Anda di halaman 1dari 31

PORTOFOLIO

KASUS MEDIK

MENINGIOMA

Oleh:

dr. Citra Aminah Purnamasari

Pembimbing:
dr. Rosari Listiana, Sp.S

Pendamping :

dr. Wiji Kusbiyah


dr. Muhammad KartikaNuddin

RSUD dr. Soedomo Trenggalek


Trenggalek – Jawa Timur
2017
LEMBAR PERSETUJUAN PORTOFOLIO

1
KASUS MEDIK

MENINGIOMA

Oleh :

dr. Citra Aminah Purnamasari

Laporan telah disetujui dan dikoreksi oleh pembimbing

Tanggal : 14 September 2017

Pembimbing

dr. Rosari Listiana Sp.S

Mengetahui,

Pendamping I Pendamping II

dr. Wiji Kusbiyah dr. Muhammad Kartikanuddin

2
Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : dr. Citra Aminah Purnamasari


No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. Soedomo Trenggalek
Topik : Meningioma
Tanggal (kasus) : 07 Agustus 2017
Nama Pasien : Ny. N Pembimbing: dr. Rosary Listiana, Sp.S
dr. Wiji Kusbiyah
Tanggal Presentasi : Pendamping :
dr. Kartika Muhammadnuddin
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD dr. SoedomoTrenggalek
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien
□ Tujuan :
Meningioma
Bahan □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :

Data
Nama :Ny. N No. Registrasi : xx xx xx
Pasien :
Tanggal masuk : 06 Agustus 2017
Telp : - Tanggal keluar : 22 Agustus 2017
Status Keluar : Diijikan pulang
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 07 Agustus 2017, pukul 09.30, di bangsal Anggrek.

1. Keluhan Utama : penurunan kesadaran


2. Keluhan Tambahan : nyeri kepala, sulit bicara, mual, dan muntah.
3
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami penurunan kesadaran dibawa ke IGD RSUD Dr. Soedomo Trenggalek
pukul 19:29. Awalnya pasien sulit bicara dan mengeluh nyeri kepala bagian kiri yang terasa
semakin memberat pukul 15:00 SMRS. Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi
berbaring, dan berkurang bila duduk. Sebelumnya juga pasien masih menyahut bila
dipanggil dan membuka mata secara spontan. Selain itu pasien juga mengalami mual disertai
muntah menyemprot 1 kali setelah mengeluh nyeri kepala.
Menurut keluarga, pasien mengalami gangguan perilaku seperti berbicara lamban, menjadi
pendiam, dan sering marah, dalam keadaan sedih atau marah pasien mengungkapkan dengan
menangis kemudian tertawa sejak 3 bulan SMRS. Keluhan kejang disangkal, nyeri dada
disangkal, nyeri punggung disangkal, nyeri lengan disangkal, demam disangkal, gangguan
penciuman disangkal, gangguan penglihatan disangkal, mulut mencong disangkal, gangguan
makan dan minum disangkal, bicara pelo tidak ada.

4. Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat dirawat pada tahun 2015 di RSUD dr. Soedomo Trenggalek dengan
hasil CT Scan Menginoma dan dianjurkan untuk dirujuk ke Surabaya tetapi
keluarga pasien menolak dan hanya merawat pasien dirumah saja.
b. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
c. Riwayat penyakit jantung disangkal
d. Riwayat penyakit paru disangkal
e. Riwayat penyakit gula disangkal
f. Riwayat stroke disangkal
g. Riwayat sakit maag disangkal
h. Riwayat cidera kepala disangkal
i. Riwayat alergi obat disangkal
j. Riwayat trauma disangkal

5. Riwayat Pengobatan :
Tidak minum obat secara teratur yang diberikan oleh dokter setelah post dirawat.
6. Riwayat Keluarga :
Didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita
oleh pasien. Penyakit kronik lain seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit

4
keganasan tidak ada yang menderita sebelumnya.
7. Riwayat sosial ekonomi pribadi
Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya, untuk membantu ekonomi keluiarga
pasien bekerja sebagai petani. Status ekonomi pasien menengah kebawah.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Meningioma
2. Penatalaksanaan Meningioma
3. Edukasi tentang penyakit kepada pasien

5
Masuk IGD RSUD dr. Soedomo (06 Agustus 2017 pukul : 19:29)

I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : lemah
B. Kesadaran : Somnolen
GCS = E2V4M1
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,9 ⁰C

Status Umum

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), RCL +/+. Exopthalmus (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku
kuduk (-)
Thorax : Simetris

o Jantung : Iktus tidak teraba dan tidak terlihat


Bunyi jantung S1/S2 regular
Bising jantung gallop (-), murmur (-)
o Paru : Vesikuler +/+ wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel,
pergerakan dinding perut sesuai dengan irama
pernapasan, tidak terdapat kelainan pada kulit
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali
(-)
Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas : Lateralisasi (-)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


a. Laboratorium (06 Agustus 2017) di IGD RSUD dr. Soedomo

Hematologi (Darah Rutin) :

6
i. WBC : 10.8
ii. HGB : 16,1
iii. HCT : 45,5%
iv. RBC : 5.07
v. RDW : 13.0
vi. MCV : 89.7
vii. MCH : 31.6
viii. MCHC : 35.2
ix. PLT : 200
x. PDW : 10.5
xi. MPVW : 8.4
xii. P-LCR : 15.8
xiii. NEU% : 72
xiv. LYMPH% : 17
xv. MXD : 12

GDS : 90

b. Pemeriksaan CT-Scan (09 November 2015) :


CT didapatkan dari keluarga pasien

7
Hasil CT scan :

1. Tampak lesi solid slight hiperdense (50 HU), extraxial, batas tegas, homogenous
8
contrast enchancement (73 HU) yang :
- broad based pada sphenoid wing kiri
- berukuran sekitar 4.9 x 4.7 x 4.7 cm
- disertai tentakel edema di lobus temporoparietalis kiri
- mengakibatkan pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan
sejauh 9.7 mm
- mendesak ACA dan MCA kiri ke perifer
2. Tak tampak jelas hiperotosis di os sphenoid wing kiri
3. Tampak lesi semisolid di sinus sphenoidalis kanan

Kesimpulan hasil CT Scan :

a. Extraaxial mass dengan karakteristik yang mengarah pada sphenoid wing


meningioma kiri
b. Terdapat tentakel edema di lobus temporoparietal kiri yang mengakibatkan
pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan sejauh 9.7 mm

III. DIAGNOSIS
Menigioma

IV. RENCANA KONSULTASI : dr. Spesialis saraf


Advice dr. Rosari, Sp.S :

Infus Ringer Laktat 14 tts/menit

Injeksi Santagesik 3x1 ampul

Injeksi Dexametason 4x1 ampul

Injeksi Ranitidin 2x1 ampul

Acc masuk ruangan.

9
I. PEMERIKSAAN FISIK (07 Agustus 2017 pukul 08:00 dilakukan di bangsal
Anggrek)
C. Keadaan Umum : lemah
D. Kesadaran : Sopor
GCS = E3V5M1
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 95x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C

D. Status Gizi: BB = 50 kg

TB = 150 cm

BMI = BB = 22normal

TB2

Status Umum

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), exopthalmus (-)

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku


kuduk (-), JVP 5 – 2 cmH2O
Thorax : Simetris

o Jantung : Iktus tidak teraba dan tidak terlihat


Bunyi jantung S1/S2 regular
Bising jantung gallop (-), murmur (-)
o Paru : Vesikuler +/+ wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel,
pergerakan dinding perut sesuai dengan irama
pernapasan, tidak terdapat kelainan pada kulit
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali
(-)
Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
10
Status Neurologis
a. Kepala
Bentuk : Normosocephal
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)

b. Mata
pupil bulat, isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (-/-)

c. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
Kaku kuduk : (-)

d. Nervus Cranialis
 N I ( N. Olfactorius ) : tidak dilakukan
 N II ( N. Opticus ) : tidak dilakukan
 N III ( N. Okulomotorius )
Kanan Kiri
Sela mata (-) (-)
Pergerakan bulbus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Eksoftalmus (-) (-)
Besar pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Bulat, simetris Bulat, simetris
Refleks cahaya (-) (-)
Melihat kembar (-) (-)

 N IV ( N. Trochlearis )

Kanan Kiri
Pergerakan mata ( ke bawah- (-) (-)
dalam )
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)
 N V ( N. Trigeminus )
Membuka mulut (-)
Mengunyah (-)
Menggigit (-)
Refleks kornea (-)

11
Sensibilitas pada wajah Tidak dilakukan

 N VI ( N. Abducens )
Kanan Kiri
Pergerakan mata (ke lateral) (-) (-)
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)

 N VII ( N. Facialis )
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi (-) (-)
Menutup mata (-) (-)
Meringis (-) (-)
Mencucukan bibir (-) (-)
Pengecapan lidah (2/3 Tidak dilakukan
anterior)

 N VIII ( N. Vestibulo koklearis )


Jentik jari : -
Suara berbisik : -
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Schwabach : tidak dilakukan

 N IX ( N. Glossofaringeus )
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan

 N. X ( N. Vagus )
Arkus faring : -
Fonasi : -
Menelan : -
Nadi : 95x/menit

 N. XI ( N. Aksesorius )
Dextra Sinistra
Mengangkat bahu : - -
Memalingkan kepala : - -

 N. XII ( N. Hipoglosus )
Pergerakan lidah : (-)
12
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : afasia
Lidah : (-)
e. Badan dan anggota gerak
 Badan
 Motorik
Respirasi : Spontan, Thorako Abdominal
Duduk : tidak dapat duduk

 Sensibilitas
Dextra Sinistra
Taktil : (-) (-)
Nyeri : (-) (-)
Thermi : (-) (-)
Diskriminasi : (-) (-)

 Anggota Gerak Atas


Kanan Kiri
Motorik:

Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas:

Taktil (-) (-)


Nyeri (-) (-)
Thermi (-) (-)
Diskriminasi (-) (-)

Refleks fisiologis:

Biseps (+) (+)


Triseps (+) (+)
Radius (+) (+)
Ulna (+) (+)

Refleks patologis:

Hoffman-Trommer (-) (-)

13
 Anggota Gerak Bawah
Dextra Sinistra
Motorik:

Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi

Sensibilitas:

Taktil (-) (-)


Nyeri (-) (-)
Thermi (-) (-)
Diskriminasi (-) (-)

Refleks fisiologis:

Patella (+) (+)


Achilles (+) (+)

Refleks patologis:

Babinsky (+) (+)


Chadock (-) (-)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Gordon (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)

f. Koordinasi, gait, keseimbangan


Cara berjalan : tidak dapat dilakukan
Tes romberg : tidak dapat dilakukan
Disdiadokokinesia : tidak dapat dilakukan
Ataksia : tidak dapat dilakukan
Rebound phenomen : tidak dapat dilakukan
Dismetria : tidak dapat dilakukan

g. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : tidak dapat dilakukan
Atetosis : -

h. Tes Tambahan
Valsava tes : -/-
14
Laseggue tes : -/-
Kernieg tes : -/-
Patrik : -/-
Kontra Patrik : -/-

II. DIAGNOSIS
Meningioma

III. PLAN
 Medikamentosa

Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari

Inj. Santagesik 3 x 1 ampul

Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul

Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

 Non Medikamentosa
Fisioterapi pasif

Follow up

08 Agustus 2017 pukul 08:00 09 Agustus 2017 pukul 08:00

S : Penurunan kesadaran S : Penurunan kesadaran

O : GCS 315 O : GCS 315

TD : 110/70 mmHg N : 90x/m TD : 120/70 mmHg N : 88x/m

R: 18x/m T: 36.7 C R: 18x/m T: 36.6 C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 5555 Kekuatan otot 5555 4444

5555 5555 5555 4444

A: Meningioma A: Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : Infus Ringer Lactat 1000


cc/hari
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
15
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

Kimia Klinik (08 Agtusus 2017)

i. Cholesterol : 220.18 (140-200)


ii. Creatinine : 0.57 (0.9-1.3)
iii. Triglycerides : 149.67 (40-150)
iv. Urea UV : 54.62 (150-45)
v. Urid Acid : 4.13 (3.5-7.2)

10 Agustus 2017 pukul 08:00 11 Agustus 2017 pukul 08:10

S : Kelemahan tubuh kanan S : Penurunan kesadaran

O : GCS 335 O : GCS 335

TD : 110/70 mmHg N : 92x/m TD : 12/70 mmHg N : 90x/m

R: 18x/m T: 36.8 C R: 18x/m T: 36.7 C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 3333 Kekuatan otot 5555 3333

5555 3333 5555 3333

A : Meningioma A : Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : Infus Ringer Lactat 1000


cc/hari
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

12 Agustus 2017 pukul 08:05 14 Agustus 2017 pukul 08:00

S : kontak lamban S : kontak lamban

O : GCS 315 O : GCS 315

TD : 110/70 mmHg N : 90x/m TD : 110/80 mmHg N : 89x/m

R: 18x/m T: 36.7 C R: 18x/m T: 36.8C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra


16
Kekuatan otot 5555 3333 Kekuatan otot 5555 3333

5555 3333 5555 3333

A : Meningioma A : Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : Infus Ringer Lactat 1000


cc/hari
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 3 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

15 Agustus 2017 16 Agustus 2017

S : Kelemahan tubuh kanan S : Kelemahan tubuh kanan

O : GCS 335 O : GCS 335

TD : 120/90 mmHg N : 85x/m TD : 110/70 mmHg N : 90x/m

R: 19x/m T: 36.5 C R: 18x/m T: 36.7 C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 4444 Kekuatan otot 5555 4444

5555 4444 5555 4444

A : Meningioma A : Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : Infus Ringer Lactat 1000


cc/hari
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

18 Agustus 2017 pukul 08:00 19 Agustus 2017 pukul 08:03

S : kelemahan tubuh kanan, sulit bicara S : kelemahan tubuh kanan

O : GCS 315 O : GCS 335

TD : 110/70 mmHg N : 86x/m TD : 110/80 mmHg N : 83x/m

R: 18x/m T: 36.9 C R: 18x/m T: 36.7 C

17
Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 4444 Kekuatan otot 5555 4444

5555 4444 5555 4444

A : Meningioma A : Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : Infus Ringer Lactat 1000


cc/hari
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Santagesik 3 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 2 x 1 ampul
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

21 Agustus 2017 pukul 08:00 22 Agustus 2017 pukul 10:00

S : Sulit makan dan bicara S : sulit makan

O : GCS 335 O : GCS 335

TD : 140/90 mmHg N : 86x/m TD : 120/80 mmHg N : 90x/m

R: 18x/m T: 36.7 C R: 18x/m T: 36.7 C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 4444 Kekuatan otot 5555 4444

5555 4444 5555 4444

A : Meningioma A : Meningioma

P : Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari P : KRS

Inj. Santagesik 3 x 1 ampul Metilprednisolon 2 x 4 mg (p.o)

Inj. Dexamethason 2 x 1 ampul Ranitidin 2 x 1 tab (p.o)

Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul Asam mefenamat 3 x 500 mg

Kontrol Poli saraf

18
 Definisi
Meningioma adalah tumor pada meningen, yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis.Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di
bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua
lobusnya.
 Epidemiologi
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia
pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15–20% dari semua tumor primer di regio
ini1,13
Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini.Di rongga kepala,
meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis
spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria.1

 Anatomi
Meningea adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus ensefalon dan
medulla spinalis.Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari
superfisial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening 4
Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina
meningialis dan lamina endostealis.Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat
pada dinding canalis vertebralis, menjadi endosteum (periosteum) sehingga di antara lamina
meningialis dan lamina endostealis terdapat ruang ekstradural (spatium epiduralis) yang
berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus.Antara dura mater dan archnoid
terdapat ruang ekstradural yang berisi cairan lymphe.Pada ensefalon lamina endostealis
melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada sutura, basis cranii dan tepi
foramen occipitalmagnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan
dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu 4;
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae

19
Gambar 1: kavitas kranium15

Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua lapisan ini
dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung
tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater.Antara archnoid dan pia mater
terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis.Arachnoid yang
membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior
cerebri tipis dan transparant.Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut
granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior 4.

Lapisan di sebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia cerebri
terdapat tela chorioidea venticuli.Yang dibentuk oleh serabut-serabut reticularis dan
elastic,ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral.Pia terdiri dari lapisan sel
mesodermal tipis seperti endothelium.Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini menutupi
semua permukaan otak dan medulla spinalis 4.

Gambar 2:Kulit kepala, kalvaria dan meningen15

20
 Etiopatofisiologi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari
meningioma.Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel
pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk.Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam pertumbuhan tumor dan perkembangan edema
peritumoral 3.

 Histopatologi
Meningioma berasal dari sel-sel yang terdapat pada lapisan meningea serta bagian-
bagian nya.Di antara sel-sel meningea itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk
tumor, tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid.Tumbuhnya
meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang
dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923), didapatkan suatu konsep bahwa sel
yang membentuk tumor ini ialah fibroblast, sehingga mereka menyebutnya arachnoid
fibroblast atau meningeal fibroblastoma1,4
Ahli patologi pada umumnya lebih menyukai label histologi dari pada label anatomi
untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan Cushing (1922) ternyata dapat
diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy (1931) Orville Bailey (1940) mengemukakan
bahwa sel-sel arachnoid berasal dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells;
pendapat ini didukung Harstadius (1950), bermula dari unsur ektoderm Zuich tetap
menggolongkan meningioma ke dalam tumor mesodermal. 1,3,4
Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam klasifikasi
diusulkan, namun Orville Bailey(1940) menganggap klasifikasi meningioma tidak
diperlukan. Pandangan ini didasarkan secara biologis karena variasi-variasi histologis
tersebut tidak banyak kaitannya dengan keadaan biologi kelompok tumor ini 1,3,4
Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu:
1. Meningioma meningotheliomatosa (syncytial, endothclimatous).
2. Meningioma fibroblastik dan
3. Meningioma angioblastik.
Yang terakhir ada yang menggolongkan sebagai haemangioperisitoma Tipe transisional
atau Tipe campuran digolongkan ke dalam kelompok meningioma meningotheliomatosa.1,3

Meningioma meningotheliomatosa
21
Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu atau dua
nuklcoii yang nyata, sedangkan membrane sel tidak jelas, sebagian dari kelompok-kelompok
sel tersebut tersusun dalam lobulus-lobulus membentuk massa yang solid.Jaringan ikat pada
batas-batas lobulus. Whorls dan psammomabodiesjuga merupakan gambaran khas tumor ini.

Meningioma ftbroblastik
Terdiri atas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang saling beranyaman,
kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur palisade. Sel-sel tersebut mirip
dengan fibroblast, namun inti sel identik dengan inti sel meningioma meningiomatosa.
Adanya serabut retikulin yang berlebihan dan serabut kolagen yang menjadi pemisah antara
sel pada meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.

