pola ini
merupakan pola komunikasi yang paling terstruktur dan terpusat.
b. Pola rantai (chan network)
Meskipun pola rantai juga merupakan suatu pula yang terpusat, anggota lain dalam pola ini juga
berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan informasi antara titik pusat dengan orang-orang yang ada
diujung garis komunikasi.
c. Pola lingkaran (circle network)
Dalam pola ini, semua anggota group mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan
komunikasi. Setiap orang bisa berbicara dengan dua orang lainnya. Selanjutnya informasi menyebar
dari satu orang ke orang lainnya. Dengan demikian maka setiap individu membuat keputusan
berdasarkan informasi yang sudah tersebar merata.
d. Pola bintang (star network)
Setiap anggota mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan semua anggota lainnya.
Gambar 2.1 : Berbagai pola komunikasi dalam organisasi.
Wheel Chain
Circle Star
3. Suasana
Komunikasi
Efisien
si dan
efektifitas arus
informasi dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh suasana komunikasi dalam organisasi. Sebagai
contoh, arus komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar seandainya manajer mengabaikan informasi
dari bawahannya atau seandainya manajer membatasi arus informasi kepada para bawahannya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi suasana komunikasi antara lain:
1. Pola komunikasi yang digunakan.
2. Gaya manajemen
3. Etika komunikasi
4.
POLA KOMUNIKASI
Tabel 2.1 : Perbandingan 4 (empat pola komunikasi)
POLA KOMUNIKASI
Alat Ukur Pola Roda Pola Rantai Pola Lingkaran Pola Bintang
Kecepatan Sangat cepat Cepat Lambat Lambat/cepat
Akurasi Baik Baik Jelek Bagus/jelek
Moral Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Kejelasan Sangat jelas Jelas Tidak ada Tidak ada
Peranan
Stabilitas Sangat stabil Stabil Tidak stabil Tidak stabil
Kreativitas Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Kemampuan Rendah Rendah Tinggi Tinggi
beradaptasi
Gaya Manjemen
Suatu hasil penelitian mengindikasikan adanya empat gaya dasar manajemen, dimana setiap gaya
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap suasana komunikasi. Empat gaya manajemen tersebut
adalah:
a. Directive Style
Pimpinan puncak yang menerapkan gaya ini cenderung mengambil sendiri semua keputusan,
karena pimpinan berasumsi bahwa para bawahan tidak bisa dipercaya atau tidak mempunyai
kemampuan. Selain itu, pimpinan juga berasumsi bahwa para bawahan cenderung untuk
menghindari pekerjaan, kurang inisiatif, serta kurang bertanggung jawab. Oleh karena itu maka
bawahan harus idberitahu dengan tegas tugas-tugasnya. Dalam perusahaan yang menerapkan
gaya ini, komuniask dikontrol secara ketat oleh pimpinan, dengan demikian maka para bawahan
tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka. Pimpinan puncak juga
membatasi arus informasi baik antara para pekerja maupun antara satu departemen dengan
departemen yang lainnya.
b. Coaching Style
Seperti halnya dalam “Directice style” dalam “coaching style” pimpinan puncak cenderung
memberi pengaragan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para pekerja. Perbedaannya
dalam coaching style, manajemen berasumsi bahwa para pekerja merupakan anggota tim yang
bersedia untuk mengerjakan tugas-tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan demikian
maka manajemen mau menerangkan alasan pengambilan suatu keputusan kepada para pekerja.
Selain itu, pimpinan puncak juga mau mendengarkan ide-ide dan saran-saran yang datang dari
para pekerja.
c. Supportive Style
Pimpinan berasumsi bahwa para pekerja mempunyai kemampuan dan motivasi kerja yang tinggi.
