Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
KIMIA ANALITIK
Disusun Oleh :
KELOMPOK 05
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2018
ACARA II
KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kompleksometri adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan titrasi dengan cara kompleksometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung besar dan tingkat kesadahan air dari
suatu sampel air dengan larutan Na2EDTA dan indikator EBT.
B. Tinjauan Pustaka
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua
mahluk hidup. Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk
berbagai keperluan mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan-
kegiatan vital lainnya. Sehingga pengelolaan air menjadi pertimbangan yang
utama untuk menentukan apakah sumber air yang telah diolah menjadi
sumber air yang dapat digunakan atau tidak. Kualitas air yang baik
ditentukan dari beberapa parameter diantaranya parameter fisika, kimia, dan
biologi. Salah satu parameter kimia yang menentukan kualitas air yang baik
adalah kandungan garam mineral. Kandungan garam mineral dalam air tanah
berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan
karena lapisan tanah yang berbeda pada setiap daerah. Salah satu contohnya,
air tanah di daerah tanah berkapur memiliki kandungan garam mineral
Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 yang tinggi. Akibat tingginya kandungan garam
mineral Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 sehingga menyebabkan kesadahan air.
Kesadahan air digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan
magnesium yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam (mg/L) kalsium
karbonat (Megawati, 2013).
Kesadahan air dipahami sebagai ukuran dari kapasitas air untuk
mengendapkan sabun, yang dalam prakteknya jumlah konsentrasi semua
kation polivalen hadir dalam air (Ca, Mg, Sr, Ba, Fe, Al, Mn, dll.) Kemudian
secara umum diterima bahwa kesadahan didefinisikan sebagai jumlah dari Ca
dan Mg konsentrasi, ditentukan dengan metode titrimetri EDTA, dan
dinyatakan dalam mmol / l (ISO, 1984) atau setara CaCO3 dalam mg / l,
kurang sering sebagai CaO setara (Ramya et al, 2015).
Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh dan
proses penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca dan
Mg yang bereaksi dengan anion sabun. Selain itu kesadahan dalam air dapat
membuat alat-alat masak seperti panci dan ketel menjadi berkerak. Kerak
yang ditimbulkan tersebut dapat menyebabkan transfer panas terhambat
sehingga panas yang dibutuhkan harus lebih besar serta waktu yang
diperlukan lebih lama. Selain mineral ion Ca dan Mg, kesadahan air juga
dapat disebabkan oleh jenis mineral seperti Sr, Fe, dan Mn dalam jumlah
yang sangat kecil (Megawati, 2013).
EDTA merupakan senyawa yang sering digunakan dalam analisis
kimia, yang merupakan asam netral yang disebut asam tetrapotik dan
biasanya dituliskan sebagai H4Y. Senyawa EDTA merupakan senyawa
pengkhelat logam, sehingga dapat digunakan sebagai zat pengompleks.
Dalam pembentukan kompleks, EDTA berperan sebagai asam Lewis atau
ligan dan logam berperan sebagai basa Lewis atau ion pusat (Yappert, 2007).
EBT adalah indikator metallochromic yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri. Adalah jenis elektroaktif dengan kelompok azo
(N=N-) dalam struktur molekul yang ditunjukkan. Kelompok azo mudah
direduksi pada elektroda pasta karbon dengan voltametri siklik. Voltamogram
siklik dari 2x10-3 M EBT tercatat di 80x10-3. Berbagai siklus diterapkan, yang
menghasilkan penurunan puncak sangat reduktif saat ini dengan peningkatan
pemindaian siklus. Ini adalah karakteristik adsorpsi yang kuat perilaku EBT
pada elektroda pasta karbon (Chandra et al., 2008).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang
dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat
tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa Lewis
dan ion logam adalah asam Lewis. Jika ligan ini hanya dapat
menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut
ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi
bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3, atau molekul kompleks seperti piridin C H N
(Petrucci, 2011).
Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina tetra asetat
(dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus
dilakukan pada pH tertentu (Chang, 2004). Untuk menetapkan titik akhir
titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau
larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang
berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon
karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan
cepat dapat membentuk senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan
secara langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali (Triwahyuni, 2008).
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan secara
kuantitatif gugus karboksilat yang ada dalam protein guna resin (GPR).