Meningioma angioblastik
Terdiri alas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel tersusun
rapat.Sel-sel tersebut umumnya menempel pada dinding kapiler, namun kapiler-kapiler
tersebut sebagian mengalami dilatasi, sebagian lagi kompresi, sehingga sukar untuk
diidentifikasi. Bailey dkk. (1928) beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen
dinding pembuluh darah. Beberapa penulis melaporkan bahwa meningioma angioblastik
lebih sering kambuh.

 Klasifikasi
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,
termasuk meningioma.Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop.Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya 7.
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat .Tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik.Jika tumor
semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi
dengan tindakan bedah dan observasi secara berterusan 7.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ni. Meningioma grade II biasanya
membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan 7.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant
atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh

22
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi 7.

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor 8.


1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma).
Falx adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat
di sekitar falx
2. Meningioma Convexitas (20%).
Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
3. Meningioma Sphenoid (20%)
Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata.Banyak terjadi pada wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%).
Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%).
Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%).
Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat
kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%).
Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda
medulla spinalis setingkat thorax dan dapat menekan sumsum tulang belakang.
Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling
dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%).
Tipe ini berkembang pia mater atau di sekitar mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%).
Terjadi pada ruangan yang berisi cairan diseluruh bagian otak.

 Diagnosis

Manifestasi klinik
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema
otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan
23
kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran,
gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain
biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut. Gejala umumnya seperti;
a. Sakit kepala,
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada
pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren)
dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama
semakin sering dengan interval semakin pendek.Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu
penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus).Nyeri
kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. 8
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure
seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. 8

b. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang
kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila
kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai
kemungkinan adanya tumor otak. 8

c. Mual muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil
(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. 8

d. Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan
dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk
mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal
terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan
terhadap vena sentralis retinae. 8

Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor 8;

a. Meningioma falx dan parasagital


- nyeri tungkai
b. Meningioma Convexitas

24
- kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental
c. Meningioma Sphenoid
- kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan
ganda
d. Meningioma Olfaktorius
- kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
e. Meningioma fossa posterior
- nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya
pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
f. Meningioma suprasellar
- pembengkakan diskus optikus, masalah visus
g. Spinal meningioma
- nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
h. Meningioma Intraorbital
- penurunan visus, penonjolan bola mata
i. Meningioma Intraventrikular
- perubahan mental, sakit kepala, pusing 8

Gambar 3: Posisi klasik pada meningioma


Sindroma lobus frontalis yang terjadi disebabkan oleh karena penekanan progresif
dari massa itu sendiri ataupun oleh edema yang berhubungan dengan efek massa tumor yang
25
terletak di lobus frontalis.
Gangguan neurobehavioral dan defisit motorik yang ditemukan pada pasien
menunjukkan luasnya daerah yang terlibat yaitu seluruh regio di korteks prefrontal sampai
korteks motorik primer.
Secara anatomis, setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3 daerah, yaitu
kortek motor primer , kortek premotor dan kortek prefrontal . Limbik terletak medial dalam
lobus frontalis.
Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan volunter . Kerusakan pada
daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek
premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program
gerakan yang berurutan . Korteks pre frontal dibagi menjadi 3 regio yaitu , regio orbito-
frontal ( anterior lobus frontal ) , regio dorsolateral, serta cingulum anterior. Kerusakan pada
masing- masing jalur yang dilalui akan dapat menimbulkan gejala neuropsikiatri.
Sindroma lobus frontal menyebabkan perubahan personaliti dan status mental pada
90% kasus, juga menunjukkan penemuan beberapa neurologi fokal. Apatis, disinhibisi atau
impulsif merupakan tanda keterlibatan regio frontal. Eforia atau depresi, irritabilitas,
gangguan konsentrasi, poor adjusment, disorientasi, dan gangguan atensi merupakan
tambahan awal yang sering ditemukan. Pasien dengan tumor frontal kanan menunjukkan
lebih eforia, sedangkan pasien dengan tumor frontal kiri menunjukkan lebih depresi.
Pasien dengan gangguan lobus frontal sering memperlihatkan kombinasi dari gejala
kognitif, psikiatri, dan perilaku. Edema ini berhubungan dengan efek massa tumor yang
sering menyebabkan tekanan intrakranial. Gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial
adalah nyeri kepala, mual, muntah, papiledema, palsi nervus enam, dan perubahan status
mental.