Meskipun manajemen yang menetapkan sasaran dan tujuan, manajemen mendelegasikan hak
untuk mengambil keputusan operasionail dan hak untuk memecahkan masalah sehari-haris
kepada bawahannya. Komunikasi dua arah antara bawahan dan atasan biasanya terjadi secara
terus-menerus, baik arus komunikasi ke atas maupun ke bawah. Selain itu, pekerja juga
dibebaskan untuk membentuk saluran komunikasi informal.
d. Delegating Style
Pimpinan puncak memberikan kebebasan kepada pegawai untuk mengambil keputusan dan
menjalankan pekerjaan masing-masing. Pimpinan puncak hanya memberikan pengarahan secara
global tentang sasaran dan tujuan organisasi, kemudian wewenang diberikan sepenuhnya kepada
pekerja untuk menentukan cara mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena pekerja diberi
kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah yang merkea hadapi, maka para pekerja akan
terbiasa untuk bekerja sendiri, tanpa melakukan konsultasi dengan atasan. Sebagai akibatnya,
pimpinan bisa merasa terisolasi dan kehilangan kontrol terhadap jalanya operasi perusahaan.
ETIKA KOMUNIKASI
Pada saat menjalankan pekerjaannya, baik pimpinan maupun bawahan sering menghadapi dilema
yang berhubungan dengan moral dan kepentingan perusahaan. Di satu pihak pimpinan perusahaan harus
melindungi kepentingan pemilik saham, dengan demikian pimpinan harus melakukan segala cara untuk
guna memaksimalkan laba perusahaan. Di lain pihak, pimpinan juga bertanggung jawab untuk menjaga
kepentingan pegawai, konsumen, dan masyarakat pada umumnya. Kadang-kadang pimpinan mengalami
kesulitas untuk dapat memenuhi semua kewajiban di atas secara bersamaan.
Sebagai contoh, asumsikan anda sebagai pimpinan perusahaan yang sedang mengalami kerugian
besar. Oleh karena itu anda bertanggung jawab kepada pemilik saham untuk memperkecil atau bahkan
menghilangkan kerugian tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif, anda menyimpulkan
bahwa memberhentikan 300 pegawai secepat mungkin merupakan penyelesaian terbaik yang dapat
dilakukan. Sebagai bagian dari penyelesaian, anda juga harus memberhentikan 100 pegawai lainnya
dikemudian hari. Anda tidak bisa memberhentikan mereka pada saat ini, karena anda membutuhkan
mereka untuk menyelesaikan suatu proyekk terlebih dahulu. Menurut Anda, kapankah saat yang tepat
untuk memberitahu mereka?. Jika anda memberitahu keadaan yang sebenarnya kepada mereka pada saat
ini, mungkin banyak diantara mereka yang akan keluar pada saat perusahaan sedang membutuhkan tenaga
mereka. Dilain pihak, jika anda menerangkan bahwa keadaan mungkin akan berubah di masa yang akan
datang, berarti anda telah membohongi pegawai anda.
Bukanlah pekerjaan mudah untuk menyelesaikan dilema seperti yang dialami pimpinan
perusahaan dalam contoh di atas. Faktor hukum dan moral merupakan dua faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menyelesaikan persoalan di atas. Ditinjau dari segi hukum, tindakan atau
keputusan yang anda ambil tidak akan dapat disalahkan selama anda tidak melanggar peraturan yang ada.
Ditinjau dari segi moral, beberapa faktor yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
a. Kode etik yang berlaku di perusahan.
b. Lakukan tindakan dengan membuat asumsi seakan-akan anda berada di pihak yang lemah. Dengan
demikian keputusan yang anda ambil akan mempertimbangkan kepentingan orang lain sebagai
individu.
c. Pertimbangkan apakah komunikasi yang akan Anda lakukan dapat menguntungkan kedua belah
pihak. Jika komunikasi hanya menguntungkan anda tetapi merugikan orang lain, maka ditinjau
dari segi moral tindakan Anda tidaklah dapat dibenarkan.
d. Anda sebaiknya mengkomunikasikan informasi secara jujur, dengan kata lain, tidak
menyembunyikan informasi penting. Jika anda sudah melakukan hal ini, maka tindakan anda
sudah dapat dibenarkan ditinjau dari segi moral.
