Oleh :
EKA FITRI ANDANI
201402071
Oleh :
EKA FITRI ANDANI
201402071
ii
iii
iv
QUOTES
“ORANG LAIN TAKAN PEDULI DENGAN APA YANG KAMU KEJAR, BISA JADI ORANG LAIN MENGINGINKANMU
TETAP JADI ORANG KECIL, SEBAB MEREKA TAKUT KALAH SAING. TAPI YAKINLAH, KELUARGAMU ADALAH
PENDORONG TERCAPAINYA MASA DEPANMU, IA FASILITASI SEGALA HAL YANG KAMU BUTUH. HINGGA KAMU
MENJADI ORANG YANG DIBUTUH. HARAPKU, JIKA NANTI KAMU TERJATUH, JANGAN SESEKALI MENGELUH,
TETAPLAH MENJADI PRIBADI YANG UTUH”
v
Kata Persembahan
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan Yang Maha Esa dan
Maha Adil nan Penyayang, atas takdirmu telah jadikan aku manusia yang
senangtiasa berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani kehidupan
ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih
cita-cita besarku.
Ku persembahakan karya kecil ini yang berbalut peluh keringatmu. Mamah dan
Ayah, saya tidak bisa mulai menggambarkan betapa beruntungnya saya memiliki
orang tua yang menakjubkan dalam hidup saya. melihat cinta sejati melalui Anda
berdua membuat hatiku bahagia. Mamah selama saya ingat, Anda selalu berada
di sisi saya, untuk memberi saya dukungan, kepercayaan diri, dan bantuan. Anda
selalu orang yang saya cari, sangat kuat, sangat sensitif, sangat cantik ,
memberikan stabilitas dalam keluarga, penuh tawa, penuh air mata, penuh cinta,
dan masih hari ini, Anda adalah segalanya seorang ibu yang seharusnya. apa pun
yang saya miliki adalah karena Anda. Ayah tidak ada yang bisa saya bayar untuk
apa yang telah Anda lakukan kepada saya. tidak ada yang bisa menggantikan
Anda. tidak ada cara untuk menyesal menjadi anakmu. tidak ada imajinasi apa
yang aku inginkan tanpa dirimu. Maaf membuatmu sedih dan kecewa. aku minta
maaf bahwa aku selalu membelanjakan uangmu. Saya sangat menyesal bahwa
saya marah setiap kali Anda tidak membiarkan saya melakukan sesuatu yang
saya inginkan. saya sangat menyesal atas semua yang saya tidak ingat satu per
satu. pada akhirnya, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih dan maaf. aku
punya satu janji untukmu, aku akan membuatmu bangga suatu hari nanti.
Adek laki-laki saya Jouvan Dira Al-Ihram terima kasih membuat hari saya lebih
berwarna dengan tak pernah akur setiap bersama, semoga setiap langkahmu
lebih bermakna.
8 Tahun kebaikan kalian slalu membuat saya mengerti bahwa kebaikan adalah
yang utama. Terima kasih Bapak Agus dan Ibuk Susilo serta abang terbaik mas
iar yang suka ngajakakin maen dan njajain. Love you fams
Kadang saya merasa tidak punya siapa-siapa, ada orang yang saya ajak bicara
dan bergaul bahkan beberapa saya panggil teman terbaik. Tidak peduli berapa
banyak teman yang saya miliki,seberapa banyak saya berbicara dengan mereka
atau mengahabiskan waktu bersama mereka. Akan slalu tak tergantikan dirimu
sahabatku Siti Khasanah & Laelia Ema Angraini
vi
Untuk temanku Dina Putri Ardianti terimakasih atas langkah yang kamu temani
saat pembuatan skripsi ini, semoga kita bisa saling menemani sampai Altar
Pelaminan. Findy Nur Isa, , Tri Wulandari, Yona Hevi Seiyudha, Alvionita
kalian segalanya yang membantuku dalam mengerjakan skripsi ini dan tanpa
kalian tidak akan sampai pada titik ini, Rizky Dwi Oktaviani dan Eko Winarno
makasih untuk pertemanannya dan untuk anak keperawatan A-B terimakasih
untuk 4 tahun telah menemaniku.
Buat ibuk kos, terima kasih telah menjaga diriku slama ini. Terima kasih juga
buat anak kos yang ter’coks banget. And the last, makasih buat mbak rani yang
overload kalau ngomelin buat ngerjain skripsi dan yang sudah bikin skripsi saya
jadi rapi ( because di edittin ha ha ha).
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan
kepada kalian semua.
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Mulia Madiun
ABSTRAK
Kata kunci: PPOK, Posisi High Fowler (90o), Semi Fowler (45o), Pursed Lips
Breathing, Saturasi Oksigen
x
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Mulia Madiun
ABSTRACT
Keywords: COLD, High Fowler Position (90o), Semi-Fowler (45o), Pursed Lips
Breathing, Oxygen Saturation
xi
DAFTAR ISI
xii
2.4
Konsep Posisi Semi Fowler ......................................................... 30
2.4.1 Pengertian Posisi Semi Fowler ........................................... 30
2.4.2 Tujuan Posisi Semi Folwer ................................................ 31
2.4.3 Prosedur ............................................................................ 31
2.5 Konsep Pursed Lips Breathing.................................................... 32
2.5.1 Pengetian Pursed Lips Breathing ....................................... 32
2.5.2 Tujuan Pursed Lips Breathing ........................................... 34
2.5.3 Prosedur ............................................................................. 35
2.6 Konsep Saturasi Oksigen ............................................................. 35
2.6.1 Pengertian Oksigen ............................................................ 35
2.6.2 Pengertian Saturasi Oksigen ............................................. 36
2.6.3 Tujuan ............................................................................... 36
2.6.4 Prosedur ............................................................................ 37
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 38
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PEELITIAN
3.1 Kerangka Teori ............................................................................ 39
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 40
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 41
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 42
4.2.1 Populasi .............................................................................. 42
4.2.2 Sampel Penelitian ............................................................... 42
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 47
4.5.1 Identitas Variabel ............................................................... 47
4.5.2 Definisi Opeasional Variabel ............................................. 47
4.6 Intrumen Penelitian ..................................................................... 49
4.7 Lokasi Waktu............................................................................... 49
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 49
4.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ................................ 50
4.9.1 Pengolahan Data ................................................................ 50
4.9.2 Analisa Data ....................................................................... 52
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 54
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ............................................... 57
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 58
5.2.1 Data Umum ....................................................................... 58
5.2.2 Data Khusus ....................................................................... 60
5.3 Pembahasan ................................................................................ 64
5.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 70
6.2 Saran ........................................................................................... 71
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 73
Lampiran ............................................................................................................ 76
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR ISTILAH
xvii
DAFTAR SINGKATAN
EKG : Elektrokardiogram
FEV1 : Forced Expired Volume in one second
FEV2/ FVC : Forced Vital Capacity
ICU : intensive care unit
PH : Potential of Hydrogen
PLB : Pursed Lips Breathing
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Paru
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SATS : Site Acceptance Test
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
VEP/ KVP : Kapasitas Vital Paksa
VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama
WHO : World Health Organization
ΔP : Tekanan Uap
xviii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Posisi High Fowler (90) dan Semi Fowler (45) dengan Kombinasi
Puersed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RSUD Caruban” dengan baik. Tersusunnya
skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada
penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti
2. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Bapak Cholik Harun R., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
5. Seluruh Staf Rumah Sakit RSUD Caruban yang telah memberikan ijin dan
6. Kedua Orang tua saya Bapak Sulasno dan Ibu Ismiatin yang telah memberi
xix
8. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Wassalamualaikum Wr.Wb
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
bronkitis kronis dan efisiema (WHO, 2016). Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah
dari industri dan asap kendaraan yang menjadi faktor risiko penyakit tersebut
(Khasanah, 2015). PPOK merupakan Penyakit Kronik yang ditandai dengan batuk
produktif dan dipnea, terjadinya obstruksi saluran nafas sekalipun penyakit ini
maupun asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi
PPOK yang parah. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun
2005 (5% dari semua kematian global). Hal ini diketahui bahwa hampir 90% dari
1
kalangan perempuan di negara-negara berpenghasian tinggi dan risiko yang lebih
tinggi dari paparan polusi udara dalam ruangan (seperti bahan bakar biomassa
rendah, jumlah penyakit pada laki-laki dan perempuan hampir sama (WHO,
2016). Jumlah kematian akibat PPOK diproyeksikan meningkat lebih dari 30%
menunjukkan bahwa PPOK menjadi tahun 2030 penyebab utama ketiga kematian
di seluruh dunia.
PPOK sebesar 10,1%, pada laki-laki sebesar 11,8% dan untuk perempuan 8,5%.
(6,7%) dan China (6,3%) (Oemiti, 2013). Di Indonesia sendiri prevalensi PPOK
2013). Penderita PPOK pada kabupaten Madiun pada tahun 2015 sebanyak 332,
pada tahun 2016 sebanyak 347 dan pada tahu 2017 terdapat 390 penderita (dinkes
Madiun untuk kasus penyakit paru obstruktif kronik menyatakan pada tahun 2016
sebanyak 97 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2017 menjadi 125
2
penderita. Sehingga terjadi adanya peningkatan kasus penyakit paru obstruktif
Sesak nafas atau dyspnoe merupakan gejala yang umum dijumpai pada
salah satunya yang sangat berpengaruh yang membuat pasien PPOK datang
berobat yaitu sesak nafas. Sesak nafas salah satu gejala kompleks yang merupakan
keluhan utama, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu fisiologi, psikologi, sosial,
dan juga lingkungan. Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang diakibatkan oleh
elevasi kadar CO2 dan penungkatan risiko gagal nafas dan tidak melatih paru-paru
untuk bekerja sediri. Maka dari itu diberikan tindakan lain yang dapat membantu
dalam jangka panjang. Tindakan yang dapat dilakukan dengan terapi oksigen
dalam meningkatan satursi oksigen yaitu tindakan posisi high fowler dan semi
fowler dengan kombinasi pursed lips breathing. Posisi high fowler adalah posisi
dimana tempat tidur diposisikan dengan ketinggian dengan 60o-90o bagian lutut
tidak ditinggikan. Posisi high fowler sangan mambantu bagi klien yang
memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari udara (Barbara, 2009).
Tujuan dari posisi high fowler yaitu menghilangkan tekanan pada diafragma dan
memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari udara. Posisi high fowler
pada pasien PPOK telah dilakukan sebagai salah satu cara ubtuk menurunkan
sesak nafas, jika sesak nafas berkurang maka kebutuhan saturasi oksigen dalam
darah tercukupi.
3
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengan duduk atau duduk
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien (Musrifatul & Aziz, 2008). Tujuan dan
mekanisme dilakukan posisi ini adalah untuk memfasilitasi pasien yang sedang
kebawah sehingga ekspansi paru lebih baik pada posisi semi fowler.
parunya terbatas, seperti pada klien Penyakit Paru Obstruktif Menahun atau klien
yang baru pulih dari pembedahan totak (Kozier, 2010). Pursed lips breathing
pursed lips breathing ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa
memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian
obat-obattan (Smeltzer & Bare, 2013). Tujuan dari pursed lips breathing ini
nafas lambat dan dalam, membatu pasien untuk mengontrol pernafasan, mencegah
meningkatkan tekanan jalan nafas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara
oksigen pada posisi high fowler dan semi fowler, namun peneliti yang
4
mengkombinasikan antara posisi high fowler dengan pursed lips breathing dan
posisi semi fowler dengan pursed lips breathing belum ada yang melakukan.
Maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas
posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips
Obstruktif Kronik.
penelitian ini adalah ”bagaimana efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi
1.3 Tujuan
tidakan posisi high fowler (90o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
tindakan posisi semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
5
3. Menganalisis Pengaruh posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
oksigen
4. Membandingkan keefektifan posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
akan datang.
dengan efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan
posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed
6
3. Manfaat Bagi Masyarakat
tentang posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi
4. Bagi Peneliti
tentang posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh peneliti selanjutnya dalam
dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap
7
1.5 Keaslian Penelitian
8
METODE
JUDUL NAMA TAHUN VARIABEL HASIL
PENELITIAN
PERUBAHAN oksigen consecutive sedangkan pada
SATURASI sampling posisi high fouler
OKSIGEN sebesar 94.60.
PADA PASIEN berdasarkan uji
ASMA paired t-test
BRONKIAL diperoleh angka
diruang rawat signifikan yaitu
INAP D3 DAN p= 0.001
E3 RUMAH
SAKIT UMUM
DAERAH
CIBABAT
PENGARUH Stefanie 2015 - Pursed lips Quasi Analisis data
PURSED LIPS kusuma breathing experimen dengan
BREATHING dewi - nilai iforced design dengan menggunakan
(PLB) expiratory pendekatan pre wilcoxon test
TERHADAP volume in one test post test menunjukkan
NILAI second (fevi) design nilai ≤0,05
IFORCED sehingga h0
EXPIRATORY ditolak dan ha
VOLUME IN diterima.
ONE SECOND
(FEVI) PADA
PENDERITA
PENYAKIT
PARU
OBSTRUKTIF
DI RS PARU
DR ARIO
WIRAWAN
SALATIGA
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada terdapat pada
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dengan batuk produktif dan dispnea dan terjadinya osbtruktif saluran nafas
sekalipun penyakit ini bersifat kronik dan merupakan gabungan dari efisiema,
bronkitis kronis maupun asma, akan tetapi dalam keadaan tertentu terjadi
penyakit paru yang ditandai oleh peningkatan resistensi saluran nafas yang terjadi
akibat penyempitan lumen saluran nafas bawah. Ketika resistensi saluran nafas
jika resisten lebih besar dua kali lipat akibat penyempitan lumen saluran nfas,
maka ΔP harus ditingkatkan dua kali lipat juga melalui kontraksi otot pernafasan
yang lebih besar untuk menghasilkan kecepatan aliran udara masuk dan keluar
paru seperti yang dicapai orang sehat dalam keadaan istirahat. Karena itu, orang
dengan PPOK harus bekerja lebih giat untuk bernafas. Penyakit Paru Obstruktif
yang dapat diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus menerus
yang biasanya progresif dan terkaitan dengan kronis ditingkatkan respon inflamasi
10
di saluran udara dan paru-paru terhadap partikel atau gas. Eksaserbasi dan
dengan obstruktif jalan nafas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.
(2009):
1. Bronkitis Kronik
polutan udara, atau alergrn. Sebagai respon terhadap iritasi kronik, saluran
2. Asma
saluran nafas yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema yang dipicu
salura nafas kecil akibat spasme otot polos di dinding saluran nafas.
11
kutu, debu rumah atau serbuk sari tanaman), iritan (misalnya asap rokok),
dan infeksi.
3. Emfisiema
2.1.3 Etiologi
1. Merokok
Pada tahun 1964, penasehat committee surgeon general of the united states
merokok, jumlah batang rokok yang dihisap dalam setahun, serta status
12
terbaru perokok memprediksikan mortalitas akibat PPOK. Individu yang
adalah variasi penyakit yang hampir sama yang diakibatkan oleh faktor
asma dan PPOK merupakan dua kondisi yang berbeda; asma diakibatkan
reaksi alergi sedangkan PPOK adalah proses inflamasi dan kerusakan yang
bahwa infeksi saluran nafas pada masa anak-anak juga berpotensi sebagai
13
4. Pemaparan akibat pekerjaan
saluran nasaf juga bisa diakibatkan pemaparan terhadap abu dan debu
FEV2/FVC, dan Dlco carbon monoxide diffusing capacity of lung. Hal ini
emfisima
5. Polusi udara
al, 2008).
6. Faktor genetik
beresiko untuk terjadinya PPOK. Insiden kasus ini PPOK yang disebabkan
14
adalah kurang daripada satu peratus. Α1-antitripsin merupakan inhibitor
elatase diparu.
2.1.4 Patofisiologi
Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan dinding
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah inspirasi. Apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor risiko merokok dan polusi udara
15
obstruksi pada awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat
inspirasi akan banyak terjebak dalam alveolus pada saat ekspirasi sehingga terjadi
keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal
sebelumnnya dan bersifat akut. Eksaserbasi aku ini dapat ditandai dengan gejala
yang khas, seperti sesak nafas yang semakin memburuk, batuk prodiktif dengan
perubahan volume atau purulesi spuntum atau dapat juga memberikan gejala yang
16
tidak khas seperti malaise, kelelahan dan gangguan tidur. Gejala klinis PPOK
eksaserbasi akut ini dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala respirasi dan gejala
sistemik. Gejala respirasi berupa sesak nafas yang semakin bertambah berat,
peningkatan volume dan purulensi spuntum, batuk yang sering, dan nafas yang
dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien (Riyanto & Hisyam,
2006).
Serta menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) manifestasi klinis pada
PPOK yaitu malfungsi kronis pada sistem pernafasa yang manisfestasi awal
ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul dipagi
hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek, sesak nafas
akut, frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi
Komplikasi menurut PDPI (2016), yang dapat terjadi pada PPOK adalah
1. Gagal nafas
Hasil analisis gas darah Po2< 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal. Penatalaksanaan:
2) Bronkodilator adekuat
4) Antioksidan
17
b. Gagal nafas aku pada gagal nafas kronik
3) Demam
4) Kesadaran menurun
2. Infeksi berulang
3. Kor Pulmonal
1. Penatalaksanaa Umum
a. Tujuan penatalaksaan
1) Mengurangi gejala
18
b. Penatalaksanaan secara umum meliputi
1) Edukasi
19
dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
e) Penyesuaian aktiviti
berikut:
a) Berhenti merokok
b) Penggunaan obat-obatan
dengan selang waktu tertentu atau kalau perlu saja), dosis obat
20
c) Penggunaan oksigen
dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali
a) Ringan
21
b) Sedang
c) Berat
2) Obat-obatan
a) Bronkodilator
b) Antiinflamasi
c) Antioksida
d) Mukolitik
e) Antitusif
3) Terapi oksigen
4) Ventilasi Mekanik
dengan gagal nafas akut, gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
atau pada pasien PPOK derajat verat dengan nafas kronik. Ventilasi
22
rumah. Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara ventilasi
5) Nutrisi
6) Rehabilitasi
2. Penatalaksanaan Keperawatan
23
3) Meningkatkan masukan nutrisi
harian
awal
Fungsi sistem pernafasan adalah pertukaran gas. Oksigen dari udara yang
dihirup berdifusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbondioksida
yang dihasilkan selama metabolisme sel berdifusi dari darah kedalam alveolus dan
dan melindungi tubuh dari benda asing seperti partikel dan patogen (Kozier,
2010).
24
1. Ventilasi paru atau pernafasan, perpindahan udara antara lingkunngan dan
alveolus.
(Kozier, 2010).
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini
Jadi diparu-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari
udara masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis.
masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta lalu ke seluruh
Sebagai ampas (sisanya) dari pertukaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra)
lalu kebilik kanan (ventrikel dekstra) dan setelah itu keluar melalui arteri
dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme,
Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih akan terjadi
perjalanan yang panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat
25
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita akan batuk, hal ini
untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. Dan selain hal itu,
akan dibantu oleh bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran
dan benda asing. Terdapatnya benda asing/ kotoran tersebut bisa dikelurkan
melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian di atas udara yag masuk kedalam
Tetapi jika kita bernafas dengan mulut, udara yang masuk keddalam paru-
gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia/ bulu-bulu getar dapat rusak apabila
adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Akan tetapi dalam keadaan
tertentu diharapkan kita bernafas melalui mulut, misalnya pada operasi hidung,
pengangkatan polib, karena setelah operasi pada kedua hidung di isi tampon
atau upaya pernafasan. Respirasi normal (eupnea) bersifat tenang, berirama, dan
adalah frekuensi pernafasan yang lambat secara abnormal, yang dapat dijumpai
26
alkalosis metabolik, atau mengalami peningkatan tekanan intracranial (misalnya,
peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi,
frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang
dibuang dari pada yang dihasilkan. Sebuah tipe hiperventilasi tertentu yang
Hiperventilasi juga dapat terjadi sebagai respon terhadap stress, seperti yang
dapat terjadi karena penyakit otot pernafasan, obat-obatan, atau anastesi. Dengan
Keefektifan pola afas pada manusia dapat di lihat dari sistem pernafasan
yang normal, diperlukan beberapa faktor menurut Somari (2012), seperti berikut
ini:
27
1. Suplai oksigen yang ade kuat
tekanan subnormal dan hal ini biasanya disebabkan oleh inhalasi asap,
keracunan karbon monoksida, serta dilusi udara yag dihirup dengan gas-
gas inert (nitrogen, helium, hydrogen atau gas anestesi seperti nitro
oksida).
menjadi faktor yang penting dalam pertukaran O2 dan CO2. Hal-hal yang
percabangan trakeobronkial.
28
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel
tubuh.
6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif
ketinggian 60-90o bagian lutut tidak ditinggiakan. Posisi high fowler ini sangat
pada diafragma yang memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari
2.3.3 Prosedur
2. Mencuci tangan.
29
c. Tangan kanan perawat dibawah ketiak dan tangan kiri dibelakang
psien ke atas.
6. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di naik turunkan dengan
sudut 90o
kanan kiri.
9. Mencuci tangan
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan menjadi 45o dan posisi ini
30
fungsi pernafasan pasien (Musrifatul & Aziz, 2008). Posisi semi fowler atau
posisi setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang meninggikan batang tubuh
dan kepala dinaikkan 15-45o. Apabila klien berada dalam posisi ini, gravitasi
Dan menurut Supadi (2008) bahwa posisi semi fowler membuat oksigen
cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga 02 delivery menjadi
optimal. Sesak nafas akan berkurang dan ahirnya perbaikan kondisi klien lebih
cepat.
2. Mencuci tangan.
31
d. Menganjurkan pasien untuk mendorong badannya kebelakang dan
pasien ke atas.
6. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di naik turunkan dengan
sudut 45o
kanan kiri.
9. Mencuci tangan
Pursed lips breathing (PLB) adalah terapi yang digunakan untuk pasien
dengan penyakit ISPA. Hal ini sering digunaan dalam rehabilitasi paru termasuk
pasien paru obstruktif kronik (PPOK) untuk menringankan dyspnea. Pursed lips
32
penuh (Parsudi, dkk.,2002). Pursed lips breathing adalah latihan pernafasan
dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara
perpanjang. Terapi rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah
cara sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantun apapun, dan juga
tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obattan (Smeltzer & Bare, 2013).
pursed lips breathing adalah suatu latihan bernafas yang terdiri dari dua
mekanisme yaitu inspirasi secara kuat dan dalam serta ekspirasi aktif dan panjang.
secara paksa (khasanah, 2015). Ekspirasi secara paksa tentunya akan meningkatan
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan lebih kuat lagi tentunya akan
mengalir keluar dari paru ke atmosfir. Ekspirasi yang dipaksa pada bernafas
pursed lips breathing juga akakn menyebakan obstruksi jalan nafas dihilangkan
memperlancar udara yang dihembuskan dan atau dihirup. Bernafas pursed lips
33
2.5.2 Tujuan pursed lips breathing
transport oksigen, meginduksi pola nafas lambat dan dalam, membantu pasien
ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang terjebak (Smeltzer dan Bare, 2013).
spontan yang dapat berakibat paru kolap atau runtuh dengan demikian bernafas
ruang alveolus lebih banyak lagi. Apalagi pada bernafas Pursed lips breathing
juga ada mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, maka mekanisme ini akan
gradien tekanan O2 yang tinggi meningkatkan pertukaran gas, yaitu difusi O2 dari
alveolus ke kapiler paru. Perbedaan tekanan CO2 yang tinggi juga meningkatkan
pertukaran gas, yaitu difusi CO2 dari kapiler paru ke alveokus untuk selanjutnya
34
2.5.3 Prosedur
1. Cuci tangan
6. Anjurkan pasien untuk mulai dengan cara menarik nafas dalam melalui
7. Kemudian anjurkan klien untuk menahan nafas sekitar 1-2 detik dan
9. Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam
Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan
gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan
oksidasi. Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada
Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen,
35
2.6.2 Pengertian Saturasi Oksigen
oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam
mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah.
adalah dengan menggunakan oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah
satu kemajuan terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano & Higgins, 2005).
Oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah
dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua diode ini
biasanya pada ujung jari atau daun telingan, menuju fotodetektor pada sisi lain
2.6.3 Tujuan
oksigenasi.
36
2.6.4 Prosedur
2. Cara kerja:
a. Cuci tangan
37
2.7 KERANGKA TEORI
Faktor presdiposisi
1. Merokok
2. Hiperesponsif saluran pernafasan
3. Infeksi saluran pernafasan
4. Pemaparan akibat pekerjaan
5. Polusi
6. Faktor genetik
Patofisiologi
1. Berkurangnya elastisitas jaringan paru dan
dinding dada
2. Terjadi penurunan kekuatan kontraksi
pernafasan
Manisfestasi klinis
1. Sesak nafas
2. Batuk produktif
3. Malaise
4. Kelelahan
5. Gangguan tidur
6. Peningkatan volume dan purulensi
spuntum
7. Nafas yang dangkal dan cepat
8. Penggunaan otot bantu pernafasan dan
ekspansi lebih lama dari pada inspirasi
Penatalaksanaan
Farmakologi Non-farmakologi
1. Obat-obatan 1. Edukasi
(Bronkodilator, 2. Nutrisi
Antiinflamasi, 3. Rehabilitasi
4. Terapi posisi
Antibiotik,
Mukolitik, Antitusif
2. Terapi oksigen
3. Ventilasi mekanik
38
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam,
2015).
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian efektifitas posisi high fowler (90o) dan
semi fower (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing.
39
Gambar 3.1 Menjelaskan mekanisme efektifitas pemberian posisi high
fowler (90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
3.2 Hipotesis
H1 : Ada perbedaan efektifitas posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
40
BAB 4
METODE PENELITIAN
yang di harapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada
adalah non Equavalent Control Group Design, dimana pada penelitian ini
membandingkan hasil intervensi posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
diberikan perlakuan.
41
Tabel 4.1 Desain penelitian Quasy eksperimental non Equavalent Control Group
Design
Keterangan :
P : Perlakuan
K : Kontrol
4.2.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2012). Besar sampel pada penelitian ini di tentukan dengan kriteria
inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2016). Untuk menetukan besar sampel dalam
42
(t) yang digunakan dalam penelitiian sehingga t = 2 kelompok makan besar
(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
(2 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
1(𝑛 − 1) ≥ 15
(−1) ≥ 15/1
𝑛−1≥5
𝑛 ≥ 16
Keterangan :
n : jumlah pengulangan
t : jumlah pengelompokan
jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus berikut :
𝑛
n′ =
(1 − 𝑓)
16
=
(1 − 0,1)
16
=
0,9
= 17,7
= 18
43
Keterangan :
Kriteria Sampel
2. Kriteria eksklusi
44
4.3 Teknik Sampling
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga sebuah sampel akan mewakili
keseluruhan yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri berdasarkan ciri atau sifat-
yang ingin diteliti atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah
dirumuskan serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan
pustaka sebelumnya. Oleh karena itu kerangka konsep terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo,
2012).
45
Populasi
semua Pasien yang mengalami PPOK di RSUD Caruban berjumlah 40 pasien yang memenuhi
kriteria
Sampel
sebagian pasien yang mengalami PPOK sejumlah 36 pasien
Sampling
purposive sampling
Desain Penelitian
Quasy Eksperiment Non Equavalent Control Groub Desaign
Pegumpulan Data
lembar obvervasi
Variabel Independent
Variabel Dependent
posisi high fowler (90o)dan semi fowler
nilai saturasi oksigen
(45)dengan kombinasi pursed lips
breathing
Pengelolaan Data
editing, coding, entry data , tabulating
Analisis Data
uji uji Wilcoxon dan mann- whitney U test.
Laporan
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Efektifitas Posisi High fowler (90o) dan
Semi fowler (45o) dengan kombinasi Pursed lips breathing terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen pada pasien PPOK di RSUD Caruban.
46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
yaitu :
posisi high fowler(90o) dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed
lips breathing.
saturasi oksigen.
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
47
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Alat Skala
Variabel Definisi Operasinal Parameter Skor
Ukur Data
Independent 1. posisi high Persiapan, SOP - -
Posisi high fowler(90o) adalah proses
fowler (90o) posisi duduk dengan pemberian
dan semi fowler ketinggian 60-900, terapi posisi
o
(45 ) dengan bertujuan untuk high fowler
kombinasi menghilangkan (90o) dan semi
pursed lips tekanan pada fowler (45o)
breathing diafragma untuk dengan
meningkatkan kombinasi
pertukaran volume pursed lips
2. posisi semi fowler braething
adalah sebuah posisi
setengah duduk
dimana bagian kepala
tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikan
menjadi 15-45.
bertujuan
memfasilitasi pasien
yang sedang
kesulitan bernafas
3. pursed lips breathing
adalah latihan
perafasan dengan
menghirup udara
melalui hidung dan
mengeluarkan udara
dengan cara bibir
lebih dirapatkan atau
di monyongkan
dengan waktu
ekshalansi lebih
panjang. tujuannya
untuk memperbaiki
transpost oksigen,
menginduksi pola
nafas lambat dan
dalam, mencegah
kolaps dan melatih
otot-otot ekspirasi
Dependen Presentasi hemoglobin Dengan adanya Lembar Rasio -
saturasi oksigen yang berikatan dengan pemeriksaan: observasi
oksigen dalam arteri, Pemerikasaan dengan
saturasi oksigen normal saturasi oksigen menggun
adalah antara 95-100% sampai batas akan
yang di uji dengan normal 95- pulse
oxymetri. 100% oxymetri
48
4.6 Istrumen Penelitian
2010). Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk menilai saturasi
oksigen setelah tindakan intervensi posisi high fowler (90o) dan semi fowler (45o)
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Stikes
menjadi sampel
49
fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing, setelah itu
lips breathing dan kelompok dua sebagai kontrol diberikan perlakuan semi
kombinasi pursed lips breathing dan satu kelompok kontrol juga diberikan
oksigen..
pengelohana data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi dan
50
1. Editing
kualias data agar dapat diprotes lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apakah ada soal yang belum diisi oleh responden maka
2. Coding
a. Umur
35- 45
46- 55
56- 75
76 >
b. Jenis kelamin
Laki-laki :1
Perempuan :2
c. Pendidikan
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA/SMK :4
Diploma/Sarjana :5
51
d. Pekerjaan
Tidak bekerja :1
Pedagang :2
Petani :3
Pegawai negeri :4
Swasta :5
TNI/POLRI :6
3. Entry
frekuensi.
4. Tabulating
52
masalah penelitian tersebut (Nursalam, 2015). Teknik analisa data yang
posisi high fowler dan semi fowler dengan kombinasi pursed lips breathing
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
high fowler (90o) dan semi-fowler (45o) dengan kombinasi pured lips
53
d. Data harus Homogen.
hasil nilai yang didapatkan > 0,05 maka data dikatakan homogen.
memenuhi syarat, maka harus diganti dengan uji Wilcoxon dan mann-
whitney U test.
isu sentral yang berkembangan saat ini. Penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 99% subjek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus
maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonom) manusia yang kebutuhan sebagai
klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperkuat subjek penelitian
yang diberikan. Padalah pada kenyataan hal ini sangan bertentangan dengan
1. Informend consent
54
peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap menghormati hak-hak yang
bersangkutan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
55
BAB 5
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
efektifitas posisi high fowler(90°) dengan kombinasi pursed lips breathing dan
Juni 2018 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang dengan pasien menderita
penentuannya diambil sesuai dengan posisi awal pasien yang telah ditetapkan oleh
Pada perlakuan ini peneliti mengkaji pasien sesuai dengan posisi awal
yang telah diberikan oleh pihak tenaga Medis. Peneliti memberikan informconsent
saturasi oksigen menggunakan alat Puls Oksimentri pada jempol tangan kiri.
Setelah hasilnya terdeteksi dan hasil di bawah 95% maka peneliti memberikan
posisi high fowler (90) atau semi fowler (45). Peneliti memberikan posisi high
fowler (90o), jika posisi awal responden 50-90o dan memberikan posisi semi
fowler (45o), jika posisi awal responden 15-45o. Dari masing-masing tindakan di
56
Data hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: data umum dan
diberikan tindakan posisi high fowler (90°) dan semi fowler (45°) dengan
PEMKAB Madiun yang berupa RSU, dinaungi oleh Pemda Kabupaten dan
Tergolong kedalam Rumah Sakit Tipe C yang merupakan institusi pemberian jasa
yang telah ditetapkan. Sarana layanan kesehatan ditunjukan baik pada masyarakat
sehat maupun yang sakit secara umum atau masyarakat dengan gangguan paru
dan sistem pernafasan secara khusus. Penelitian ini dilaksanakan di ruang khusus
kapasitas 13 tempat tidur, diantaranya kamar kelas 3 dengan jumlah tempat tidur
10, kelas 2 dengan jumlah 2 tempat tidur dan satu tempat tidur untuk ruang
isolasi. Di ruang Cemara sendiri terdapat alat yang lengkap untuk merawat pasien
dengan penyakit dalam di antaranya Suction, EKG, Nebulizer, Puls Oksimetri dan
lain-lain. Akan tetapi untuk tempat tidur banyak yang tidak mendukung sehingga
57
dalam menaikkan posisi pasien dilakukan manual. Rumah sakit ini juga
58
RSUD Caruban Kab.Madiun 23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, dan
responden (25%).
RSUD Caruban Kab. Madiun 23 April 2018 sampai 04 Juni 2018, dan
59
Tabel 5.4 Hasil Perguruan Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Data khusus menyajian data hasil pretest dan posttest posisi high fowler
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi Pursed lips breathing terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada kelompok kontrol, data hasil pretest dan
posttest posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi Pursed
dan hasil statistik Mann-Whitney U test merupakan sebagian dari statistik non-
parametrik.
1. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed
lips breathing
a. Tabel 5.5 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru
obstruktif.
Std.
N Mean Minimum Maximum
Deviation
Pretest_High_Fowler 16 91.93 2.32 87 94
Postest_High_Fowler 16 99.87 0.34 99 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
setelah tidakan yaitu dari 91.93 menjadi 99.06, dengan standart deviasi
60
0.34, dan terdapat nilai minimum dan maksimum sebelum tidakan yaitu
n
Menurun 0
Postest_High_Fowler -
Meningkat 16
retest_High_Fowler
Sama 0
(Sumber : Data Primer, 2018)
pottest high fowler (90°) tidak ada penurunan dan sebaliknya terjadi
2. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
lips breathing
a. Tabel 5.7 Hasil nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru
obstruktif.
Std.
N Mean Minimum Maximum
Deviation
Pretest_Semi_Fowler 16 91.06 2.01 88 94
Postest_Semi_Fowler 16 97.68 1.53 95 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
setelah tindakan yaitu dari 91.06 menjadi 97.68, dengan standart deviasi
sebelum tindakan 2.01 dan setelah tindakan standart deviasi menjadi 1.53,
dan nilai minimum maksimum sebelum tindakan yaitu 88-95 dan terjadi
61
b. Tabel 5.8 Hasil perubahan nilai saturasi oksigen
n
Menurun 0
Postest_Semi_Fowler -
Meningkat 16
Pretest_Semi_Fowler
Sama 0
(Sumber : Data Primer, 2018)
pottest semi fowler (45°) tidak ada penurunan dan sebaliknya terjadi
3. Pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi
pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen
Tabel 5.9 Hasil uji pengaruh nilai saturasi oksigen posisi high fowler (90)
dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing.
Std. Nilai
N Mean Minimum Maximum
Deviation ρ
Pretest_High_Fowler 16 91.93 2.32 87 94
Postest_High_Fowler 16 99.87 0.34 99 100 0.000
Std.
N Mean Minimum Maximum Nilai
Deviation
Pretest_Semi_Fowler 16 91.06 2.01 88 94
Postest_Semi_Fowler 16 97.68 1.53 95 100 0.000
(Sumber : Data Primer, 2018)
Tabel 5.9 dapat diketahui hasil nilai rata-rata pada pretest high fowler
(90o) yaitu 91.93, postest high fowler (90o) adalah 99.87 sedangkan pada
semi fowler (45o) pretest adalah 91.06 dan untuk posttest 97.68 , untuk
standart deviasi pada high fowler (90) pretest yaitu 2.32 dan posttest 0.34
sedangkan untuk semi fowler (45o) pretest 2.01 dan posttest 1.53, untuk
nilai minimal maksimum pada high fowler (90) pretest 87-94 dan posttest
99-100 dan untuk semi fowler (45) pretest 88-95 dan posttest 99-100.
62
berdistribusi normal dan Homogen. Di karena uji tidak normal dan
homogen, Oleh sebab itu maka peneliti menggunakan uji lain yaitu uji
mann-whitney U test .
dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara posisi high
4. Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing.
Didapatkan hasil nilai selisih rata-rata pada posisi high fowler (90)
adalah 16.84 dengan hasil 269.50 dan pada semi fowler (45) adalah
16.16 dengan hasil 258.50 . Ini menjunjukkan bahwa hasil high fowler
63
5.3 Pembahasan
5.3.1 Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik
sebelum dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan
kombinasi pursed lips breathing
RSUD Caruban Kab. Madiun, pada Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai saturasi oksigen sebelum pemberian posisi high fowler (90) dengan
kombinasi pursed lips breathing (mean) 91.93, dengan standart deviasi 2.32, dan
nilai mininum maksimum 87-94. Sedangkan sesudah diberikan posisi high fowler
(mean) 99.06, kemudian standart deviasi 0.34, dan nilai minimum maksimum 99-
100.
bahwa pada posisi high fowler (90°) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
nilai peningkatan yang sama. Setelah diberikan posisi high fowler (90°) dengan
kombinasi pursed lips breathing menaikkan nilai saturasi oksigen pada pasien
volume udara yang lebih besar dan memperbaiki transport oksigen dengan
yang paling banyak mengalami penyakit paru obatruktif adalah laki-laki, ini
64
berarti bahwa laki-laki lebih beresiko untuk terkena PPOK (Reilly et al, 2008).
dengan judul lama sakit berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit paru
Serikat bahwa prevalensi PPOK pada laki-laki sebesar 11,8% dan untuk
perempuan.
5.3.2 Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik
sebelum dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
RSUD Caruban Kab. Madiun, pada Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai saturasi oksigen sebelum pemberian posisi semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing (mean) 91.06, dengan standart 2.01, dan nilai
(mean) 97.68, standart deviasi 1.53, dan nilai minimum maksimum 95-100.
pada posisi semi fowler (45°) dengan kombinasi pursed lips breathing yang
diberikan pada 16 respoden juga mengalami peningkatan 100% dan juga tidak
memiliki nilai peningkatan yang sama. Posisi semi fowler (45°) dapat
65
dan Aziz, 2008). Dimana posisi ini dapat membuat gravitasi menarik diafragm ke
bawah dan memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar
(Kozier, 2010). Perpindahan oksigen dari alveolus ke dalam pembuluh darah dan
berlaku sebaliknya untuk karbondioksida, difusi dapat terjadi dari daerah yang
bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, darah, sirkulasi dan posisi. Posisi
tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru, biasanya menurun bila
berbaring dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh
dua faktor yaitu kecenderungan isi abdomen menekan ke atas melawan diafragma
pada posisi berbaring dan peningktan volume darah paru pada posisi berbaring,
yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru
( Guyton, 2007). Pada posisi semi fowler (45°) diafragma masih menekan ke atas,
sehingga pada posisi ini belum sepenuhnya dapat memaksimalkan untuk ruang
fungsi paru seseorang mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun, setelah itu
fungsi paru akan lebih cepat. Apalagi bila sering terjadi infeksi saluran napas
atas/bawah dan tidak segera diobati sampai sembuh. Karena bekerja lokal, obat
nebu jauh lebih aman dan bisa diberikan berkali-kali dalam sehari.
(PPOK) di dapatkan seluruh responden yang diteliti berusia dewasa ahir dengan
66
total responden 60 orang. Dan pada Berita Kedokteran Masyarakat (BKM
mengatakan sebagian besar pasien penyakit paru obstruktif kronis berusia 61-70
tahun. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian di Korea Selatan dan Belanda
dimana proporsi tertinggi paien penyakit paru obstruktif kronis pada usia tersebut.
5.3.3 Pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi
oksigen
Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 5.9 dapat diketahui hasil uji
dilakukan uji statistik dengan bantuaun program spss diperoleh nilai ρ value =0,00
dengan jumlah responden 32 orang sehingga ρ value <α (0.00 <0.05) artinya H0
ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara posisi high fowler(90°) dan semi fowler(45°) terhadap nilai
Tindakan posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) merupakan
mencegah udara dihembuskan secara spontan yang dapat berakibat paru kolaps
atau runtuh, dengan demikian dengan bernafas pursed lips breathing membantu
mengeluarkan udara yang terperangkap pada pasien PPOK sehingga CO2 di paru
67
Oksigen merupakan unsur kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan
alveolus lebih banyak lagi. Apalagi pada bernafas pursed lips breathing juga ada
mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, maka mekanisme ini akan membantu
5.3.4 Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
kombinasi pursed lips breathing
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips
breathing pada Tabel 5.10 diketahui hasil perbandingan antara posisi high fowler
(90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed lips breathing. Didapatkan
hasil nilai selisih mean pada posisi high fowler (90) adalah 16.84 dan pada semi
fowler (45) adalah 16.16. Ini menunjukkan bahwa hasil high fowler (90) lebih
efektif dibandingkan dengan posisi semi fowler (45). Perbedaan rerata perubahan
high fowler (90) dengan kombinasi pursed lips breathing terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obatruktif. Untuk memperoleh ataupun
mendapatkan O2 agar dapar digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2
udara kedalam paru melalui trakea, bronkus, dan bronkiolus. Hal yang terpenting
dari seluruh bagan pernafasan adalah menjaga agar saluran tetap terbuka agar
68
udara dapat masuk dan keluar alveoli dengan mudah (Guyton dan Hall, 2008).
Sehingga pemberian posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed lips
breathing dapat diberikan untu pasien penyakit paru obstruktif sebagai salah satu
optimal atau bisa dikatakan sempurna. Banyak sekali kekurangan tersebut antara
lain:
1. Salah satu alat Standart Operasional Prosedur dalam penelitian ini yaitu
69
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
1. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi high fowler (90) dengan kombinasi pursed
99.87.
2. Nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif kronik sebelum
dan sesudah dilakukan posisi semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
97.68.
3. Ada pengaruh posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
4. Efektifitas posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan
70
untuk posisi high fowler (90) adalah 16.84 dan pada semi fowler (45)
adalah 16.16. Ini menjunjukkan bahwa hasil high fowler (90) lebih efektif
6.2 Saran
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi puersed
disarankan yang posisi high fowler (90o) dengan kombinasi pursed lips
breathing.
posisi high fowler (90) dan semi fowler (45) dengan kombinasi pursed
71
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
fowler (45) dengan kombinasi puersed lips breathing karena ada beberapa
72
DAFTAR PUSTAKA
Aziz dan Uliyah. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi
Dasar-dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Gold. 2010. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Global
Strategi for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronoc
Obstructive Pulmonary Disease.
Grace, et.all. 2011. Ata Glace Lima Bedah. Edisi 3. Yogyakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Ignatavious & work man. 2006. Medical Surgical Nurshing Critical Thingking for
Collaborative Care. Vol.2. Elsevler Sauders: Ohia.
Kasanah, S. 2013. Efektifitas Posisi Condong kedepan dan Pursed lips breathing
(PLB) terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien Penyakit Paru
Osbtruktif Kronik. Jurnal. Stikes Harapan Bangsa Purworejo.
73
Notoatmojo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oemiti. 2013. Lama Sakit Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jurnal.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3130
Di akses pada: 20 desember 2017, jam 10.00 WIB.
PDPI. 2016. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Para
Indonesia.
Reilly, J.J., Jr., Silverman, E.K., Shapiro, S.D., (2008). Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Fauci et al., ed. Harisson’s Principles of Internal
Medicine. 17 thEd. Vol. 2, Part 10, Chapter 254: 1635-1643
file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/tinjauan%20pustaka%201%2
0ppok.pdf
Riyanto, B. S., Hisyam B. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam: Obstruksi Saluran
Pernapasan Akut,. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD
FKUI, P.984-5
74
RSUD Caruban. 2018. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Smeltzer S.C., Bare G. B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume
1; Edisi 8. Jakarta: EGC.
75
Lampiran 1 Surat Ijin Pencarian Data Awal
76
77
78
79
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
80
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian
81
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian
Oleh
EKA FITRI ANDANI
Partisipasinya anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk
ikut atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden
penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
82
Lembar 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun :
Nama : EKA FITRI ANDANI
NIM : 201402071
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang” efektifitas posisi high
(90 ) fowler dan semi fowler (45o) dengan kombinasi pursed lips breathing
o
83
Lampiran 6 Lembar Standart Operasional Prosedur
(SOP)
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
STANDART
OPERASIONAL POSISI HIGH FOWLER (90o)
PROSEDUR
PENGERTIAN Posisi duduk dengan ketinggian 60-900
84
5. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di
naik turunkan dengan sudut awal 60o dan dirubah
menjadi sudut 90o
6. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal
untuk menompang lengan kanan kiri.
7. Pasang selimut pasien
8. Mencuci tangan
9. Catat tindakan yang telah dilakukan
85
Lampiran 7 Lembar Standart Operasional Prosedur
(SOP)
STANDART
OPERASIONAL POSISI SEMI FOWLER (45o)
PROSEDUR
PENGERTIAN Posisi duduk dengan ketinggian 15-45
86
5. Menyusun bantal atau tempat tidur yang bisa di
naik turunkan dengan sudut awal 15o dan dirubah
menjadi sudut 45o
6. Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal
untuk menompang lengan kanan kiri.
7. Pasang selimut pasien
8. Mencuci tangan
9. Catat tindakan yang telah dilakukan
87
Lampiran 8 Lembar Standart Operasional Prosedur
(SOP)
STANDART
OPERASIONAL PURSED LIPS BREATHING
PROSEDUR
PENGERTIAN pursed lips breathing (PLB) adalah terapi yang digunakan
untuk rehabilitasi paru termasuk pasien paru obstruktif
kronik (PPOK) untuk meringankan dyspnea. Pursed lips
breathing adalah bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Parsudi, dkk.,2002).
TUJUAN 1. Meningkatkan efisiensi ventilasi
2. Menurunkan RR
3. Sebagai teknik bernafas dalam rehabilitasi paru
TEMPAT RSUD CARUBAN
PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Atur posisi nyaman dengan high fowler (90o)dan semi
fowler(45o)
4. Fleksikan lutut pasien untuk merileksasikan otot
abdominal
5. Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tempat
dibawah tulang iga
6. Anjurkan pasien untuk mulai dengan cara menarik
nafas dalam melalui hidung dengan bibir tertutup
7. Kemudian anjurkan klien untuk menahan nafas sekitar
1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan nafas
melaui bibir dengan bentuk mulut seperti orang
meniup
8. Lakukan 5 kali latihan kemudian istirahat dalam 1
menit, dan di ulang selama 3 kali.
9. Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan
latihan nafas dalam
10. Cuci tangan
88
Lampiran 9 Lembar Standart Operasional Prosedur
89
Lampiran 10 Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
NILAI SATURSI OKSIGEN
A. Identitas Responden
1. Identitas Responden
a. No Responden :
b. Nama Responden :
c. Jenis Kelamin : (L / P)
d. Umur :
e. Pendidikan :
o Tidak sekolah
o DS
o SLTP
o SLTA sederajat
o Perguruan
f. Pekerjaan :
o Tidak bekerja
o Pedagang
o Petani
o Pegawai negeri
o Swasta
o TNI/POLRI
B. Nilai Saturasi Oksigen
1. Nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah melakukan terapi pemberian
posisi high fowler 90o dan semi fowler 45o dengan kombinasi pursed lips
breathing
Taggal pelaksanaan :
Hasil pemeriksaan :
90
Lampiran 11 Hasil Observasi
91
Lampiran 12 Data Tabulasi
DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH POISI HIGH FOWLER (90°)
No Tanggal Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Nilai sebelum Nilai sesudah
1 23-Apr-18 Tn.T 48 L SMA Pegawai Negeri 91 99
2 24-Apr-18 Tn.I 53 L SMA Swata 94 100
3 24-Apr-18 Tn.S 63 L SMA Petani 88 100
4 25-Apr-18 Tn.S 66 L SMA Petani 94 100
5 26-Apr-18 Ny. S 72 P SMP Petani 94 100
6 28-Apr-18 Tn.T 62 L SMA Swata 94 100
7 30-Apr-18 Ny.T 69 P SMA Pedagang 93 100
8 01-Mei-18 Tn.S 67 L SMP Petani 91 100
9 05-Mei-18 Tn.K 66 L SMA Pedagang 87 100
10 06-Mei-18 Tn.Y 73 L SD Tidak Bekerja 94 100
11 09-Mei-18 Ny.P 69 P SMA Swata 90 99
12 09-Mei-18 Tn.F 51 L Perguruan Pegawai Negeri 94 100
13 11-Mei-18 Ny.I 49 P Perguruan Pegawai Negeri 91 100
14 13-Mei-18 Tn.W 52 L SMA Swata 90 100
15 13-Mei-18 Ny.M 61 P SMA Swata 94 100
16 16-Mei-18 Tn.P 73 L SMP Tidak Bekerja 91 100
92
DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH POSISI SEMI FOWLER (45°)
No Tanggal Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Nilai sebelum Nilai sesudah
1 25-Apr-18 Ny.N 53 P SMP Petani 89 99
2 25-Apr-18 Tn.T 63 P SMA Swasta 88 97
3 28-Apr-18 Tn.M 50 L Perguruan Pegawai Negeri 90 99
4 02-Mei-18 Tn.M 49 L SMA Porli 89 98
5 04-Mei-18 Ny. S 59 L SMA Petani 89 98
6 06-Mei-18 Tn.B 75 L SD Tidak Bekerja 89 95
7 11-Mei-18 Tn.E 48 L SMA Swasta 89 98
8 16-Mei-18 Ny.L 54 P SD Petani 94 99
9 17-Mei-18 Tn.U 52 L SMA Swasta 89 99
10 19-Mei-18 Tn.B 66 L SMP Petani 90 95
11 23-Mei-18 Ny.S 55 L SMP Petani 93 100
12 23-Mei-18 Tn.A 58 L Perguruan Pegawai Negeri 92 96
13 26-Mei-18 Ny.E 55 L SMA Swasta 89 96
14 28-Mei-18 Tn.D 60 L SMA Pedagang 89 97
15 30-Mei-18 Ny.M 61 L SMA Swasta 94 98
16 04-Jun-18 Tn.I 72 L SMP Petani 88 99
93
Lampiran 13 Data Frekuensi
Data Frekuensi
Statistics
Umur
N Valid 32
Missing 0
Mean 60.1250
Median 60.5000
Mode 66.00
Std. Deviation 8.46530
Minimum 48.00
Maximum 75.00
Sum 1924.00
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 24 72.7 75.0 75.0
P 8 24.2 25.0 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 9.1 9.4 9.4
SLTP 7 21.2 21.9 31.2
SLTA 18 54.5 56.2 87.5
Perguruan 4 12.1 12.5 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
94
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 3 9.1 9.4 9.4
Pedagang 3 9.1 9.4 18.8
Petani 10 30.3 31.2 50.0
Pegawai Negeri 5 15.2 15.6 65.6
Swasta 10 30.3 31.2 96.9
TNI/Porli 1 3.0 3.1 100.0
Total 32 97.0 100.0
Missing System 1 3.0
Total 33 100.0
95
Lampiran 14
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Descriptives
Median 92.5000
Variance 5.396
Minimum 87.00
Maximum 94.00
Range 7.00
Median 1.0000E2
96
Variance 2.729
Minimum 95.00
Maximum 100.00
Range 5.00
Median 89.0000
Variance 4.062
Minimum 88.00
Maximum 94.00
Range 6.00
Median 98.0000
Variance 2.362
Minimum 95.00
Maximum 100.00
Range 5.00
97
Skewness -.531 .564
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
98
Lampiran 15
UJI WILCOXON
Descriptive Statistics
Ranks
Test Statisticsb
Postest_High_F
owler -
Pretest_High_Fo
wler
Z -3.552a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
99
Ranks
est Statisticsb
Postest_Semi_F
owler -
Pretest_Semi_F
owler
Z -3.530a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
100
Lampiran 16
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsb
selisih
Mann-Whitney U 122.500
Wilcoxon W 258.500
Z -.210
Asymp. Sig. (2-tailed) .833
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .838a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Kelompok
Cases
Descriptivesa,b
101
Std. Deviation 2.17466
Minimum 6.00
Maximum 12.00
Range 6.00
Interquartile Range 3.75
Skewness .758 .564
Kurtosis -.666 1.091
selisih_semi_fowler high fowler Mean 7.5625 .59139
95% Confidence Interval Lower Bound 6.3020
for Mean
Upper Bound 8.8230
5% Trimmed Mean 7.6250
Median 8.5000
Variance 5.596
Std. Deviation 2.36555
Minimum 3.00
Maximum 11.00
Range 8.00
Interquartile Range 3.75
Skewness -.538 .564
Kurtosis -.787 1.091
a. There are no valid cases for selisih_high_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
b. There are no valid cases for selisih_semi_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
b. There are no valid cases for selisih_high_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
c. There are no valid cases for selisih_semi_fowler when kelompok = 2,000. Statistics cannot be
computed for this level.
102
Lampiran 17
DOKUMENTASI
103
104
Lampiran 18
Jadwal Penyusunan Skripsi
No Nama kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan judul
Penyusunan dan
2.
konsultasi proposal
3. Ujian proposal
4. Revisi proposal
5. Penelitian
Proses penyusunan
6.
skripsi
7. Bimbingan skripsi
8. Ujian skripsi
105
Lampiran 19 Lembar Konsultasi Bimbingan
106
107
108