Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 05

Ainaya Nurrachma Hakim (H0917006)


Andrea Setiawan (H0917018)
Devina Natasya Pertiwi (H0917027)
Drinancahya Dunya (H0917030)
Gayrinda Yuniare M (H1917004)
Sekar Maharani R (H1917015)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
ACARA II
KOMPLEKSOMETRI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kompleksometri adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan titrasi dengan cara kompleksometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung besar dan tingkat kesadahan air dari
suatu sampel air dengan larutan Na2EDTA dan indikator EBT.
B. Tinjauan Pustaka
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua
mahluk hidup. Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk
berbagai keperluan mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan-
kegiatan vital lainnya. Sehingga pengelolaan air menjadi pertimbangan yang
utama untuk menentukan apakah sumber air yang telah diolah menjadi
sumber air yang dapat digunakan atau tidak. Kualitas air yang baik
ditentukan dari beberapa parameter diantaranya parameter fisika, kimia, dan
biologi. Salah satu parameter kimia yang menentukan kualitas air yang baik
adalah kandungan garam mineral. Kandungan garam mineral dalam air tanah
berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan
karena lapisan tanah yang berbeda pada setiap daerah. Salah satu contohnya,
air tanah di daerah tanah berkapur memiliki kandungan garam mineral
Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 yang tinggi. Akibat tingginya kandungan garam
mineral Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 sehingga menyebabkan kesadahan air.
Kesadahan air digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan
magnesium yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam (mg/L) kalsium
karbonat (Megawati, 2013).
Kesadahan air dipahami sebagai ukuran dari kapasitas air untuk
mengendapkan sabun, yang dalam prakteknya jumlah konsentrasi semua
kation polivalen hadir dalam air (Ca, Mg, Sr, Ba, Fe, Al, Mn, dll.) Kemudian
secara umum diterima bahwa kesadahan didefinisikan sebagai jumlah dari Ca
dan Mg konsentrasi, ditentukan dengan metode titrimetri EDTA, dan
dinyatakan dalam mmol / l (ISO, 1984) atau setara CaCO3 dalam mg / l,
kurang sering sebagai CaO setara (Ramya et al, 2015).
Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh dan
proses penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca dan
Mg yang bereaksi dengan anion sabun. Selain itu kesadahan dalam air dapat
membuat alat-alat masak seperti panci dan ketel menjadi berkerak. Kerak
yang ditimbulkan tersebut dapat menyebabkan transfer panas terhambat
sehingga panas yang dibutuhkan harus lebih besar serta waktu yang
diperlukan lebih lama. Selain mineral ion Ca dan Mg, kesadahan air juga
dapat disebabkan oleh jenis mineral seperti Sr, Fe, dan Mn dalam jumlah
yang sangat kecil (Megawati, 2013).
EDTA merupakan senyawa yang sering digunakan dalam analisis
kimia, yang merupakan asam netral yang disebut asam tetrapotik dan
biasanya dituliskan sebagai H4Y. Senyawa EDTA merupakan senyawa
pengkhelat logam, sehingga dapat digunakan sebagai zat pengompleks.
Dalam pembentukan kompleks, EDTA berperan sebagai asam Lewis atau
ligan dan logam berperan sebagai basa Lewis atau ion pusat (Yappert, 2007).
EBT adalah indikator metallochromic yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri. Adalah jenis elektroaktif dengan kelompok azo
(N=N-) dalam struktur molekul yang ditunjukkan. Kelompok azo mudah
direduksi pada elektroda pasta karbon dengan voltametri siklik. Voltamogram
siklik dari 2x10-3 M EBT tercatat di 80x10-3. Berbagai siklus diterapkan, yang
menghasilkan penurunan puncak sangat reduktif saat ini dengan peningkatan
pemindaian siklus. Ini adalah karakteristik adsorpsi yang kuat perilaku EBT
pada elektroda pasta karbon (Chandra et al., 2008).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang
dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat
tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa Lewis
dan ion logam adalah asam Lewis. Jika ligan ini hanya dapat
menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut
ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi
bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3, atau molekul kompleks seperti piridin C H N
(Petrucci, 2011).
Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina tetra asetat
(dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus
dilakukan pada pH tertentu (Chang, 2004). Untuk menetapkan titik akhir
titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau
larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang
berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon
karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan
cepat dapat membentuk senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan
secara langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali (Triwahyuni, 2008).
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan secara
kuantitatif gugus karboksilat yang ada dalam protein guna resin (GPR).
Metode ini cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan kecil dalam jumlah
kelompok fungsional protein. Berbagai konsentrasi sampel yang digunakan
menunjukkan bahwa mereka mengandung mayoritas tetra fungsional konten
karboksilat. Variasi hasil berasal dari peningkatan konsentrasi sampel dalam
penyelidikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa
titrasi kompleksometri adalah alat yang sangat baik untuk penentuan kadar
karboksilat sampel protein. Perubahan kecil dalam isi karboksilat juga
terdeteksi (Hamidu, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Beker glass
b. Corong
c. Erlenmeyer
d. Penyangga
e. Pipet tetes
f. Pipet volume 25 ml dan 5 ml
g. Propipet
h. Statif
2. Bahan
a. Indikator EBT
b. Larutan buffer pH 10
c. Larutan Na2EDTA
d. Sampel air sumur
3. Cara Kerja
25 ml contoh air