e. Apakah anda menggunakan argumentasi yang bersifat rasional atau manusiawi? Sebagai contoh,
adan dapat menerangkan bahwa reorganisasi bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan atasan
dalam menghadapi saingannya. Dengan asumsi bahwa kedua argumen di atas merupakan
kenyataan yang ada, argumen yang pertama mempunyai nilai etika yang lebih tinggi ditinjau dari
pandangan mata atasan anda.
f. Apakah pesan yang anda sampaikan mementingkan kepentingan organisasi? Kadang-kadang anda
mungkin mempunyai pandangan pribadi yang berbeda dengan pandangan organisasi dalam
memandang suatu permasalah atau dalam menterjemahkan suatu fakta. Pada saat menghadapi
situasi seperti ini, adan harus ingat bahwa pada saat jam kerja, anda mewakili pemilik
perusahaan. Anda dibayar untuk mengekpresikan posisi atau pandangan perusahaan, oleh karena
itu anda harus loyal kepada perusahaan. Ini tentu saja tidak berarti bahwa anda harus berani
berdusta, emnipu, atau mencuri hanya untuk menjaga loyalitas anda.
g. Apakah penyampaian pesan sudah dilakukan dengan menggunakan taktik yang baik?. Ditinjau dari
segi hukum, anda mungkin tidak dapat disalahkan, tetapi mengapa harus menyakiti hati pegawai
jika hal ini dapat dihindarkan.
4. Pengelolaan Komunikasi Dalam Organisasi
Data statistik menunjukkan bahwa komunikasi yang bersifat rutin merupakan faktor penting
dalam bisnis. Oleh karena itu maka komunikasi yang bersifat rutin harus dikelola dengan baik sehingga
dapat memperkecil biaya dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi. Beberapa cara yang
dapat digunakan dalam mengelola komunikasi rutin antara lain:
a. Mengurangi jumlah pesan semaksimal mungkin.
Hal ini perlu dilakukan karena pada prakteknya banyak proses komunikasi, misalnya rapat atau
penggunaan memo, yang hanya memboroskan waktu. Dengan hanya mengirim informasi yang
memang dianggap penting, maka perusahaan dapat menghemat waktu dan uang.
b. Memberikan instruksi yang jelas.
Orang yang bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi harus memahami dengan jelas
semua keinginan dan sasaran perusahaan. Selain itu, penyampai informasi atau manajer harus
menganalisa apakah bawahannya sudah benar-benar memahami informasi yang disampaikan. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan umpan balik melalui kerja sama yang baik dengan
para stafnya.
c. Mendelegasikan tanggung jawab
Oleh karena keterbatasannya sebagai manusia, manajer sebaiknya mempercayakan sebagian
tugasnya kepada para bawahan.
d. Melatih penulis dan pembicara
Dengan memberikan pelatihan tentang teknik-teknik menulis dan berbicara didepan umum,
perusahaan dapat meningkatkan rasa percaya diri para pegawai dalam menjalankan tugasnya.
Sebagai akibatnya, perusahaan pun dapat menjalankan operasinya dengan lebih lancar.
Agar Terjadi Keberhasilan Komunikasi Bisnis Maka Harus Memperhatikan Hal-Hal Berikut :
A. Menentukan tujuan komunikasi
B. Menentukan sasaran komunikasi atau audience
C. Menentukan ide utama pesan yang akan disampaikan
D. Menentukan channel dan medium yang akan digunakan untuk mengirim pesan.
E. Menentukan cara pengorganisasian dan nada pesan.
Tujuan Komunikasi
Alasan penentuan tujuan komunikasi adalah:
1) Untuk menentukan apakah komunikasi memang diperlukan.
2) Untuk memberikan respon yang tepat kepada audience
3) Agar isi pesan dapat lebih terfokus.
4) Agar channel dan medium komunikasi dapat dipersiapkan terlebih dahulu.
Tujuan umum pesan bisnis ada tiga yaitu:
1) Untuk menginformasikan
2) Untuk membujuk/ melakukan kerjasama
3) Untuk memberikan hiburan (entertainment)
Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tujuan pesan:
1) Apakah tujuan yang hendak dicapai pesan melalu pesan memang realistis?