Metode ini cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan kecil dalam jumlah
kelompok fungsional protein. Berbagai konsentrasi sampel yang digunakan
menunjukkan bahwa mereka mengandung mayoritas tetra fungsional konten
karboksilat. Variasi hasil berasal dari peningkatan konsentrasi sampel dalam
penyelidikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa
titrasi kompleksometri adalah alat yang sangat baik untuk penentuan kadar
karboksilat sampel protein. Perubahan kecil dalam isi karboksilat juga
terdeteksi (Hamidu, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Beker glass
b. Corong
c. Erlenmeyer
d. Penyangga
e. Pipet tetes
f. Pipet volume 25 ml dan 5 ml
g. Propipet
h. Statif
2. Bahan
a. Indikator EBT
b. Larutan buffer pH 10
c. Larutan Na2EDTA
d. Sampel air sumur
3. Cara Kerja
25 ml contoh air
keterangan :
Air minum yang dikonsumsi sebaiknya adalah air minum yang kadar
kesadahannya menengah (50-150 mg/L). Hal ini ditentukan berdasarkan
kebutuhan kalsium dan magnesium per harinya. Kebutuhan kalsium pada
anak di bawah 10 tahun sebesar 500 mg per hari dan pada orang dewasa
sebesar 500-700 mg per hari. Kebutuhan magnesium pada orang dewasa
sebesar 300 mg per har. Jika mengkonsumsi air yang kadar kesadahannya
menengah maka per harinya akan memperoleh asupan 100-300 mg kalsium
dan magnesium, dengan asumsi air minum yang dikonsumsi minimal
sebanyak 2 liter per harinya. Kadar tersebut sudah memenuhi kebutuhan
kalsium dan magnesium dalam tubuh. Selain itu setiap harinya manusia
mendapatkan asupan kalsium dan magnesium dari sumber lain seperti
sayuran, kedelai, susu, dan lain-lain, sehingga jika mengkonsumsi air dengan
kadar kesadahan lebih dari 150 mg/L secara terus-menerus akan
mengakibatkan kelebihan kadar kalsium dan magnesium di dalam tubuh
(Musiam, 2015).
Air sadah juga tidak menguntungkan atau mengganggu proses
pencucian menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-
mula sabun harus bereaksi lebih dahulu dengan ion kalsium dan magnesium
yang terdapat dalam air sebelum berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun, tetapi
gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada
alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan
pembilasan oleh air. Mengingat bahaya yang ditimbulkan jika mengkonsumsi
air dengan kadar kesadahan tinggi maka perlu dilakukan upaya untuk
menurunkannya (Astuti, 2015).
Air merupakan komponen kimiawi yang terbesar pada bahan pangan
dan merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Fungsi dari
penentuan kesadahan air pada bahan makanan dikarenakan jika kita
menggunakan air sadah dalam mengolah bahan makanan hal itu
menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal
tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang
manusia (Jamaluddin, 2014)
Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa
anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada
permukaan suatu substrat. Pengerakan adalah proses alami yang terjadi
karena adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan yang tidak
dikehendaki yang terdapat dalam air. Dalam operasi produksi di industri
sering ditemui kerak mineral seperti: CaSO+, CaCO: dan MgSoa. Senyawa
ini dapat larut dalam air. Gipsum adalah salah satu komponen utama dari
kerak yang banyak dijumpai di berbagai industri. Gipsum atau kalsium sulfat
dihydrat (CaSo+.2FIzO) adalah garam yang sedikit larut dalam air. Gipsum
mengkristal berbentuk jarum, yang cenderung.membentuk kerak pada
permukaan panci (Sediono, 2011).
E. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
2. Sampel air sumur yang memiliki tingkat kesadahan paling tinggi adalah
sampel dari daerah Sumur Kabut pada kelompok 7 dengan kesadahan
sebesar 10,64 DH dengan tingkat kesadahan agak keras.
3. Sampel air yang memiliki tingkat kesadahan paling rendah adalah sampel
dari daerah Sumur Mendung dan Kebak kramat pada kelompok 4 dan 10
dengan tingkat kesadahan sebesar 5,04 DH dengan tingkat kesadahan
lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dian Wuri., Muji Rahayu., dan Dewi Sri Rahayu. 2015. Penetapan
Kesadahan Total (CaCO3) Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali
dengan Metode Kompleksometri. Kesmas Vol. 9., No. 2., Hal:119-124
Bakhtra, Dwi Dinni Aulia., Zulharmita., dan Valeria Pramudita. 2015. Penetapan
Kadar Zink Pada Sediaan Farmasi Dengan Metode Kompleksometridan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea, 9(2) : 181-189.
Chandra, Umesh, Ongera Gilbert, Kumara Swany B.E, Yadav D Bodke, and B.S
Sherigara. 2008. Electrochemical Studies of Erichrome Black T at Carbon
Paste Electrode and Immobilized by SDS Surfactant : A Cyclic Voltammetric
Study. International Journal of Electrochemical Science 3(1): 1044 – 1054.
Chang, Raymond. 2011. Kimia Dasar Konsep – konsep Inti Edisi Ketiga.
Erlangga: Jakarta.
Day R.A. dan A.L. Underwood. 1980. Analisa Kimia Analitik Kuantitatif.
Erlangga: Jakarta
Hamidu, Abu Bakar Ahmed, B.A. Aliyu. 2012. Quantitative Determination of the
Carboxylic Groups in Guna Protein (Citrillus Vulgaris) Using
Complexometric Titration Method. IJPBS 2(2) : 280-283.
Jamaluddin, Robert Molenaar, Deddie Tooy. 2014. Kajian Isotermi Sorpsi Air dan
Fraksi Air Teriat Kue Pie Kacang Hijau Asal Kota Gorontalo. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Pangan 2(1) : 27-37.
Marsidi, Ruliasih. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan 2(1) :1-10.
Megawati, Ni Made Shinta., Anak Agung Bawa Putra., dan James Sibarani. 2013.
Pemanfaatan Arang Batang Pisang (Musa paradisiacal) untuk Menurunkan
Kesadahan Air. Jurnal Kimia 7(2) : 153-162.
Ningtyas, Ike Yohanita., M. Fairuz Abadi., dan I. A. Maik Partha Sutema. 2014.
Analisis Kesadahan Air Sumur Pompa dengn Metode Titrasi Kompleksometri
di Banjar Tuban Griya Kelurahan Tuban. Chemistry Laboratory 1(2).
Morintoh, Puspithasari.;Jimmy F. Rumampuk; Fransiska Lintong. 2015. Analisis
Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota
Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter
Fisika. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1):424-429.
Musiam,Siska; Darmiani, Siti; dan Aditya Maulana Perdana Putra.2015. Analisis
Kuantitatif Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang Yang Dijual Di
Wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2) :
145-148.
Pentamwa, Prapat; Wipasinun Thipathara; Suparat Nuangon. 2011. Removal of
hardness from ground water by syntethic resin from water plastics.
International Journal of environmental scrience and development. Vol
2(6):479-483.
Pereira, Claudia Mara., Cristhiane Anete Neiverth., Shizuo Maeda., Marcela
Guiotoku dan Luziane Franciscon. 2011. Complexometric Titration With
Potenciometric Indicator To Determination Of Calcium And Magnesium
In Soil Extracts. R. Bras. Ci. Solo, 35:1331-1336.
Petrucci, Ralph H. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat. Erlangga: Jakarta.
Ramya, P; A. Jagadeesh Babu; E. Tirupathi Reddy; I. Venkateswara Rao. 2015. A
study on the estimation of hardness in ground water samples by EDTA
titrimetric methods. International Journal of Recent Scientific Research.
Vol 6(6): 1-3.
Sediono, Windu. 2011. Analisa Pembentukan Kerak Gipsum dengan Konsentrasi
Ca2+ : 3000 ppm dan Aditif Fe2+. Jurnal Traksi 11(2).
Triwahyuni, Endang M, Yusrin. 2008. The Use Of Compleksometry Method On
The Rating Of Sulphate Zinc On The Mixture Between Sulphate Zinc And
Vitamin C. Journal Unimus.
Yappert, M. Cecilia dan Donald B. DuPre. 1997. Complexometric Titrations:
Competition of Complexing Agents in the Determination of Water Hardness
with EDTA. Journal of Chemical Education 74(12).
LAMPIRAN
= 5,6 DH
2) Kelompok 2 (Sumur Sekarpace)
1000
Kesadahan Air = x (0,6 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 3,36 DH
3) Kelompok 3 (PDAM Mojosongo)
1000
Kesadahan Air = x (1x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,6 DH
4) Kelompok 4 (Sumur Mendung)
1000
Kesadahan Air = x (0,9 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,04 DH
5) Kelompok 5 (Sumur Semanggi)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,6 DH
6) Kelompok 6 (Sumur Pucangsawit)
1000
Kesadahan Air = x (0,6 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 3,36 DH
7) Kelompok 7 (Sumur Kabut)
1000
Kesadahan Air = x (1,9 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 10,64 DH
8) Kelompok 8 (Sumur Karanganyar)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,05) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,6 DH
9) Kelompok 9 (Palur)
1000
Kesadahan Air = x (1,1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 6,16 DH
10) Kelompok 10 (Kebak kramat)
1000
Kesadahan Air = x (0,9 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,04 DH
11) Kelompok 11 (Taman Cerdas)
1000
Kesadahan Air = x (1,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 9,54 DH
12) Kelompok 12 (Sekar pace)
1000
Kesadahan Air = x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 5,6 DH
13) Kelompok 13 (Surya Tenggelam)
1000
Kesadahan Air = x (2 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 11,2 DH
14) Kelompok 14 (Klebet)
1000
Kesadahan Air = x (0,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 3,92 DH
15) Kelompok 15 (Tejo I)
1000
Kesadahan Air = x (1,6 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 8,96 DH
16) Kelompok 16 (Sumur Surya 1)
1000
Kesadahan Air = x (1,1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 6,16 DH
LAMPIRAN
Gambar 2.2 Pemasukan EBT kedalam Gambar 2.3 Larutan Hasil Titrasi
Erlemeyer
Gambar 2.4 Larutan Hasil Titrasi Gambar 2.5 Sampel air dan Larutan
EBT