Pemasukkan dalam erlenmeyer

2,5 ml larutan buffer


Penghomogenan
Ph 10

Penambahan hingga warna larutan menjadi merah anggur


3 tetes indikator EBT (warna awal)

Penitrasian menggunakan larutan Na2EDTA 0,05 M hingga


berwarna biru

Penghitungan tingkat kesadahan airnya dengan rumus:


1000
Kesadahan Air = x (ml x M) Na2EDTA x 2,8 DH
𝑚𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡

Gambar 2.1 Diagram Alir Titrasi Kompleksometri


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Kesadahan Air pada Beberapa Sampel Air
Ke Wilayah Vol. M Vol Kesadaha Perubahan Tingkat
l Samp Na2 Na2 n Air Warna Kesadaha
el EDTA EDTA (DH) n
1 PDAM 25 0,05 1 5,6 Ungu – Biru Lunak
Surya
2 Sumur 25 0,05 0,01 3,36 Ungu – Biru Sangat
Sekarpace Lunak
3 PDAM 25 0,05 1 5,6 Ungu – Biru Lunak
Mojosongo
4 Sumur 25 0,9 5,04 Ungu – Biru Lunak
Mendung
5 Sumur 25 0,05 1 5,6 Ungu – Biru Sangat
Semanggi Lunak
6 Sumur 25 0,05 0,6 3,36 Ungu – Biru Agak
Pucang Keras
Sawit
7 Sumur 25 0,05 1,9 10,64 Ungu – Biru Lunak
Kabut
8 Sumur 25 0,05 1 5,6 Ungu – Biru Lunak
Karanga-
anyar
9 Palur 25 0,05 1,1 6,16 Ungu – Biru Lunak
10 Kebak 25 0,05 0,9 5,04 Ungu – Biru Lunak
Kramat
11 Taman 25 0,05 1,7 9,54 Ungu – Biru Agak
Cerdas Keras
12 Sekarpace 25 0,05 1,0 5,6 Ungu – Biru Lunak
13 Surya 25 0,05 2,0 11,2 Ungu – Biru Agak
Tenggelam Keras
14 Klebet 25 0,05 0,7 3,92 Ungu – Biru Sangat
Lunak
15 Tejo I 25 0,05 1,6 8,96 Ungu – Biru Agak
Keras
16 Sumur 25 0,05 1,1 6,16 Ungu – Biru Lunak
Surya 1
Sumber : Laporan Sementara
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air sehat,
karena kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh kandungan
mineral-mineral terlarut air. Seperti garam kalsium dan magnesium yang
terlarut dalam air yang dinyatakan dalam (mg/L) kalsium karbonat
(Megawati, 2013). Kesadahan pada air dapat dibagi menjadi kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh
adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air. Dapat dihilangkan melalui
pemanasan air Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium
atau magnesium sulfat. Tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan
melainkan juga mereaksikan air tersebut dengan zat kimia tertentu. Kadar
kesadahan air ini berbeda–beda di masing–masing tempat tergantung pada
kondisi tanah daerah tersebut. Kesadahan dalam air menunjukkan bahwa
terjadi kontak antara formasi geologi dengan badan air tersebut. Kadar
maksimum kesadahan air yang sesuai dengan Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air
bersih adalah 500 mg/L. Apabila kadar kesadahan air melewati batas
maksimum, maka perlu diturunkan kadarnya yang biasa disebut dengan
pelunakan air (water softening) (Ningtyas dkk, 2014).
Air berdasarkan tingkat kesadahannya dikategorikan sebagai berikut :
kesadahan < 50 mg/L tergolong air lunak, 50-150 mg/L tergolong air
menengah, 150-300 mg/L tergolong air sadah, dan > 300 mg/L merupakan air
sangat sadah. Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh
dan proses penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca
dan Mg yang bereaksi dengan anion sabun (Megawati, 2013). Prinsip
penentuan kesadahan air melalui metode titrasi kompleksometri didasarkan
atas pembentukan senyawa kompleks antara logam dengan ligan (zat
pembentuk kompleks), sebagai larutan standard pembentuk kompleks yang
digunakan merupakan jenis dinatrium etilen diamina tetra asetat (Na2EDTA).
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Salah satu
indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri adalah eriokrom black
T (Bakhtra dkk, 2015).
Dalam proses kompleksometri terjadi dua macam reaksi, yaitu reaksi
pembentukan kompleks dan reaksi kestabilan kompleks. Reaksi pembentukan
kompleks terjadi saat EDTA2- ditambahkan membentuk Ca.EDTA(aq) dan
Mg.EDTA(aq) dan reaksi kestabilan ion komplekspun terjadi dimana
kestabilan ikatan dari Ca.EDTA(aq) dan Mg.EDTA(aq) harus lebih kuat dari
ion [Ca(EBT)]2+ dan [Mg(EBT)]2+ . Dengan kata lain ikatan indicator dengan
ikatan logam harus lebih lemah dari ikatan ion logam dengan EDTA2-
(Pereira et al., 2011).
Penetapan kesadahan total menggunakan metode kompleksometri
yaitu pembentukan kompleks berwarna oleh logam. Titrasi kompleksometri
dapat melibatkan reaksi pembentukan kompleks atau reaksi substitusi ligan,
dimana ligan pada ion pusat atau logam digantikan dengan oleh ligan.
Dengan menggunakan larutan baku Na2EDTA dan indikator EBT. Bila
penambahan indikator EBT pada larutan yang mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+ pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian
dititrasi dengan Na2EDTA, ion Ca2+ dan Mg2+ sudah terikat, larutan yang
berwarna merah anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir titrasi
(Astuti dkk, 2015 dan Ningtyas, 2014).

Titrasi dihentikan ketika titik akhir titrasi tercapai yang ditunjukkan


dengan perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru. Titrasi
dilakukan sebanyak 2 kali untuk masing-masing sampel. Perhitungan untuk
menentukan kadar kesadahan total dilakukan dengan rumus berikut:
1000
Kesadahan Total = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 X MEDTA X VEDTA X 100

keterangan :

MEDTA = molaritas larutan baku Na2-EDTA yang digunakan dalam titrasi


(mmol/ml)

VEDTA = volume rata-rata larutan baku Na2-EDTA (ml)

Vsampel = volume sampel uji (ml) (Musiam, dkk. 2015)

Dalam titrasi kompleksometri juga terdapat larutan buffer pH 10 yang


ditambahkan. Larutan buffer pH 10 meruapakn suatu campuran Mg Y2- dan
Y-4. Dengn ditambahkan titran tersebut ke dalam larutan yang mengandung
Ca2+, terbentuklah Ca Y2- yang lebih stabil, dengan membebaskan Mg2+ untuk
bereaksi dengn indikator itu dan membentuk MgIn- yang berwarna merah.
Setelah kalsium habis terpakai, titran tambahan mengubah MgIn- Menjadi
MgY2- dan indikator berubah ke bentuk Hin2- yang berwarna biru. Fungsi
Na2EDTA dalam praktikum ini adalah untuk menetapkan kesadahan total air.
Pentitrasian dengan menggunakan larutan EDTA merubah warna air dari
merah anggur ke biru murni (Day dan Underwood, 1980).
Pada praktikum ini, penentuan kesadahan air dilakukan pada beberapa
sampel air dari berbagai daerah di Solo. Penentuan kesadahan total air dilakukan
dengan menggunakan metode kompleksometri, yaitu pembentukan kompleks
berwarna oleh logam.Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam beker glass
sebanyak 25 ml kemudian ditambahkan 2,5 ml larutan buffer dengan pH 10
ml. Setelah itu ditetesi dengan indikator EBT 3 tetes. Dilanjutkan penitrasian
dengan Na2EDTA 0,05 N shingga terjadi perubahan warna dari warna awal
semburat pink menjadi semburat biru. Tujan titrasi menggunkan Na2EDTA
adalah untuk mempertajam warna.
Beberapa sampel air tersebut berasal dari daerah Surya (1), Sekar pace
(2), Mojosongo (1), Mendung (1), Semanggi (1), Pucang sawit (1), Kabut
(1), Karanganyar(2), Palur (3), Kebak kramat (4), Taman cerdas (2),
Sekarpace (3), Surya tenggelam (2), Klebet (2), Tejo 1 (2), dan Surya 1 (3).
Dari hasil perhitungan dihasilkan kesadahan air dari daerah tersebut berturut-
turut adalah: 5,6 DH; 3,36 DH; 5,6 DH; 5,04 DH; 5,6 DH; 3,36 DH; 10,64
DH; 5,6 DH; 6,16 DH; 5,04 DH; 9,54 DH; 5,6 DH; 11,2 DH; 3,92 DH; 8,96
DH, dan 6,16 DH; Dengan diketahui tingkat kesadahan air pada masing-
masing daerah yaitu: lunak, sangat lunak, lunak, lunak, lunak, sangat lunak,
agak lunak, lunak, lunak, lunak, agak lunak, lunak, agak lunak, sangat lunak,
agak lunak, dan lunak. Dalam proses penitrasian, terjadi beberapa perubahan
warna awal dari semburat pink menjadi semburat biru, semburat ungu
menjadi semburat biru, jernih menjadi semburat biru, semburat pink menjadi
putih, merah anggur menjadi biru, dan tidak ada perubahan warna pada
beberapa air sumur di setiap daerah. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur
pada beberapa daerah di Solo mengandung zat lain selain Ca2+ dan Mg2+
artinya pada daerah tersebut memiliki kesadahan air yang berbeda-beda.
Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada
umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi
karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada
lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah
(air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari
kalsium sulfat (CaSO4) yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya.
Tingkat kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kesadahan
Mg/l CaCO3 Tingkat Kesadahan
0 – 75 Lunak (soft)
75 – 150 Sedang (moderately hard)
150 – 300 Tinggi (hard)
>300 Tinngi sekali (very hard)
Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan (CaCO3)
yang diperbolehkan adalah 500 mg/L (Astuti, 2015). Air yang memiliki
tingkat kesadahan tinggi dapat berdampak negatif bagi lingkungan maupun
pengguna air tersebut. Berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh SNI
7508 2011, bahwa batas tingkat kesadahan untuk air baku adalah maksimal
500 mg/liter, sehingga tingkat kesadahan air pada sample yang telah diuji
masih berada pada tingkat aman untuk penggunaan sebagai air baku.
Kadar kesadahan air ini berbeda–beda di masing–masing tempat
tergantung pada kondisi tanah daerah tersebut. Faktor yang pertama adalah
faktor geografis. Air yang diperoleh dari sumur yang berdekatan dengan bukit
kapur maka kadar CaCO3 nya akan semakin besar (Astuti dkk, 2015).
Besarnya kandungan ion kalsium, ion magnesium dan garam juga
menentukan tingkat kesadahan air. Sedangkan faktor yang paling dominan
yang mempengaruhi besar-kecilnya konsentrasi jenis kesadahan sementara
dan kesadahan tetap adalah faktor perkembangan tanah yang ada pada setiap
bentuk lahan. Bentuk lahan yang memiliki kesadahan sementara lebih tinggi
dibandingkan kesadahan tetap, hal ini disebabkan karena jenis tanah pada
bentuk lahan tersebut masih muda dan belum mengalami perkembangan
profil tanah (Morintoh dkk, 2015).

Kesadahan yang bersifat sementara dapat dihilangkan dengan cara


pemanasan. Sedangkan kesadahan yang bersifat permanen tidak dapat hilang
hanya dengan melalui pemanasan saja. Oleh sebab itu untuk mengurangi atau
menghilangkan kesadahan pada air yang bersifat permanen membutuhkan
cara-cara kimia (Ramya et al, 2015). Cara pertama adalah dengan cara
pergantian ion. Proses penggantian ion ini diniai sebagai cara yang paling
efektif dalam menghilangkan kesadahan air. Prinsip dari cara ini adalah
dengan menggunakan resin sintesis yang dapat mengganti ion kalsium dan
magnesium menjadi ion Na dalam resin. Hal tersebut berlangsung terus
sampai suatu saat ion Na dalam resin sudah habis dan telah dikatakan jenuh
yang berarti sudah tidak mampu lagi menukar ion. Resin yang digunakan
biasanya adalah resin sintesis zeolit atau dikenal sebagai polistirena resin
(Pentamwa et al, 2011). Selanjutnya adalah dengan cara pengendapan dengan
kapur soda. Pada proses ini, ditambahkanlah soda abu pada air yang sadah
dengan tujuan untuk membentuk garam-garam kalsium dan magnesium
menjadi bentuk garam yang tidak larut sehingga dapat diendapkan dan
kemudian dapat dipisahkan dari air (Marsidi, 2001).

Air minum yang dikonsumsi sebaiknya adalah air minum yang kadar
kesadahannya menengah (50-150 mg/L). Hal ini ditentukan berdasarkan
kebutuhan kalsium dan magnesium per harinya. Kebutuhan kalsium pada
anak di bawah 10 tahun sebesar 500 mg per hari dan pada orang dewasa
sebesar 500-700 mg per hari. Kebutuhan magnesium pada orang dewasa
sebesar 300 mg per har. Jika mengkonsumsi air yang kadar kesadahannya
menengah maka per harinya akan memperoleh asupan 100-300 mg kalsium
dan magnesium, dengan asumsi air minum yang dikonsumsi minimal
sebanyak 2 liter per harinya. Kadar tersebut sudah memenuhi kebutuhan
kalsium dan magnesium dalam tubuh. Selain itu setiap harinya manusia
mendapatkan asupan kalsium dan magnesium dari sumber lain seperti
sayuran, kedelai, susu, dan lain-lain, sehingga jika mengkonsumsi air dengan
kadar kesadahan lebih dari 150 mg/L secara terus-menerus akan
mengakibatkan kelebihan kadar kalsium dan magnesium di dalam tubuh
(Musiam, 2015).
Air sadah juga tidak menguntungkan atau mengganggu proses
pencucian menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-
mula sabun harus bereaksi lebih dahulu dengan ion kalsium dan magnesium
yang terdapat dalam air sebelum berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun, tetapi
gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada
alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan
pembilasan oleh air. Mengingat bahaya yang ditimbulkan jika mengkonsumsi
air dengan kadar kesadahan tinggi maka perlu dilakukan upaya untuk
menurunkannya (Astuti, 2015).
Air merupakan komponen kimiawi yang terbesar pada bahan pangan
dan merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Fungsi dari
penentuan kesadahan air pada bahan makanan dikarenakan jika kita
menggunakan air sadah dalam mengolah bahan makanan hal itu
menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal
tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang
manusia (Jamaluddin, 2014)
Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa
anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada
permukaan suatu substrat. Pengerakan adalah proses alami yang terjadi
karena adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan yang tidak
dikehendaki yang terdapat dalam air. Dalam operasi produksi di industri
sering ditemui kerak mineral seperti: CaSO+, CaCO: dan MgSoa. Senyawa
ini dapat larut dalam air. Gipsum adalah salah satu komponen utama dari
kerak yang banyak dijumpai di berbagai industri. Gipsum atau kalsium sulfat
dihydrat (CaSo+.2FIzO) adalah garam yang sedikit larut dalam air. Gipsum
mengkristal berbentuk jarum, yang cenderung.membentuk kerak pada
permukaan panci (Sediono, 2011).
E. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
2. Sampel air sumur yang memiliki tingkat kesadahan paling tinggi adalah
sampel dari daerah Sumur Kabut pada kelompok 7 dengan kesadahan
sebesar 10,64 DH dengan tingkat kesadahan agak keras.
3. Sampel air yang memiliki tingkat kesadahan paling rendah adalah sampel
dari daerah Sumur Mendung dan Kebak kramat pada kelompok 4 dan 10
dengan tingkat kesadahan sebesar 5,04 DH dengan tingkat kesadahan
lunak.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Dian Wuri., Muji Rahayu., dan Dewi Sri Rahayu. 2015. Penetapan
Kesadahan Total (CaCO3) Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali
dengan Metode Kompleksometri. Kesmas Vol. 9., No. 2., Hal:119-124
Bakhtra, Dwi Dinni Aulia., Zulharmita., dan Valeria Pramudita. 2015. Penetapan
Kadar Zink Pada Sediaan Farmasi Dengan Metode Kompleksometridan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea, 9(2) : 181-189.
Chandra, Umesh, Ongera Gilbert, Kumara Swany B.E, Yadav D Bodke, and B.S
Sherigara. 2008. Electrochemical Studies of Erichrome Black T at Carbon
Paste Electrode and Immobilized by SDS Surfactant : A Cyclic Voltammetric
Study. International Journal of Electrochemical Science 3(1): 1044 – 1054.
Chang, Raymond. 2011. Kimia Dasar Konsep – konsep Inti Edisi Ketiga.
Erlangga: Jakarta.

Day R.A. dan A.L. Underwood. 1980. Analisa Kimia Analitik Kuantitatif.
Erlangga: Jakarta
Hamidu, Abu Bakar Ahmed, B.A. Aliyu. 2012. Quantitative Determination of the
Carboxylic Groups in Guna Protein (Citrillus Vulgaris) Using
Complexometric Titration Method. IJPBS 2(2) : 280-283.
Jamaluddin, Robert Molenaar, Deddie Tooy. 2014. Kajian Isotermi Sorpsi Air dan
Fraksi Air Teriat Kue Pie Kacang Hijau Asal Kota Gorontalo. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Pangan 2(1) : 27-37.
Marsidi, Ruliasih. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan 2(1) :1-10.
Megawati, Ni Made Shinta., Anak Agung Bawa Putra., dan James Sibarani. 2013.
Pemanfaatan Arang Batang Pisang (Musa paradisiacal) untuk Menurunkan
Kesadahan Air. Jurnal Kimia 7(2) : 153-162.
Ningtyas, Ike Yohanita., M. Fairuz Abadi., dan I. A. Maik Partha Sutema. 2014.
Analisis Kesadahan Air Sumur Pompa dengn Metode Titrasi Kompleksometri
di Banjar Tuban Griya Kelurahan Tuban. Chemistry Laboratory 1(2).
Morintoh, Puspithasari.;Jimmy F. Rumampuk; Fransiska Lintong. 2015. Analisis
Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota
Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter
Fisika. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1):424-429.
Musiam,Siska; Darmiani, Siti; dan Aditya Maulana Perdana Putra.2015. Analisis
Kuantitatif Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang Yang Dijual Di
Wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2) :
145-148.
Pentamwa, Prapat; Wipasinun Thipathara; Suparat Nuangon. 2011. Removal of
hardness from ground water by syntethic resin from water plastics.
International Journal of environmental scrience and development. Vol
2(6):479-483.
Pereira, Claudia Mara., Cristhiane Anete Neiverth., Shizuo Maeda., Marcela
Guiotoku dan Luziane Franciscon. 2011. Complexometric Titration With
Potenciometric Indicator To Determination Of Calcium And Magnesium
In Soil Extracts. R. Bras. Ci. Solo, 35:1331-1336.
Petrucci, Ralph H. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat. Erlangga: Jakarta.
Ramya, P; A. Jagadeesh Babu; E. Tirupathi Reddy; I. Venkateswara Rao. 2015. A
study on the estimation of hardness in ground water samples by EDTA
titrimetric methods. International Journal of Recent Scientific Research.
Vol 6(6): 1-3.
Sediono, Windu. 2011. Analisa Pembentukan Kerak Gipsum dengan Konsentrasi
Ca2+ : 3000 ppm dan Aditif Fe2+. Jurnal Traksi 11(2).
Triwahyuni, Endang M, Yusrin. 2008. The Use Of Compleksometry Method On
The Rating Of Sulphate Zinc On The Mixture Between Sulphate Zinc And
Vitamin C. Journal Unimus.
Yappert, M. Cecilia dan Donald B. DuPre. 1997. Complexometric Titrations:
Competition of Complexing Agents in the Determination of Water Hardness
with EDTA. Journal of Chemical Education 74(12).
LAMPIRAN

Perhitungan kesadahan air


1000
Kesadahan Air = 𝑚𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 x (ml x M) Na2EDTA X 2,8 DH

1) Kelompok 1 (PDAM Surya)


1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,6 DH
2) Kelompok 2 (Sumur Sekarpace)
1000
Kesadahan Air = x (0,6 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 3,36 DH
3) Kelompok 3 (PDAM Mojosongo)
1000
Kesadahan Air = x (1x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,6 DH
4) Kelompok 4 (Sumur Mendung)
1000
Kesadahan Air = x (0,9 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,04 DH
5) Kelompok 5 (Sumur Semanggi)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,6 DH
6) Kelompok 6 (Sumur Pucangsawit)
1000
Kesadahan Air = x (0,6 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 3,36 DH
7) Kelompok 7 (Sumur Kabut)
1000
Kesadahan Air = x (1,9 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 10,64 DH
8) Kelompok 8 (Sumur Karanganyar)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,6 DH

9) Kelompok 9 (Palur)
1000
Kesadahan Air = x (1,1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 6,16 DH
10) Kelompok 10 (Kebak kramat)
1000
Kesadahan Air = x (0,9 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,04 DH
11) Kelompok 11 (Taman Cerdas)
1000
Kesadahan Air = x (1,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 9,54 DH
12) Kelompok 12 (Sekar pace)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 5,6 DH
13) Kelompok 13 (Surya Tenggelam)
1000
Kesadahan Air = x (2 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 11,2 DH
14) Kelompok 14 (Klebet)
1000
Kesadahan Air = x (0,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 3,92 DH
15) Kelompok 15 (Tejo I)
1000
Kesadahan Air = x (1,6 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 8,96 DH
16) Kelompok 16 (Sumur Surya 1)
1000
Kesadahan Air = x (1,1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25

= 6,16 DH
LAMPIRAN

Gambar 2.2 Pemasukan EBT kedalam Gambar 2.3 Larutan Hasil Titrasi
Erlemeyer

Gambar 2.4 Larutan Hasil Titrasi Gambar 2.5 Sampel air dan Larutan
EBT

Anda mungkin juga menyukai