2) Apakah memang saatnya sudah tepat untuk mengirimkan pesan?
3) Apakah pesan dikirimkan oleh orang yang tepat?
4) Apakah tujuan pesan dapat diterima oleh organisasi?
Menganalisa Audiens
Penganalisaan audience bertujuan untuk menentukan materi yang akan dicakup dalam pesan serta
cara penyampaian pesan. Adapun penganalisaan audience dapat dilakukan dengan jalan menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah.
1) Mengembangkan dan menganalisa karakters audience
Berapa jumlah dan bagaimana komposisi audience?
Siapakah audience atasan, bawahan, teman sejawat, atau publik?
Bagaimana kira-kira reaksi audience terhadap isi pesan?
Bagaimana kira-kira tingkat pemahaman audience terhadap topik?
2) Mampu memuaskan audience dengan informasi yang disampaikan
Berusaha mengetahui informasi apa saja yang ingin diketahui oleh audience
Menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperkirakan akan disampaikan
audience.
Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terhadap audience
Menyiapkan informasi-informasi yang akurat
Menekankan isi pesan terhadap hal-hal yang paling menarik perhatian audience.
3) Mampu menyesuaikan isi pesan dengan situasi dan kondisi audience. Hal ini perlu dilakukan
karena audience mungkin hanya:
Mempunyai waktu sedikit
Mungkin merasa terganggu
Mungkin hanya memberikan prioritas rendah terhadap pesan.
Pemilihan Chanel Dan Media
Pesan dapat dibedakan berdasarkan tipe-tipenya, dan setiap tipe pesan memerlukan channel yang
berbeda satu sama lainnya. Secara umum, komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi oral dan
tertulis.
A. Komunikasi Oral
Komunikasi oral sangat tepat jika digunakan untuk menyampaikan pesan yang bertujuan untuk
mendorong audience agar mau melakukan kerjasama. Komunikasi formal juga merupakan pilihan
yang tepat jika:
Pengirim pesan menginginkan umpan balik dengan cepat
Isi pesan bersifat sederhana dan mudah diterangkan
Isi pesan tidak memerlukan pencatatan secara formal
Untuk menyampaikan pesan terhadap sekelompok audience yang mempunyai lokasi yang sama.
Untuk mendorong audience agar mau berpartisipasi dalam memecahkan masalah atau untuk
mengambil keputusan bersama.
Terdapat berbagai macam bentuk komunikasi formal. Contoh bentuk-bentuk komunikasi formal dapat
dilihat di bawah ini:
Percakapan tanpa direncanakan sebelumnya.
Percakapan melalui telepon
Interview
Rapat dalam kelompok kecil
Seminar
Workshop
Program-program pelatihan
Pidato secara formal
Presentasi
Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis sangat bervasiasi ditinjau dari segi formalitasnya. Dengan menggunakan
komunikasi tertulis, maka pengirim pesan mempunyai kesempatan untuk merencanakan dan
mengontrol pesan. Media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi tertulis adalah:
Surat
Surat biasanya digunakan untuk menyampaikan dokumen-dokumen singkat yang terdiri dari dua
atau tiga halaman.
Memo
Memo biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang bersifat rutin.
Laporan dan Proposal
Laporan dan proposal digunakan untuk menyampaikan pesan yang bersifat kompleks dan
objektif.
Berdasarkan tujuannya, surat dan memo dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu:
1. Permintaan langsung
2. Menyampaikan informasi rutin yang bertujuan untuk menyampaikan berita baik atau berita yang
bertujuan untuk meningkatkan nama baik perusahaan.
3. Menyampaikan berita buruk
4. Menyampaikan informasi yang bersifat membujuk.
Penyusunan
Dalam tahap ini, ide atau isi pesan dituangkan dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, serta
paragraf-paragraf. Selain itu, ditentukan juga cara pengilustrasian serta informasi lainnya yang akan
digunakan untuk mendukung ide pokok pesan.