 Pemeriksaan Penunjang
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat besar.
Dahulu angiografi, kemudian CTScandan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di
daerah fossa posterior, karena CTScansukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya
artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi
melalui di potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat
menentukan teknik operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi mengingat
risiko/komplikasi yang akan timbul.

26
1. Foto polos
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos.Diindikasikan untuk tumor pada mening.Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.Pembesaran pembuluh darah
mening menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke tumor.Kalsifikasi
terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus 9.

2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila
diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.Angiografi penting
untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya dan untuk menilai efek di
sekitar struktur arteri dan venanya. 9.

Gambar 4. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.Massa kalsifikasi
melekat pada anterior tulang petrous kanan.Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan punctata.Tidak terlihat
adanya edema. 9.

CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau
berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang hiperdens dapat
memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.Kadang-kadang meningioma
memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen
kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau rongga-rongga. 9

CSF yang loculated.

27
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang biasanya dapat
dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini
menyebabkan efek masa yang bermakna. 9.

CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-
lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas
tegas.Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena
bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. 9.
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement
heterogen yang kompleks. 9

Gambar 5.Dua kasus berbeda.A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal. C, D. CT-
scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogen melekat pada tulang parietal
kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian posterior.Penyebab kalsifikasi minor lain pada
hemisfer serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit.Gambaran MRI potongan coronal T2 menunjukkan
deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid.Pada kasus ini tidak terlihat edema. 9.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu pada
gambar Tl dan T2 maupun protondensity. Intensitas jaringan tersebut biasanya berbeda pada
gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi, maupun peredaran darah yang
cepat. Dengan melihatgambarTl maupun T2 dapat ditentukan karakteristik suatu tumor
apakah tumor tersebut padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan
28
lain-lain.Intensitas jaringan tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas
pada T1 dan T2. 9

Gambar 6: A. Gambaran meningioma falx serebri; potongan koronal. B. Meningioma ala sfenodalis
menggunakan CT scan kontras yang ditingkatkan.14
 Terapi
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri.Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus
rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi
dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor.Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi 12.

Rencana preoperatif

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat


segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa
hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai
profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin
generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisme pseudomonas, serta pemberian
metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan
pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid 12.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intrakranial 12.
Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

29
Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan
dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang
atau tulang yang hiperostotik)
Grade IV : Reseksi parsial tumor
Grade V : Dekompresi sederhana (biopsi)

 Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa kelansungan
hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan kelangsungan hidup
rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan
lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang
barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi 13.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi
makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946)
adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan
yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak 13’

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran


Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

2. Focusing on tumor meningioma. Availble from: http://www.abta.org/meningioma.pdf

3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma. Availble from:


http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20dan%20kla
sifikasi%20meningioma.doc

4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Image of meninx. Available from:www. American Society of Oncology

6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA:
Icon Custom Communication: 2002. P. 24

7. Meningiomas. Available from: www. Mayfieldclinic.com

8. Meningioma. Available from:. http://www.cancer.net

9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:


Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.

10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma.. Available


from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm

11. Meningioma. Available from :http://radiopaedia.org/articles/meningioma

12. Widjaja D, Meningioma intracranial. Available from:


http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf/09Men
ingiomaIntrakranial016.html

13. Ropper, Adams and victor’s principles of neurology eighth edition. McGraw-Hill
Medical Publishing Division. New York. 2005;hal 559

14. Rohkamm, Color atlas of neurology. Thieme. Stuttgart: 2004;hal 7

31

Anda mungkin juga menyukai