Revisi dan Peninjauan Kembali
Pada tahap ini, dilakukan tinjauan ulang terhadap tujuan, isi, pengorganisasian secara
keseluruhan, serta nada pesan. Salin itu, dilakukan juga peninjauan ulang terhadap kata, tanda-tanda baca,
ejaan, serta format yang digunakan.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan Bahwa Untuk Ukuran Keberhasilan Suatu komunikasi
Bisnis yaitu:
1. Apakah Informasi disampaikan dengan jelas dan Akurat?dalam komunikasi Bisnis,dimana banyak hal-
hal penting seperti perbedaan kebudayaan dan perbedaan pendidikan yang dapat berpengaruh terhadap
berlangsungnya komunikasi.Maka seringkali terjadi informasi yang kita sampaikan diabaikan oleh
Audience.oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut maka seorang pembicara harus mempelajari
tentang latar belakang audiencenya agar mendapat respon yang baik sebelum berbicara dii depan
audience.karena salah satu Ukuran keberhasilan dalam Komunikasi Bisnis adalah respon yang baik dari
audiencenya.
2. Dapat mengajak orang lain untuk mendengarkan informasi yang disampaikan dan menyentuh perasaan
orang yang menerima.Apa yang terlihat pada pesan itu seperti : nada bicara, aya tulisan dan pilihan
kata-katasecara keseluruhan dapatdipergunakan,secara keseluruhan dapat menyebabkanproses
ko9munikasi berhasil atau agal.jadi kita harus dapat menciptakanperhatian atau simpat,suatu
hubungansaling percaya guna merangkul mereka ke Arah kita.
3. Informasi yang kita sampaikan harus dapat Mengejutkan audience agar perhatian mereka dapat menuju
kita,ini adalah hal terpenting dalam komunikasi bisnis yang sanat kritis.Karena hal ini dapat menjamin
isi Pesan diterima denan baik. Dengan kata lain kita harus dapat kreatif dalam penyampaian informasi
kepada audience agar mereka selu mengingat informasi yang kita sampaikan.
Daftar Pustaka
Bove, Courtland L. (2000), Business communication Today, Random House Inc., Toronato, Canada
Gamble, Terry Kawl; Michael Gamle(1987), Communicaion Work, Random House Inc., New York.
Mahmud Machfoedz (2002), Dasar-Dasar Komunikasi Bisnis, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta
Mahmud Machfoedz (2004), Komunikasi Bisnis Modern, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta
http://duniabisnis.net
http://indobisconsulting.com
http://asputra.com
http://batampos.com
http://ronawajah.wordpress.com
http://komuci.net
http://surabaya.net
www.Rileks.com
www.pmbs.ac.id
www.portals.com
www.bisnis.com
www.ebizzasia.com
www.myquran.com
www.wallstreetinstitute.co.id
www.apolloasi.com
www.sinarharapan.com
www.wirausahawan.com
www.smecdq.com
www.depcop.o.id
www.canmegapulsa.com
www.medialintas.co.id
www.mokarawo.netfirms.com
www.pontianakpos.com
www.indonetwork.co.id
1. A. Teori Komunikasi
Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk
sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan
kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Pengertian mengenai ilmu komunikasi, pada dasarnya
mempunyai ciri yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Yang membedakan adalah objek
kajiannya, di mana perhatian dan telah difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia.
mengenai hal itu Berger & Chafee (1987) menyatakan bahwa Ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan
terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan
teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan
dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
1. C. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan
antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting
dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari
fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu
teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model
sering dicampur dengan teori.
Model-model komunikasi :
1. Model Stimulus – Respons
Model ini merupakan model yang paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini menunjukan
komunikasi sebagai sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa kata-kata verbal, tanda-
tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu. Kita dapat juga mengatakan bahwa proses ini merupakan perpindahan informasi
ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan mempunyai efek yang banyak. Setiap efek
dapat merubah perilaku dari komunikasi berikutnya.
Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses. Dengan kata lain, komunikasi dianggap
sebagai hal yang statis. Manusia dianggap berprilaku karena kekuatan dari luar ( stimulus ), bukan
berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya.